Pertumbuhan karang dipengaruhi oleh factor biotik dan abiotic yang
saling mempengaruhi. Hal ini berkaitan dengan strategi adaptasi karang dengan bentuk pertumbuhan yang merepresentasikan dimana zonasi karang berada. Bentuk pertumbuhan karang merupakan salah satu bentuk strategi ekspansi untuk menguasai ruang baik secara vertical maupun horizontal. Daerah tropis kerap kali di temukan pembentukan zonasi pertumbuhan vertical komunitas karang yang merupakan toleransi antar spesies karang terhadap factor fisika perairan seperti gelombang, arus, pasang surut dan berbagai arameter perairan lainnya. Parameter perairan tersebut yang dianggap sebagai factor pembatas pertumbuhan karang dan yang mempengaruhi bentuk pertumbuhan karang. Dalam menghadapi factor fisik maupun kimiawi perairan ini maka setiap karang memiliki respon yang berbeda mengenai bentuk pertumbuhannya agar bisa bertahan terhadap fakroe pembatas tersebut (Djunaidi, Sahami, & Hamzah, 2014).
Bentuk pertumbuhan karang merupakan strategi untuk bertahan dari
parameter perairan serta bentuk strategi untuk menguasai ruang baik secara vertical maupun horizontal. Berdasarkan bentuk pertumbuhannya karang batu di bagi menjadi dua yakni karang Acropora dan non-acropora . perbedaan antar keduanya terletak pada struktur skeletonnya dimana karang Acropora memiliki bagian yang disebut axial coralit dan radial coralit sedangkan karang non-acropora tidak memiliki axial coralit dan hanya memiliki radial coralit. Masing-masing dari jenis ini memiliki bentuk pertumbuhannya (Purnama, Kusuma, Negara, Renta, & Pakpahan, 2020).
Bentuk pertumbuhan karang non-acropora terdiri dari karang
bercabang; karang massive; karang encrusting; karang foliose;karang submassive;karang mushroom; millepora dan ;Heliopora. Bentuk bercabang atau yang dikenal dengan karang branching merupakan bentuk pertumbuhan dimana cabang tumbuh memanjang dibanding memperlebar diameter yang dimiliki. Bentuk massive atau padat merupakan bentuk pertumbuhan dimana bentuknya seperti bongkahan batu padat dengan bentuk yang bervariasi, permukaan karang ini memiliki karakteristik halus dan padat. Bentuk pertumbuhan encrusting atau bentuk kerak merupakan bentuk pertumbuhan menyerupai dasar terumbu dengan permukaan kasar, keras dan berlubang- lubang kecil. Bentuk lembaran atau foliose merupakan bentuk pertumbuhan yang menyerupai lembaran yang menonjol dari dasar terumbu. Bentuk pertumbuhan mushroom atau bentuk jamur memiliki karakteristik berbentuk oval dan memiliki tonjolan seperti bukit beratur dari tepi hingga ke pusat mulut. Bentuk pertumbuhan submassive dapat berupa tonjolan kokoh atau kolom-kolom kecil. Karang api (millepora) dan karang biru (heliopora) memiliki karakteristik warna yang mencolok seperti warna kuning untuk karang api dan warna biru untuk karang heliopora (Gumelar, Restu, & Made, 2019).
Hampir mirip dengan bentuk pertumbuhan non acropora, bedanya
karang acropora memiliki rangka skeleton yang terdiri atas axial coralit dan radial koralit. Pada bentuk pertumbuhan acropora juga terdapat acropora branching, acropora encrusting, acropora submassive, dan tambahan berupa acropora tabulate dan acropora digitate. Acropora tabulate merupakan bentuk pertumbuhan bercabang dengan arah mendatar secara vertical dan rata seperti meja, penopangnya berpusat pada satu sisi membentuk sudut atau datar. Acropora digitate merupakan bentuk pertumbuhan dimana percabangan rapat dengan cabangnya yang mirip seperti jari (Luthfi, 2016).
B. BENTUK KORALUM
Nama karang umumnya diberi atas skeleton atau cangkang kapurnya.
Lempeng dasar melekatnya karang disebut dengan epitheca dan keseluruhan skeleton yang membentuk keseluruhan individu atau satu koloni disebut dengan koralum. Pembentukan koralit dibedakan menjadi dua yakni extratentacular jika koralit baru terbentuk di luar koralit lama dan intratentacular jika pembentukan polip baru berada di dalam polip lama. Berdasar dengan pembentukan koloni karang tersebut maka terbentuk koloni yang dibedakan berdasar dengan konfigurasi koralit. Bentuk konfigurasi koralit tersebut terdiri dari hydnoporoid; dendroid; phaceloid; plocoid; flabellate;cerioid dan meandroid (Purnama et al., 2020).
Bentuk hydnoporoid merupakan bentuk koralit yang berbentuk seperti bukit
tersebar pada seluruh permukaan sehingga mudah untuk dikenali. Bentuk dendroid merupakan bentuk koralit dimana pertumbuhan koloni menyerupai cabang pohon dengan kalix utama yang ditemukan pada ujungnya. Bentuk pertumbuhan phaceloid merupakan bentuk koralit memanjang seperti membentuk tabung dengan dinding masing-masing tiap satu polip karang. Bentuk koralum placoid dimana dinding tiap polip terpisah dan dipisahkan oleh konestum.bentuk koralum meandroid emrupakan bentuk pertumbuhan koralum yang koralitnya membentuk lembah dan disatukan dinding yang saling menyatu dan membentuk alur seperti sungai. Sedangkan bentuk koralum flabello meandroid koralitnya tidak menyatu satu sama lain dan sama-sama berbentuk lembah yang memanjang, terakhir, bentuk koralit cerioid dimana dinding koralit antara satu polip dengan polip lain itu membentuk permukaan halus karena dindingnya yang saling menyatu (Suharsono, 2008). DAFTAR PUSTAKA
Djunaidi, S., Sahami, F. M., & Hamzah, S. N. (2014). Bentuk Pertumbuhan
dan Kondisi Terumbu Karang di Perairan Teluk Tomini Kelurahan Leato Selatan Kota Gorontalo. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, II(4), 169–173. Gumelar, G., Restu, I. W., & Made, N. (2019). Kondisi Ekosistem Terumbu Karang di Bagian Barat Pulau Pasir Putih Desa Sumberkima , Kabupaten Buleleng , Provinsi Bali. Jurnal Aquatic Science, 2(1), 37–45. Luthfi, O. M. (2016). Bentuk Pertumbuhan Karang Di Wilayah Rataan Terumbu ( Reef Flat ) Perairan Kondang Merak , Malang , Sebagai Strategi Adaptasi Terhadap Lingkungan. Jurnal Ilmu Kelautan, 4(3), 21– 32. Purnama, D., Kusuma, A. B., Negara, B. F. S., Renta, P. P., & Pakpahan, B. L. (2020). KEANEKARAGAMAN JENIS KARANG PADA KEDALAMAN 1-5 METER DIPERAIRAN PULAU TIKUS, KOTA BENGKULU. Jurnal Enggano, 5(3), 529–547. Suharsono. (2008). JENIS-JENIS KARANG DI INDONESIA (vii; Suharsono, ed.). Jakarta: LIPI Press.