Anda di halaman 1dari 6

Bentuk Pertumbuhan dan Koralum

A. Bentuk Pertumbuhan Karang

Terumbu karang (coral reef) merupakan salah satu ekosistem khas di daerah tropic
dengan ciri produktivitas organi dan biodiversitasnya yang tinggi. Pada dasarnya terumbu
karang dibentuk oleh hewan karang (filum Cnidaria kelas Anthozoa, ordo Scleractinia) yang
dapat menghasilkan kerangka luar dari kalsium karbonat (CaCO3) dengan dibantu oleh alga
berkapur dan organisme-organisme lain pada struktur terumbu karang (Nirwana, I, 2022).
Karang memiliki variasi bentuk pertumbuhan koloni yang berkaitan dengan kondisi
lingkungan perairan. Berbagai jenis bentuk pertumbuhan karang dipengaruhi oleh intensitas
cahaya matahari, hydrodinamis (gelombang dan arus), ketersediaan bahan makanan,
sedimen, subareal exposure dan faktor genetik. Berdasarkan bentuk pertumbuhannya
karang batu terbagi atas karang Acropora dan non-Acropora. Perbedaan Acropora dengan
non-Acropora terletak pada struktur skeletonnya. Acropora memiliki bagian yang disebut
axial koralit dan radial koralit, sedangkan non-Acropora hanya memiliki radial koralit (Ihsan,
K., et al., 2013).
Jenis karang yang dominan di suatu habitat tergantung pada kondisi lingkungan atau
habitat tempat karang itu hidup. Pada suatu habitat, jenis karang yang hidup dapat
didominasi oleh suatu jenis karang tertentu. Pada daerah rataan terumbu biasanya
didominasi karang-karang kecil yang umumnya berbentuk masif dan submasif. Lereng
terumbu biasanya ditumbuhi oleh karang-karang bercabang. Karang masif lebih banyak
tumbuh di terumbu terluar dengan perairan berarus. Gelombang berpengaruh terhadap
perubahan bentuk koloni terumbu. Karang yang hidup di daerah terlindung dari gelombang
(leeward zones) memiliki bentuk percabangan ramping dan memanjang, berbeda pada
gelombang yang kuat (windward zones) kecenderungan pertumbuhan berbentuk
percabangan pendek, kuat, merayap atau submasif. Secara umum ada empat faktor
dominan yang mempengaruhi bentuk pertumbuhan, yaitu cahaya, tekanan hidrodinamis
(gelombang dan arus), dan sedimen (Andrianto, 2016).
Kerangka kapur hasil sekresi akan mengendap di bawah lalu menghasilkan bentuk
pola/ alur yang berbeda antara jenis satu dengan jenis lainnya. Sehingga pola yang
terbentuk dari kerangka kapur akan menghasilkan dasar nama dari berbagai jenis karang
konvensional. Variasi pertumbuhan pada koloni karang bergantung dengan kondisi
lingkungan perairan yang ada di sekitarnya. Beberapa bentuk karang diantaranya (Rosalina,
T. 2022).
1) Bentuk Bercabang (Branching)
Memiliki cabang lebih panjang dibandingkan dengan diameter yang dimiliki, sering
ditemukan pada sepanjang tepi terumbu serta bagian atas lereng, terutama pada daerah
yang terlindungi atau setengah terbuka. Bentuk ini memiliki fungsi memberikan tempat
perlindungan bagi ikan serta invertebrata tertentu.
2) Bentuk Padat (massive)
Bentuk ini memiliki banyak variasi bentuk seperti bongkahan batu. Permukaan
karang pada bentuk ini halus serta padat. Karang bentuk ini biasanya ditemui di sepanjang
tepi terumbu karang serta bagian atas lereng terumbu.

3) Bentuk Kerak (encrusting)


Bentuk ini menyerupai dasar terumbu dengan permukaan yang kasar serta keras
dan berlubang – lubang kecil. Bentuk ini banyak terdapat pada lokasi yang terbuka serta
berbatu dan mendominasi di sepanjang lereng terumbu. Karang bentuk ini memiliki fungsi
sebagai tempat berlindung hewan – hewan kecil yang sebagian tubuhnya tertutup cangkang.

4) Bentuk Lembaran (foliose)


Bentuk ini berupa lembaran – lembaran yang menonjol pada dasar terumbu serta
daerah – daerah yang terlindungi. Karang bentuk ini memiliki fungsi sebagai tempat
pelindung bagi ikan dan hewan lainnya

5) Bentuk Jamur (mushroom)


Memiliki bentuk oval serta terlihat seperti jamur, memiliki banyak tonjolan seperti
punggung bukit beralur dari tepi hingga pusat mulut.
6) Bentuk Submasif (submassive)
Memiliki bentuk yang kokoh dengan tonjolan–tonjolan atau kolom–kolom kecil.

(Rosalina, T. 2022).

B. Koralum Karang
Karang adalah binatang yang memiliki organ yang simple (sderhana) dimana semua
organ tersebut menempel pada kerangka karang yang membentuk kristal aragonite. Satu
individu dari karang disebut polip kemudian ratusan hingga ribuan polip akan membentuk
sebuah koloni. Koloni dari karang akan membentuk beraneka pola atau disebut sebagai life
form (bentuk pertumbuhan). Secara taksonomi tradisional bentuk pertumbuhan karang ini
akan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu Acropora 5 dan non-Acropora. Pada karang Acropora
dicirikan dengan 2 macam polip (disebut koralit ketika karang sudah mati), yaitu aksial dan
radial. Aksial koralit memiliki ukuran lebih panjang daripada radial koralit dimana berfungsi
sebagai calon cabang baru bagi koloni karang (Irawansyah, H., et al., 2019).
Pemberian nama karang adalah berdasar skeleton atau cangkang yang terbuat dari
kapur, oleh karena itu pengenalan terminologi skeleton sangat penting artinya. Lempeng
dasar yang merupakan lempeng yang terletak di dasar sebagai fondasi dari Septa yang
muncul membentuk struktur yang tegak dan melekat pada dinding yang disebut Epitheca
(Epiteka). Keseluruhan skeleton yang terbentuk dari satu polip disebut Corallite (Koralit),
sedangkan keseluruhan sekeleton yang dibentuk oleh keseluruhan polip dalam satu individu
atau satu koloni disebut Corallum (Koralum) (Bahira, 2018).
Suatu koralit karang baru dapat terbentuk dari proses budding (percabangan) dari
karang. Selain bentuk koralit yang berbeda-beda, ukuran koralit juga berbeda-beda.
Perbedaan bentuk dan ukuran tersebut memberi dugaan tentang habitat serta cara
menyesuaikan diri terhadap lingkungan, namun faktor dominan yang menyebabkan
perbedaan koralit adalah karena jenis hewan karang (polip) yang berbeda-beda (Pebrianto,
M.F., 2021).
Morfologi dari rangka kapur inilah yang saat ini umumnya digunakan untuk
mengidentifikasi jenis karang. Salah satu dasar pengamatan karang yang paling banyak
digunakan adalah pengamatan struktur koralit. Di dalam koralit terdapat septa yang tumbuh
keluar dari dasar koralit, septa ini merupakan dasar penentuan spesies karang. Ukuran
koralit sangat bervariasi, dari yang seukuran kepala jarum sampai yang sebesar sepatu.
Bentuk dari koralit tergantung dari model pertumbuhannya, bila koralit membentuk dinding
sendiri yang pendek disebut plocoid atau yang lebih panjang disebut phaceloid. Bila koralit
membentuk diding bersama disebut ceroid, bila membentuk dinding lembah sendiri disebut
meandroid dan bila membentuk dinding lembah bersama disebut flabello-meandroid (Zurba,
N., 2019).
1) Dinding terpisah
- Tipe Placoid; Masing-masing corallite memiliki dindingnya masing-masing dengan
tonjolan menyerupai tabung yang dipisahkan oleh Coenosteum.

- Tipe Phaceloid; Apabila koralit memanjang membentuk tabung dan juga mempunyai
corallite dengan dinding masing-masing yang dipisahkan oleh ruang kosong.

- Tipe Flabello-meandroid; Seperti meandroid, dimana membentuk lembah-lembah


memanjang, namun corallite tidak memiliki dinding bersama.

- Tipe Flabello-meandroid; Seperti meandroid, dimana membentuk lembah-lembah


memanjang, namun corallite tidak memiliki dinding bersama.

2) Dinding menyatu
- Tipe Cerioid; Apabila dinding corallite saling menyatu (bersanding satu sama lain)
dan membentuk permukaan yang datar.
- Tipe Meandroid; Apabila koloni mempunyai corallite yang membentuk lembah dan
corallite disatukan oleh dinding-dinding yang saling menyatu dan membentuk alur-
alur seperti sungai.

3) Spesial
- Tipe Themnasteroid; Antar corallite tidak memiliki dinding, dimana membentuk
kanal-kanal kecil yang terpusat.

- Tipe Hydnophoroid; Corallite terbentuk seperti bukit yang masing-masing memiliki


dinding pembatas, tersebar pada seluruh permukaan koloni.

- Tipe Hydnophoroid; Corallite terbentuk seperti bukit yang masing-masing memiliki


dinding pembatas, tersebar pada seluruh permukaan koloni.

- Dendroid; Bentuk pertumbuhan koloninya hampir menyerupai pohon, dimana


mempunyai cabang-cabang dan di ujung cabang biasanya di jumpai kalik utama.

(Zurba, N., 2019).


DAFTAR PUSTAKA

Andrianto. 2016. Variasi Morfologi Karang Bercabang (Branching) Berdasarkan Zona


Terumbu Karang Di Perairan Pulau Badi Kabupaten Pangkep. Skripsi. Universitas
Hasanuddin

Bahira. 2018. Analisis Pendapatan Dan Kelayakan Finansial Usaha Karang Hias Ekspor Di
Pt. Banyu Biru Sentosa Dki Jakarta. Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

Ihsan, K. Elizal.Thamrin., 2013. The Coral Reef Condition In Cerocok Beach Waters Of
Painan, West Sumatera Province.

Irawansyah, H. Rosdianto. Luthfi O.M. 2019. Terumbu Karang Di Kutai Timur: Pulau Miang.
Um Press

Nirwana, I. 2022. Dinamika Temporal Komunitas Ikan Karang; Kaitannya Dengan


Perubahan Kondisi Terumbu Karang Di Perairan Pulau Barrangcaddi. Skripsi.
Universitas Hasanuddin

Pebrianto, M. F. 2021. Karakteristik Undak Terumbu Karang Pada Pantai Tanjung Bira
Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan. Skripsi.
Universitas Hasanuddin

Rosalina, T. 2022. Studi Perubahan Luasan Terumbu Karang Berbasis Google Earth Engine
Dan Tingkat Kesehatan Terumbu Karang Menggunakan Coral Health Chart Di
Perairan Gelung, Situbondo. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Zurba, N. 2019. Pengenalan Terumbu Karang, Sebagai Pondasi Utama Laut Kita. Unimal
Press

Anda mungkin juga menyukai