2016
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk memanfaatkan sampah selulosa di Minahasa Utara, Provinsi
Sulawesi Utara dan mendapatkan gula cair melalui hidrolisis asam. Setelah produksi gula
cair, produk dapat digunakan sebagai bahan mentah produk farmasi dan kesehatan seperti
cairan infus. Untuk produk pangan, dapat digunakan sebagai bahan mentah produk pangan
yang dapat meningkatkan keamanan pangan manusia dan untuk menggunakan limbah
selulosa dari limbah selulosa tongkol jagung, sekam padi, dan kulit kelapa. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan analisis laboratorium. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 ulangan yaitu A = limbah selulosa dengan
tongkol jagung (A1), kulit kelapa (A2), dan sekam padi (A3), dan B = hidrolisis
menggunakan HCl meliputi 0,50% HCl (B1); 0,75% HCl (B2), dan 1,0% HCl (B3).
Kesimpulannya limbah selulosa dari tongkol jagung, kulit kelapa, dan sekam padi berpotensi
untuk menghasilkan limbah cair dengan sekam padi sebagai penghasil limbah cair paling
potensial. Konsentrasi glukosa tertinggi ditemukan dalam sekam padi dengan HCl 25%.
ABSTRACT
The objective of the study was to utilize the cellulose garbages in North Minahasa
Regency, North Sulawesi Province and detect the liquid sugar through acidic hydrolysis.
After liquid sugar production, the product could be used as raw material of health product
and pharmacy, such as intravenous liquid. For food product, it can be used as food product
raw material which can increase people food security and to use the cellulose wastes for
liquid sugar production from cellulose wastes of corn cob, rice husk and coconut skin.This
study was carried out using laboratory analysis. It applied Complete Randomized Design
factorially set with 3 replications as follows: A = cellulose wastes including corn cob (A1),
coconut skin (A2) and padi husk (A3), and B = hydrolysis using HCL covering 0.50% HCl
(B1), 0.75% HCl (B2) and 1.0% HCl (B3). As conclusion, the cellulose wastes of corn cob,
coconut skin, and rice husk were potential to producing liquid waste, in which rice husk had
the highest potential. The highest glucose concentration occurred in rice husk of 1% HCL,
25%.
PENDAHULUAN lainnya. Gula cair dapat dimakan sebagai
bahan pemanis dalam industri pangan,
Pemenuhan gula nasional sebagai misalnya permen, jam dan produk buah-
sumber energi bagi tubuh manusia, saat ini buahan kaleng. Jika gula cair hasil
terus teradi peningkatan sehingga tidak hidrolisis ini dikristalisasi akan diperoleh
dapat dipenuhi oleh industri gula tebu di glukosa kristal (dekstrosa monohidrat)
dalam negeri. Untuk mengatasi hal yang banyak digunakan dalm industri
tersebut perlu adanya pengembangan dan farmasi dan minuman instant dan bila
diversifikasi industri bahan pemanis dihidrogenase akan menghasilkan sorbitol
diantaranya adalah gula cair. Gula cair yang banyak digunakan dalam industri
merupakan bahan baku dalam industri pangan, minuman dan formulasi bahan
pangan, kimi, farmasi dan agroindustri kosmetik. Pasaran untuk jenis produk ini
1
J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 4 No. 1 Th. 2016
78
76
76 75.23
74.88 74.91
74 73.6
72.82
72.31
persentase (%)
72
70.45
70
68
68
66
64
0,50% 0,75% 1%
Konsentrasi HCL
molekuk sederhana (gula reduksi) atau dalam molekul sakarida yang dapat
bahan organik yang dihasilkan, sehingga dipecah, maka semakin banya molekul
kadar abu gula cair makin meningkat. sederhana yang dihasilkan. Kadar abu gula
Menurut Sa’id dkk (1944) mengatakan cair dapat dilihat pada Gambar 2.
bahwa, makin banyak ikata glikosidik
11.5 11.3
11 10.9
10.8
10.5
10.5
persentase (%)
10.2
10 9.9 9.9
9.7
9.6
9.5
8.5
0,50% 0,75% 1%
Konsentrasi HCL
30
25
25 23.85
22.45
20
20 19
18
persentase (%)
15
9.85
10 7.8
7
5
0
0,50% 0,75% 1%
Konsentrasi HCL
48.5 50
50 47.85
45
43
40
persentase (%)
30
20
10
0
0,50% 0,75% 1%
Konsentrasi HCL
5
J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 4 No. 1 Th. 2016
ekivalen adalah presentase gula pereduksi dihasilkan yaitu berkisar antara 50-60%,
dalam gula cair yang ditentukan maka menurut Howling dalam
berdasarkan bobot dekstrosa dalam bobot Judjoamijojo dkk (1989), bila konversi
kering. Kecenderungan menurunnya assam dalam membuat gula cair lebih dari
dekstrosa ekivalen gula cair setelah lama 55%, akan mengakibatkan molekul gula
hidrolisis disebabkan makin naiknya kadar itu bergabung kembali dan menghasilkan
bahan kering gula cair. Turunnya nilai bahan pembentuk warna seperi 5-hidroksil
dekstrosa ekivalen bukan hanya karena metal furfural atau asam levulinat.
akibat naiknya kadar glukosa tetapi juga Dari hasil penelitian ini dapat
akibat karena banyaknya fraksi total dikatakan bahwa gula cair yang dihasilkan
padatan terlarut, yang terdapat di dalam memenuhi standar mutu gula cair yang
hasil hidrolisis selain glukosa. Dekstrosa disyaratkan oleh Standar Nasional
ekivalen gula cair dapat dilihat pada Indonesia (SNI), yaitu warna gula cair
Gambar 4. haru tidak berwarna atau sampai
kekuningan. Menurut Junk dan Pancoast
5. Warna (1973), pemanasan gula cair dalam
Indeks adsorbansi gula cair tertinggi suasana asam menyebabkan terjadinya
diperoleh pada sekam padi dengan warna kekuningan karena terbentuknya
konsentrasi HCl 1,00% yaitu 0,038 dan hidroksil metal furfuralyang selanjutnya
yang terendah diperoleh dari sabut kelapa terbentuk senyawa asam levulenat dan
dengan nilai 0,009 dengan konsentrasi HCl asam format. Polimerisasi senyawa
0,50%. Semakin lamanya proses hidrolisis furfural menyebabkan gula cair berwarna
akan menyebabkan naiknya indeks lebih gelap. Kadar gula reduksi gula cair
adsorbansi gula cair. Hal ini diduga akibat yang tinggi dapat menyebabkan
penguraian glukosa menjadi produk lanjut terjadinyareaksi pencoklatan akibat
semakin banyak, sehingga menyebabkan bereaksinya gugusan gula dengan
niali indeks adsorbansi menjadi senyawa-senyawa yang mengandung
meningkat. Berdasarkan dari nilai gugusan NH.
dekstrosa ekivalen gula cair yang
0.04 0.04
0.04 0.03 0.03
0.03 0.03
persentase (%)
0.03 0.02
0.02 0.02 0.02
0.02 0.01
0.01 0.01
0.01
0
0,50% 0,75% 1%
Konsentrasi HCL
Sekam Padi Tongkol Jagung Sabut Kelapa
Gambar 5. Warna gula cair
KESIMPULAN 2. Jerami padi memiliki potensi yang
terbesar dibandingkan tongkol
1. Ketiga limbah hasil pertanian jagung dan sabut kelapa.
tersebut berpotensi dalam 3. Kadar glukosa tertinggi didapat dari
menghasilkan limbah cair. jerami sekam padi dengan
konsentrasi HCl 1% yaitu 25%.
6
J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 4 No. 1 Th. 2016
DAFTAR PUSTAKA