Karang lunak (Octocorallia, Alcyonacea) memiliki tubuh yang lunak tapi lentur,
karang Lunak memiliki bentuk dan susunan tubuh seperti tabung, lunak dan tertanam
dalam massa gelatin serta membentuk koloni. Tentakel berjumlah delapan dan berduri
(pinnula) Bentuk dasar spikula bagi bangsa Octocorallia adalah bentuk kumparan
sederhana (spindle), berujung tumpul atau juga runcing, dengan permukaan mempunyai
tonjolan-tonjolan, Walaupun zat penyusun karang lunak dan karang keras sama yaitu zat
kapur, tubuh karang lunak lebih lunak dan kenyal. Hal ini dikarenakan karang lunak tidak
memiliki kerangka kapur yang keras seperti halnya karang batu. terdapat dua tipe polip
pada karang lunak, yaitu autozooid dan siphonozooid. Sebagian besar karang lunak
memiliki tipe autozooid, yaitu setiap individu hanya memiliki satu tipe polip (monomorphic).
Polip pada tipe autosoid terdiri dari delapan tentakel dan delapan septa yang berkembang
baik. Selain itu, beberapa karang lunak juga memiliki tipe polip siphonozooid. Polip pada
tipe ini tidak memiliki tentakel, atau tentakel dan septa yang tereduksi, umumnya lebih
kecil dari autozooid dan bersifat steril. Polip atau binatang karang bersifat monomorfik
atau bentuknya seragam, mempunyai delapan tentakel yang tersusun pada keping mulut
yang melingkari lobang kecil yang berfungsi sebagai mulut. Warna polip juga mengikuti
warna koloni, warna-warna tersebut berasal dari zooxanthellae yang hidup bersimbiosis di
dalam jaringan endodermal karang lunak (Kadir, 2013). Pertumbuhan karang merupakan
proses pertambahan panjang, volume atau perubahan tutupan kerangka karang per
satuan waktu. Pertumbuhan terjadi karena adanya kalsifikasi yang tersusun dari kalsium
karbonat dalam bentuk aragonit kristal (kristal serat CaCO 3) dan kalsit. bentuk
pertumbuhan (percabangan) karang lunak memiliki beberapa motif. Bagian basal (bawah)
merekat kuat pada substrat dan bagian atas memiliki lobang besar untuk memfilter
nutrient yang terbawa oleh arus, Oral-disc merupakan bagian yang mendatar disekitar
mulut (Thamirin, 2017). Bagian atas tangkai disebut kapitulum, Kapitulum mengandung
polip sehingga disebut bagian fertile (Akbar, 2013). Bentuk pertumbuhan (percabangan)
karang lunak diuraikan sebagai berikut:
1. Lobata: bertangkai pendek atau panjang, kapitulum terdiri atas lobus yang berbentuk
jari pendek atau tonjolan bulat yang tidak beraturan bentuk maupun ukurannya.
2. Encrusting: kapitulum tanpa tangkai, pertumbuhan koloni merambat dan melekat erat
di dasar, pada permukaan atas kapitulum terdiri dari kumpulan lobus berbentuk
bulatan atau seperti pematang yang tegak lurus.
3. Arboresen: bentuk pertumbuhan seperti pohon dengan batang utama dan cabang-
cabang.
4. Glomerata: bentuk pertumbuhan arboresen dengan cabang primer bergerombol
pendek dan rapat, melekat pada batang utama: bentuk pertumbuhan arboresen, dari
cabang primer bercabang menjadi cabang sekunder namun tidak rapat.
5. Umbellata: bentuk pertumbuhan seperti arboresen tetapi cabang primer dan sekunder
tersusun menyerupai paying (Ashari, 2022).
Istilah sklerit dipakai pada spikula yang bentuknya seperti kumparan atau jarum
tebal yang berukuran besar, dengan kedua ujung yang runcing atau agak runcing. Sklerit
berasal dari kata skleros yang berarti keras. Umumnya dijumpai pada bagian basal atau
tangkai terutama di jaringan koenensim sebelah dalam (internal), karang lunak ditunjang
oleh tangkai berupa jaringan berdaging yang diperkuat suatu matriks dari partikel-partikel
kapur mikroskopis yang disebut sklerit. Dalam terminologi istilah spikula dipakai untuk
nama umum bagi kerangka kapur yang menyokong tubuh karang lunak, baik itu berbentuk
pipih, seperti sisik atau seperti kumparan (Tjahjadi, 2011). Terumbu karang lunak tidak
membentuk karang melainkan jaringan tubuhnya disokong oleh spikula yang tersusun
sehingga tubuh karang lunak lentur dan tidak mudah sobek. Spikula tersebut mengandung
kalsium karbonat yang berfungsi sebagai penyokong seluruh tubuh karang lunak mulai
dari bagian basal tempat melekat sampai ke ujung tentakel (Afni, 2017).
Umumnya spikula pada bagian basal tentakel dan pada dinding tubuh di antara
septa tersebar kurang merata. Dibagian bawah antokodia, sebaran spikula merata dan
tersusun dalam jumlah besar sehingga memberi kesan lebih kokoh dan tidak lentur.
Susunan, bentuk dan ukuran, bahkan warna spikula sangat penting untuk mengidentifikasi
jenis (Akbar, 2013).
1. Antler: bentuk sisik, kecil dan bercabang tak beraturan, Contoh: Denronephthya
2. Barrel, Double sphere seperti silinder pendek dengan kedua ujung melebar yang
disebut kepala (head), dan berduri (warty head) jarak antara kedua kepala sangat
pendek, Contoh: Cladiella dan Lobophytum
3. Bracket: sklerit seperti lengkungan dengan dua tonjolan duri yang panjang dan yang di
tengah agak pendek, Contoh: Lemnalia.
4. Branched spindle: bentuk kumparan besar dengan salah satu atau kedua ujung
bercabang, Contoh: Sinularia).
5. Capstan: seperti kumparan kecil berujung tumpul (rod) dengan tonjolan duri yang
menggerombol teratur, Contoh: Lobophytum
6. Caterpilar: seperti kumparan dengan salah satu sisi berduri, Contoh: Nephtheidea.
7. Clubs: seperti kumparan kecil dengan salah satu ujung melebar dan ujung lainnya
runcing, Contoh: Alcyonacea.
8. Finger – Biscuitlike: seperti sisik kecil dan pipih atau “rod” yang pipih, Contoh:
Anthelia, Xenia.
9. Hockey – Stick spindle: bentuk spikula seperti seperti pemukul hockey, Contoh:
Dendronephthya.
10. Leptoclades – type club: club dengan bagian kepala berbentuk daun yang menguncup,
ujung bawah (handle) memiliki tonjolan duri, Contoh: Sinularia.
11. Needle: seperti jarum, tanpa tonjolan, Contoh: Lemnalia
12. Shuttle: seperti club, tanpa kepala, tanpa atau dengan sedikit tonjolan duri, Contoh:
Lobophytum.
13. Spindle: kumparan lurus atau melengkung dengan kedua ujung runcing, Contoh:
umumnya pada jaringan koenensim bagian basal (base).
14. Thorn club: club dengan bagian kepala (head) memiliki tonjolan duri yang padat,
Contoh: Sinularia (Ashari, 2022).
DAFTAR PUSTAKA
Afni, N., 2017. Kondisi Terumbu Karang Di Pulau Samatellu Pedda Kecamatan Liukang
Tupabbiring Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan. Skripsi, Fakultas Sains Dan
Teknologi, Uin Makassar, Makassar.
Akbar, M., 2013. Kaitan Kondisi Oseanografi Dengan Kepadatan Dan Keanekaragaman
Karang Lunak Di Pulau Lae-Lae, Pulau Bonebatang, Dan Pulau Badi. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Alamanda, R.A., 2017. Efektivitas Intensitas Cahaya Kaitannya Dengan Gradasi Warna
Pada Terumbu Karang Zoanthus Sp.
Ashari, M.F.D., 2022. Distribusi Karang Lunak Famili Alcyoniidae Pada Zona Fore Reef Di
Pulau Barranglompo= The Distribution of Soft Coral Of The Alcyoniidae Family In The
Fore Reef Zone On Barranglompo Island (Doctoral Dissertation, Universitas
Hasanuddin).
Diputraa, I.G.N.B.S., I, W.N., Widiastutia. 2021. Pertumbuhan Dan Tingkat Kelangsungan
Hidup Transplan Karang Lunak Menggunakan Metode Gantung Pada Lokasi
Budidaya Yang Berbeda. Jmrt, Volume 4 No 1 Tahun 2021, Halaman: 49-55
Fitriani, D.P., Zainuri, M. And Nugraha, W.A., 2020. Laju Pertumbuhan Dan Pertumbuhan
Mutlak Karang Lunak Cladiella Sp. Pada Substrat Yang Berbeda. Jurnal Kelautan
Tropis, 23(1), Pp.29-38.
Huda, C., 2012. Penapisan Aktivitas Antibakteri Dari Bakteri Yang Berasosiasi Dengan
Karang Lunak Sarcophyton Sp. Maspari Journal: Marine Science Research, 4(1),
Pp.69-76.
Jerry, M.M.C., Kaligis, F.G. And Kusen, J.D., 2013. Distribusi Karang Lunak Di Perairan
Teluk Manado Dengan Perbandingan Antara Kawasan Non Reklamasi Dan
Reklamasi. Jurnal Pesisir Dan Laut Tropis, 1(2), Pp.63-67.
Kadir, H., 2013. Biokonsentrasi Logam Berat Pb Pada Karang Lunak Sinularia Polydactyla
di Perairan Pulau Laelae, Pulau Bonebatang Dan Pulau Badi. Skripsi Jurusan Ilmu
Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan Universitas Hadanuddin Makassar.
Prawira, P.A., Wiyanto, D.B. And Dirgayusa, I.G.N.P., 2022. Struktur Komunitas Karang
Lunak Pada Kedalaman Berbeda Di Teluk Jemeluk Amed, Kabupaten Karangasem,
Bali. Journal Of Marine and Aquatic Sciences, 8(2), Pp.311-322.
Thamrin, T., 2017. Karang Biologi Reproduksi & Ekologi.
Tjahjadi, M., 2011. Kajian Perkembangan Oosit Karang Lunak Lobophytum Strictum Non
Fragmentasi Dan Fragmentasi Buatan Di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.