Anda di halaman 1dari 54

Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis

tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae. Terumbu karang termasuk dalam jenis filum
Cnidaria kelas Anthozoa yang memiliki tentakel. Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua
Subkelas yaitu Hexacorallia (atau Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan
secara asal-usul, Morfologi dan Fisiologi. Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil
yang disebut Polip.[3] Dalam bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang
mempunyai bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas dan
dikelilingi oleh Tentakel. Namun pada kebanyakan Spesies, satu individu polip karang akan
berkembang menjadi banyak individu yang disebut koloni.[4] Hewan ini memiliki bentuk unik
dan warna beraneka rupa serta dapat menghasilkan CaCO3.[1] Terumbu karang merupakan
habitat bagi berbagai spesies tumbuhan laut, hewan laut, dan mikroorganisme laut lainny

Penjelasan umum mengenai ekosistem terumbu karang

Istilah terumbu karang tersusun atas dua kata, yaitu terumbu dan karang, yang apabila berdiri
sendiri akan memiliki makna yang jauh berbeda bila kedua kata tersebut digabungkan.  Istilah
terumbu karang sendiri sangat jauh berbeda dengan karang terumbu, karena yang satu
mengindikasikan suatu ekosistem dan kata lainnya merujuk pada suatu komunitas bentik atau
yang hidup di dasar substrat. Berikut ini adalah definisi singkat dari terumbu, karang, karang
terumbu, dan terumbu karang.

Terumbu Reef     =     

Endapan masif batu kapur (limestone), terutama kalsium karbonat (CaCO3), yang utamanya
dihasilkan oleh hewan karang dan biota-biota lain yang mensekresi kapur, seperti alga
berkapur dan moluska.        
Konstruksi batu kapur biogenis yang menjadi struktur dasar suatu ekosistem pesisir.      
Dalam dunia navigasi laut, terumbu adalah punggungan laut yang terbentuk oleh batu karang
atau pasir di dekat permukaan air.        

Karang Coral     =     

Disebut juga karang batu (stony coral), yaitu hewan dari Ordo Scleractinia, yang mampu
mensekresi CaCO3. Hewan karang tunggal umumnya disebut polip.        

Karang terumbu     =     

Pembangun utama struktur terumbu, biasanya disebut juga sebagai karang hermatipik
(hermatypic coral).        
Berbeda dengan batu karang (rock), yang merupakan benda mati.        

Terumbu karang     =     

Ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur
(CaCO3) khususnya jenisjenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota
yang hidup di dasar lainnya seperti jenisjenis moluska, krustasea, ekhinodermata, polikhaeta,
porifera, dan tunikata serta biota-biota lain yang hidup bebas di perairan sekitarnya, termasuk
jenis-jenis plankton dan jenis-jenis nekton
 

Gambar 1. Ekosistem terumbu karang (atas), karang terumbu dan matriks terumbu (tengah),
serta insert hewan karang (bawah)

Tipe-tipe terumbu karang

Berdasarkan bentuk dan hubungan perbatasan tumbuhnya terumbu karang dengan daratan
(land masses) terdapat tiga klasifikasi tipe terumbu karang yang sampai sekarang masih secara
luas dipergunakan. Ketiga tipe tersebut adalah (gambar 2): 

1. Terumbu karang tepi (fringing reefs)

Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-
pulau besar.  Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke
atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini
berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang
mati yang mengelilingi pulau.  Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah
secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), P. Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).

2. Terumbu karang penghalang (barrier reefs)

Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.52 km ke arah
laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang
membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan
kilometer.  Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan
membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus. Contoh:  Great Barrier Reef
(Australia), Spermonde (Sulawesi Selatan), Banggai Kepulauan (Sulawesi Tengah).

3. Terumbu karang cincin (atolls)

Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulaupulau vulkanik
yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan. Menurut Darwin, terumbu
karang cincin merupakan proses lanjutan dari terumbu karang penghalang, dengan kedalaman
rata-rata 45 meter.  Contoh: Taka Bone Rate (Sulawesi), Maratua (Kalimantan Selatan), Pulau
Dana (NTT), Mapia (Papua)

Gambar 2. Tipe-tipe terumbu karang, yaitu terumbu karang tepi (kiri), terumbu karang
penghalang (tengah), dan terumbu karang cincin (kanan).

Namun demikian, tidak semua terumbu karang yang ada di Indonesia bisa digolongkan ke
dalam salah satu dari ketiga tipe di atas.  Dengan demikian, ada satu tipe terumbu karang lagi
yaitu:

4. Terumbu karang datar/Gosong terumbu (patch reefs)

Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau datar (flat island).
Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu
geologis, membantu pembentukan pulau datar.  Umumnya pulau ini akan berkembang secara
horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI
Jakarta), Kepulauan Ujung Batu (Aceh)

Distribusi terumbu karang

Ekosistem terumbu karang dunia diperkirakan meliputi luas 600.000 km2, dengan batas
sebaran di sekitar perairan dangkal laut tropis, antara 30 °LU dan 30 °LS. Terumbu karang
dapat ditemukan di 109 negara di seluruh dunia, namun diduga sebagian besar dari ekosistem
ini telah mengalami kerusakan

atau dirusak oleh kegiatan manusia setidaknya terjadi di  93 negara.  Gambar 1
memperlihatkan peta lokasi sebaran ekosistem terumbu karang di seluruh dunia.

Gambar 3. Distribusi terumbu karang dunia

Berdasarkan distribusi geografinya maka 60% dari terumbu dunia ditemukan di Samudera
Hindia dan Laut Merah, 25% berada di Samudera Pasifik dan sisanya 15% terdapat di
Karibia. Pembagian wilayah terumbu karang dunia yang lain dan lebih umum digunakan
adalah:

a. ndo-Pasifik,

Region Indo-Pasifik terbentang mulai dari Asia Tenggara sampai ke Polinesia dan Australia,
ke bagian barat sampai ke Samudera sampai Afrika Timur. Region ini merupakan bentangan
terumbu karang yang terbesar dan terkaya dalam hal jumlah spesies karang, ikan, dan
moluska.

b. Atlantik bagian barat,

Region Atlantik Barat terbentang dari Florida sampai Brazil, termasuk daerah Bermuda,
Bahamas, Karibia, Belize dan Teluk Meksiko.

c. Laut Merah,

Region Laut Merah, terletak di antara Afrika dengan Saudi Arabia. 


Terumbu karang adalah ekosistem khas daerah tropis dengan pusat penyebaran di wilayah
Indo-Pasifik. Terbatasnya penyebaran terumbu karang di perairan tropis dan secara melintang
terbentang dari wilayah selatan Jepang sampai utara Australia dikontrol oleh faktor suhu dan
sirkulasi permukaan (surface circulation). Penyebaran terumbu karang secara membujur
sangat dipengaruhi oleh konektivitas antar daratan yang menjadi stepping stones melintasi
samudera. Kombinasi antara faktor lingkungan fisik (suhu dan sirkulasi permukaan) dengan
banyaknya jumlah stepping stones yang terdapat di wilayah Indo-Pasifik diperkirakan menjadi
faktor yang sangat mendukung luasnya pemencaran terumbu karang dan tingginya
keanekaragaman hayati biota terumbu karang di wilayah tersebut (gambar 4).

Gambar 4. Kekayaan jenis karang, ikan, dan moluska di tiap wilayah utama terumbu karang
dunia.

Zonasi terumbu karang

Zonasi terumbu karang berdasarkan hubungannya dengan paparan angin terbagi menjadi dua
(gambar 5), yaitu:

 Windward reef (terumbu yang menghadap angin)


 Leeward reef (terumbu yang membelakangi angin)
Gambar 5. Zonasi umum terumbu karang terhadap paparan angin

Windward reef

Windward merupakan sisi yang menghadap arah datangnya angin. Zona ini diawali oleh reef
slope atau lereng terumbu yang menghadap ke arah laut lepas. Di reef slope, kehidupan
karang melimpah pada kedalaman sekitar 50 meter dan umumnya didominasi oleh karang
lunak.  Namun, pada kedalaman sekitar 15 meter sering terdapat teras terumbu atau reef front
yang memiliki kelimpahan karang keras yang cukup tinggi dan karang tumbuh dengan subur.

Mengarah ke dataran pulau atau gosong terumbu (patch reef), di bagian atas reef front
terdapat penutupan alga koralin yang cukup luas di punggungan bukit terumbu tempat
pengaruh gelombang yang kuat.  Daerah ini disebut sebagai pematang alga atau algal ridge.
Akhirnya zona windward diakhiri oleh rataan terumbu (reef flat) yang sangat dangkal

Leeward reef

Leeward merupakan sisi yang membelakangi arah datangnya angin.  Zona ini umumnya
memiliki hamparan terumbu karang yang lebih sempit daripada windward reef dan memiliki
bentangan goba (lagoon) yang cukup lebar. Kedalaman goba biasanya kurang dari 50 meter,
namun kondisinya kurang ideal untuk pertumbuhan karang karena kombinasi faktor
gelombang dan sirkulasi air yang lemah serta sedimentasi yang lebih besar.

 
 
[ Kembali ]
© 2011 Ekologi Laut Tropis

a yang belum diketahui.[1]

Pengertian Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu karang (coral reefs) merupakan masyarakat organisme yang hidup di dasar perairan laut
dangkal terutama di daerah tropis. Terumbu karang terutama disusun oleh karang-karang jenis
anthozoa dari klas scleractinia, yang mana termasuk hermatypic coral atau jenis-jenis karang yang
mampu embuat bangunan atau trumbu karang dari kalsium karbonat (Vaughan dan wells, 1943).

Berkaitan dengan terumbu karang dibedakan antara binatang karang (reef coral) sebagai individu
organisme atau komponen masyarakat, da terumbu karang (coral reef) sebagai suatu ekosistem,
termasuk di dalamnya organisme-organisme karang. Ada dua tipe karang, yaitu karang yang
membentuk bangunan kapur (hermatypic corals) dan yang tidak dapat membentuk bangunan karang
(ahermatypic corals). Hermatypics corals adalah binatang karang yang dapat membentuk bangunan
karang dari kalsium karbonat, sehingga sering dikenal pula sebagai reef-building corals. Sedangkan
ahermatypic corals adalah binatang karang yang tidak dapat membentuk bangunan karang.

Berdasarkan geomorfologinya, ekosistem terumbu karang dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu
terumbu karang tepi (fringing reef), terumbu karang penghalang (barrier reef), dan terumbu karang
cincin (attol). Sesuai dengan namanya terumbu karang tepi tumbuh mulai dari tepian pantai,
terumbu karang penghalang dipisahkan dari daratan pantai oleh goba (lagoon). Terumbu karang
cincin merupakan terumbu karang yang melingkar atau membentuk oval yang mengelilingi goba.

Manfaat Ekosistem Terumbu Karang

Manfaat-manfaat ekosistem terumbu karang adalah:

a. Sumber Makanan

Ikan karang, penyu, udang boring, octopus, conches, kerang, oyster dan rumput laut merupakan
sumber makanan bagi manusia yang banyak terdapat di ekosistem terumbu karang, dan banyak
dimanfaatkan oleh para nelayan, baik untuk dimakan sendiri maupun dijual.

b. Bahan Obat-obatan

Di daerah paparan (reef flat) terumbu karang tumbuh berbagai jenis algae, yang sering dikenal
sebagai rumput laut. Rumput laut ini disamping dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan
(sayuran) juga digunakan sebagai bahan obat-obatan. Beberapa jenis alga ini dimanfaatkan sebagai
bahan pembuatan agar-agar, algin dan carragenan. Jenis algae, euchema digunakan unuk produksi
carragenan, sedangkan jenis gelidium sp, gracilaria sp, dan hypnea sp dipakai sebagai bahan
pembuat agar-agar. Pada industri kosmetik, agar-agar digunakan sebagai bahan dasar untuk cream,
lotion, sabun, dan minyak. Pada industri pharmaceutical dan penelitian mikrobiologis agar-agar
digunakan untuk media kultur mikroorganisme.

c. Objek Wisata

Wisata bahari merupakan salah satu sektor andalan untuk menghasilkan devisa Negara di luar migas.
Banyak daerah-daerah yang memiliki potensi kekayaan bahari mengembangkan kegiatan wisata
bahari. Kegiatan wisata ini sangat bergantung pada kondisi lingkungan pesisir, seperti kebersihan,
keunikan dan keindahan dilingkungan pantai, baik untuk dimanfaatkan maupun dinikmati oleh
wisatawan. Andalan utama kegiatan wisata bahari yang banyak dinikmati oleh wisatawan adalah
aspek keindahan dan keunikan terumbu karang karena memiliki nilai estetika sangat tinggi.

d. Ornamental dan Aquarium Ikan Laut

Banyak produk laut yang saat ini diperdagangkan, baik untuk hiasan (ornament) maupun untuk
aquarium. Ornament tersebut biasanya dibuat dari cangkang molusca, akar bahar, cangkang penyu,
karang mati, atau langsung dari bahan tersebut yang diawetkan, seperti penyu, cangkang molusca
(trochus), kerang mutiara, akar bahar.

Ikan-ikan karang biasanya mempunyai warna sangat indah, di samping itu bentuknya yang sangat
unik, memberikan kesan tersendiri pada para wisatawan. Ikan-ikan tersebut banyak dijadikan ikan
hias dalam aquarium.
e. Bahan Bangunan

Batu-batu karang mati banyak ditambang dari terumbu karang untuk bahan produksi kapur,
(misalnya Sri Langka, Mauritius, Indonesia, India dan Filipina), bahan bangunan sebagai pengganti
batu bata (misalnya Maldives, Indonesia, dan India), untuk konstruksi (misalnya Seychelles, India,
dan Indonesia), untuk produksi calcium carbonat dan untuk penahan gelombang (Piers, groynes, dan
seawalls). Di samping itu pasir dari karang juga banyak ditambang untuk produksi kapur untuk
pertanian dan bahan campuran pembuat semen. Demikian pula banyak batu-batu karang yang
digunakan untuk bahan pengisian daerah reklamasi pantai.

f. Penahan Gelombang dan Pelabuhan

Secara alami keberadaan terumbu karang dapat melindungi pantai dari bahaya abrasi. Demikian
pula break water alami ini juga berfungsi untuk melindungi back reef dari gelombang besar. Laguna
atau goba di daerah back reef biasa sangat dalam dan sangat jernih, sehingga terumbu karangnya
bias tumbuh sangat subur. Di samping itu karena bebas dari serangan badai atau ombak besar,
laguna di daerah tersebut sering dimanfaatkan sebagai pendaratan pelabuhan perahu atau kapal.

Penemuan terumbu karang kuno di wilayah Pasifik dapat memberikan isyarat tentang apa
yang akan terjadi pada terumbu karang ketika temperatur air laut meningkat.

Sebuah tim dari Australia dan Selandia Baru secara mengejutkan telah menemukan terumbu
karang raksasa 9.000 tahun di wilayah selatan.

Pulau Lord Howe terletak 600 km sebelah timur dari daratan Australia, yang memiliki bukit
karang-bukit karang kecil modern.

Terumbu karang kuno besarnya hampir 30 kali besar karang modern.

Menurut BBC News, sejumlah ilmuwan, yang dipimpin, Colin Woodroffe dari Universitas
Wollongong, Ausrtalia dan beberapa peneliti dari Geoscience Australia, menemukan sebuah
punggung bukit raksasa sekitar 30 m di bawah perairan Laut Tasman.

Mereka telah menerbitkan karya mereka dalam Geophysical Research Letters.

Tim ini memperkirakan temuan mereka ini merupakan terumbu karang kuno. Ukuran dan
bentuk punggung bukit ini dipetakan dengan menggunakan sejenis sonar multi-beam echo
sounding. Para peneliti belum dapat memastikan hal tersebut adalah benar-benar terumbu
karang, hingga mereka mengambilnya sebagai sampel.

Pengeboran sampel di Laut Tasman sangat tergantung pada cuaca dan melibatkan sejumlah
peralatan selam.

Sampel-sampel ini menunjukkan bahwa temuan ini benar-benar terumbu karang dan adanya
radiokarbon yang menunjukkan usianya.

Terumbu karang kuno serupa juga telah ditemukan sebelumnya, namun tidak terlalu jauh di
wilayah selatan.

Tim ini memperkirakan bahwa terumbu karang ini hancur akibat kenaikan permukaan laut
sekitar 7.000 tahun lalu. Karena temperatur modern pada garis lintang juga membatasi
pertumbuhan terumbu karang, itulah sebabnya mengapa terumbu karang kuno lebih besar
dibandingkan dengan karang modern.

Kini, temperatur laut meningkat, walaupun demikian, terumbu karang kemungkinan mulai
tumbuh lebih besar di garis lintang yang lebih tinggi.

Karang kuno tidak seluas terumbu karang modern yang terkait dengannya namun memiliki
beberapa karang individu yang lebih baru sejak 2.000 tahun terakhir.

Hal ini menunjukkan bahwa ada habitat yang sesuai bagi terumbu karang yang dapat tumbuh
menjadi karang lebih besar ketika temperatur terus menerus meningkat.

Di belahan Bumi utara, seperti di Florida dan Bermuda hanya memiliki terumbu karang-
terumbu karang kecil, walaupun berada di batas utara perairan hangat yang cocok bagi
pertumbuhan terumbu karang.

Ada kemungkinan bahwa terumbu karang raksasa kuno juga ditemukan di perairan utara.
Seperti halnya di Tasman Sea, wilayah ini juga didukung pertumbuhan terumbu karang yang
baru.

Meningkatnya temperatur laut cukup berbahaya bagi terumbu karang di garis lintang tropis
yang temperaturnya lebih panas, namun pertumbuhan terumbu karang baru di wilayah selatan
dan utara merupakan batasan-batasan terumbu karang yang ada saat ini.
(EpochTimes/BBC/sua)

Terumbu karang di dunia diperkirakan mencapai 284,300 km2. Terumbu karang dan
ekosistem lain yang terkait, seperti padang lamun, rumput laut dan mangove adalah
ekosistem laut terkaya di dunia. Wilayah Indonesia mempunyai sekitar 18% terumbu karang
dunia, dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia (lebih dari 18% terumbu karang
dunia, serta lebih dari 2500 jenis ikan, 590 jenis karang batu, 2500 jenis Moluska, dan 1500
jenis udang-udangan).

Terumbu karang di Indonesia memberikan keuntungan pendapatan sebesar US$1,6


milyar/tahun. Nilai keseluruhan pelayanan dan sumber dayanya sendiri diperkirakan
mencapai setidaknya US$ 61,9 milyar/tahun.

Terumbu karang adalah struktur hidup yang terbesar dan tertua di dunia. Untuk sampai ke
kondisi yang sekarang, terumbu karang membutuhkan waktu berjuta tahun. Tergantung dari
jenis, dan kondisi perairannya, terumbu karang umumnya hanya tumbuh beberapa mm saja
per tahunnya. Yang ada di perairan Indonesia saat ini paling tidak mulai terbentuk sejak 450
juta tahun silam.

Terdapat ribuan spesies yang hidup di kawasan terumbu karang. Namun hanya sebagian yang
menghasilkan kalsium karbonat pembentuk terumbu. Organisme pembentuk terumbu yang
terpenting adalah hewan karang.

Karang adalah bentukan hewan kecil yang hidup dalam semacam cawan yang terbentuk dari
kalsium karbonat (lihat gambar) yang biasa disebut polip karang. Jutaan polip-polip ini
membentuk struktur dasar dari terumbu karang.

Hewan karang hidup bersimbiosis dengan alga bersel satu yang disebut zooxanthellae.
Zooxanthellae merupakan jenis alga dinoflagelata berwana coklat dan kuning, yang
dinyatakan sebagai Symbiodinium microadriaticum. Alga ini juga hidup bersimbiosis dengan
hewan-hewan lain di terumbu karang, seperti, kima raksasa (Tridacna spp), anemon laut dan
coelenterata lainnya.

Hewan karang mempunyai tentakel (tangan-tangan) untuk menangkap plankton sebagai


sumber makanannya, Namun, sumber nutrisi utama hewan karang sebenarnya berasal dari
proses fotosintesa zooxanthellae (hampir 98%). Selain itu, zooxanthellae memberi warna
pada hewan karang yang sebenarnya hampir transparan. Timbal baliknya, karang
menyediakan tempat tinggal dan berlindung bagi sang alga.

Kondisi favorit untuk pertumbuhan optimal terumbu karang

Terumbu karang dapat tumbuh dengan baik di perairan laut dengan suhu 21° – 29° C. Masih
dapat tumbuh pada suhu diatas dan dibawah kisaran suhu tersebut, tetapi pertumbuhannya
akan sangat lambat. Itulah sebabnya terumbu karang banyak ditemukan di perairan tropis
seperti Indonesia dan juga di daerah sub tropis yang dilewari aliran arus hangat dari daerah
tropis seperti Florida, Amerika Serikat dan bagian selatan Jepang.

Karang membutuhkan perairan dangkal dan bersih yang dapat ditembus cahaya matahari
yang digunakan oleh zooxanthellae untuk berfotosintesis. Pertumbuhan karang pembentuk
terumbu pada kedalaman 18 – 29 m sangat lambat tetapi masih ditemukan hingga kedalaman
iebih dari 90 m.

Karang memerlukan salinitas yang tinggi untuk tumbuh, oleh karena itu, di sekitar mulut
sungai atau pantai atau sekitar pemukiman penduduk akan lambat karena karang
membutuhkan perairan yang kadar garamnya sesuai untuk hidup.

Penyebaran Terumbu Karang

Sebagian besar terumbu karang dunia (55%) terdapat Indonesia, Pilipina, Australia Utara dan
Kepulauan Pasifik, 30% di Lautan Hindia dan Laut Merah. 14% di Karibia dan 1% di
Atlantik Utara.

Terumbu karang Indonesia yang mencapai 60.000 km2 luasnya, sebagian besar berada di
Indonesia bagian tengah, Sulawesi, Bali dan Lombok, Papua, Pulau Jawa, Kepulauan Riau
dan pantai Barat serta ujung barat daya Pulau Sumatera.
Fungsi Terumbu Karang

 Pelindung ekosistem pantai


Terumbu karang akan menahan dan memecah energi gelombang sehingga mencegah
terjadinya abrasi dan kerusakan di sekitarnya.

 Rumah bagi banyak jenis mahluk hidup di laut


Terumbu karang bagaikan oase di padang pasir untuk lautan. Karenanya banyak
hewan dan tanaman yang berkumpul di sini untuk mencari makan, memijah,
membesarkan anaknya, dan berlindung. Bagi manusia, ini artinya terumbu karng
mempunyai potensial perikanan yang sangat besar, baik untuk sumber makanan
maupun mata pencaharian mereka. Diperkirakan, terumbu karang yang sehat dapat
menghasilkan 25 ton ikan per tahunnya. Sekitar 500 juta orang di dunia
menggantungkan nafkahnya pada terumbu karang, termasuk didalamnya 30 juta yang
bergantung secara total  pada terumbu karang sebagai penhidupan.

 Sumber obat-obatan
Pada terumbu karang banyak terdapat bahan-bahan kimia yang diperkirakan bisa
menjadi obat bagi manusia. Saat ini banyak penelitian mengenai bahan-bahan kimia
tersebut untuk dipergunakan untuk mengobati berbagai manusia.

 Objek wisata
Terumbu karang yang bagus akan menarik minat wisatawan sehingga meyediakan
alternatif pendapatan bagi masyarakat sekitar. Diperkirakan sekitra 20 juta penyelam ,
menyelam dan menikmati terumbu karang per tahun.

 Daerah Penelitian
Penelitian akan menghasilkan informasi penting dan akurat sebagai dasar pengelolaan
yang lebih baik. Selain itu, masih banyak jenis ikan dan organisme laut serta zat-zat
yang terdapat di kawasan terumbu karang yang belum pernah diketahui manusia
sehingga perlu penelitian yang lebih intensif untuk mengetahui ‘misteri’ laut tersebut.

 Mempunyai nilai spiritual


Bagi banyak masyarakat, laut adalah daerah spiritual yang sangat penting, Laut yang
terjaga karena terumbu karang yang baik tentunya mendukung kekayaan spiritual ini.

Kondisi terumbu karang

Namun sayangnya laporan Reef at Risk (2002) menempatkan Indonesia sebagai salah satu
negara dengan status terumbu karang yang paling terancam. Selama 50 tahun terakhir,
proporsi penurunan kondisi terumbu karang Indonesia telah meningkat dari 10% menjadi
50%. Lebih lanjut, hasil survey P2O LIPI (2006) menyebutkan bahwa hanya 5,23% terumbu
karang di Indonesia yang berada di dalam kondisi yang sangat baik.

Laporan status terumbu karang dunia yang dikeluarkan Global Coral Reef Monitoring
Network (GCRMN) menyebutkan bahwa dalam selama 2004 hingga 2008 luasan area
terumbu karang semakin menurun. Dalam periode 2004 hingga 2008, 19% luasan terumbu
karang dunia telah hilang, 15% terancam hilang 10-20 tahun kedepan dan 20% luasan
terancam hilang 20-40 tahun mendatang. Di Indonesia sendiri 34% berada dalam kondisi
sangat buruk 42% agak baik sedang hanya 21% dalam kondisi sehat dan 3 % sangat sehat
Ancaman Terhadap Terumbu Karang

Ancaman utama yang tercatat adalah: pembangunan daerah pesisir, polusi laut, sedimentasi
dan pencemaran dari darat, overfishing (penangkapan sumberdaya berlebih), destruktif
fishing (penangkapan ikan dengan cara merusak), dan pemutihan karang ( coral bleaching )
akibat pemanasan global.

Dalam beberapa tahun terakhir tekanan terhadap terumbu karang semakin bervariasi dan juga
semakin meningkat secara kuantitas maupun kualitas. Kejadian gempa bumi yang melanda
lautan Indonesia pada 2004 juga mengakibatkan kerusakan pada terumbu namun tidak dapat
dibandingkan dengan kerusakan yang disebabkan oleh manusia. Dampak langsung dari
perubahan iklim juga semakin banyak terjadi pada banyak terumbu karang. Dari analisis
diperkirakan pada 2015, sekitar 50% populasi dunia hidup di sepanjang pesisir, sebuah
bahaya yang sangat besar terhadap masa depan terumbu karang. Peningkatan kebutuhan
pangan, komersialisasi aktifitas perikanan, dan krisis ekonomi global akan berujung pada
penangkapan berlebih dan penurunan stok perikanan terutama di negara-negara miskin.

Untuk mengatasi tantangan ini, kita semua perlu bekerja bersama. Dan terlibat dalam
konservasi bisa dimulai dari hal yang sangat mudah, dan tidak njelimet. Mulai dari hal-hal
sederhana yang bisa kita lakukan sendiri, bergabung dengan gerakan-gerakan sukarela, atau
dengan terlibat langsung di kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan konservasi

Banyak juga sebenarnya inisiatif dan upaya-upaya yang cukup komprehensif untuk
konservasi, yang sudah dilakukan banyak pihak yang bisa menginspirasi kita semua.

Tapi intinya, kita harus berkerja sama untuk terumbu karang dan masa depan yang lebih
baik…..

Yuuukkkk…

What can we do?

Berikut, tips sederhana untuk bisa membantu mengkonservasi terumbu karang dengan
sederhana:

 Terapkan prinsip 3 R (reduce-reuse-recycle) dan hemat energi. Terumbu karang


adalah ekosistem yang sangat peka terhadap perubahan iklim. Kenaikan suhu sedikit
saja dapat memicu pemutihan karang (coral bleaching). Mass coral bleaching dapat
diikuti oleh kematian massal terumbu karang, seperti yang terjadi di hampir seluruh
kawasan tropis 97-98, di Australia, 2002, dan di Karibia, 2006. Kejadian coral
bleaching terbaru tahun 2010 melanda banyak sekali lokasi di Indonesia (laporan
kejadian coral bleaching 2010) Jadi apapun yang dapat kita lakukan untuk
mengurangi dampak global warming, akan sangat membantu terumbu karang.
 Buang sampah pada tempatnya. Hewan laut sering terkait pada sampah-sampah
sehingga mengganggu gerakannya. Sampah plastik yang transparan banyak
dibuktikan termakan oleh penyu karena tampak seperti ubur-ubur. Sampah plastik ini
akan mengganggu pencernaanya. Dibanyak lokasi terumbu juga dijumpai karang dan
biota laut lainnya yang bersifat bentik, sessile (tidak dapat berpindah) yang mati
akibat tertutup lembaran-lembaran plastik. Ingat,plastik tidak hancur dalam satu
malam saja!
 Apabila Anda berlibur, pilih dan pastikan operator/agen/tour Anda menerapkan
prinsip ramah lingkungan.
 Bergabung dengan jejaring informasi , milist-milist lingkungan, berbagi ilmu,
informasi, pendapat, dan saling berdiskusi, ajak orang lain untuk terlibat, membangun
trend dan gerakan, GAYA HIDUP yang ramah lingkungan.
 Bergabung dengan gerakan-gerakan sukarelawan, atau terlibat aktif dalam kegiatan
pelestarian lingkungan. Ada berbagai kegiatan yang bisa rekan-rekan ikuti, seperti
jaringan sukarelawan survei terumbu karang (JKRI), trip-trip penelitian, reboisasi,
magang di lembaga pelestarian lingkungan dan lain-lainnya (volunteer Reef Check).

Lets Go Blue !

55 Responses to “Tentang Terumbu Karang”

1. IKA YUANITA ERNAWATI


June 15th, 2008 at 12:39 pm

setelah membaca artikel diatas saya sangat prihatin bahwa kita harus menjaga
terumbu karang karena disanalah awal dai kehidupan bawah laut terumbu karang
tidak hanya bermanfaat bagi makhluk yang ada dilaut tapi juga makhluk yang berada
di atas sebagai obat,saya baru tahu kalau terumbu karang bisa dijadikan obat.so mulai
dari sekarang kita harus menjaga terumbu karang untuk anak,cucu kita agar mereka
bisa melihat terumbu karang langsung bukan dari buku atau dunia maya.

2. win
July 28th, 2008 at 2:05 pm

wow… salut. informasinya lengkap bangetz.

Sebagian besar wilayah Indonesia adalah lautan, sehingga secara alamiah bangsa Indonesia
merupakan bangsa bahari. Hal ini ditambah lagi dengan letak wilayah Indonesia yang
strategis diwilayah tropis. Hamparan laut yang luas merupakan suatu potensi bagi bangsa
Indonesia untuk mengembangkan sumberdaya laut yang memiliki keragaman, baik
sumberdaya hayati maupun sumberdaya lainnya.

Sebagai suatu bangsa bahari yang memiliki wilayah laut yang luas dan dengan ribuan pulau
besar dan kecil yang tersebar didalamnya, maka derajat keberhasilan bangsa Indonesia juga
ditentukan dalam memanfaatkan dan mengelola wilayah laut yang luas tersebut.

Keunikan dan keindahan serta keanekaragaman kehidupan bawah laut dari kepulauan
Indonesia yang membentang luas di cakrawala khatulistiwa masih banyak menyimpan misteri
dan tantangan terhadap potensinya.
Salah satu dari potensi tersebut atau sumberdaya hayati yang tak ternilai harganya dari segi
ekonomi atau ekologinya adalah sumberdaya terumbu karang, apabila sumberdaya terumbu
karang ini dikaitakn dengan pengembangan wisata bahari mempunyai andil yang sangat
besar. Karena keberadaan terumbu karang tersebut sangat penting dalam pengembangan
berbagai sektor termasuk sektor pariwisata.

Khusus mengenai terumbu karang, Indonesia dikenal sebagai pusat distribusi terumbu karang
untuk seluruh Indo-Pasifik. Indonesia memiliki areal terumbu karang seluas 60.000 km2
lebih. Sejauh ini telah tercatat kurang lebih 354 jenis karang yang termasuk kedalam 75
marga.

Mengenali Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu karang merupakan ekosistem yang amat peka dan sensitif sekali. Jangankan
dirusak, diambil sebuah saja, maka rusaklah keutuhannya. Ini dikarenakan kehidupan di
terumbu karang di dasari oleh hubungan saling tergantung antara ribuan makhluk. Rantai
makanan adalah salah satu dari bentuk hubungan tersebut. Tidak cuma itu proses terciptanya
pun tidak mudah. Terumbu karang membutuhkan waktu berjuta tahun hingga dapat tercipta
secara utuh dan indah. Dan yang ada di perairan Indonesia saat ini paling tidak mulai
terbentuk sejak 450 juta tahun silam.

Sebagai ekosistem terumbu karang sangat kompleks dan produkstif dan keanekaraman jenis
biota yang amat tinggi. Variasi bentuk pertumbuhannya di Indonesia sangat kompleks dan
luas sehingga bisa ditumbuhi oleh jenis biota lain.

Ekosistem ini adalah ekosistim daerah tropis yang memiliki keunikan dan keindahan yang
khas, yang pemanfaatannya harus secara lestari. Ekosistem terumbu karang ini umumnya
terdapat pada perairan yang relatif dangkal dan jernih serta suhunya hangat ( lebih dari 22
derjat celcius) dan memiliki kadar karbonat yang tinggi. Binatang karang hidup dengan baik
pada perairan tropis dan sub tropis serta jernih karena cahaya matahari harus dapat
menembus hingga dasar perairan. Sinar matahari diperlukan untuk proses fotosintesis,
sedangkan kadar kapur yang tinggi diperlukan untuk membentuk kerangka hewan penyusun
karang dan biota lainnya.

Indonesia yang terletak di sepanjang garis khatulistiwa, mempunyai terumbu karang terluas
di dunia yang tersebar mulai dari Sabang- Aceh sampai ke Irian Jaya. Dengan jumlah
penduduk lebih dari 212 juta jiwa, 60 % penduduk Indonesia tinggal di daerah pesisir, maka
terumbu karang merupakan tumpuan sumber penghidupan utama.

Disamping sebagai sumber perikanan, terumbu karang memberikan penghasilan antara lain
bagi dunia industri ikan hias, terumbu karang juga merupakan sumber devisa bagi negara,
termasuk usaha pariwisata yang dikelola oleh masyarakat setempat dan para pengusaha
pariwisata bahari.

Kehidupan Di Terumbu Karang

Hutan bakau, padang lamun dan terumbu karang merupakan tiga eksosistim penting di daerah
pesisir. Hutan bakau dan padang lamun dan terumbu karang berperan penting dalam
melindungi pantai dari ancaman abrasi dan erosi serta tempat pemijahan bagi hewan-hewan
penghuni laut lainnya. Terumbu karang merupakan rumah bagi banyak mahkluk hidup laut.
Diperkirakan lebih dari 3.000 spesies dapt dijumpai pada terumbu karang yang hidup di Asia
Tenggara. Terumbu karang lebih banyak mengandung hewan vertebrata. Beberapa jenis ikan
seperti ikan kepe-kepe dan betol menghabiskan seluruh waktunya di terumbu karang,
sedangkan ikan lain seperti ikan hiu atau ikan kuwe lebih banyak menggunakan waktunya di
terumbu karang untuk mencari makan. Udang lobster, ikan scorpion dan beberapa jenis ikan
karang lainnya diterumbu karang bagi mereka adalah sebagai tempat bersarang dan memijah.
Terumbu karang yang beraneka ragam bentuknya tersebut memberikan tempat
persembunyian yang baik bagi iakn. Di situ hidup banyak jenis ikan yang warnanya indah.
Indonesia memiliki lebih dari 253 jenis ikan hias laut. Bagi masyarakat pesisir terumbu
karang memberiakn manfaat yang besar , selain mencegah bahay abrasi mereka juga
memerlukan ikan, kima kepiting dan udang barong yang hidup di dalam terumbu karang
sebagai sumber makan dan mata pencaharian mereka.

Fungsi Dan Manfaat Terumbu Karang

Setelah mengenali, maka cintai dan peliharalah terumbu karang, karena terumbu karang
mempunyai fungsi dan manfaat serta arti yang amat penting bagi kehidupan manusia baik
segi ekonomi maupun sebagai penunjang kegiatan pariwisata dan manfaat serta terumbu
karang adalah:

1. Proses kehidupan yang memerlukan waktu yang sangat lama untuk tumbuh dan
berkembang biak untuk membentuk seperti kondisi saat ini.
2. Tempat tinggal, berkembang biak dan mencari makan ribuan jenis ikan, hewan dan
tumbuhan yang menjadi tumpuan kita.
3. Indonesia memiliki terumbu karang terluas didunia, dengan luas sekitar 600.000 Km
persegi.
4. Sumberdaya laut yang mempunyai nilai potensi ekonomi yang sangat tinggi.
5. Sebagai laboratorium alam untuk penunjang pendidikan dan penelitian.
6. Terumbu karang merupakan habitat bagi sejumlah spesies yang terancam punah serti
kima raksasa dan penyu laut.
7. Dari segi fisik terumbu karang berfungsi sebagai pelindung pantai dari erosi dan
abrasi, struktur karang yang keras dapat menahan gelombang dan arus sehingga
mengurangi abrasi pantai dan mencegah rusaknya ekosistim pantai lain seperti padang
lamun dan magrove
8. Terumbu karang merupakan sumber perikanan yang tinggi. Dari 132 jenis ikan yang
bernilai ekonomi di Indonesia, 32 jenis diantaranya hidup di terumbu karang, berbagai
jenis ikan karang menjadi komoditi ekspor. Terumbu karang yang sehat menghasilkan
3 - 10 ton ikan per kilometer persegi pertahun.
9. Keindahan terumbu karang sangat potensial untk wisata bahari. Masyarakat disekitar
terumbu karang dapat memanfaatkan hal ini dengan mendirikan pusat-pusat
penyelaman, restoran, penginapan sehingga pendapatn mereka bertambah
10. Terumbu karang potensi masa depan untuk sumber lapangan kerja bagi rakyat
Indonesia

Melanggar Hukum

Pengrusakan terumbu karang tersebut khususnya yang disebabkan oleh aktivitas manusia,
merupakan tindakan inkonstitusional alias melanggar hukum. Dalam UU 1945 pasal 33 ayat
3 dinayatakan, “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pasal 33 ayat 3 ini merupakan landasarn yuridis dan sekaligus merupakan arah bagi
pengaturan terhadap hal yang berkaitan dengan sumberdaya terumbu karang. Selain itu salah
satu tujuan dari Strategi Konservasi Dunia 1980 adalah menetapkan terumbu karang sebagai
sistem ekologi dan penyangga kehidupan yang penting untuk kelangsungan hidup manusia
dan pembangunan berkelanjutan. Karena itu, terumbu karang di sebagai salah satu
sumberdaya alam yang ada di Indonesia, pengelolaannya harus di dasarkan pada peraturan -
peraturan,di antaranya:

1. UU RI No. 4/1982, tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup.


2. UU RI No. 9/1985. Tentang perikanan.
3. UU RI No. 5/1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistem.
4. UU RI No. 9/1990 Tentang Kepariwisataan.
5. Peraturan pemerintah No. 29/1986 tentang analisa dampak lingkungan.
6. Keputusan menteri kehutanan No. 687/Kpts.II/1989 tanggal 15 Nopember 1989
tentang pengusaha hutan wisata, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman
Hutan Laut.
7. Surat edaran Menteri PPLH No. 408/MNPPLH/4/1979, tentang larangan pengambilan
batu karang yang dapat merusak lingkungan ekosistem laut, situjukan kepada
Gubenur Kapala Daerah, Tingkat I di seluruh Indonesia.
8. Surat Edaran Direktur Jenderal Perikanan No. IK.220/D4.T44/91, tentang
penangkapan ikan dengan bahan/alat terlarang - ditujukan kepada Kepala Dinas
Perikanan Propinsi Daerah Tingkat I di seluruh Indonesia

Dikutip dari berbagai sumber

3.
4. BIOLOGI TERUMBU KARANG1
5. Silvianita Timotius, M.Si2
6. TERUMBU KARANG DAN KARANG
7. Terumbu karang adalah struktur di dasar laut berupa deposit kalsium karbonat di laut
yang
8. dihasilkan terutama oleh hew an karang. Karang adalah hew an tak bertulang
belakang yang
9. termasuk dalam Filum Coelenterata (hew an berrongga) atau Cnidaria. Yang disebut
sebagai
10. karang (coral) mencakup karang dari Ordo scleractinia dan Sub kelas Octocorallia
(kelas
11. Anthozoa) maupun kelas Hydrozoa. Lebih lanjut dalam makalah ini pembahasan
lebih
12. menekankan pada karang sejati (Scleractinia).
13. Satu individu karang atau disebut polip karang memiliki ukuran yang bervariasi
mulai dari yang
14. sangat kecil 1 mm hingga yang sangat besar yaitu lebih dari 50 cm. Namun yang
pada
15. umumnya polip karang berukuran kecil. Polip dengan ukuran besar dijumpai pada
karang yang
16. soliter.
17. ANATOMI KARANG
18. Karang atau disebut polip memiliki bagian-bagian tubuh
19. terdiri dari
20. 1. mulut dikelilingi oleh tentakel yang berfungsi
21. untuk menangkap mangsa dari perairan serta
22. sebagai alat pertahanan diri.
23. 2. rongga tubuh (coelenteron) yang juga
24. merupakan saluran pencernaan
25. (gastrovascular)
26. 3. dua lapisan tubuh yaitu ektodermis dan
27. endodermis yang lebih umum disebut
28. gastrodermis karena berbatasan dengan
29. saluran pencernaan. Di antara kedua lapisan
30. terdapat jaringan pengikat tipis yang disebut mesoglea. Jaringan ini terdiri dari sel-
sel,
31. serta kolagen, dan mukopolisakarida. Pada sebagian besar karang, epidermis akan
32. menghasilkan material guna membentuk rangka luar karang. Material tersebut
berupa
33. kalsium karbonat (kapur).
34. Bertempat di gastrodermis, hidup zooxanthellae yaitu alga uniseluler dari kelompok
35. Dinoflagelata, dengan w arna coklat atau coklat kekuning-kuningan.
36. Mengapa zooxanthellae ada dalam tubuh karang, kemudian apa perannya serta
bentuk
37. hubungan seperti apa yang ada antara karang dan zoox akan dibahas lebih lanjut
pada bagian
38. Asosiasi Zooxanthellae dengan karang.
39. 1 Makalah Trining Course: Karekteristik Biologi Karang, 7-12 Juli 2003
40. 2 Yayasan Terumbu Karang Indonesia (Terangi)
41. Gambar 1. Anatomi polip karang
42. 2
43. Gambar 2. Lapisan tubuh karang dengan sel penyengat dan zooxanthellae di dalamnya.
44. Tampak sel penyengat dalam kondisi tidak aktif dengan yang sedang aktif
45. Karang dapat menarik dan menjulurkan tentakelnya. Tentakel tersebut aktif
dijulurkan pada
46. malam hari, saat karang mencari mangsa, sementara di siang hari tentekel ditarik
masuk ke
47. dalam rangka. Bagaimana karang dapat menangkap mangsanya?
48. Di ektodermis tentakel terdapat sel penyengatnya (knidoblas) , yang merupakan ciri
khas
49. semua hew an Cnidaria. Knidoblas dilengkapi alat penyengat (nematosita) beserta
racun di
50. dalamnya. Sel penyengat bila sedang tidak digunakan akan berada dalam kondisi
tidak aktif,
51. dan alat sengat berada di dalam sel. Bila ada zooplankton atau hew an lain yang
akan
52. ditangkap, maka alat penyengat dan racun akan dikeluarkan.
53. CARA MAKAN
54. Karang memiliki dua cara untuk mendapatkan makan, yaitu
55. 1. Menangkap zooplankton yang melayang dalam air.
56. 2. Menerima hasil fotosintesis zooxanthellae.
57. Ada pendapat para ahli yang mengatakan bahw a hasil fotosintesis zooxanthellae
yang
58. dimanfaatkan oleh karang, jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan proses
respirasi
59. karang tersebut (Muller-Parker & D’Elia 2001). Sebagian ahli lagi mengatakan
sumber
60. makanan karang 75-99% berasal dari zooxanthellae (Tucket & Tucket 2002).
61. Ada dua mekanisme bagaimana mangsa yang ditangkap karang dapat mencapai
mulut:
62. 1. Mangsa ditangkap lalu tentakel membaw a mangsa ke mulut
63. 2. Mangsa ditangkap lalu terbaw a ke mulut oleh gerakan silia di sepanjang tentakel
64. ASOSIASI KARANG DENGAN ZOOXANTHELLAE
65. Zooxanthellae adalah alga dari kelompok Dinoflagellata yang bersimbiosis pada hew
an, seperti
66. karang, anemon, moluska dan lainnya. Sebagian besar zooxanthella berasal dari
genus
67. Symbiodinium. Jumlah zooxanthellae pada karang diperkirakan > 1 juta sel/cm2
permukaan
68. karang, ada yang mengatakan antara 1-5 juta sel/cm2. Meski dapat hidup tidak
terikat induk,
69. sebagian besar zooxanthellae melakukan simbiosis
70. Dalam asosiasi ini, karang mendapatkan sejumlah keuntungan berupa
71. 1. Hasil fotosintesis, seperti gula, asam amino, dan oksigen
72. 2. Mempercepat proses kalsifikasi yang menurut Johnston terjadi melalui skema:
73. 􀂗 Fotosintesis akan menaikkan PH dan menyediakan ion karbonat lebih banyak
74. 􀂗 Dengan pengambilan ion P untuk fotosintesis, berarti zooxanthellae telah
75. menyingkirkan inhibitor kalsifikasi.
76. Ektodermis dengan
77. sel penyengat
78. mesoglea
79. Gastrodermis
80. dengan
81. zooxanthellae di
82. dalamnya
83. The Barrief Reefs. A Guide To The World of Corals
84. 3
85. Bagi zooxanthellae, karang adalah habitat yang baik karena merupakan pensuplai
terbesar zat
86. anorganik untuk fotosintesis. Sebagai contoh Bytell menemukan bahw a untuk
zooxanthellae
87. dalam Acropora palmata suplai nitrogen anorganik, 70% didapat dari karang (lihat
Tomascik et
88. al. 1997). Anorganik itu merupakan sisa metabolisme karang dan hanya sebagian
kecil
89. anorganik diambil dari perairan.
90. Bagaimana zooxanthellae dapat berada dalam karang, terjadi melalui beberapa
mekanisme
91. terkait dengan reproduksi karang. Dari reproduksi secara seksual, karang akan
mendapatkan
92. zooxanthellae langsung dari induk atau secara tidak langsung dari lingkungan.
Sementara
93. dalam reproduksi aseksual, zooxanthellae akan langsung dipindahkan ke koloni baru
atau ikut
94. bersama potongan koloni karang yang lepas. Mekanisme reproduksi lebih lanjut
dijelaskan
95. pada bagian selanjutnya.
96. REPRODUKSI & PERTUMBUHAN KARANG
97. Seperti hew an lain, karang memiliki kemampuan reproduksi secara aseksual dan
seksual.
98. 􀂙 Reproduksi aseksual adalah reproduksi yang tidak melibatkan peleburan gamet
jantan
99. (sperma) dan gamet betina (ovum). Pada reproduksi ini, polip/koloni karang
100. membentuk polip/koloni baru melalui pemisahan potongan-potongan tubuh
atau
101. rangka. Ada pertumbuhan koloni dan ada pembentukan koloni baru
102. 􀂙 Reproduksi seksual adalah reproduksi yang melibatkan peleburan sperma
dan ovum
103. (fertilisasi). Sifat reproduksi ini lebih komplek karena selain terjadi fertilisasi,
juga
104. melalui sejumlah tahap lanjutan (pembentukan larva, penempelan baru
kemudian
105. pertumbuhan dan pematangan).
106. Reproduksi Aseksual
107. ASEKSUAL Dalam membahas reproduksi aseksual, perlu dipisahkan antara
pertumbuhan
108. koloni dengan pembentukan koloni baru
109. Pertunasan Terdiri dari:
110. 􀂙 Intratentakular yaitu satu polip membelah
111. menjadi 2 polip; jadi polip baru tumbuh dari
112. polip lama
113. 􀂙 Ekstratentakular yaitu polip baru tumbuh di
114. antara polip-polip lain
115. 􀂙 Jika polip dan
116. jaringan baru tetap
117. melekat pada koloni
118. induk, ini disebut
119. pertambahan ukuran
120. koloni.
121. 􀂙 jika polip atau tunas
122. lepas dari koloni
123. induk dan
124. membentuk koloni
125. baru, ini baru disebut
126. reproduksi aseksual
127. Fragmentasi Koloni baru terbentuk oleh patahan karang.
128. Terjadi terutama pada karang bercabang, karena
129. cabang mudah sekali patah oleh faktor fisik (seperti
130. ombak atau badai) atau faktor biologi (predasi oleh
131. ikan). Patahan (koloni) karang yang lepas dari koloni
132. induk, dapat saja menempel kembali di dasaran dan
133. membentuk tunas serta koloni baru.
134. Hal itu hanya dapat
135. terjadi jika patahan
136. karang masih memiliki
137. jaringan hidup
138. 4
139. Polip bailout Polip baru terbentuk karena tumbuhnya jaringan yang
140. keluar dari karang mati.
141. Pada karang yang mati, kadang kala jaringan-jaringan
142. yang masih hidup dapat meninggalkan skeletonnya
143. untuk kemudian terbawa air. Jika kemudian
144. menemukan dasaran yang sesuai, jaringan tersebut
145. akan melekat dan tumbuh menjadi koloni baru
146. Partenogenesis Larva tumbuh dari telur yang tidak mengalami
147. fertilisasi
148. Reproduksi Seksual
149. Karang memiliki mekanisme reproduksi seksual yang beragam yang didasari
oleh penghasil
150. gamet dan fertilisasi. Keragaman itu meliputi:
151. A. Berdasar individu penghasil gamet, karang dapat dikategorikan bersifat:
152. 1. Gonokoris
153. Dalam satu jenis (spesies), telur dan sperma dihasilkan oleh individu yang
berbeda. Jadi
154. ada karang jantan dan karang betina
155. Contoh: dijumpai pada genus Porites dan Galaxea
156. 2. Hermafrodit
157. bila telur dan sperma dihasilkan dalam satu polip. Karang yang hermafrodit
juga kerap
158. kali memiliki w aktu kematangan seksual yang berbeda, yaitu
159. • Hermafrodit yang simultan 􀃆 menghasilkan telur dan sperma pada w aktu
160. bersamaan dalam kesatuan sperma dan telur (egg-sperm packets). Meski
161. dalam satu paket, telur baru akan dibuahi 10-40 menit kemudian yaitu setelah
162. telur dan sperma berpisah.
163. Contoh: jenis dari kelompok Acroporidae, favidae
164. • Hermafrodit yang berurutan, ada dua kemungkinan yaitu
165. 􀂗 individu karang tersebut berfungsi sebagai jantan baru, menghasilkan
166. sperma untuk kemudian menjadi betina (protandri), atau
167. 􀂗 jadi betina dulu, menghasilkan telur setelah itu menjadi jantan
168. (protogini)
169. Contoh: Stylophora pistillata dan Goniastrea favulus
170. Meski dijumpai kedua tipe di atas, sebagian besar karang bersifat
gonokoris
171. B. Berdasar mekanisme pertemuan telur dan sperma
172. 1. Brooding/planulator
173. Telur dan sperma yang dihasilkan, tidak dilepaskan ke kolom air sehingga
fertilisasi
174. secara internal. Zigot berkembang menjadi larva planula di dalam polip, untuk
kemudian
175. planula dilepaskan ke air. Planula ini langsung memiliki kemampun untuk
melekat di
176. dasar perairan untuk melanjutkan proses pertumbuhan.
177. Contoh: Pocillopora damicornis dan Stylophora
178. 2. Spawning
179. Melepas telur dan sperma ke air sehingga fertilisasi secara eksternal. Pada
tipe ini
180. pembuahan telur terjadi setelah beberapa jam berada di air.
181. Contoh: pada genus Favia
182. Dari sebagian besar jenis karang yang telah dipelajari proses reproduksinya,
85% di antaranya
183. menunjukkan mekanisme spawning. Waktu pelepasan telur secara massal,
berbeda w aktu
184. tergantung kondisi lingkungan, sebagai contoh:
185. 􀂗 Richmond dan Hunter menemukan bahw a di Guam, Micronesia: puncak
spawning terjadi
186. 7-10 hari setelah bulan purnama bulan Juli (Richmond 1991)
187. 5
188. 􀂗 Kenyon menemukan spawning di Kepulauan Palau terjadi selama beberapa
bulan, yaitu
189. Maret, April dan Mei (Richmond 1991)
190. Siklus reproduksi karang secara umum adalah sebagai berikut:
191. Telur & spema dilepaskan ke kolom air (a) 􀃆 fertilisasi menjadi zigot terjadi di
permukaan
192. air (b) 􀃆 zygot berkembang menjadi larva planula yang kemudian mengikuti
pergerakan
193. air . Bila menemukan dasaran yang sesuai, maka planula akan menempel di
dasar (c) 􀃆
194. planula akan tumbuh menjadi polip (d) 􀃆 terjadi kalsifikasi (e) 􀃆 membentuk
koloni
195. karang (f) namun karang soliter tidak akan membentuk koloni
196. Baik reproduksi secara seksual maupun secara aseksual dijalankan oleh
karang tentunya untuk
197. tujuan mempertahankan keberadaan spesiesnya di alam. Keduanya memiliki
kelebihan dan
198. kekurangan sehingga kedua metode tersebut saling melengkapi. Berikut
adalah perbandingan
199. reproduksi aseksual dan seksual dipandang dari sisi ketahanan dan adaptasi
terhadap
200. lingkungan.
201. PERTUMBUHAN & AKRESI
202. 1. Penempelan (recruitment/settlement)
203. Aspek Reproduksi aseksual Reproduksi seksual
204. Waktu pembentukan
205. anakan
206. Mwmbutuhkan waktu yang singkat Membutuhkan waktu dan proses
207. lebih panjang
208. Kemampuan adaptasi
209. terhadap perubahan
210. lingkungan
211. Lebih rendah (karena identik
212. dengan induk/tidak ada variasi
213. genetik)
214. Lebih tinggi (karena adanya variasi
215. genetik)
216. Penyebaran Terbatas (dekat dengan induk) Bisa sangat jauh (puluhan atau
217. ratusan meter dari induk)
218. Terekspos polutan kemungkinan lebih kecil karena
219. pembentukan anakan lebih cepat
220. memungkinkan terekspos polutan
221. bila air terpolusi karena adanya jeda
222. waktu antara pelepasan gamet
223. dengan fertilisasi
224. ab
225. fe
226. d
227. c
228. Gambar 3. Siklus Reproduksi Seksual Karang
229. 6
230. Larva planula akan dapat melanjutkan ke tahap penempelan pada dasar
perairan bila kondisi
231. substrat mendukung seperti:
232. 􀂗 cukup kokoh
233. 􀂗 tidak ditumbuhi alga
234. 􀂗 Arus cukup untuk adanya makanan
235. 􀂗 penetrasi cahaya cukup agar zoox bisa tumbuh
236. 􀂗 sedimentasi rendah
237. 2. Karang muda
238. Kemampuan karang muda untuk terus hidup memang sangat tergantung
pada kondisi
239. substrat, sebagai contoh:
240. o Karang akan tumbuh lebih baik di substrat yang padat
241. o karang lebih mampu bertahan hidup bila posisi substrat vertikal daripada
horisontal
242. o karang akan tumbuh lebih cepat di tempat dangkal tapi yang lebih survive
di perairan
243. yang sedikit lebih dalam.
244. 3. Kematangan seksual
245. Dipengaruhi oleh berbagai hal seperti
246. a. Perubahan kondisi lingkungan ke arah lebih buruk mengganggu proses
kematangan
247. seksual, misalnya
248. o Sedimentasi 􀃆 energi karang akan terkuras untuk membersihkan polip
sehingga
249. kematangan seksual terhambat
250. o Pestisida dari pertanian 􀃆 menurunkan penempelan dan metamorfosis
251. o Tumpahan minyak 􀃆 mengecilkan ukuran gamet
252. o Polusi oleh minyak 􀃆 menghentikan proses pembentukan larva pada
brooding
253. spesies.
254. b. Pada Goniastrea favulus, Kojis dan Quinn menemukan jika ada luka dan
perlu energi
255. memperbaiki jaringan, maka kemampuan reproduksinya akan turun (lihat
Richmond
256. 2001)
257. c. Bentuk koloni:
258. • Karang yang bentuk koloninya besar seperti Lobophyllia corymbosa, ukuran
259. polip akan berperan dalam kematangan seksual (lebih cepat)
260. • Karang cabang, seperti Pocillopora dan Acropora butuh 2-3 tahun untuk
261. matang seksual
262. • Massive seperti Porites butuh 4-7 tahun
263. 4. Pertumbuhan koloni dan terumbu
264. Pertumbuhan karang dipengaruhi oleh faktor abiotik dan biotik.
265. • Faktor abiotik dapat berupa intensitas cahaya, lama penyinaran, suhu,
nutrisi, dan
266. sedimentasi. Connel dalam percobaannya menemukan bahw a jumlah atau
lama
267. penyinaran adalah faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan karang
(lihat
268. Wood 1983). Karang memiliki kemampuan hidup dalam perairan miskin
nutrien dan
269. mampu beradaptasi terhadap kenaikan nutrien yang bersifat periodik, seperti
runoff.
270. Karang tidak dapat beradaptasi terhadap kenaikan nutrien secara mendadak
dalam
271. jumlah besar.
272. • Faktor biotik meliputi predasi, kompetisi, agresi karang lain, dan lainnya.
273. 5. Kalsifikasi
274. Kalsifikasi adalah adalah proses yang menghasilkan kapur dan pembentukan
rangka karang.
275. 􀂗 Kapur dihasilkan dalam reaksi yang terjadi dalam ektodermis karang.
276. 􀂗 Reaksi pembentukan deposit kapur, mensyaratkan tersedianya ion kalsium
dan ion
277. karbonat. Ion kalsium tersedia dalam perairan yang berasal dari pengikisan
batuan
278. di darat. Ion karbonat berasal dari pemecahan asam karbonat.
279. 7
280. Kalsium karbonat yang terbentuk kemudian membentuk endapan menjadi
rangka
281. hew an karang. Sementara itu, karbondioksida akan diambil oleh
zooxanthellae
282. untuk fotosintesis. Pengambilan atau pemanfaatan karbon (CO2) dalam
jumlah
283. yang sangat besar untuk keperluan kalsifikasi yang kemudian menghasilkan
284. terumbu karang sebaran vertikal dan horisontal yang amat luas, menjadikan
285. terumbu karang sebagai CARBON SINK.
286. 􀂗 Kalsifikasi dipengaruhi oleh fotosintesis zooxanthellae dan hasilnya.
Sebagai contoh
287. Pearse dan Muscatine menggunakan senyaw a radioaktif untuk menelusuri
hasil
288. fotosintesis. Hasilnya menunjukkan bahw a hasil fotosintesis banyak di ujung-
ujung
289. cabang (lihat Wood 1983). Hasil fotosintesis menunjang pertumbuhan cabang
290. 􀂗 Kenaikan nutrien akan menurunkan kalsifikasi karena terjadi peningkatan
fosfat.
291. 6. Akresi
292. Akresi adalah pertumbuhan koloni dan terumbu ke arah vertikal maupun
horisontal. Karang
293. melalui reproduksi aseksualnya menghasilkan karang-karang baru yang
berhubungan satu
294. dengan lainnya. Karang-karang tersebut membentuk koloni, yang kemudian
tumbuh
295. menjadi bentuk yang khas. Ragam bentuk pertumbuhan koloni tersebut
meliputi:
296. a. Bercabang
297. Koloni ini tumbuh ke arah vertikal maupun horisontal, dengan arah vertikal
lebih
298. dominan. Percabangan dapat memanjang atau melebar, sementara bentuk
cabang
299. dapat halus atau tebal. Karang bercabang memiliki tingkat pertumbuhan yang
paling
300. cepat, yaitu bisa mencapai 20 cm/tahun. Bentuk koloni seperti ini, banyak
terdapat di
301. CO2 + H2O ⇔ H2CO3 ⇔ H+ + HCO3
302. -⇔ 2H+ + CO3
303. 2-
Ca2+ + 2HCO3
304.
305. -⇔ CaCO3 + CO2 + H2O
306. Jadi endapan
307. Diambil dari perairan
308. Branching
309. (bercabang)
310. Massive
311. (padat)
312. Foliose
313. (lembaran)
314. Tabulate
315. (meja)
316. Gambar 4. Bentuk-bentuk Koloni Karang
317. 8
318. sepanjang tepi terumbu dan bagian atas lereng, terutama yang terlindungi
atau
319. setengah terbuka.
320. b. Padat
321. Pertumbuhan koloni lebih dominan ke arah horisontal daripada vertikal.
Karang ini
322. memiliki permukaan yang halus dan padat; bentuk yang bervariasi, seperti
setengah
323. bola, bongkahan batu, dan lainnya; dengan ukuran yang juga beragam.
Dengan
324. pertumbuhan < 1 cm/tahun, koloni tergolong paling lambat tumbuh. Meski
demikian, di
325. alam banyak dijumpai karang ini dengan ukuran yang sangat besar.
Umumnya
326. ditemukan di sepanjang tepi terumbu karang dan bagian atas lereng terumbu.
327. c. Lembaran
328. Pertumbuhan koloni terutama ke arah horisontal, dengan bentuk lembaran
yang pipih.
329. Umumnya terdapat di lereng terumbu dan daerah terlindung. Dijumpai di
perairan
330. d. Seperti meja
331. bentuk bercabang dengan arah mendatar dan rata seperti meja. Karang ini
ditopang
332. dengan batang yang berpusat atau bertumpu pada satu sisi membentuk
sudut atau
333. datar.
334. Koloni karang akan tumbuh terus tumbuh membentuk terumbu. Ada
beberapa macam bentuk
335. terumbu berdasar Teori Penenggelaman (Subsidence Theory) oleh Charles
Darw in (1842),
336. yaitu terumbu tepi, terumbu penghalang, dan atol. Masing-masing dapat
dijelaskan secara
337. singkat sebagai berikut:
338. a. Terumbu karang tepi (Fringing Reef), yaitu terumbu karang yang terdapat
di sepanjang
339. pantai dan dalamnya tidak lebih dari 40 meter. Terumbu ini tumbuh ke
permukaan dan
340. ke arah laut terbuka.
341. b. Terumbu karang penghalang (Barrier Reefs), berada jauh dari pantai yang
dipisahkan
342. oleh goba (lagoon) dengan kedalaman 40 – 70 meter. Umumnya terumbu
karang ini
343. memanjang menyusuri pantai.
344. c. Atol (atolls), yang merupakan karang berbentuk melingkar seperti cincin
yang muncul
345. dari perairan yang dalam, jauh dari daratan dan melingkari gobah yang
memiliki
346. terumbu gobah atau terumbu petak.
347. 7. Bioerosi
348. Proses biologi yang bersifat merusak struktur terumbu karang umumnya
disebut bioerosi.
349. Sementara itu Choat secara sederhana mendefinisikan bioerosi sebagai
penghilangan
350. CaCO3 dari terumbu atau dari koloni karang oleh proses-proses biologi (lihat
Tomascik et al.
351. 1997). Organisme yang melalui aktivitasnya menyebabkan rangka kapur
karang-karang
352. pembentuk terumbu mengalami erosi dan melemah disebut bioeroder.
353. Berdasar lokasi organisme itu berada dalam substrat kapur, bioeroder dapat
dikelompokkan
354. menjadi: Epilit (hidup di permukaan); kasmolit (dalam lubang dan celah);
serta endolit (dalam
355. rangka). Kelompok bioeroder tersebut mencakup
356. 􀂗 Microborer: alga, jamur dan bakteri
357. Kelompok ini berperan sebagai pionir proses bioerosi, yang kemudian diikuti
oleh
358. macroborer. Erosi yang diakibatkan terjadi di permukaan maupun hingga ke
bagian
359. dalam rangka terumbu. Bakteri mampu mencerna matriks organik kapur dan
360. menyebabkan bioerosi bagian dalam. Jamur dengan senyaw a kimia yang
361. dihasilkan dapat menggores permukaan karang, melunakkan, dan merusak
kapur
362. 􀂗 Macroborer: spon (Clionidae dan Spirastrellidae); gastropoda (Lithophaga);
363. barnakel (Lithotrya); Sipunkulus; Polychaeta (Eunicidae).
364. 9
365. Spon Clionid adalah pembor yang paling umum sekaligus endolit paling
merusak
366. terumbu karang di dunia (Glynn 2001). Contoh di Atlantik Barat, Cliona
carribaea
367. dapat sangat melimpah sehingga membentuk area coklat beberapa meter
368. panjangnya yang mematikan karang.
369. Clionidae, di Indonesia dikenal dua genus, Cliona dan Cliothosa sementara
370. Spirastrellidae dengan genus Spirestrella dan Diplastrea. Genus Aka adalah
371. pembor yang umum, yang menghasilkan senyaw a siphonodictine yang
372. menghambat pertumbuhan polip karang. Contoh di Sulaw esi Utara, Aka
bahkan
373. membentuk banyak “cerobong” hingga di atas permukaan Porites lobata
(Tomascik
374. et al. 2001).
375. Lithopaga membuat lubang dan terow ongan pada beberapa karang massive
376. seperti Porites, Favia, Favites, dan Goniastrea. Ia membor karang hidup
maupun
377. mati dengan menghasilkan asam untuk melunakkan kapur dan menetap di
dalam
378. karang. Hew an ini membor dengan kedalaman 1-10 cm. Scoot menemukan
di
379. Pasifik Timur kepadatannya antara 500-10.000 individu/m2 (lihat Glynn 2001).
380. Genus ini juga umum di Indonesia (Tomascik et al. 2001).
381. 􀂗 Grazer: Scaridae (ikan kakatua); Ketam kelapa (hermit crab); limpet
(Acmaea); bulu
382. babi (Diadema); Chiton.
383. Dampak bioerosi
384. 􀂗 Sedang 􀃆 dampak erosi atau perubahan yang diakibatkan tidak terlalu
385. mempengaruhi keseluruhan rangka
386. 􀂗 Besar 􀃆 erosi ini menyebabkan kematian karang dalam luasan yang besar.
387. Di Pasifik Barat 􀃆 setelah kematian terumbu akibat pemangsaan Acanthaster
planci, karang
388. mengalami bioerosi dan sebagai akibat disebutkan kanopi dari Acropora
menjadi
389. rusak yaitu struktur 3 dimensinya hilang. Akibat lanjutan yang terjadi,
mikrohabitat
390. ikan juga hilang.
391. Contoh perubahan kondisi lingkungan yang mengarah pada bioerosi terumbu
karang dan
392. perubahan struktur terumbu karang. Perubahan dicontohkan disebabkan oleh
beberapa
393. aspek.
394. ENSO dan bioerosi oleh echinoid. Di Pasifik Timur (Kepulauan Galapagos)
tahun 1982-
395. 1983 terjadi bencana El Nino yang mengakibatkan kematian karang dan
penempelan karang
396. baru juga rendah. Bioerosi dilakukan oleh echinoid sehingga karang patah-
patah, menjadi
397. potongan-potongan kecil (rubble) lalu sedimen.
398. Panama Galapagos
399. < ENSO Produksi CaCO3 10 kg/m2/tahun
400. Populasi echinoid Diadema 􀃆 3
401. individu/m2
402. Eucidaris􀃆 5
403. individu/m2
404. ENSO 1982-
405. 1983 Kematian karang 50-99 % & recruitment sangat rendah
406. Populasi echinoid 80 ind./m2 30 ind./m2
407. 10-30 gr berat
408. kering/m2/hari
409. 50-100 gr berat
410. kering/m2/hari
411. Setelah
412. ENSO
413. Erosi CaCO3
414. 10-20 kg/m2/tahun
415. 20-40 kg/m2/tahun
416. 10
417. Ledakan Populasi Achantaster planci di Kepulauan Iriomote, Jepang
membaw a dampak
418. kematian karang dan bioerosi karang dan struktur terumbu.
419. 1981-1982 Akhir 1982 1984 1986
420. Ledakan
421. populasi
422. Membunuh karang
423. di area studi dengan
424. kisaran sangat luas
425. Akibat erosi dan arus
426. 􀃆 kanopi (bagian
427. atas) Acropora hancur
428. Erosi berlanjut hingga
429. semua karang sudah
430. patah-patah dan berubah
431. menjadi rataan potongan
432. karang.
433. Penangkapan ikan berlebih terjadi di Karibia dan lepas pantai Kenyan,
Samudra Hindia
434. Kondisi umum: Populasi Echinometra mathaei dijaga oleh adanya predator,
kelompok ikan
435. finfish. Penangkapan berlebih terhadap finfish menyebabkan populasi ikan
predator berkurang,
436. sebaliknya populasi Echinometra mathaei meningkat. Fenomena tersebut
akhirnya memberi
437. dampak turunan ke lingkungan, termasuk di dalamnya terumbu karang.
438. 8. Interaksi dengan organisme lain
439. 􀂗 Pemakan karang (Predasi)
440. 1. Ikan-ikan famili Chaetodontidae (kepe-kepe), Balistidae (triggerfish),
441. Tetraodontidae (puffer= ikan buntal)
442. 2. Acanthaster planci yang jumlah normal adalah 2-3 individu dalam
beberapa ratus
443. meter terumbu. Beberapa kasus yang pernah terjadi:
444. 􀂗 Di Guam, serangan hew an ini menyebabkan 90% terumbu karang
sepanjang 38
445. km rusak dalam w aktu 2,5 tahun
446. 􀂗 Di Great Barrier Reef, terumbu seluas 8 km2 rusak hanya dalam 12 bulan.
447. Ledakan hew an ini terjadi karena predatornya, Charonia tritonis, diambil dan
448. dijual sebagai hiasan serta runoff yang menyebabkan peningkatan nutrisi.
449. 􀂗 Kompetitor karang (Kompetisi)
450. 1. perebutan substrat antara karang dengan alga, misalnya turf alga
451. 2. antar koloni karang, misalnya salah satu spesies dari genus Galaxea
termasuk
452. yang paling agresif
453. ORGANISME DI TERUMBU KARANG
454. TUMBUHAN
455. 􀂗 Alga
456. 􀂗 Lamun
457. Terjadi penangkapan
458. ikan berlebih
459. populasi Echinometra mathaei
460. (bioeroder substrat )↑↑
461. 􀂗 Tutupan karang hidup ↓↓
462. 􀂗 Alga berkapur ↓
463. 􀂗 Keragaman substrat dan topografi ↓
464. Substrat didominasi
465. oleh turf alga
466. Produksi
467. perikanan ↓↓
468. BIOEROSI ↑ ↑
469. 11
470. HEWAN, dapat berasal dari kelompok:
471. 􀂗 Invertebrata
472. 1. Protozoa
473. 2. Porifera
474. 3. Cnidaria lain
475. 4. Platyhelminthes & Annelida
476. 5. Moluska
477. 6. Krustasea
478. 7. Echinodermata
479. 􀂗 Vertebrata
480. 1. Ikan
481. 2. reptil
482. 3. mamalia
483. ASOSIASI
484. Organisme yang tinggal atau memiliki aktivitas di terumbu karang, memilliki
interaksi baik
485. antara spesies satu dengan spesies lain, bahkan dalam satu spesies.
486. Asosiasi organisme berbeda spesies
487. Simbiosis adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda jenis.
Hubungan itu dapat
488. dalam kategori
489. 1. Mutualisme 􀃆 simbiosis dengan kedua simbion mendapat keuntungan,
contoh:
490. 􀂗 Ikan dokter (Labridae) dan penyu. Ikan memakan parasit yang menempel
pada
491. punggung penyu.
492. 􀂗 Shrimp goby (Amblyeleotris gymnocephala) dengan udang (Alpheus sp)
yang
493. obligat mutualisme.
494. 2. Komensalisme 􀃆 simbiosis bila salah satu mendapat keuntungan
sementara yang
495. lain tidak untung juga tidak rugi, contoh
496. 􀂗 Krustasea, moluska, cacing yang tinggal pada gorgonian dan crinoid. Ketiga
497. kelompok hew an disebut sebelumnya mendapat tempat tinggal dan
498. perlindungan dari musuh, sementara gorgonian tidak mendapat sesuatu, juga
499. tidak kehilangan
500. 􀂗 Kuda laut dengan lamun
501. 3. Parasit 􀃆 simbiosis dengan satu pihak mendapat untung, sementara pihak
lain
502. mendapat kerugian, sebagai contoh
503. 􀂗 Hew an pembor karang dengan karang sebagai inang
504. 􀂗 Copepoda (krustasea) parasit pada ikan gobi (Pleurosicya boldninghi)
505. Interaksi dalam satu spesies
506. Schoaling dan schooling pada ikan. Schoaling adalah sekelompok ikan dalam
satu spesies
507. yang secara bersama-sama mencari makan, migrasi, bertelur, atau istirahat.
Anggota
508. kelompok memiliki bentuk, ukuran atau status sosial yang tidak mesti sama
juga tidak
509. punya pola pergerakan yang sama. Sementara schooling anggota memiliki
status sosial
510. yang sama dan bergerak dalam satu koordinasi.
511. Interaksi yang memberi pengaruh langsung dan tidak langsung pada
terumbu karang
512. Fenomena meledaknya populasi Echinometra mathaei
513. Kondisi normal:
514. 􀂗 Distribusi di Indopasifik (Afrika timur-Laut Merah-Haw ai)
515. 12
516. 􀂗 Habitat lubang atau celah-celah dasaran reef crest di perairan dangkal
sehingga
517. memiliki perilaku bersembunyi dan cenderung menghindari kompetitor
518. 􀂗 Pakannya adalah alga encrusting dan yang menempel di sekitar lubang
mereka
519. Ledakan populasi di Kenya:
520. Populasi E. mathei meningkat 2-3 kalil lipat normal menjadi 13 individu/m 2
521. Penyebabnya adalah Populasi predator hew an ini (ikan Balistidae & Wrasse)
menurun.
522. Sayangnya tidak dijelaskan lebih lanjut penyebab penurunan populasi
predator.
523. Akibat langsung kenaikan populasi tersebut:
524. 􀂗 Biomassa alga naik sementara tutupan turf alga (komunitas beberapa
spesies alga
525. berbentuk filamen berukuran ≤10mm) meningkat
526. 􀂗 TUTUPAN TERUMBU KARANG MENURUN
527. 􀂗 Bioerosi meningkat
528. 􀂗 Keragaman jenis benti menurun
529. Akibat lanjutan:
530. 􀂗 Tutupan spon meningkat
531. 􀂗 Populasi ikan herbivor menurun
532. 􀂗 Hew an ini jadi mampu berkompetisi dengan herbivor lain
533. 􀂗 Mulai menghuni area terumbu karang yang terbuka
534. 􀂗 Perilaku yang cenderung menghindari kompetitor berkurang
535. 􀂗 Memakan alga tidak lagi hanya di sekitar lubang tetapi dengan cakupan
yang
536. meluas di area terumbu karang
537. PENTINGNYA MEMAHAMI PERAN SATU SPESIES DALAM SUATU
EKOSISTEM
538. Mengambil contoh bulu babi Diadema antillarum. Secara umum orang akan
beranggapan
539. kehadiran hew an ini hanya mengganggu, terutama bagi penyelam pemula
atau orangorang
540. yang beraktivitas di sekitar pantai. Kehadirannya dianggap tidak ada
kegunaan.
541. Ciri:
542. 1. Herbivor pemakan turf alga, namun dalam kondisi tidak ada makanan,
memangsa
543. karang
544. 2. Di siang hari hew an ini bersembunyi di lubang-lubang atau celah-celah
karang,
545. sementara aktif mencari makan di malam hari
546. 3. Predator hew an ini misalnya Balistidae vetula (ikan famili Balistidae)
sebagai predator
547. utama di kepulauan Virginia, kemudian Labridae, dan Cassis tuberosa.
548. Kematian masal
549. 􀂒 Terjadi di tahun 1983-1984 di Pasifik Barat
550. 􀂒 dimulai dari Panama di aw al Januari 1983 kemudian terjadi kematian
masal
551. 􀂒 kematian menyebar ke Karibia, Teluk Meksiko, Bahama, Bermuda dengan
552. tingkat kematian 93-100%
553. Penyebab: tidak diketahui dengan jelas, namun diduga karena penyakit yang
disebabkan oleh
554. bakteri.
555. Dampak kematian bulu babi terhadap ekosistem:
556. 1. Biomassa alga
557. 􀂒 Di St. Croix: Biomassa alga meningkat 27% 􀃆 5 hari setelah kematian bulu
558. babi, kemudian meningkat pesat menjadi 400-500% dari kondisi aw al
559. 􀂒 Di Jamaica: Biomassa alga naik 31-50% dalam dua minggu, dan setelah
560. setahun menjadi lebih dari 65%
561. 2. Komposisi alga
562. 13
563. 􀂒 Sebelum kematian : didominasi oleh turf algae dan crustose algae
564. 􀂒 Setelah kematian: didominasi oleh makro alga seperti Sargassum dan
565. Turbinaria turbinata
566. 3. Tutupan alga crustose, tutupan karang, dan gorgonian menurun drastis
567. 4. Meski bulu babi ini menghilang dari lokasi, ternyata kompetitornya yang
sesama
568. pemakan turf alge, tidak menunjukkan penambahan populasi yang berarti.
Sebaliknya
569. justru, populasi alga semakin meningkat. Peningkatan populasi kompetitor
Diadema
570. baru berarti setelah beberapa tahun dari kematian massal (tahun 1990-an)
571. PERAN Diadema antillarum bagi terumbu karang
572. 􀂒 Jika populasi jenis ini meningkat 􀃆 dapat berakibat kematian larva atau
karang
573. muda
574. 􀂒 Jika populasi turun (absence grazing) 􀃆 karang akan ditumbuhi oleh alga
yang
575. berakibat kematian karang dew asa dan tidak adanya tempat bagi larva
karang
576. 􀂒 Maka kehadiran populasi jenis ini penting bagi terumbu karang sebagai
577. penyeimbang, KESETIMBANGAN POPULASI Diadema antillarum AKAN
578. MENJAGA KESETIMBANGAN POPULASI ALGA DAN KARANG
579. AKIBAT KEMATIAN MASSAL Diadema antillarum TERHADAP TERUMBU
KARANG:
580. 􀂒 Tutupan karang menurun drastis
581. 􀂒 Invertebrata yang biasanya menetap, kehadirannya juga menurun
582. 􀂒 DARI TERUMBU KARANG 􀃆 menjadi TERUMBU YANG DIDOMINASI
OLEH
583. ALGA
584. Di tahun 1995 dilakukan survei yang menemukan :
585. 􀂒 Dijumpai Diadema antillarum tapi sangat sedikit (pemulihan membutuhkan
w aktu
586. > 10 tahun). Hilangnya induk menyebabkan jumlah larva juga sangat kurang.
587. 􀂒 Meski mulai ada pemulihan Diadema, namun belum dapat diketahui apakah
akan
588. mengembalikan terumbu karang yang hilang.
589. 14
590. Sumber:
591. Carpenter, R.C. Invertebrate Predators and Grazers. 2001. Dalam: Birkeland,
C. (ed.) 2001.
592. Life and Death of Coral Reefs. Chapman & Hall, New York: 198-229.
593. Glynn, P.W. 2001. bioerosion and coral-Reef Grow th: A Dinamic Balance.
Dalam: Birkeland, C.
594. (ed.) 2001. Life and Death of Coral Reefs. Chapman & Hall, New York: 68-95.
595. Mojetta, A. 1995. The Barrier Reefs. A Guide to The World of Corals. A.A.
Gaddis & Sons,
596. Egypt: 168 hlm.
597. Muller-Parker, G. dan C.F. D’Elia. 2001. Interaction Betw een Corals and
Their Symbiotic Algae.
598. Dalam: Birkeland, C. (ed.) 2001. Life and Death of Coral Reefs. Chapman &
Hall, New
599. York: 96-113.
600. Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Terj. dari
Marine Biology: An
601. Ecological Approach, oleh Eidman, M., Koesoebiono, D.G. Bengen, M.
Hutomo, & S.
602. Sukardjo. 1992. dari. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta: xv+459 hlm.
603. Richmond, R.H. 2001. Reproduction and Recruitment in Corals: Critical Links
in the Persistence
604. of Reefs. Dalam: Birkeland, C. (ed.) 2001. Life and Death of Coral Reefs.
Chapman &
605. Hall, New York: 175-197.
606. Robin, B., C. Petron, & C. Rives. 1981. Living Corals. Les Edition Du
Pacifique, (?): 144 hlm.
607. Tackett, D.N. & L. Tackett. 2002. Reef Life: Natural History and Behaviors of
Marine Fishes and
608. Invertebrates. T.F.H. Publications, Inc., New Jersey: 224 hlm.
609. Tomascik, T., A.J. Mah, A. Nontji, & M.K. Moosa. 1997. The Ecology of the
Indonesian Seas,
610. Part One. Periplus Edition, (?): xiv + 642 hlm.
611. Wood, E.M. 1983. Reefs of the World. Biology and Field Guide. T.T.H.
Publications, Inc., LTD,
612. Hongkong:
613. LATAR BELAKANG :
Kawasan kepulauan seribu yang terletak di DKI Jakarta dengan potensi yang
dimilikinya telah menjadi magnet yang menarik berbagai pihak para pemangku
kepentingan untuk melakukan eksploitasi sesuai dengan kepentingan masing-masing.
Tingkat kerusakan terumbu karang yang tinggi akibat kegiatan penangkapan ikan
dengan bahan peledak dan sianida yang dulu banyak dilakukan oleh nelayan. Dari
hasil inventarisasi oleh Yayasan Terangi, diketahui bahwa penutupan terumbu karang
di Kepulauan Seribu pada tahun 2007 adalah 29%, menurun dari tutupan tahun 2005
yaitu 33,2%. (Yayasan TERANGI). Salah satu dari dampak negatif yang mengemuka
dan perlu mendapat perhatian akibat berlangsungnya kegiatan eksploitasi tersebut
adalah ancaman terhadap kelestarian terumbu karang. Menurut penelitian Wagio dan
Prohoro (1993) di perairan Karimunjawa bahwa penurunan kondisi terumbu karang
dari sangat baik ke kondisi rusak menyebabkan penurunan kepadatan ikan sebesar
61%.
Ancaman tersebut dapat berasal dari pihak yang memanfaatkan terumbu karang,
dampak dari kegiatan penangkapan ikan karang his yang tidak memperhatikan
kelestarian lingkungan. Semakin meningkatnya pemanfaatan terumbu karang di
wilayah pulau panggang kepualaun seribu DKI Jakarta, dengan aktifitas kegiatan
manusia, tentu akan memberikan tekanan bagi kawasan – kawasan habitat hidup bagi
berbagai organisme yang bersimbiosis dengan terumbu karang, seperti ikan hias dan
ikan- ikan karang dan biota-biota lain yang bergantung pada kelestarian terumbu
karang, yang jika terjadi degradasi pada kawasan terumbu karang tentu juga akan
berpengaruh bagi pendapatan nelayan ikan hias di kawasan tersebut. Untuk itu perlu
adanya penelitian terhadap kondisi terumbu karang untuk mengetahui seberapa besar
dampak dari kerusakan terumbu karang terhadap pendapatan nelayan ikan hias yang
bergantung terhadap kelestarian terumbu karang tersebut, menjadi suatu yang sangat
penting sebagai informasi bagi penentu kebijakan dalam pelaksanaan pengolahan
kawasan yang memiliki potensi terumbu karang di kepulaun seribu khususnya di
pulau panggang DKI Jakarta yang dapat bermannfaat sebesar-besarnya bagi nelayan
di kawasan tersebut tanpa mengabaikan prinsip-prinsip kelestarian lingkungan.
TUJUAN :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana dampak kerusakan terumbu
karang terhadap pendapatan nelayan ikan hias di pulau panggang kepulauan seribu
DKI Jakarta.
RANCANGAN PENELITIAN :
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli 2011, meliputi dari persiapan,
pengambilan sampel, analisis data dan penulisan dalam bentuk skripsi, dan penelitian
ini akan dilakukan di pulau panggang kepulauan seribu DKI Jakarta.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan teknik
wawancara menggunakan kuisioner. Analisis perception digunakan guna memberi
kekuatan pada data yang didapat sesuai dengan persepsi atau pendapat nelayan di
Pulau Panggang tentang pendapatan. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
ditentukan berdasarkan teknik purposive sampling , yaitu teknik pengambilan sampel
yang dilakukan tidak secara acak melainkan berdasarkan pertimbangan tertentu.
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data primer yang dikumpulkan meliputi kegiatan perikanan yang dilakukan oleh
nelayan, data diri nelayan dan pendapatannya dimana data tersebut bersumber dari
responden dalam hal ini nelayan ikan hias yang melakukan kegiatan penangkapan di
kawasan terumbu karang. Data sekunder bersumber pada literatur dari lembaga atau
instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Peternakan dan perikanan
DKI Jakarta, Yayasan TERANGI dan literatur lainnya yang menunjang penelitian ini.
614. Diposkan oleh AhmadTabroniGmnISumedang di 23:31
615. Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Reaksi: 
0 komPenyebab Rusaknya Terumbu Karang di Perairan Indonesia

Oleh: Wenti Juliana. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan lautan, sehingga bangsa
Indonesia disebut juga sebagai bangsa bahari. Hamparan laut luas merupakan suatu potensi
bagi bangsa Indonesia untuk mengembangkan sumber daya laut yang memiliki keragaman,
baik sumber daya hayati maupun sumber daya lainnya. Salah satu potensi sumber daya hayati
yang tak ternilai harganya dari segi ekonomi atau ekologinya adalah terumbu karang.
Terumbu karang, selain berfungsi untuk kembangbiak ikan, pelindung pantai dari erosi dan
abrasi, juga bermanfaat untuk sektor pariwisata. Terumbu karang merupakan sumber mata
pencaharian bagi masyarakat pesisir dan 60 persen penduduk Indonesia yang tinggal di
daerah pesisir.

Indonesia dikenal sebagai pusat distribusi terumbu karang untuk seluruh Indo-Pasifik.
Terumbu karang yang hidup di perairan Indonesia mencapai 284.300 km2 dan terumbu
karang Indonesia mencapai 18 persen terumbu karang di dunia. Jenis terumbu karang tersebut
lebih kurang 354 jenis yang terbagi ke dalam 75 marga. Fakta lain menyebutkan, pendapatan
terumbu karang Indonesia mencapai US$1,6 milyar/tahun, dan pendapatan pelayanan dan
sumber dayanya mencapai 61,9 milyar/tahun. Dari 132 jenis ikan yang bernilai ekonomi di
Indonesia, 32 jenis di antaranya hidup di terumbu karang.

Terumbu karang yang sehat menghasilkan 3-10 ton ikan per kilometer persegi per tahun.
Keindahan terumbu karang sangat potensial untuk wisata bahari Indonesia. Masyarakat di
sekitar terumbu karang dapat memanfaatkan hal ini dengan mendirikan pusat-pusat
penyelaman, restoran dan penginapan, sehingga pendapatan mereka bertambah.@Lihat saja
Raja Ampat di Papua, daerah tersebut begitu terkenal dan dikunjungi para wisatawan karena
terumbu karangnya yang indah.

Sayangnya, karena ketidakpedulian masyarakat akan pentingnya terumbu karang bagi


kehidupan manusia, sekitar 30 persen terumbu karang di lautan Indonesia mengalami
kerusakan. Tidak hanya di Indonesia, terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang
paling terancam rusak di dunia. Perkiraan terakhir menunjukkan bahwa 10 persen dari
terumbu karang dunia telah mengalami degradasi atau kerusakan.
Beberapa faktor rusaknya terumbu karang di Indonesia disebabkan karena aktivitas manusia,
di antaranya adalah:

1. Terumbu karang yang hidup di dasar laut merupakan sebuah pemandangan yang cukup
indah. Banyak wisatawan melakukan penyelaman hanya untuk melihatnya.

Sayangnya, tidak sedikit dari mereka menyentuh bahkan membawa pulang terumbu karang
tersebut. Padahal, satu sentuhan saja dapat membunuh terumbu karang.

2. Membuang sampah ke laut dan pantai yang dapat mencemari air laut.

3. Mungkin tidak banyak yang sadar, penggunaan pupuk dan pestisida buatan pada lahan
pertanian turut merusak terumbu karang di lautan. Karena meskipun jarak pertanian dan bibir
pantai sangat jauh, residu kimia dari pupuk dan pestisida buatan pada akhirnya akan terbuang
ke laut melalui air hujan yang jatuh di lahan pertanian.

4. Boros menggunakan air, karena semakin banyak air yang digunakan semakin banyak pula
limbah air yang dihasilkan dan akhirnya mengalir ke laut. Limbah air tersebut biasanya sudah
mengandung bahan kimia.

5. Terumbu karang merupakan tujuan wisata yang sangat diminati. Kapal akan lalu lintas di
perairan. Membuang jangkar pada pesisir pantai secara tidak sengaja akan merusak terumbu
karang yang berada di bawahnya.

6. Penambangan pasir atau bebatuan di laut dan pembangunan pemukiman di pesisir turut
merusak kehidupan terumbu karang. Limbah dan polusi dari aktifitas masyarakat di pesisir
secara tidak langsung berimbas pada kehidupan terumbu karang. Selain itu, sangat banyak
yang pengambilan karang untuk bahan bangunan dan hiasan akuarium.

7. Masih banyak yang menangkap ikan di laut dengan menggunakan bom dan racun sianida.
Ini sangat mematikan terumbu karang.

8. Selain karena kegiatan manusia, kerusakan terumbu karang juga berasal dari sesama
mahkluk hidup di laut. Siput drupella salah satu predator bagi terumbu karang.

Tidak sedikit yang berjuang untuk memperbaiki ekosistem terumbu karang, baik lembaga
pemerintah, swasta maupun lembaga swadaya masyarakat, dengan cara pemasangan terumbu
karang buatan. Terumbu karang buatan adalah bentuk bangunan atau benda yang diturunkan
ke dasar perairan sehingga dapat menyerupai atau berfungsi sebagai habitat ikan.

Selain itu, hal terpenting adalah setiap insan menyadari betapa pentingnya kehidupan
terumbu karang untuk kita. Banyak masyarakat menggantungkan hidupnya dari sana. Dengan
demikian kita bersama-sama menjaga kehidupan terumbu karang. Pemetaan zona
penangkapan ikan harus segera diberlakukan, tidak menggunakan alat peledak dan racun
ketika menangkap ikan, dan mengurangi algae yang hidup bebas di dalam air.

Bangsa yang bermartabat adalah bangsa yang melestarikan alamnya.


0

1. entar:
Latar Belakang

Indonesia merupakan  negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang menjapai
17.508 pulau dengan luas lautnya sekitar 3,1 juta km2 Wilayah lautan yang luas tersebut
menjadikan Indonesia mempunyai kekayaan dan keanekaragaman hayati terbesar di dunia,
salah satunya adalah ekosistem terumbu karang. Terumbu karang merupakan  ekosistem khas
daerah tropis dengan pusat penyebaran di wilayah Indo-Pasifik. Diperkirakan luas terumbu
karang yang terdapat di perairan Indonesia adalah lebih dari 60.000 km2, yang tersebar luas
dari perairan Kawasan Barat Indonesia sampai Kawasan Timur Indonesia (Walters, 1994
dalam Suharsono, 1998).

Potensi sumberdaya alam kelautan ini tersebar di seluruh Indonesia dengan  beragam nilai
dan fungsi, antara lain nilai rekreasi (wisata bahari), nilai produksi (sumber bahan pangan dan
ornamental) dan nilai konservasi (sebagai pendukung proses ekologis dan penyangga
kehidupan di daerah pesisir, sumber sedimen pantai dan melindungi pantai dari ancaman
abrasi) (Fossa dan Nilsen, 1996). Ditinjau dari aspek ekonomi, ekosistem terumbu karang
menjadi tumpuan hidup bagi masyarakat pesisir di sekitarnya (Suharsono, 1998).

Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting karena
menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di dalam ekosistem terumbu
karang ini pada umumnya hidup lebih dari 300 jenis karang, yang terdiri dari sekitar 200 jenis
ikan dan berpuluh‐puluh jenis moluska, crustacean, sponge, alga, lamun dan biota lainnya
(Dahuri, 2000). Terumbu karang bisa dikatakan sebagai hutan tropis ekosistem laut.
Ekosistem ini terdapat di laut dangkal yang hangat dan bersih dan merupakan ekosistem yang
sangat penting dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih terperinci tentang
morfologi, fisiologi, habitat, dan manfaat dari terumbu karang.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1       Pengertian Terumbu Karang

Binatang karang adalah  pembentuk utama ekosistem terumbu karang. Binatang karang yang
berukuran sangat kecil, disebut polip, yang dalam jumlah ribuan membentuk koloni yang
dikenal sebagai karang (karang batu atau karang lunak). Dalam peristilahan ‘terumbu
karang’, “karang” yang dimaksud adalah  koral, sekelompok  hewan dari ordo  Scleractinia 
yang menghasilkan  kapur  sebagai pembentuk utama terumbu, sedangkan Terumbu adalah
batuan sedimen kapur di laut, yang juga meliputi karang hidup dan karang mati yang
menempel pada batuan kapur tersebut. Sedimentasi kapur di terumbu dapat berasal dari
karang maupun dari alga. Secara fisik terumbu karang adalah terumbu yang terbentuk dari
kapur yang dihasilkan oleh karang. Di Indonesia semua terumbu berasal dari kapur yang
sebagian besar dihasilkan koral. Di dalam terumbu karang, koral adalah insinyur
ekosistemnya. Sebagai hewan yang menghasilkan kapur untuk kerangka tubuhnya,karang
merupakan komponen yang terpenting dari ekosistem tersebut. Jadi Terumbu karang (coral
reefs) merupakan ekosistem laut tropis yang terdapat di perairan dangkal yang jernih, hangat
(lebih dari 22oC), memiliki kadar CaCO3 (Kalsium Karbonat) tinggi, dan komunitasnya
didominasi berbagai jenis hewan karang keras.  (Guilcher, 1988).

2.2       Tipe- Tipe Terumbu Karang Berdasarkan Jenisnya

Ada dua jenis terumbu karang yaitu :

1. Terumbu karang keras (seperti brain coral dan elkhorn coral) merupakan karang batu kapur
yang keras yang membentuk terumbu karang. Karang batu ini menjadi pembentuk utama
ekosistem terumbu karang. Walaupun terlihat sangat kuat dan kokoh, karang sebenarnya
sangat rapuh, mudah hancur dan sangat rentan terhadap perubahan lingkungan.
2. Terumbu karang lunak (seperti sea fingers dan sea whips) tidak membentuk karang.
Terdapat beberapa tipe terumbu karang yaitu terumbu karang yang tumbuh di sepanjang
pantai di continental shelf yang biasa disebut sebagai fringing reef, terumbu karang yang
tumbuh sejajar pantai tapi agak lebih jauh ke luar (biasanya dipisahkan oleh sebuah laguna)
yang biasa disebut sebagai barrier reef dan terumbu karang yang menyerupai cincin di
sekitar pulau vulkanik yang disebut coral atoll.

2.3       Tipe- Tipe Terumbu Karang Berdasarkan Bentuknya

Terumbu karang umunya dikelompokkan ke dalam empat bentuk, yaitu :

1.         Terumbu karang tepi (fringing reefs)

Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-
pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke
atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini
berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang
mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah
secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), Pulau Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).

2.         Terumbu karang penghalang (barrier reefs)

Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.52 km ke arah
laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang
membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan
kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan
membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus. Contoh: Batuan Tengah (Bintan,
Kepulauan Riau), Spermonde (Sulawesi Selatan), Kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah).

3.         Terumbu karang cincin (atolls)

Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulaupulau vulkanik
yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan.

4.         Terumbu karang datar/Gosong terumbu (patch reefs)


Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau datar (flat island).
Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu
geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang secara
horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI
Jakarta), Kepulauan Ujung Batu.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Beberapa Spesies Terumbu Karang di Indonesia dan Klasifikasinya

1. Acropora cervicornis

Kingdom               : Animalia

Phylum                  : Cnidaria

Class                       : Anthozoa

Ordo                       : Scleractinia

Family                   : Acroporidae

Genus                     : Acropora

Spesies                  : Acropora cervicornis

Acropora cervicornis

Kedalaman       : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri             : Koloni dapat terhampar sampai beberapa meter, Koloni arborescens,
tersusun             dari cabang-cabang yang silindris. Koralit berbentuk pipa. Aksial koralit
dapat dibedakan.
Warna                   : Coklat muda.
Kemiripan           : A. prolifera, A. formosa.
Distribusi            : Perairan Indonesia, Jamaika, dan Kep. Cayman..
Habitat               : Lereng karang bagian tengah dan atas, juga perairan lagun yang jernih.

2. Acropora acuminata

Kingdom          : Animalia

Phylum             : Cnidaria

Class                  : Anthozoa

Ordo                 : Scleractinia

Family             : Acroporidae

Genus               : Acropora

Spesies             : Acropora acuminata

Acropora acuminata

Kedalaman       : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri              : Koloni bercabang. Ujung cabangnya lancip. Koralit mempunyai 2 ukuran.
Warna                 : Biru muda atau coklat.
Kemiripan        : A. hoeksemai, A abrotanoides.
Distribusi          : Perairan Indonesia, Solomon, Australia, Papua New Guinea dan Philipina.

Habitat              : Pada bagian atas atau bawah lereng karang yang jernih atau pun keruh.

3. Acropora micropthalma

Kingdom          : Animalia

Phylum             : Cnidaria

Class                   : Anthozoa
Ordo                   : Scleractinia

Family               : Acroporidae

Genus                 : Acropora

Spesies              : Acropora micropthalma

Acropora micropthalma

Kedalaman       : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri              : Koloni bisa mencapai 2 meter luasnya dan hanya terdiri dari satu spesies.
Radial koralit kecil, berjumlah banyak dan ukurannya sama.
Warna                 : Abu-abu muda, kadang coklat muda atau krem.
Kemiripan        : A. copiosa, A. Parilis, A. Horrida, A. Vaughani, dan A. exquisita.
Distribusi          : Perairan Indonesia, Solomon, Australia, Papua New Guinea.

Habitat              : Reef slope bagian atas, perairan keruh dan lagun berpasir.

4. Acropora millepora

Kingdom          : Animalia

Phylum             : Cnidaria

Class                  : Anthozoa

Ordo                  : Scleractinia

Family              : Acroporidae

Genus               : Acropora

Spesies             : Acropora millepora


Acropora millepora

Kedalaman       : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri             : Koloni berupa korimbosa berbentuk bantalan dengan cabang pendek yang
seragam. Aksial koralit terpisah. Radial koralit tersusun rapat.
Warna                : Umumnya berwarna hijau, orange, merah muda, dan biru.
Kemiripan        : Sepintas karang ini mirip dengan A. convexa, A. prostrata, A. aspera dan A.
pulchra.
Distribusi          : Tersebar dari Perairan Indonesia, Philipina dan Australia.

Habitat               : Karang ini umumnya banyak hidup di perairan yang dangkal.

5. Acropora palmate

Kingdom          : Animalia

Phylum            : Cnidaria

Class                 : Anthozoa

Ordo                 : Scleractinia

Family              : Acroporidae

Genus               : Acropora

Spesies             : Acropora palmate


Acropora palmatae

Kedalaman       : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 5-20 meter.

Ciri-ciri : Koloni berbentuk cabang besar menyerupai tanduk rusa.

Warna                 : Umumnya berwarna coklat muda sampai coklat kekuningan.

Distribusi          : Tersebar di Perairan Indonesia, Karibia, dan Bahama.

Habitat               : Karang ini umumnya banyak hidup di perairan dangkal.

6. Acropora hyacinthus

Kingdom          : Animalia

Phylum             : Cnidaria

Class                  : Anthozoa

Ordo                  : Scleractinia

Family              : Acroporidae

Genus                : Acropora

Spesies              : Acropora hyacinthus


Acropora hyacinthus

Kedalaman       : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 15-35 meter.
Ciri-ciri              : Koloni berbentuk datar tipis dan struktur halus di permukaan.
Warna                 : Coklat, hijau, merah muda.
Distribusi          : Perairan Indonesia, Indo-Pasifik.
Habitat               : Umumnya di lereng karang.

7. Acropora echinata

Kingdom          : Animalia

Phylum             : Cnidaria

Class                  : Anthozoa

Ordo                  : Scleractinia

Family              : Acroporidae

Genus               : Acropora

Spesies             : Acropora echinata


Acropora echinata

Kedalaman       : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri              : Koloni berbentik tabung bercabang yang menyerupai tentakel.
Warna                 : Coklat, kuning, putih.
Distribusi          : Indo-Pasifik barat.
Habitat               : Perairan dangkal yang hangat.

8. Acropora humilis

Kingdom          : Animalia

Phylum            : Cnidaria

Class                 : Anthozoa

Ordo                  : Scleractinia

Family              : Acroporidae

Genus               : Acropora

Spesies             : Acropora humilis

Acropora humilis

Kedalaman       : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri              : Koloni berbentuk jari-jari pipih bercabang.
Warna                 : Ungu, merah muda.
Distribusi          : Perairan Indonesia, Indo-Pasifik.
Habitat               : Perairan dangkal, ada juga di lereng karang.

9. Acropora cytherea

Kingdom          : Animalia

Phylum            : Cnidaria
Class                 : Anthozoa

Ordo                 : Scleractinia

Family              : Acroporidae

Genus               : Acropora

Spesies             : Acropora cytherea

Acropora cytherea

Kedalaman       : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri              : Koloni berbentuk meja datar dengan struktur yang padat halus.
Warna                 : Krem, coklat, biru.
Distribusi          : Indo-Pasifik barat.
Habitat               : Perairan tenang, atas dan bawah lereng karang.

10. Siderastrea sidereal

Kingdom          : Animalia

Phylum             : Cnidaria

Class                  : Anthozoa

Ordo                  : Scleractinia

Family              : Siderastreidae

Genus                : Siderastrea

Spesies              : Siderastrea sidereal


Siderastrea sidereal

Kedalaman       : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 7-14 meter.
Ciri-ciri              : Koloni berbentuk batu bulat besar.
Warna                 : Coklat keemasan, abu-abu.
Distribusi          : Perairan Indonesia, Karibia.
Habitat               : Perairan dangkal yang jernih.

3.2    Faktor- Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Perkembangan Ekosistem


Terumbu Karang

 Suhu

Secara global, sebarang terumbu karang dunia dibatasi oleh permukaan laut yang isoterm pada
suhu 20 °C, dan tidak ada terumbu karang yang berkembang di bawah suhu 18 °C. Terumbu
karang tumbuh dan berkembang optimal pada perairan bersuhu rata-rata tahunan 23-25 °C,
dan dapat menoleransi suhu sampai dengan 36-40 °C.

 Salinitas

Terumbu karang hanya dapat hidup di perairan laut dengan salinitas air yang tetap di atas 30
‰ tetapi di bawah 35 ‰ Umumnya terumbu karang tidak berkembang di perairan laut yang
mendapat limpasan air tawar teratur dari sungai besar, karena hal itu berarti penurunan
salinitas. Contohnya di delta sungai Brantas (Jawa Timur). Di sisi lain, terumbu karang dapat
berkembang di wilayah bersalinitas tinggi seperti Teluk Persia yang salinitasnya 42 %.

 Cahaya dan Kedalaman

Kedua faktor tersebut berperan penting untuk kelangsungan proses fotosintesis oleh
zooxantellae yang terdapat di jaringan karang. Terumbu yang dibangun karang hermatipik
dapat hidup di perairan dengan kedalaman maksimal 50-70 meter, dan umumnya berkembang
di kedalaman 25 meter atau kurang. Titik kompensasi untuk karang hermatipik berkembang
menjadi terumbu adalah pada kedalaman dengan intensitas cahaya 15-20% dari intensitas di
permukaan.

 Kecerahan
Faktor ini berhubungan dengan penetrasi cahaya. Kecerahan perairan tinggi berarti penetrasi
cahaya yang tinggi dan ideal untuk memicu produktivitas perairan yang tinggi pula.

 Gelombang

Gelombang merupakan faktor pembatas karena gelombang yang terlalu besar dapat merusak
struktur terumbu karang, contohnya gelombang tsunami. Namun demikian, umumnya
terumbu karang lebih berkembang di daerah yang memiliki gelombang besar. Aksi
gelombang juga dapat memberikan pasokan air segar, oksigen, plankton, dan membantu
menghalangi terjadinya pengendapan pada koloni atau polip karang.

 Arus

Faktor arus dapat berdampak baik atau buruk. Bersifat positif apabila membawa nutrien dan
bahan-bahan organik yang diperlukan oleh karang dan zooxanthellae, sedangkan bersifat
negatif apabila menyebabkan sedimentasi di perairan terumbu karang dan menutupi
permukaan karang sehingga berakibat pada kematian karang.

 Sedimen

Karang umumnya tidak tahan terhadap sedimen. Karena sedimen merupakan faktor pembatas
yang potensial bagi sebaran karang di daerah dimana suhu cocok untuk hewan ini.

3.3       Penghuni Terumbu Karang

1.         Tumbuh- tumbuhan

Ganggang (alga) merupakan suatu kelompok tumbuh-tumbuhan yang besar dan beraneka
ragam yang biasanya terdapat di dalam lingkungan akuatik. Mereka adalah produsen primer,
seperti yang telah diterangkan, mampu menangkap energi surya dan mnggunakannya untuk
menghasilkan gula dan senyawa majemuk lainnya dengan menyimpan energi.Lamun adalah
salah satu vegetasi yang hidup di sekitar terumbu karang. Lamun mempunyai manfaat
sebagai perangkap sedimen.

2.         Avertebrata

Hewan karang dari filum Cnidaria merupakan kelompok- kelompok utama dari dunia hewan
yang sangat penting dalam ekologi terumbu karang. Filum Cnidaria itu dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu hydroid, ubur- ubur dan Anthozoa.

Berbagai jenis cacing hidup di terumbu karang. Kebanyakkan memiliki ukuran kecil dan
tidak kelihatan. Cacing berperan dalam proses erosi yang dilakukan oleh hewan secara alami,
yang disebut bioerosi, dari  batuan kapur menjadi pecahan kapur sampai ke pasir dengan
mliang pada batuan tadi.

Crustacea merupakan klompok yang amat terkenal dari filum Arthropoda yang hidup dalam
terumbu karang. Mereka terdiri dari teritip, kepiting, udang, lobster dan udang  karang.
Banyak hewan Crustacea ini mempunyai hubungan khusus dengan hwan lain di terumbu
karang. Teritip menempel pada beberapa substrat seperti penyu dan kepiting; udang
pembersih dengan beberapa ikan; atau udang kecil bwarna dengan anemone.

Molusca menyumbangkan cukup banyak kapur kepada ekosistem terumbu yang merupakan
penyumbang penting terbentuknya pasir laut. Keanekaragaman Mollusca memainkan peranan
penting di dalam jaringan makanan terumbu karang yang rumit ini. Mereka juga menjadi
dasar bagi perdagangan besar cangkang hias dan penunjang utama perikanan kerang dan
cumi- cumi.

Echinodermata adalah penghuni perairan dangkal dan umumnya terdapat di terumbu karang
dan padang lamun. Bintang laut yang omnivora memakan apa saja mulai dari sepon, teritip,
keong dan kerang.Teripang mendiami sebagain besar terumbu karang dan memakan alga dan
detritus dasar. Mereka mempunyai alami sedikit dan manusia barangkali yang menjadi
pemangsa yang rakus.

3.         Ikan Karang

Ikan karang terbagi dalam 3 (tiga) kelompok yaitu:

(1) ikan target yaitu ikan-ikan yang lebih dikenal oleh nelayan sebagai ikan konsumsi seperti
Famili Serranide, Lutjanidae, Haemulidae, Lethrinidae;

(2) kelompok jenis indikator yaitu ikan yang digunakan sebagai indikator bagi kondisi
kesehatan terumbu karang di suatu perairan seperti Famili Chaetodontidae; dan

(3) kelompok ikan yang berperan dalam rantai makanan, karena peran lainnya belum
diketahui seperti Famili Pomacentridae, Scaridae, Acanthuridae, Caesionidae, Siganidae,
Muliidae, Apogonidae (Adrim, 1993).

Banyak ikan yang mempunyai daerah hidup di terumbu karang dan jarang dari ikan-ikan
tersebut keluar daerahnya untuk mencari makanan dan tempat perlindungan. Batas wilayah
ikan tersebut didasarkan pada pasokan makananan, keberadaan predator, daerah tempat
hidup, dan daerah pemijahan.

4.         Reptilia

Reptiilia yang terdapat pada ekosistem terumbu karang hanya dua kelompok yaitu, ular laut
dan penyu. Dua klompok ini terancam punah. Ular ditangkap untuk kulitnya, dan penyu
terutama untuk telurnya.

3.4 Manfaat Ekosistem Terumbu Karang

 Dari segi ekonomi ekosistem terumbu karang memiliki nilai estetika dan tingkat
keanekaragaman biota yang tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan,
bahan obat – obatan ataupun sebagai objek wisata bahari.

 Ditinjau dari fungsi ekologisnya, terumbu karang yang sangat penting dalam menjaga
keseimbangan lingkungan dan menyumbangkan stabilitas fisik, yaitu mampu menahan
hempasan gelombang yang kuat sehingga dapat melindungi pantai dari abrasi
 Adapun dari sisi social ekonomi, terumbu karang adalah sumber perikanan yang produktif
sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan, penduduk pesisir, dan devisa Negara
yang berasal dari devisa perikanan dan pariwisata.

3.5       Faktor- faktor yang Merusak Terumbu Karang

Indonesia memang kaya akan keanekaragaman hayati nya termasuk di laut. Karena Indonesia
termasuk negara kepulauan. Saat ini salah satu ekosistem yang memiliki peranan penting
yaitu terumbu karang, kini mulai rusak. Hal ini disebabkan oleh :

a. Pengendapan kapur

Pengendapan kapur dapat berasal dari penebangan pohon yang dapat mengakibatkan
pengikisan tanah (erosi)  yang akan terbawa kelaut dan menutupi karang sehingga karang
tidak dapat tumbuh karena sinar matahari tertutup oleh sedimen.

b. Aliran air tawar

Aliran air tawar yang terus menerus dapat membunuh karang, air tawar tersebut dapat berasal
dari pipa pembuangan, pipa air hujan ataupun limbah pabrik yang tidak seharusnya mengalir
ke wilayah terumbu karang.

c. Berbagai jenis limbah dan sampah

Bahan pencemar bisa berasal dari berbagai sumber, diantaranya adalah limbah pertanian,
perkotaan, pabrik, pertambangan dan perminyakan.

d. Pemanasan suhu bumi

Pemanasan suhu bumi dikarenakan pelepasan karbon dioksida (CO2) ke udara. Tingginya
kadar CO2 diudara berpotensi meningkatan suhu secara global. yang dapat mengakibatkan
naik nya suhu air laut sehingga karang menjadi memutih (bleaching) seiring dengan  perginya
zooxanthelae dari jaringan kulit karang, jika terjadi terus menerus maka pertumbuhan
terumbu karang terhambat dan akan mati.

e. Uji coba senjata militer

Pengujian bahan peledak dan nuklir di laut serta kebocoran dan buangan reaktor nuklir
menyebabkan radiasi di laut, bahan radio aktif tersebut dapat bertahan hingga ribuan tahun
yang berpotensi meningkatkan jumlah kerusakan dan perubahan genetis (mutasi) biota laut.

f. Cara tangkap yang merusak

Cara tangkap yang merusak antara lain penggunaan muro-ami, racun dan bahan peledak.

d. Penambangan dan pengambilan karang

Pengambilan dan penambangan karang umumnya digunakan sebagai bahan bangunan.


Penambangan karang berpotensi menghancurkan ribuan meter persegi terumbu dan
mengubah terumbu menjadi gurun pasir bawah air.
e. Penambatan jangkar dan berjalan pada terumbu

Nelayan dan wisatawan seringkali menambatkan jankar perahu pada terumbu karang. Jangkar
yang dijatuhkan dan ditarik diantara karang maupun hempasan rantainya yang sangat
merusak koloni karang.

f. Serangan bintang laut berduri

Bintang laut berduri adalah sejenis bintang laut besar pemangsa karang yang permukaanya
dipenuhi duri. Ia memakan karang dengan cara manjulurkan bagian perutnya ke arah koloni
karang, untuk kemudian mencerna dan membungkus  polip-polip karang dipermukaan koloni
tersebut.

3.6       Metodologi Pengambilan Sampel Terumbu Karang

Beberapa metode yang umum digunakan oleh peneliti dalam menggambarkan kondisi
terumbu karang adalah:

1. Metode Transek Garis

2. Metode Transek Kuadrat

3. Metode Manta Tow

4. Metode Transek Sabuk (Belt transect)

Berikut akan kita coba menjelaskan secara ringkas masing-masing metode tersebut:

1.      Metode Transek garis

 Prinsip: menggunakan suatu garis transek yang diletakan diatas koloni karang.

 Transek garis digunakan untuk menggambarkan struktur komunitas karang dengan melihat
tutupan karang hidup, karang mati, bentuk substrat (pasir, lumpur), alga dan keberadaan
biota lain. Spesifikasi karang yang diharapkan dicatat adalah berupa bentuk tumbuh karang
(life form) dan dibolehkan bagi peneliti yang telah memiliki keahlian untuk mencatat karang
hingga tingkat genus atau spesies.

 Pemilihan lokasi survei harus memenuhi persyaratan keterwakilan komunitas karang di


suatu pulau. Biasanya penentuan ini dilakukan setelah dilakukan pemantauan dengan
metode Manta Tow.

 Peralatan yang dibutuhkan dalam survei ini adalah rol meter, peralatan scuba, alat tulis
bawah air, tas nilon, palu dan pahat untuk mengambil sampel karang yang belum bisa
diidentifikasi, dan kapal.

Garis transek dimulai dari kedalaman dimana masih ditemukan terumbu karang batu (± 25 m)
sampai di daerah pantai mengikuti pola kedalaman garis kontur. Umumnya dilakukan pada
tiga kedalaman yaitu 3 m, 5 m dan 10 m, tergantung keberadaan karang pada lokasi di
masing-masing kedalaman. Panjang transek digunakan 30 m atau 50 m yang penempatannya
sejajar dengan garis pantai pulau.

Pengukuran dilakukan dengan tingkat ketelitian mendekati centimeter. Dalam penelitian ini
satu koloni dianggap satu individu. Jika satu koloni dari jenis yang sama dipisahkan oleh satu
atau beberapa bagian yang mati maka tiap bagian yang hidup dianggap sebagai satu individu
tersendiri. Jika dua koloni atau lebih tumbuh di atas koloni yang lain, maka masing-masing
koloni tetap dihitung sebagai koloni yang terpisah. Panjang tumpang tindih koloni dicatat
yang nantinya akan digunakan untuk menganalisa kelimpahan jenis. Kondisi dasar dan
kehadiran karang lunak, karang mati lepas atau masif dan biota lain yang ditemukan di lokasi
juga dicatat.

Cara pemasangan Transek garis (LIT)

Kelebihan Kekurangan

Akurasi data dapat diperoleh dengan baik Membutuhkan tenaga peneliti yang banyak

Data yang diperoleh lebih banyak dan lebih baik Dituntut keahlian peneliti dalam identifikasi karang,
seperti struktur komunitas seperti persentase minimal life form dan sebaliknya genus atau spesies
tutupan karang hidup/karang mati, kekayaan jenis,
dominasi, frekuensi kehadiran, ukuran koloni dan
keanekaragaman jenis dapat disajikan secara lebih
menyeluruh

Struktur komunitas biota yang berasosiasi dengan Survei membutuhkan waktu yang lama
terumbu karang juga dapat disajikan dengan baik

Peneliti dituntut sebagai penyelam yang baik

Biaya yang dibutuhkan juga relatif lebih besar

2. Metode Transek Kuadrat (Quadrat Transek)

Metoda transek kuadrat digunakan untuk memantau komunitas makrobentos di suatu


perairan. Pada survei karang, pengamatan biasanya meliputi kondisi biologi, pertumbuhan,
tingkat kematian dan rekruitmen karang di suatu lokasi yang ditandai secara permanen.
Survei biasanya dimonitoring secara rutin. Pengamatan didukung dengan pengambilan
underwater photo sesuai dengan ukuran kuadrat yang ditetapkan sebelumnya. Pengamatan
laju sedimentasi juga sangat diperlukan untuk mendukung data tentang laju pertumbuhan dan
tingkat kematian karang yang diamati.
 Peralatan yang dibutuhkan adalah kapal kecil, peralatan scuba, tanda kuadrat 1 m x 1 m dan
sudah dibagi setiap 10 cm, kaliper, GPS dan underwater camera.

 Data yang diperoleh dengan metoda ini adalah persentase tutupan relatif, jumlah koloni,
frekuensi relatif dan keanekaragaman jenis.

Kelebihan Kekurangan

 Data yang diperoleh lengkap dengan  Proses kerjanya lambat dan


mengambar posisi biota yang ditemukan membutuhkan waktu lebih lama.
pada kuadrat, dengan bantuan  Peralatan yang digunakan tidak praktis
underwater photo dan susah bekerja pada lokasi yang
 Sumber informasi yang bagus dalam berarus
pemantauan laju pertumbuhan, tingkat  Metode ini cocok hanya pada luasan
kematian, laju rekruitmen perairan yang kecil
 Sedimen trap tidak bisa ditinggal dalam
waktu lama dan tidak efektif pada daerah
yang berarus

3. Metode Manta Tow

Metode Manta Tow adalah suatu teknik pengamatan terumbu karang dengan cara pengamat
di belakang perahu kecil bermesin dengan menggunakan tali sebagai penghubung antara
perahu dengan pengamat (Gambar 1). Dengan kecepatan perahu yang tetap dan melintas di
atas terumbu karang dengan lama tarikan 2 menit, pengamat akan melihat beberapa obyek
yang terlintas serta nilai persentase penutupan karang hidup (karang keras dan karang lunak)
dan karang mati.

Teknik Manta Taw

 Peralatan yang Digunakan

Untuk melakukan pengamatan terumbu karang dengan menggunakan metode Manta Tow ini
diperlukan peralatan sebagai berikut :

Kaca mata selam (masker), Alat bantu pernapasan di permukaan air (snorkel), Alat bantu
renang di kaki (fins), Perahu bermotor (minimal 5 PK), Papan manta (manta board) yang
berukuran panjang 60 cm, lebar 40cm, dan tebal 2 cm, Tali yang panjangnya 20 meter dan
berdiameter 1 cm,  Pelampung kecil, Papan plastik putih yang permukaannya telah
dikasarkan dengan kertas pasir, Pensil, Penghapus, Stop watch/jam, Global Positioning
System (GPS)
 Prosedur Umum Manta Tow

Pengamat ditarik di antara rataan terumbu karang dan tubir (reef edge), dengan kecepatan
yang tetap yaitu antara 3 ‐ 5 km/jam atau seperti orang yang berjalan lambat. Bila ada faktor
lain yang menghambat seperti arus perairan yang kencang maka kecepatan perahu dapat
ditambah sesuai dengan tanda dari si pengamat yang berada di belakang perahu. Pengamatan
terumbu karang dilakukan selama 2 menit, kemudian berhenti beberapa saat untuk
memberikan waktu bagi pengamat mencatat data beberapa kategori yang terlihat selama 2
menit pengamatan tersebut ke dalam tabel data yang tersedia di papan manta. Setelah
mendapat tanda dari pengamat maka pengamatan dilanjutkan lagi selama 2 menit, begitu
seterusnya sampai selesai pada batas lokasi terumbu karang yang diamati.

Kelebihan Kekurangan

Mudah dipraktikan Survey secara tidak sengaja dapat dilakukan pada


lokasi diluar terumbu karang

Biaya yang dibutuhkan tidak terlalu mahal Kemungkinan ada objek yang terlewatkan

4. Metode Transek Sabuk (BELT TRANSECT)

Transek sabuk digunakan untuk mengambarkan kondisi populasi suatu jenis karang yang
mempunyai ukuran relatif beragam atau mempunyai ukuran maksimum tertentu misalnya
karang dari genus Fungia. Metoda ini bisa juga untuk mengetahui keberadaan karang hias
(jumlah koloni, diameter terbesar, jumlah jenis) di suatu daerah terumbu karang.

Panjang transek yang digunakan ada 10 m dan lebar satu m, pengamatan keberadaan karang
hias yang pernah dilakukan oleh lembaga ICRWG (Indonesia Coral Reef Working Group)
menggunakan panjang transek 30 m dan lebar dua meter (satu m sisi kiri dan kanan meteran
transek). Pencatatan dilakukan pada semua individu yang menjadi tujuan penelitian, yang
berada pada luasan transek.

Kelebihan Kekurangan

Pencatatan data jumlah individu lebih teliti Waktu yang dibutuhkan cukup lama

Data yang diperoleh mempunyai akurasi yang Membutuhkan keahlian untuk mengidentifikasi
cukup tinggi dan dapat menggambarkan struktur karang secara langsung dan dibutuhkan
populasi karang penyelaman yang baik

BAB V

KESIMPULAN

1. Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis
tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae
2. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan ekosistem Terumbu Karang
yaitu suhu, salinitas, cahaya, kedalaman, kecerahan, gelombang dan arus.
3. Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang penting, karena tempat tinggal biota
laut.
4. Perubahan iklim merupakan faktor paling dominan dalam perusakkan terumbu karang. Oleh
karena itu, kita sebagai manusia harus lebih mencintai lingkungan.
5. Indonesia dikenal sebagai pusat distribusi terumbu karang untuk seluruh Indo-Pasifik.
Indonesia memiliki areal terumbu karang seluas 60.000 km2 lebih. Sejauh ini telah tercatat
kurang lebih 354 jenis karang yang termasuk kedalam 75 marga.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Perkembangan Terumbu


Karang (Coral Reef).http://www.ubb.ac.id

Dahuri, Rokhim, 1999, Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Terumbu Karang, Lokakarya
Pengelolaan dan IPTEK Terumbu Karang Indonesia, Jakarta.

Guilcher Andre. 1988. Coral reef Geomorphology. John Willey & Sons.Chhichester

Suharsono, 1994. Metode penelitian terumbu karang. Pelatihan metode penelitian dan kondisi
terumbu karang. Materi Pelatihan Metodologi Penelitian Penentuan Kondisi Terumbu
Karang: 115 hlm.

Suharsono, 1996. Jenis-jenis karang yang umum dijumpai di perairan Indonesia. Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembagan Oseanologi. Proyek
penelitian dan Pengembangan daerah Pantai: 116 hlm.

Welly, Marthen. 2008. http://netsains.com/2009/07/indonesiapusatterumbukarangdunia.html

Like this:

Suka

Be the first to like this post.

from → Marine ecology

← IDENTIFIKASI ADAPTASI ORGANISME NEKTON PERAIRAN  LAUT

Kerajaan Jin Pulomas Indramayu →

27 Komentar leave one →

1.

MicyoBuy2 permalink

Mei 11, 2010 3:29 am


Amazing site, exactly where did you obtain the layout?

Balas

Darmadi permalink

Mei 11, 2010 7:17 am

thanks U

Balas

2.

Elvira Bird permalink

Mei 27, 2010 9:14 am

If only more than 22 people would read this!

Balas

Darmadi permalink

Juni 11, 2010 11:43 am

Balas

3.

fowaraHab permalink

Mei 29, 2010 2:04 pm


Just want to say what a great blog you got here!
I’ve been around for quite a lot of time, but finally decided to show my appreciation
of your work!

Thumbs up, and keep it going!

Cheers
Christian, iwspo.net

Balas

Anda mungkin juga menyukai