Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN LENGKAP PRAKTIK LAPANG SEDIMENTOLOGI

ANALISIS BESAR BUTIR DAN UJI KANDUNGAN BAHAN


ORGANIK SEDIMEN DI DESA BOJO, KECAMATAN
MALLUSETASI, KABUPATEN BARRU

NAMA :ASIRWAN
NIM : L111 11 266
KELOMPOK : V (LIMA)
LOKASI SAMPLING : TAMBAK UNHAS
ASISTEN : AYU ANNISA WIRAWAN

LABORATORIUM GEOMORFOLOGI DAN MANAJEMEN PANTAI


JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Asirwan
Nim : L111 11 266
Kelompok : V (lima)
Lokasi Praktik : Desa Bojo, Kec. Mallusetasi, Kab. Barru
Stasiun Sampling : Sebelah Utara tambak Unhas, daerah Intertidal
Tgl. Praktikum : Lapangan : 3 November 2013
Laboratorium : 4 s/d 15 November 2013

Dibuat Oleh :

Nama Praktikan : Asirwan


Nim : L111 11 266

Telah diperiksa dan disetuji oleh :

Asisten, Koordinator Mata Kuliah

Ayu Annisa Wirawan Ir. H. Marzuki Ukkas, DEA


NIM. L11110 262 NIP. 1956080119820131001

Tanggal Pengesahan,
Makassar, 6 Desember 2013

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan

hidayahnyalah sehingga saya berhasil menyelesaikan laporan saya yang berjudul.

Laporan Lengkap Praktik Lapang Sedimentologi Analisis Besar Butir Dan Uji

Kandungan Bahan Organik Sedimen Di Desa Bojo, Kecamatan Mallusetasi,

Kabupaten Barru.

Dalam kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada koordinator dan asisten praktikum yang telah memberikan

bimbingan dan petunjuk dalam penyelesaian laporan ini. Tidak lupa pula kepada

semua pihak yang telah membantu tersusunnya laporan ini dari pembuatan sampai

tahap perampungan, serta tidak lupa pula penulis memohon maaf atas segala

kesalahan dan kekhilafan penulis selama mengikuti praktik ini.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam menyusun laporan ini, penulis

dihadapkan dengan banyak kendala dan tantangan, khususnya terbatasnya waktu

yang tersedia dan literatur yang sulit didapatkan serta keterbatasan-keterbatasan

lainnya. Oleh karena itu apabila ada kesalahan pada laporan ini maka harapan dari

penulis agar pembaca memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk

perbaikan lebih lanjut.

Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita

semua, Amin ya Allah

Makassar, Desember 2013

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................vi
I. PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Maksud dan Tujuan.........................................................................................2
C. Ruang Lingkup................................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................3
A. Sedimen, Sedimentasi, dan Sedimentologi.....................................................3
B. Distribusi Sedimen...........................................................................................4
C. Struktur Sedimen.............................................................................................5
D. Mineral Penyusun Batuan Sedimen.................................................................7
E. Sortasi Sedimen..............................................................................................8
F. Asal Usul dan Jenis Sedimen..........................................................................9
G. Tekstur Sedimen dan Besar Butir....................................................................9
H. Bahan Organik Sedimen...............................................................................10
III. METODE KERJA...........................................................................................12
A. Waktu dan Tempat.........................................................................................12
B. Alat dan Bahan..............................................................................................12
C. Prosedur Kerja..............................................................................................13
1. Penentuan Lokasi Sampling......................................................................13
2. Pengambilan Sampel.................................................................................13
3. Analisis Laboratorium................................................................................14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................19
A. Gambaran Umum Lokasi...............................................................................19
B. Hasil..............................................................................................................19
C. Pembahasan.................................................................................................20
V. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................23

3
A. Kesimpulan....................................................................................................23
B. Saran.............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................24
LAMPIRAN

4
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Standar Penentuan Nilai Sortasi Sedimen.................................................9

Tabel 2. Skala Wentworth untuk mengklasifikasikan pertikel-pertikel sedimen.......10

Tabel 3. Tabel Analisis besar butir...........................................................................20

Tabel 4. Tabel analisis bahan organik.....................................................................20

Tabel 5. Tabel analisis pengendapan......................................................................20

Tabel 6. Tabel sortasi sedimen................................................................................20

5
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Segitiga Tektur......................................................................................17


Gambar 2. Peta lokasi tambak UNHAS Barru.........................................................19

6
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

II. Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan

perairan tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam lingkungan

tersebut. Sedimentasi yang terjadi di lingkungan pantai menjadi persoalan

bila terjadi di lokasi-lokasi yang terdapat aktifitas manusia yang

membutuhkan kondisi perairan yang dalam seperti pelabuhan, dan alur-alur

pelayaran (Maulana, 2010).

III. Sedimentasi yang terjadi diwilayah pesisir terjadi pada muara-muara sungai.

Pola-pola sedimentasi tergantung pada pola pergerkan air, apabila gerakan

air horizontal tinggi, sedimen akan tetap dalam bentuk larutan. Namun bila

gerakan air perlahan sehingga tidak cukup energi untuk menjaga agar

sedimen tetap larut maka akan terjadi pengendapan bahan-bahan sedimen.

Selain itu, energi gerakan air juga berpengaruh terhadap ukuran bahan-

bahan sedimentantasi yang akan diendapkan. Tingginya proses sedimentasi

ini akan berdampak kembali pada manusia itu sendiri seperti terganggunya

transportasilaut karena terjadinya pendangkalan (Rusli, 2012).

IV. Studi tekstur sedimen didalam sedimentologi umum digunakan untuk

mengetahui ukuran dan persentase butir, proses sedimentasi serta arah

transport sedimen. Transportasi sedimendipantai merupakan proses yang

perlu diperhatikan, karena angkutan sedimen dapat merubah kondisi pantai.

Ukuran-ukuran partikel sedimen ini sangat berbeda tergantung dari sifat fisik

yang dimiliki oleh partikel-partikel tersebut. Untuk mengetahui ukuran butir

sedimen maka perlu dilakukan analisi denga berbagai macam metode. Oleh

1
karena itu, maka dianggap penting untuk melakukan praktek lapang

sedimentologi untuk dapat mengetahui cara analisis penentuan distribusi dan

arah penyebaran sedimen dengan melihat ukuran butir sedimen.

B. Maksud dan Tujuan

V. Maksud diadakannya praktikum analisis butir sedimen adalah untuk

mengetahui berbagai macam bentuk dan ukuran material butiran pasir

sedimen dan sedimen yang lolos pada pada saringan kurang dari 0.063 mm

dengan menggunakan beberapa metode yakni metode pengayakan dan

pengklasifikasian dimana hasil tersebut diplotkan kedalam segitiga tekstur

sehingga didapatkan tekstur sedimen.

VI. Sedangkan tujuan dari praktikum adalah untuk mengetahui hubungan antara

ukuran butir dengan beberapa proses sedimentasi dan dapat

mengaplikasikan metode pengayakan, penentuan BO, dan CaCO3.

C. Ruang Lingkup

VII. Ruang lingkup pada praktikum sedimentologi laut adalah analisi butir-butir

sedimen yang meliputi tekstur dengan menggunakan satuan segitiga tekstur,

kandungan bahan organik, sortasi, pengendapan, profil sedimen, kekeruhan,

kandungan kapur, hubungan dengan lokasi pengambilan sedimen, serta

faktor-faktor yang mempengaruhi sedimentasi yang terjasi dilokasi

pangambilan sedimen.

VIII.

2
IX. TINJAUAN PUSTAKA

A Sedimen, Sedimentasi, dan Sedimentologi

X. Endapan sedimen (sedimentary deposit) adalah material padat yang

terakumulasi di permukaan bumi atau di dekat permukaan bumi, pada

kondisi tekanan dan temperatur yang rendah. Sedimen umumnya (namun

tidak selalu) diendapkan dari fluida dimana material penyusun sedimen itu

sebelumnya berada, baik sebagai larutan maupun sebagai suspensi. Definisi

ini sebenarnya tidak dapat diterapkan untuk semua jenis batuan sedimen

karena ada beberapa jenis endapan yang telah disepakati oleh para ahli

sebagai endapan sedimen (Endras, 2011) :

Diendapkan dari udara sebagai benda padat di bawah temperatur yang

relatif tinggimisalnya material fragmental yang dilepaskan dari gunung api.

Diendapkan di bawah tekanan yang relatif tinggi, misalnya endapan lantai

laut dalam

XI. Sedangkan sedimen atau endapan pada umumnya diartikan sebagai hasil

dari proses pelapukan terhadap suatu tubuh batuan, yang kemudian

mengalami erosi, tertansportasi oleh air, angin, dan lainnya, dan pada

akhirnya terendapkan atau tersedimentasikan. Sedangkan batuan sedimen

adalah suatu batuan yang terbentuk dari hasil proses sedimentasi, baik

secara mekanik maupun secara kimia dan organik (Endras, 2011).

XII. Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport

oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat

di mulut-mulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan material-

material yang diangkut oleh air sungai, sedangkan bukit pasir (sand dunes)

3
yang terdapat di gurun dan di tepi pantai adalah pengendapan dari material-

material yang diangkut oleh angina (Hertanto, 2012).

XIII. Sedimentologi adalah cabang ilmu Geologi yang mempelajari mengenai

batuan sedimen,cara terbentuknya,lingkungan terbentuknya,proses dan

faktor-faktor yang berperan dan komponen-komponen pada batuan sedimen

(Hertanto, 2012).

D. Distribusi Sedimen

XIV. Sedimen yang masuk ke dalam laut dapat terdistribusi pada (Lonawarta,

1996) :

1. Endapan Sedimen pada Perairan Dangkal

XV. Pada umumnya Glacial Continental Shelf dicirikan dengan susunan

utamanya campuran antara pasir, kerikil, dan batu kerikil. Sedangkan Non

Glacial Continental Shelf endapannya biasanya mengandung lumpur yang

berasal dari sungai. Di tempat lain (continental shelf) dimana pada dasar laut

gelombang dan arus cukup kuat, sehingga material batuan kasar dan kerikil

biasanya akan diendapkan.

XVI. Sebagian besar pada Continental slope kemiringannya lebih terjal sehingga

sedimen tidak akan terendapkan dengan ketebalan yang cukup tebal.

Daerah yang miring pada permukaannya dicirikan berupa batuan dasar

(bedrock) dan dilapisi dengan lapisan lanau halus dan lumpur. Kadang

permukaan batuan dasarnya tertutupi juga oleh kerikil dan pasir.

2. Endapan Sedimen pada Perairan Laut Dalam

XVII. Sedimen laut dalam dapat dibagi menjadi 2 yaitu Sedimen Terigen Pelagis

dan Sedimen Biogenik Pelagis.

Sedimen Biogenik Pelagis

4
XVIII.Dengan menggunakan mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik terdiri

atas berbagai struktur halus dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu berupa

sisa-sisa fitoplankton dan zooplankton laut. Karena umur organisme plankton

hannya satu atau dua minggu, terjadi suatu bentuk hujan sisa-sisa

organisme plankton yang perlahan, tetapi kontinue di dalam kolam air untuk

membentuk lapisan sedimen. Pembentukan sedimen ini tergantung pada

beberapa faktor lokal seperti kimia air dan kedalaman serta jumlah produksi

primer di permukaan air laut. Jadi, keberadan mikrofil dalam sedimen laut

dapat digunakan untuk menentukan kedalaman air dan produktifitas

permukaan laut pada zaman dulu.

Sedimen Terigen Pelagis

XIX.Hampir semua sedimen Terigen di lingkungan pelagis terdiri atas materi-

materi yang berukuran sangat kecil. Ada dua cara materi tersebut sampai ke

lingkungan pelagis. Pertama dengan bantuan arus turbiditas dan aliran

grafitasi. Kedua melalui gerakan es yaitu materi glasial yang dibawa oleh

bongkahan es ke laut lepas dan mencair. Bongkahan es besar yang

mengapung, bongkahan es kecil dan pasir dapat ditemukan pada sedimen

pelagis yang berjarak beberapa ratus kilometer dari daerah gletser atau

tempat asalnya.

E. Struktur Sedimen

XX. Struktur sedimen merupakan pengertian yang sangat luas, meliputi

penampakan dari perlapisan normal termasuk kenampakan kofigurasi

perlapisan dan/atau juga modifikasi dari perlapisan yang disebabkan proses

baik selama pengendapan berlangsung maupun setelah pengendapan

5
berhenti. Struktur sedimen dibagi menjadi 3 bagian yaitu (Rooshardwiadi,

2010) :

1. Struktur Sedimen Primer

XXI. Struktur Primer adalah struktur yang terbentuk ketika proses pengendapan

dan ketika batuan beku mengalir atau mendingin dan tidak ada singkapan

yang terlihat. Struktur primer ini penting sebagai penentu kedudukan atau

orientasi asal suatu batuan yang tersingkap, terutama dalam batuan

sedimen. Struktur yang terbentuk sewaktu proses pengendapan sedang

berlangsung termasuk lapisan mendatar (flat bedding), lapisan silang,

laminasi, dan laminasi silang yang mikro (micro-crosslamination).

Cross Bedding ( Perlapisan Silang )

XXII.Cross bedding merupakan struktur primer yang membentuk srutur

penyilangan suatu lapisan batuan terhadap lapisan batuan yang lainya, atau

lapisan batuan yang lebih muda memotong lapisan batuan yang lebih tua.

Cross bedding didefinisikan oleh sebagai struktur yang membatasi suatu unit

sedimentasi dari jenis yang lain dan dicirikan dengan perlapisan dalam atau

laminasi disebut juga dengan foreset bedding miring ke permukaan bidang

akumulasi (deposisi).

Graded Bedding ( Perlapisan Bersusun )

XXIII.Graded bedding merupakan struktur perlapisan sedimen yang menunjukan

perbedaan fragmen atau ukuran butir sedimen yang membentuk suatu

lapisan batuan. Perbedaan ini terbentuk karena adanya gaya gravitasi yang

mempengaruhi saat terjadinya pengendapan pada sedimen tersebut.

sedimen yang memiliki ukuran butir lebih besar akan lebih dahulu

6
mengendap dibandingkan dengan sedimen yang memiliki ukuran lebih kecil

sehingga struktur graded bending akan selalu menunjukan sturktur

perlapisan yang semakin keatas lapisan tersebut ukuran butir yang dijumpai

akan semakin kecil.

XXIV.

Riple Mark ( Gelembur Gelombang )

Ripple mark merupakan struktur primer perlapisan sedimen yang menunjukan

adanya permukaan seperti ombak atau begelombang yang disebabkan

adanya pengikiran oleh kerja air, dan angin. Pada awalnya lapisan batuan

sedimen tersebut datar dan horizontal karena adanya pengaruh kerja air dan

angin menyebabkan bagian-bagian lemah terbawa air atau angin sehingg

menyisahkan cekungan-cekungan yang membentuk seperti gelombang.

2. Struktur Sedimen Sekunder

XXV. Struktur yang terbentuk sesudah proses sedimentasi, sebelum atau pada

waktu diagenesa. Juga merefleksikan keadaan lingkungan pengendapan

misalnya keadaan dasar, lereng dan lingkungan organisnya.

3. Struktur Sedimen Organik

XXVI. Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme, seperti molusca, cacing

atau binatang lainnya.

F. Mineral Penyusun Batuan Sedimen

XXVII. Mineral pembentuk batuan adalah mineral-mineral yang menyusun suatu

batuan dengan kata lain batuan yang terdiri dari berbagai macam mineral.

Ada juga terdapat batuan yang hanya terdiri dari satu mineral saja, seperti

dunit yang hanya terdiri dari satu mineral yaitu olivine. Mineral batuan

7
sedimen dapat berasal dari mineral rombakan dari batuan beku, batuan

sedimen dan batuan metamorf. Selain mineral rombakan, mineral pembentuk

batuan sedimen dapat berasal dari presipitasi kimia secara langsung

(Hidayat, 2013).

XXVIII. Adapun contoh mineral-mineral rombakan sebagai pembentuk batuan

sedimen yaitu quartz, micca, feldspar (asal batuan beku), calcite, dolomite,

anhydrite (asal batuan sedimen) dan garnet (asal pecahan dari batuan

metamorf). Namun pada batuan sedimen dapat pula satu jenis mineral

(mono-mineral) mendominasi batuan karena langsung dari pesipitasi kimiawi.

Misalnya Calcite, yang mendominasi pada limestone (batu gamping)

(Hidayat, 2013).

G. Sortasi Sedimen

XXIX. Sortasi atau pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir

penyusun batuan sedimen, artinya bila semakin seragam ukuranya dan

besar butirannya maka pemilahan semakin baik. Secara umum sortasi atau

pemilahan dibagi menjadi tiga yaitu (Kusimadinata, 1980) :

1. Sortasi baik, bila ukuran butir pada batuan sedimen tersebut seragam, hal ini

biasa terjadi pada batuan sedimen dengan kemas tertutup.

2. Sortasi sedang, bila ukuran butir pada batuan sedimen terdapat yang seragam

maupun yang tidak seragam.

3. Sortasi buruk, bila ukuran butir pada batuan sedimen sangat beragam, dari halus

hingga kasar dan biasa terjadi pada batuan sedimen dengan kemas terbuka.

XXX. Untuk menghitung sortasi sedimen pertama-tama menentukan persentase

pasir, lanau dan lempung dengan menggunakan skala Wentworth, yang

kemudian diplotkan kedalam grafik semilog untuk menentukan Q1=25,

8
Q2=Q50, dan Q3=Q75 kemudian diplotkan kedalam segitiga tektur, setelah

itu menghitung nilai sortasi. Sortasi baik apabila ukuran sedimen seragam,

sedangkan sortasi sedimen jelek bila ukuran tidak seragam (Kusmadinata,

1980).

Tabel 1. Standar Penentuan Nilai Sortasi Sedimen


XXXI. XXXII. Keteranga
XXXIII. Skala
No n
XXXIV. XXXV. Sangat XXXVI. 1.0<So<1.
1 baik 17
XXXVII. XXXIX. 1.17<So<
2 XXXVIII. Baik 1.20
XL. XLII. 1.20<So<
3 XLI. Cukup baik 1.35
XLIII. XLV. 1.35<So<
4 XLIV. Sedang 1.875
XLVI. XLVIII. 1.875<So
5 XLVII. Jelek <2.75
XLIX. L. Sangat
LI. So>275
6 jelek
LII.

H. Asal Usul dan Jenis Sedimen

LIII. Jenis sedimen dibagi atas empat berdasarkan asalnya masing-masing yaitu

(Wibisono, 2005) :

1. Sedimen Lithogeneus yaitu sedimen yang berasal dari erosi pantai dan material

hasil erosi daerah upland. Material ini dapat sampai ke dasar laut melalui proses

mekanik, yaitu tertransport oleh arus sungai dan atau arus laut dan akan

terendapkan jika energi tertransforkan telah melemah.

2. Sedimen Biogeneus yaitu sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme

yang hidup seperti cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik

yang mengalami dekomposisi.

3. Sedimen Hidrogeneus yaitu sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi kimia

di dalam air laut dan membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut sehingga

9
akan tenggelam ke dasar laut, sebagai contoh dan sedimen jenis ini adalah

magnetit, phosphorit dan glaukonit.

4. Sedimen Cosmogeneus yaitu sedimen yang berasal dari berbagai sumber dan

masuk ke laut melalui jalur media udara atau angin. Sedimen jenis ini dapat

bersumber dari luar angkasa, aktifitas gunung api atau berbagai partikel darat

yang terbawa angin.

I. Tekstur Sedimen dan Besar Butir

LIV. Besar Butir adalah ukuran/diameter butiran, yang merupakan unsur utama

dari batuan sedimen klastik, yang berhubungan dengan tingkat energi pada

saat transportasi dan pengendapan. Klasifikasi besar butir menggunakan

skala Wentworth. Besar butir ditentukan oleh jenis pelapukan (pelapukan

kimiawi/butiran halus, pelapukan mekanis/butiran kasar), jenis transportasi,

waktu/jarak transportasi dan resistensi (Susanto, 2010).

LV. Ukuran butiran akan mencerminkan resistensi butiran terhadap proses

pelapukan, erosi dan abrasi, Pada proses transportasi berpengaruh terhadap

bentuk, ukuran butir, kebolaan maupun sifat-sifat dari kumpulan butiran seperti

sortasi, kepencengan dan kepuncakan akibat dari gesekan antara butiran dengan

butiran maupun dengan batuan dasar. Besar kecilnya partikel penyusun tanah

tersebut akan menentukan kemampuan dalam hal menahan air, mengurung tanah,

dan produksi bahan organik (Susanto, 2010).

Tabel 2. Skala Wentworth untuk mengklasifikasikan pertikel-pertikel sedimen (Hutabarat dan


Stewart, 1986)
LVII. Ukuran
LVI. Partikel
(mm)
LVIII. Bongkah LIX. >265
LX. Kerikil LXI. 2-265
LXII. Pasir sangat
LXIII. 2-1
kasar

10
LXIV. Pasir kasar LXV. 0.5-1
LXVI. Pasir sedang LXVII. 0.25-0.5
LXIX. 0.125-
LXVIII. Pasir halus
0.25
LXX. Pasir sangat LXXI. 0.0625-
halus 0.125
LXXIII. 0.002-
LXXII. Lumpur
0.0625
LXXV. 0.0005-
LXXIV. Lempung
0.002
LXXVI. Material yang
LXXVII. <0.0005
terurai

J. Bahan Organik Sedimen

LXXVIII. Bahan organik sedimen merupakan penimbunan dari sisi-sisa tumbuhan dan

binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan

kembali. Bahan organik ditemukan dipermukaan tanah, jumlahnya tidak

besar, 3-5 % tetapi pengaruh terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Sumber

asli bahan organik adalah jaringan tumbuhan seperti daun, ranting, cabang,

batand, dan akar tumbuhan. Sedangkan binatang sisanya biasanya dianggap

sebagai penyumbang bahan organik sekunder setelah tumbuhan (Dahuri,

dkk. 2001).

LXXIX. Material organik sedimen merupakan sisa tumbuhan atau hewan dan

organisme tanah baik yang terdekomposisi maupun yang sedang mengalami

dekomposisi. Material organik sangat menentukan kepadatan populasi

organisme tanah. Pengukuran kadar organik tanah dapat dilakukan dengan

menggunakan metode pembakaran, dengan metode ini material organik

akan terbakar sehingga kehilangan berat (Nurdin, 1997).

LXXX.

LXXXI.

11
LXXXII. METODE PRAKTIK

A. Waktu dan Tempat

LXXXIII. Praktek Lapang Sedimentologi dilaksanakan pada hari Minggu 3, November

2013, bertempat di Desa Bojo, Kecamatan Mallusetasi, Kabupaten Barru,

Sulawesi Selatan. Sedangkan analisis sampel dilaksanakan pada hari Senin

4 sampai dengan Jumat 8 November 2013 di Laboratorium Geomorfologi

dan Manajemen Pantai, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan

Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

B. Alat dan Bahan

LXXXIV. Adapun alat yang digunakan pada praktek lapang sedimentologi yaitu Ekman

Grab untuk mengambil sampel lumpur, Soil/Sedimen Core Sampler untuk

mengambil sampel pasir, kantong sampel untuk menyimpan sampel

sedimen, kertas label dan spidol untuk memberi keterangan pada kantong

sampel, kamera sebagai dokumentasi pengambilan sampel sedimen, dan

kantong plastik untuk menyimpan semua sampel sedimen yang telah diambil.

Timbangan digital untuk menimbang berat sampel sedimen, satu set

saringan (Sieve Net) untuk mengayak sampel sedimen, oven untuk

mengeringkan serta mengeringkan sampel, kertas licin (pembungkus nasi)

digunakan sebagi wadah bagi sampel yang telah di ayak, sikat untuk

membersihkan sisa-sisa sampel pada alat yang digunakan, lap untuk

membersihkan, sendok atau spatula untuk mengambil sampel sedimen,

beaker glass volume 250 mL sebagai wadah untuk sampel, cawan petri

digunakan sebagai wadah sampel saat ditimbang, cawan porselin sebagai

wadah sampel saat ditimbang, pipet volume 10 mL untuk mengambil larutan,

12
kertas saring untuk menyaring sampel sedimen, tanur untuk memijarkan,

desikator untuk mendinginkan cawan porselin, gegep kayu digunakan untuk

menjepit cawan porselin, gelas kimia untuk mengambil sampel sedimen,

gelas ukur untuk analisis pengendapan sedimen dan alat tulis menulis untuk

mencatat hasil analisis sedimen.

LXXXV. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu Sedangkan bahan-bahan yang

digunakan pada analisis untuk penentuan besar fraksi pasir (sand) adalah

sampel sedimen dan aquades. Pada analisis kandungan kapur (CaCO 3)

menggunakan bahan HCl pekat.

C. Prosedur Kerja

1. Penentuan Lokasi Sampling

LXXXVI. Pertama-tama menentukan posisi stasiun pengambilan sampel, selanjutnya

menyiapkan alat yang digunakan dalam pengambilan sampe.Melakukan

pengambilan sampel dengan menggunakan alat yang telah disediakan

seperti Ekman Grab untuk mengambil sampel lumpur dan Soil/Sedimen Core

Sampler untuk mengambil sampel pasir.Memasukan sampel ke dalam

kantung sampel dengan menggunakan tangan. Memberi label/keterangan

pada setiap kantong sampel dan mengambil dokumentasi lapangan dengan

kamera.

2. Pengambilan Sampel

LXXXVII. Pada sedimen berlumpur, metode pengambilan sampel menggunakan alat

Ekman Grab. Pertama menyiapkan grab lengkap dengan tali dan

mesenggernya.Kemudian membuka katup bawah ekman grab, lalu

mengaitkan kawat katup pada tuas yang ada pada bagian atas grab.

Pastikan katup terbuka dengan kawat yang terpasang demgan tepat.

13
Memasukkan grab perlahan ke dalam air/lumpur yang akan di ambil

sampelnya.Lalu melepaskan masenggernya, dan katup grab akan tertutup.

Selanjutnya mengangkat grap ke permukaan secara perlahan. Terakhir,

mengeluarkan sedimen melalui katub atas dan memasukannya ke dalam

kantong sampel.

LXXXVIII. Pada sedimen berpasir, metode pengambilan sampel dengan menggunakan

alat Soil/Sedimen Core Sampler. Menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan,

menancapkan alat core ke permukaan pasir pantai sambil memutar gagang

core ke arah kanan hingga core tenggelam atau masuk hingga pangkal

gagang alat. Selanjutnya core ditarik ke atas dengan pelan sehingga sampel

dalam core tetap tinggal dan memasukannya ke dalam kantong sampel.

3. Analisis Laboratorium

Penentuan besar butir sedimen dengan metode ayakan kering

LXXXIX. Pertama-tama sampel sedimen yang diperoleh di lapangan dikumpulkan

sesuai dengan lokasi masing-masing sampel, kemudian dicuci dengan

aquades untuk menghilangkan bahan organik terapung. setelah itu

dimasukkan kedalam beaker glass. Memasukkan sampel sedimen kedalam

oven dengan suhu 105 0C, Sehingga sampel sedimen betul-betul kering.

Setelah sedimen kering , mengambil dan kemudian menimbang sampel

untuk dianalisis 100 gram sebagai berat awal. Sampel dimasukan ke dalam

ayakan untuk diguncang secara merata selama minimum 10 menit untuk

sempurnya pengayakan, sehingga didapatkan pemisahan ukuran masing-

masing partikel sedimen berdasarkan ukuran ayakan. Sampel dipisahkan

dari ayakan (untuk antisipasi tertinggalnya butiran pada ayakan disikat

14
dengan perlahan. Kemudian hasil masing-masing tiap ukuran ayakan

kembali dihitung untuk mendapat nilai gramnya.

XC. Penentuan besar butir sedimen dengan metode pipet

XCI. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan. Melipat kertas saring kemudian

meletakkan pada cawan petri yang bersih dan memasukkan kedalam oven

selama 1 jam. Mendinginkan kertas saring setelah 1 jam kemudian

menimbang beratnya (tidak diperbolehkan memegang/menyentuh kertas

saring dengan tangan setelah keluar dari oven, tetapi menggunakan pinset).

Selanjutnya memasukan sampel sebanyak 100 gram pada gelas kimia.

Menambahkan 10 ml 0,01 Natrium Oksalat ke dalam gelas kimia, kemudian

menambahkan 5 ml Natrium Karbonat.

XCII. Selanjutnya memasukkan ke dalam gelas ukur. Membersihkan sisa-sisa

sampel di gelas kimia sehingga bersih dengan menggunakan aquades

kemudian memasukkan ke dalam gelas ukur. Menambahkan aquades pada

gelas ukur hingga mencapai ukuran 1000 ml. Mengukur 20 cm dan memberi

tanda pada gelas ukur dengan menggunakan mistar. Pengukuran dimulai

dari ujung atas gelas kimia yaitu pada ukuran 1000 ml. Kemudian mengaduk

larutan hingga merata menggunakan pengaduk. Setelah mengaduk,

mendiamkan larutan selama 7 menit 44 detik dan 2 jam 3 menit (perhitungan

waktu dimulai setelah larutan diaduk dan didiamkan). Memipet larutan

setelah 744 menggunakan pipet volume (ujung pipet berada pada

kedalaman 20 cm yang telah diberi tanda pada gelas ukur). Selanjutnya

menyaring larutan pada pipet volume dengan kertas saring Whatman dan

membiarkan hingga tersaring secara merata. Memipet lagi larutan setelah 2

jam 3 menit dan menyaring dengan kertas saring. Menyaring larutan pada

15
pipet volume dengan kertas saring Whatman dan membiarkan hingga

tersaring secaram merata. Selanjutnya kertas saring kembali dioven selama

1 jam. Terakhir menimbang kembali berat akhirnya kertas saring.

XCIII. Analisis kandungan bahan organik

XCIV. Langka pertama menimbang berat cawan porselin, kemudian menimbang

berat sampel sedimen yang telah dikeringkan sebanyak kurang lebih 5 gram

dan mencatatnya sebagai berat awal. Selanjutnya memanaskan dengan

tanur pada suhu 600 OC selama kurang lebih 3,5 jam. Setelah mencapai tiga

setengah jam dikeluarkan dari tanur dan didinginkan dengan desikator.

Menghitung kembali sampel yang sudah dipanaskan sebagai berat akhir.

4. Analisi Data

Analisis Berat Butir

% Berat sedimen

Berat hasil Ayakan


XCV.
Berat= 100
Berat awal

XCVI.
Berat % Kumulatif

XCVII. Kumulatif = berat 1+ berat 2

XCVIII.

Sortasi Sedimen

1 /2
Q1
XCIX. So=( )
Q2

Penentuan Tekstur Sedimen (Segitiga Tekstur)

16
C.Untuk dapat mengelompokkan pembatasan fraksi masing-masing tekstur

tanah dapat digambarkan dengan jelas dalam gambar yang berbentuk segitiga

yang disebut Trianguler Textur atau segitiga tekstur. Titik sudutnya menunjukkan

100 % salah satu fraksi, sedang tiap sisi menggambarkan % berat masing-

masing fraksi mulai 0 % sampai 100 %. Segitiga ini terbagi atas 13 bidang atau

zona yang menunjukkan masing-masing.

CI.

CII.

CIII.

CIV.
CV.
CVI.
CVII.
CVIII.
CIX.
CX.
CXI.
CXII.
CXIII. Gambar 1. Segitiga Tekstur
CXIV. Penentuan Bahan Organik

CXV. Berat BO awal = Berat cawan + Berat Sampel

CXVI. Kandungan bahan organik = (Baw Bc) (Bak Bc)

CXVII. Dimana : Baw = Berat awal (gram)

CXVIII. Bak = Berat akhir (gram)

CXIX. Bc = Berat cawan (gram)

CXX. Metode Pipet

17
CXXI. Berat akhir

CXXII. Berat akhir = Berat 744 Berat awal

CXXIII. Berat akhir = Berat 2.3 Berat awal

CXXIV. Persentase

B erat akhir
CXXV. Persen Lempung =
100
Jumlah berat akhir

Persen lempung
CXXVI. Persen berat =
Berat awal
100

Berat ak h ir
CXXVII. Persen Lanau =
100
Jumla h berat ak hir

Persen lanau
CXXVIII. Persen berat =
Ber at awal
100

CXXIX.

CXXX.

CXXXI.

18
CXXXII. HASIL DAN PEMBAHASAN

A Gambaran Umum Lokasi

CXXXIII. Secara administratife Kabupaten Barru adalah salah satu kabupaten yang

terletak di Sulawesi Selatan dengan luas wilayah 1.174.72 km2 atau sekitar

1.88% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis

Kabupaten Barru terletak antara 119o3500 119o3716 Bujur Timur dan

04o0.549 04o4735 Lintang Selatan, diapit dan dibatasi oleh beberapa

kabupaten, yaitu disebelah barat berbatasan langsung dengan Selat

Makassar, sebelah selatan Kabupaten Pangkep, sebelah timur Kabupaten

Soppeng/Bone, dan disebelah utara Kota Pare-Pare (Saru, 2013).

CXXXIV. Praktik lapang sedimentologi dilaksanakan di Desa Bojo, Kecematan

Mallusetasi, Kabupaten Barru, Sulawesi selatan. Tepatnya di Balai Penelitian,

Pengembangan dan Pelatihan Tambak UNHAS. Lokasi Pengambilan Sampel

berada disebelah utara tambak UNHAS, merupakan daerah intertidal dan

daerah mangrove.
CXXXV.
CXXXVI.
CXXXVII.
CXXXVIII.
CXXXIX.
CXL.
CXLI.
CXLII.
CXLIII.
CXLIV.

Gambar 2. Peta

lokasi

tambak UNHAS Barru

19
K. Hasil

1. Analisis Besar Butir

Tabel 3. Tabel Analisis besar butir


CXLV. S
CXLVI. CXLVIII. CXLIX. CL. CLI. CLII. CLIII. CLIV. CLV.
CXLVII.
tasiun
Berat sampel 2 1 0,5 0,25 0,125 0,063 <0,063 Jumlah
CLX. B
CLXI. CLXII. CLXIII. CLXIV. CLXV. CLXVI. CLXVII. CLXVIII.
erat
0,493 1,107 5,105 9,019 67,915 14,460 1,453 99,552
gram
CLVI. CLVIII. CLXXI. % CLXXIII. CLXXIV. CLXXV. CLXXVI. CLXXVII. CLXXVIII.
CLXXII. CLXXIX.
CLVII. I
CLIX.
Berat 0,4929 1,1069 5,1045 9,0182 67,9089 14,4587 1,4529 99,5430
ntertidal 100,04
CLXXXII. % CXC.
CLXXXIII. CLXXXIV. CLXXXV.CLXXXVI. CLXXXVII. CLXXXVIII.CLXXXIX. CXCI.
Komulat
0,4929 1,5998 6,7043 15,7225 83,6314 98,0901 99,5430 305,784
if
CXCII.

2. Analisis Bahan Organik Terlarut

Tabel 4. Tabel analisis bahan organik


CXCIII. Berat
CXCIV. Berat
CXCV. CXCVI.
Be %
sampel BO awal rat BO BO
CXCIX. 0,2CC. 4,061
CXCVII. 5,023
CXCVIII. 22,538
04 3

3. Laju Pengendapan

Tabel 5. Tabel analisis pengendapan


CCI. CCII. CCIII. CCIV. CCV. CCVI. CCVII. CCVIII. CCIX.
Berat Berat Berat Berat % lempungBerat BeratBerat akhir
% lanau
samp kerta setela akhi kerta setela
el s h r s h 2o3
sarin 744
g
CCX. CCXI. CCXII. CCXIII. CCXIV. CCXV. CCXVI. CCXVII.CCXVIII.
100 ml 1,254 1,757 0,503 94,9056 1,242 1,269 0,027 5,0943

4. Sortasi Sedimen
Tabel 6. Tabel sortasi sedimen
CCXIX. Da CCXXIII. Keter
CCXX. CCXXI.
Q CCXXII.
Q S
era anga
1 3 o
h n
CCXXV. CCXXVI.
2 CCXXVII.
2 1
CCXXIV. Int CCXXVIII. San
3 2 .
erti gat
. . 0
dal Baik
9 5 3

5. Pembahasan

20
1 Analisis Besar Butir

CCXXIX. Berdasarkan hasil analisis besar butir, pada daerah intertidal jenis sedimen

yang mendominasi yaitu sedimen pasir halus dengan ukuran 0.125 mm

sebesar 67,9089% dari % berat. Hal ini dikarenakan lokasi pengambilan

sampel merupakan daerah yang pengaruh angin, arus dan gelombangnya

tidak besar. Menurut Austin (1988) dalam Edison (2009) menyatakan bahwa

sedimen pasir umumnya terdeposit pada perairan paparan benua dan di

sepanjang garis pantai di daearah intertidal. Sedangkan laut dalam, pasir

hanya terdapat sebagian kecil dari 10% dari jumlah komponen yang terdapat

disana dan pada daerah ini didominasi oleh sedimen lumpur.

5. Analisis Bahan Organik

CCXXX. Pada analisi bahan organik, kandung BOT pada daerah pengambilan sampel

sebesar 4,0613 %. Kandungan BOT pada sedimen tergolong besar,

disebabkan daerah pengambilan sampel dekat dari muara sungai dan

daerah mangrove. Besar kandungan BOT pada sedimen disebabkan oleh

input yang dibawa oleh air sungai yang berasal dari kawasan mangrove.

Dean dan Dalrymple (2004) dalam Purnawa, dkk. (2012) mengatakan Pada

umummya sedimen berpasir bersifat terrigenous (material endapan berasal

dari daratan) yang komposisinya dipengaruhi lokasi asli dimana ia berada.

Lebih lanjut Nybakken (1992) menyatakan bahwa jenis sedimen dan

ukurannya merupakan salah satu faktor ekologi dan mempengaruhi

kandungan bahan organik dimana semakin halus tekstur subtrat semakin

besar kemampuannya menjebak bahan organik.

6. Analisis Pengendapan

21
CCXXXI. Berdasarkan hasil pada tabel dapat dilihat bahwa nilai persen lempung dari

sampel yang telah mengalami pengendapan selama 7 menit 44 detik yaitu

sebesar 94,9056%, sedangkan nilai persen pada lanau yang telah

mengalami pengendapan selama 2 jam 3 menit yaitu sebesar 5,0943%.

Sehingga sedimen lempung lebih cepat mengendap disbanding sedimen

lanau, disebabkan karena partikel sedimen lempung berat dibanding

sedimen lanau.

CCXXXII.

CCXXXIII.

7. Sortasi sedimen

CCXXXIV. Hasil sortasi yang didapatkan yaitu sangat baik denga nilai So 1.03, menurut

tabel tingkat sortasi Folk dan Word (1957) pada standar nilai sortasi

digolongkan pada tingkat sangat baik jika berada pada kisaran 1.0<So<1.17.

Nilai sortasi diperoleh dari hasil pengukuran melalui hasil plot pada kerta

grafik semilog. Menurut Kusumadinata (1980) sortasi baik, bila ukuran butir

pada batuan sedimen tersebut seragam, hal ini biasa terjadi pada batuan

sedimen.

CCXXXV.

CCXXXVI.

CCXXXVII.

22
CCXXXVIII. KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

CCXXXIX. Berdasarkan hasil dan pembahasan praktek lapang sedimentologi, dapat

diambil kesimpulan bahwa :

1. Stasiun tempat sampling yang berlokasi di Desa Bojo, Kec. Mallusetasi, Kab.

Barru, tepatnya ditambak UNHAS termasuk dalam golongan pasir halus.

2. Nilai dari BOT pada daerah intertidal sebesar 4,0613 %. Kandungan BOT

pada sedimen tergolong besar, disebabkan daerah pengambilan sampel

dekat dari muara sungai dan daerah mangrove. Besar kandungan BOT pada

sedimen disebabkan oleh input yang dibawa oleh air sungai yang berasal

dari kawasan mangrove.

3. Nilai persen lempung dari sampel yang telah mengalami pengendapan

selama 7 menit 44 detik yaitu sebesar 94,9056%, sedangkan nilai persen

pada lanau yang telah mengalami pengendapan selama 2 jam 3 menit yaitu

sebesar 5,0943%.

4. Nilai sortasi untuk daerah intertidal, tergolong mengalami sortasi sangat baik.

L. Saran

CCXL. Pada praktik lapang selanjutnya, saat pengambilan sampel dilapangan

sebaiknya masing-masing kelompok didampingi oleh asisten, supaya

praktikan dibimbing langsung pada saat pengambilan sampel.

CCXLI.

23
DAFTAR PUSTAKA

CCXLII. Dahuri R., J. Rais, S.P. Ginting, M.J. Sitepu, 2004. Pengelolaan Sumber Daya
Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Pramita. Jakarta.
CCXLIII. Edison, Mubarak, Bathara, L., Zulkifli. 2009. Kajian Karakteristik Dan Potensi
Sedimen Dimuarasungaikampar. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian
Universitas Riau. Pekanbaru.
CCXLIV. Endras, A., 2011. Pengertian Sedimentasi Dan Banjir.
http://anggunendras.blogspot.com/ 2011/ 10/ pengertian-sedimentasi-dan-banjir.html.
(Online). Diakases pada tanggal 2 Desember 2013 pukul 16.09.
CCXLV. Hertanto, H. B., 2012. Sedimentologi dan Sedimentasi.
http://geoenviron.blogspot.com /2012/10/sedimentologi-dan-sedimentasi.html.
(Online). Diakases pada tanggal 2 Desember 2013 pukul 16.45.
CCXLVI. Hidayat, T., 2013. Mineral Pembentuk Batuan.
http://kyubhil.blogspot.com/2013/03 /mineral-pembentuk-batuan.html. (Online).
Diakases pada tanggal 2 Desember 2013 pukul 16.12.
CCXLVII. Hutabarat, S dan Stewart, M. E. 1985. Pengantar Oceanografi. Universitas
Indonesia. Hal 158.
CCXLVIII. Kusumadinata, K., R., P., 1980. Prinsip Prinsip Sedimentasi. Dept Teknik ITB.
Bandung.
CCXLIX. Lonawarta, 1996. Mengenal Sedimen Laut. Majalah Semi Ilmiah. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia. Puslitbang Oseanologi. Balitbang Sumberdaya Laut Ambon.
CCL. Maulana, F., 2010. Pengaruh kegiatan pembangunan pada ekosistem terumbu
karang: Studi Kasus Efek Sedimentasi Di Wilayah Pesisir Timur Pulau Bintan.
Ilmu Kelautan. Universitas Padjadjaran.
CCLI. Nurdin M. S., 1997. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara. Jakarta
CCLII. Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia,
Jakarta. Penerjemah: Eidman dkk. Hal 459.
CCLIII. Pangea, F., 2013. Struktur Sedimen Menurut Selley 1970. http://fahriadhari.
blogspot.com/2013/04/struktur-sedimen-menurut-sellay-1970.html. (Online).
Diakases pada tanggal 4 Desember 2013 pukul 22.50.
CCLIV. Purnawan, S., Setiawan, I., Marwantim, 2012. Studi sebaran sedimen berdasarkan
ukuran butir di perairan Kuala Gigieng, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.
Jurnal. ISSN 2089-7790.
CCLV. Rooshardwiadi, B., 2010. Struktur Sedimen. http://jurnal-geologi.blogspot.com /
2010/03/struktur-sedimen.html. (Online). Diakases pada tanggal 5 Desember 2013
pukul 03.00.
CCLVI. Rusli, A., 2012. Sedimentologi. http://sedimentologi.blogspot.com/. (Online).
Diakases pada tanggal 4 Desember 2013 pukul 22.44.
CCLVII. Saru, A., 2013. Mengungkap Potensi Emas Hijau di Wilayah Pesisir. Massagena
Express. Makassar.
CCLVIII. Susanto, A. 2010. Diktat Praktikum GEODAS. Tim Asisten Lab. Geofisika. MIPA.
Universitas Hasanuddin.
CCLIX. Wibisono, M. S., 2005. Pengantar Ilme Kelauatan. Grasindo. Jakarta.

24
CCLX.

CCLXI.

CCLXII.

25
CCLXIII.
CCLXIV.
CCLXV.
CCLXVI.
XVII. Lampiran
CCLXVIII.

26

Anda mungkin juga menyukai