NAMA :ASIRWAN
NIM : L111 11 266
KELOMPOK : V (LIMA)
LOKASI SAMPLING : TAMBAK UNHAS
ASISTEN : AYU ANNISA WIRAWAN
Nama : Asirwan
Nim : L111 11 266
Kelompok : V (lima)
Lokasi Praktik : Desa Bojo, Kec. Mallusetasi, Kab. Barru
Stasiun Sampling : Sebelah Utara tambak Unhas, daerah Intertidal
Tgl. Praktikum : Lapangan : 3 November 2013
Laboratorium : 4 s/d 15 November 2013
Dibuat Oleh :
Tanggal Pengesahan,
Makassar, 6 Desember 2013
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
Laporan Lengkap Praktik Lapang Sedimentologi Analisis Besar Butir Dan Uji
Kabupaten Barru.
Dalam kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan terima kasih yang
bimbingan dan petunjuk dalam penyelesaian laporan ini. Tidak lupa pula kepada
semua pihak yang telah membantu tersusunnya laporan ini dari pembuatan sampai
tahap perampungan, serta tidak lupa pula penulis memohon maaf atas segala
lainnya. Oleh karena itu apabila ada kesalahan pada laporan ini maka harapan dari
penulis agar pembaca memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................vi
I. PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Maksud dan Tujuan.........................................................................................2
C. Ruang Lingkup................................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................3
A. Sedimen, Sedimentasi, dan Sedimentologi.....................................................3
B. Distribusi Sedimen...........................................................................................4
C. Struktur Sedimen.............................................................................................5
D. Mineral Penyusun Batuan Sedimen.................................................................7
E. Sortasi Sedimen..............................................................................................8
F. Asal Usul dan Jenis Sedimen..........................................................................9
G. Tekstur Sedimen dan Besar Butir....................................................................9
H. Bahan Organik Sedimen...............................................................................10
III. METODE KERJA...........................................................................................12
A. Waktu dan Tempat.........................................................................................12
B. Alat dan Bahan..............................................................................................12
C. Prosedur Kerja..............................................................................................13
1. Penentuan Lokasi Sampling......................................................................13
2. Pengambilan Sampel.................................................................................13
3. Analisis Laboratorium................................................................................14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................19
A. Gambaran Umum Lokasi...............................................................................19
B. Hasil..............................................................................................................19
C. Pembahasan.................................................................................................20
V. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................23
3
A. Kesimpulan....................................................................................................23
B. Saran.............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................24
LAMPIRAN
4
DAFTAR TABEL
5
DAFTAR GAMBAR
6
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
III. Sedimentasi yang terjadi diwilayah pesisir terjadi pada muara-muara sungai.
air horizontal tinggi, sedimen akan tetap dalam bentuk larutan. Namun bila
gerakan air perlahan sehingga tidak cukup energi untuk menjaga agar
Selain itu, energi gerakan air juga berpengaruh terhadap ukuran bahan-
ini akan berdampak kembali pada manusia itu sendiri seperti terganggunya
Ukuran-ukuran partikel sedimen ini sangat berbeda tergantung dari sifat fisik
sedimen maka perlu dilakukan analisi denga berbagai macam metode. Oleh
1
karena itu, maka dianggap penting untuk melakukan praktek lapang
sedimen dan sedimen yang lolos pada pada saringan kurang dari 0.063 mm
VI. Sedangkan tujuan dari praktikum adalah untuk mengetahui hubungan antara
C. Ruang Lingkup
VII. Ruang lingkup pada praktikum sedimentologi laut adalah analisi butir-butir
pangambilan sedimen.
VIII.
2
IX. TINJAUAN PUSTAKA
tidak selalu) diendapkan dari fluida dimana material penyusun sedimen itu
ini sebenarnya tidak dapat diterapkan untuk semua jenis batuan sedimen
karena ada beberapa jenis endapan yang telah disepakati oleh para ahli
laut dalam
XI. Sedangkan sedimen atau endapan pada umumnya diartikan sebagai hasil
mengalami erosi, tertansportasi oleh air, angin, dan lainnya, dan pada
adalah suatu batuan yang terbentuk dari hasil proses sedimentasi, baik
oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat
material yang diangkut oleh air sungai, sedangkan bukit pasir (sand dunes)
3
yang terdapat di gurun dan di tepi pantai adalah pengendapan dari material-
(Hertanto, 2012).
D. Distribusi Sedimen
XIV. Sedimen yang masuk ke dalam laut dapat terdistribusi pada (Lonawarta,
1996) :
utamanya campuran antara pasir, kerikil, dan batu kerikil. Sedangkan Non
berasal dari sungai. Di tempat lain (continental shelf) dimana pada dasar laut
gelombang dan arus cukup kuat, sehingga material batuan kasar dan kerikil
XVI. Sebagian besar pada Continental slope kemiringannya lebih terjal sehingga
(bedrock) dan dilapisi dengan lapisan lanau halus dan lumpur. Kadang
XVII. Sedimen laut dalam dapat dibagi menjadi 2 yaitu Sedimen Terigen Pelagis
4
XVIII.Dengan menggunakan mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik terdiri
atas berbagai struktur halus dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu berupa
hannya satu atau dua minggu, terjadi suatu bentuk hujan sisa-sisa
organisme plankton yang perlahan, tetapi kontinue di dalam kolam air untuk
beberapa faktor lokal seperti kimia air dan kedalaman serta jumlah produksi
primer di permukaan air laut. Jadi, keberadan mikrofil dalam sedimen laut
materi yang berukuran sangat kecil. Ada dua cara materi tersebut sampai ke
grafitasi. Kedua melalui gerakan es yaitu materi glasial yang dibawa oleh
pelagis yang berjarak beberapa ratus kilometer dari daerah gletser atau
tempat asalnya.
E. Struktur Sedimen
5
berhenti. Struktur sedimen dibagi menjadi 3 bagian yaitu (Rooshardwiadi,
2010) :
XXI. Struktur Primer adalah struktur yang terbentuk ketika proses pengendapan
dan ketika batuan beku mengalir atau mendingin dan tidak ada singkapan
yang terlihat. Struktur primer ini penting sebagai penentu kedudukan atau
penyilangan suatu lapisan batuan terhadap lapisan batuan yang lainya, atau
lapisan batuan yang lebih muda memotong lapisan batuan yang lebih tua.
Cross bedding didefinisikan oleh sebagai struktur yang membatasi suatu unit
sedimentasi dari jenis yang lain dan dicirikan dengan perlapisan dalam atau
akumulasi (deposisi).
lapisan batuan. Perbedaan ini terbentuk karena adanya gaya gravitasi yang
sedimen yang memiliki ukuran butir lebih besar akan lebih dahulu
6
mengendap dibandingkan dengan sedimen yang memiliki ukuran lebih kecil
perlapisan yang semakin keatas lapisan tersebut ukuran butir yang dijumpai
XXIV.
adanya pengikiran oleh kerja air, dan angin. Pada awalnya lapisan batuan
sedimen tersebut datar dan horizontal karena adanya pengaruh kerja air dan
XXV. Struktur yang terbentuk sesudah proses sedimentasi, sebelum atau pada
XXVI. Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme, seperti molusca, cacing
batuan dengan kata lain batuan yang terdiri dari berbagai macam mineral.
Ada juga terdapat batuan yang hanya terdiri dari satu mineral saja, seperti
dunit yang hanya terdiri dari satu mineral yaitu olivine. Mineral batuan
7
sedimen dapat berasal dari mineral rombakan dari batuan beku, batuan
(Hidayat, 2013).
sedimen yaitu quartz, micca, feldspar (asal batuan beku), calcite, dolomite,
anhydrite (asal batuan sedimen) dan garnet (asal pecahan dari batuan
metamorf). Namun pada batuan sedimen dapat pula satu jenis mineral
(Hidayat, 2013).
G. Sortasi Sedimen
XXIX. Sortasi atau pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir
besar butirannya maka pemilahan semakin baik. Secara umum sortasi atau
1. Sortasi baik, bila ukuran butir pada batuan sedimen tersebut seragam, hal ini
2. Sortasi sedang, bila ukuran butir pada batuan sedimen terdapat yang seragam
3. Sortasi buruk, bila ukuran butir pada batuan sedimen sangat beragam, dari halus
hingga kasar dan biasa terjadi pada batuan sedimen dengan kemas terbuka.
8
Q2=Q50, dan Q3=Q75 kemudian diplotkan kedalam segitiga tektur, setelah
itu menghitung nilai sortasi. Sortasi baik apabila ukuran sedimen seragam,
1980).
LIII. Jenis sedimen dibagi atas empat berdasarkan asalnya masing-masing yaitu
(Wibisono, 2005) :
1. Sedimen Lithogeneus yaitu sedimen yang berasal dari erosi pantai dan material
hasil erosi daerah upland. Material ini dapat sampai ke dasar laut melalui proses
mekanik, yaitu tertransport oleh arus sungai dan atau arus laut dan akan
yang hidup seperti cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik
3. Sedimen Hidrogeneus yaitu sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi kimia
di dalam air laut dan membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut sehingga
9
akan tenggelam ke dasar laut, sebagai contoh dan sedimen jenis ini adalah
4. Sedimen Cosmogeneus yaitu sedimen yang berasal dari berbagai sumber dan
masuk ke laut melalui jalur media udara atau angin. Sedimen jenis ini dapat
bersumber dari luar angkasa, aktifitas gunung api atau berbagai partikel darat
LIV. Besar Butir adalah ukuran/diameter butiran, yang merupakan unsur utama
dari batuan sedimen klastik, yang berhubungan dengan tingkat energi pada
bentuk, ukuran butir, kebolaan maupun sifat-sifat dari kumpulan butiran seperti
sortasi, kepencengan dan kepuncakan akibat dari gesekan antara butiran dengan
butiran maupun dengan batuan dasar. Besar kecilnya partikel penyusun tanah
tersebut akan menentukan kemampuan dalam hal menahan air, mengurung tanah,
10
LXIV. Pasir kasar LXV. 0.5-1
LXVI. Pasir sedang LXVII. 0.25-0.5
LXIX. 0.125-
LXVIII. Pasir halus
0.25
LXX. Pasir sangat LXXI. 0.0625-
halus 0.125
LXXIII. 0.002-
LXXII. Lumpur
0.0625
LXXV. 0.0005-
LXXIV. Lempung
0.002
LXXVI. Material yang
LXXVII. <0.0005
terurai
LXXVIII. Bahan organik sedimen merupakan penimbunan dari sisi-sisa tumbuhan dan
besar, 3-5 % tetapi pengaruh terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Sumber
asli bahan organik adalah jaringan tumbuhan seperti daun, ranting, cabang,
dkk. 2001).
LXXIX. Material organik sedimen merupakan sisa tumbuhan atau hewan dan
LXXX.
LXXXI.
11
LXXXII. METODE PRAKTIK
dan Manajemen Pantai, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan
LXXXIV. Adapun alat yang digunakan pada praktek lapang sedimentologi yaitu Ekman
sedimen, kertas label dan spidol untuk memberi keterangan pada kantong
kantong plastik untuk menyimpan semua sampel sedimen yang telah diambil.
digunakan sebagi wadah bagi sampel yang telah di ayak, sikat untuk
beaker glass volume 250 mL sebagai wadah untuk sampel, cawan petri
12
kertas saring untuk menyaring sampel sedimen, tanur untuk memijarkan,
gelas ukur untuk analisis pengendapan sedimen dan alat tulis menulis untuk
digunakan pada analisis untuk penentuan besar fraksi pasir (sand) adalah
C. Prosedur Kerja
seperti Ekman Grab untuk mengambil sampel lumpur dan Soil/Sedimen Core
kamera.
2. Pengambilan Sampel
mengaitkan kawat katup pada tuas yang ada pada bagian atas grab.
13
Memasukkan grab perlahan ke dalam air/lumpur yang akan di ambil
kantong sampel.
core ke arah kanan hingga core tenggelam atau masuk hingga pangkal
gagang alat. Selanjutnya core ditarik ke atas dengan pelan sehingga sampel
3. Analisis Laboratorium
oven dengan suhu 105 0C, Sehingga sampel sedimen betul-betul kering.
untuk dianalisis 100 gram sebagai berat awal. Sampel dimasukan ke dalam
14
dengan perlahan. Kemudian hasil masing-masing tiap ukuran ayakan
XCI. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan. Melipat kertas saring kemudian
meletakkan pada cawan petri yang bersih dan memasukkan kedalam oven
saring dengan tangan setelah keluar dari oven, tetapi menggunakan pinset).
gelas ukur hingga mencapai ukuran 1000 ml. Mengukur 20 cm dan memberi
dari ujung atas gelas kimia yaitu pada ukuran 1000 ml. Kemudian mengaduk
menyaring larutan pada pipet volume dengan kertas saring Whatman dan
jam 3 menit dan menyaring dengan kertas saring. Menyaring larutan pada
15
pipet volume dengan kertas saring Whatman dan membiarkan hingga
berat sampel sedimen yang telah dikeringkan sebanyak kurang lebih 5 gram
tanur pada suhu 600 OC selama kurang lebih 3,5 jam. Setelah mencapai tiga
4. Analisi Data
% Berat sedimen
XCVI.
Berat % Kumulatif
XCVIII.
Sortasi Sedimen
1 /2
Q1
XCIX. So=( )
Q2
16
C.Untuk dapat mengelompokkan pembatasan fraksi masing-masing tekstur
tanah dapat digambarkan dengan jelas dalam gambar yang berbentuk segitiga
yang disebut Trianguler Textur atau segitiga tekstur. Titik sudutnya menunjukkan
100 % salah satu fraksi, sedang tiap sisi menggambarkan % berat masing-
masing fraksi mulai 0 % sampai 100 %. Segitiga ini terbagi atas 13 bidang atau
CI.
CII.
CIII.
CIV.
CV.
CVI.
CVII.
CVIII.
CIX.
CX.
CXI.
CXII.
CXIII. Gambar 1. Segitiga Tekstur
CXIV. Penentuan Bahan Organik
17
CXXI. Berat akhir
CXXIV. Persentase
B erat akhir
CXXV. Persen Lempung =
100
Jumlah berat akhir
Persen lempung
CXXVI. Persen berat =
Berat awal
100
Berat ak h ir
CXXVII. Persen Lanau =
100
Jumla h berat ak hir
Persen lanau
CXXVIII. Persen berat =
Ber at awal
100
CXXIX.
CXXX.
CXXXI.
18
CXXXII. HASIL DAN PEMBAHASAN
CXXXIII. Secara administratife Kabupaten Barru adalah salah satu kabupaten yang
terletak di Sulawesi Selatan dengan luas wilayah 1.174.72 km2 atau sekitar
daerah mangrove.
CXXXV.
CXXXVI.
CXXXVII.
CXXXVIII.
CXXXIX.
CXL.
CXLI.
CXLII.
CXLIII.
CXLIV.
Gambar 2. Peta
lokasi
19
K. Hasil
3. Laju Pengendapan
4. Sortasi Sedimen
Tabel 6. Tabel sortasi sedimen
CCXIX. Da CCXXIII. Keter
CCXX. CCXXI.
Q CCXXII.
Q S
era anga
1 3 o
h n
CCXXV. CCXXVI.
2 CCXXVII.
2 1
CCXXIV. Int CCXXVIII. San
3 2 .
erti gat
. . 0
dal Baik
9 5 3
5. Pembahasan
20
1 Analisis Besar Butir
CCXXIX. Berdasarkan hasil analisis besar butir, pada daerah intertidal jenis sedimen
tidak besar. Menurut Austin (1988) dalam Edison (2009) menyatakan bahwa
hanya terdapat sebagian kecil dari 10% dari jumlah komponen yang terdapat
CCXXX. Pada analisi bahan organik, kandung BOT pada daerah pengambilan sampel
input yang dibawa oleh air sungai yang berasal dari kawasan mangrove.
Dean dan Dalrymple (2004) dalam Purnawa, dkk. (2012) mengatakan Pada
6. Analisis Pengendapan
21
CCXXXI. Berdasarkan hasil pada tabel dapat dilihat bahwa nilai persen lempung dari
sedimen lanau.
CCXXXII.
CCXXXIII.
7. Sortasi sedimen
CCXXXIV. Hasil sortasi yang didapatkan yaitu sangat baik denga nilai So 1.03, menurut
tabel tingkat sortasi Folk dan Word (1957) pada standar nilai sortasi
digolongkan pada tingkat sangat baik jika berada pada kisaran 1.0<So<1.17.
Nilai sortasi diperoleh dari hasil pengukuran melalui hasil plot pada kerta
grafik semilog. Menurut Kusumadinata (1980) sortasi baik, bila ukuran butir
pada batuan sedimen tersebut seragam, hal ini biasa terjadi pada batuan
sedimen.
CCXXXV.
CCXXXVI.
CCXXXVII.
22
CCXXXVIII. KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1. Stasiun tempat sampling yang berlokasi di Desa Bojo, Kec. Mallusetasi, Kab.
2. Nilai dari BOT pada daerah intertidal sebesar 4,0613 %. Kandungan BOT
dekat dari muara sungai dan daerah mangrove. Besar kandungan BOT pada
sedimen disebabkan oleh input yang dibawa oleh air sungai yang berasal
pada lanau yang telah mengalami pengendapan selama 2 jam 3 menit yaitu
sebesar 5,0943%.
4. Nilai sortasi untuk daerah intertidal, tergolong mengalami sortasi sangat baik.
L. Saran
CCXLI.
23
DAFTAR PUSTAKA
CCXLII. Dahuri R., J. Rais, S.P. Ginting, M.J. Sitepu, 2004. Pengelolaan Sumber Daya
Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Pramita. Jakarta.
CCXLIII. Edison, Mubarak, Bathara, L., Zulkifli. 2009. Kajian Karakteristik Dan Potensi
Sedimen Dimuarasungaikampar. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian
Universitas Riau. Pekanbaru.
CCXLIV. Endras, A., 2011. Pengertian Sedimentasi Dan Banjir.
http://anggunendras.blogspot.com/ 2011/ 10/ pengertian-sedimentasi-dan-banjir.html.
(Online). Diakases pada tanggal 2 Desember 2013 pukul 16.09.
CCXLV. Hertanto, H. B., 2012. Sedimentologi dan Sedimentasi.
http://geoenviron.blogspot.com /2012/10/sedimentologi-dan-sedimentasi.html.
(Online). Diakases pada tanggal 2 Desember 2013 pukul 16.45.
CCXLVI. Hidayat, T., 2013. Mineral Pembentuk Batuan.
http://kyubhil.blogspot.com/2013/03 /mineral-pembentuk-batuan.html. (Online).
Diakases pada tanggal 2 Desember 2013 pukul 16.12.
CCXLVII. Hutabarat, S dan Stewart, M. E. 1985. Pengantar Oceanografi. Universitas
Indonesia. Hal 158.
CCXLVIII. Kusumadinata, K., R., P., 1980. Prinsip Prinsip Sedimentasi. Dept Teknik ITB.
Bandung.
CCXLIX. Lonawarta, 1996. Mengenal Sedimen Laut. Majalah Semi Ilmiah. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia. Puslitbang Oseanologi. Balitbang Sumberdaya Laut Ambon.
CCL. Maulana, F., 2010. Pengaruh kegiatan pembangunan pada ekosistem terumbu
karang: Studi Kasus Efek Sedimentasi Di Wilayah Pesisir Timur Pulau Bintan.
Ilmu Kelautan. Universitas Padjadjaran.
CCLI. Nurdin M. S., 1997. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara. Jakarta
CCLII. Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia,
Jakarta. Penerjemah: Eidman dkk. Hal 459.
CCLIII. Pangea, F., 2013. Struktur Sedimen Menurut Selley 1970. http://fahriadhari.
blogspot.com/2013/04/struktur-sedimen-menurut-sellay-1970.html. (Online).
Diakases pada tanggal 4 Desember 2013 pukul 22.50.
CCLIV. Purnawan, S., Setiawan, I., Marwantim, 2012. Studi sebaran sedimen berdasarkan
ukuran butir di perairan Kuala Gigieng, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.
Jurnal. ISSN 2089-7790.
CCLV. Rooshardwiadi, B., 2010. Struktur Sedimen. http://jurnal-geologi.blogspot.com /
2010/03/struktur-sedimen.html. (Online). Diakases pada tanggal 5 Desember 2013
pukul 03.00.
CCLVI. Rusli, A., 2012. Sedimentologi. http://sedimentologi.blogspot.com/. (Online).
Diakases pada tanggal 4 Desember 2013 pukul 22.44.
CCLVII. Saru, A., 2013. Mengungkap Potensi Emas Hijau di Wilayah Pesisir. Massagena
Express. Makassar.
CCLVIII. Susanto, A. 2010. Diktat Praktikum GEODAS. Tim Asisten Lab. Geofisika. MIPA.
Universitas Hasanuddin.
CCLIX. Wibisono, M. S., 2005. Pengantar Ilme Kelauatan. Grasindo. Jakarta.
24
CCLX.
CCLXI.
CCLXII.
25
CCLXIII.
CCLXIV.
CCLXV.
CCLXVI.
XVII. Lampiran
CCLXVIII.
26