Anda di halaman 1dari 18

PEMBUATAN MEDIUM PERTUMBUHAN DAN INOKULASI

MIKROORGANISME

NAMA : YUNITA NUR FATANAH


NIM : L11 19 115
KELAS : 6-B

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LAUT


DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Mikroba ada yang bersifat patogen dan ada pula yang memegang peranan
penting dalam suatu sistem. Karena ukurannya yang mikroskopis membuat kita luput
jika mikroba bisa ada dimana saja. Dalam melakukan praktikum mikrobiologi, sampel
mikroba dapat dianalisis secara langsung atau dapat juga ditumbuhkan untuk
kebutuhan penelitian. Meski dapat ditemukan hampir dimana saja, mikroba tetap
membutuhkan sebuah media tumbuh yang mendukung pertumbuhannya. Media
adalah suatu bahan yang mengandung nutrien yang digunakan untuk membiakkan
mikroba.

Ada bermacam-macam media yang dapat digunakan untuk pembiakan,


inokulasi, atau untuk pengamatan fisiologis mikroba. Media sangat penting sebagai
tempat tumbuhnya mikroba, selain itu media juga penting untuk memastikan bahwa
mikroba yang diperiksa benar-benar mikroba yang dicari atau yang diharapkan. Selain
media, faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba. Parameter
lingkungan seperti pH, suhu, kelembaman dan sebagainya dapat menjadi faktor
pembatas bagi sebagian mikroba untuk bertahan sehingga lingkungan media benar-
benar harus diperhatikan.

Pembiakan, inokulasi dan isolasi merupakan istilah yang maknanya berbeda


satu sama lain. Pembiakan merupakan perbanyakan bakteri dengan lingkungan yang
tepat. Isolasi sendiri merupakan cara memindahkan mikroba dari habitat aslinya untuk
mendapatkan mikroba tertentu yang tidak terkontaminasi dengan mikroba lain. Isolasi
juga dikenal sebagai proses "kultur murni". Sedangkan inokulasi sendiri adalah proses
penanaman mikroba dengan komposisi bahan pada media yang mampu mendukung
pertumbuhan nya. Berdasarkan latar belakang diatas maka praktikan melalui kegiatan
praktikum kali ini akan mengulas cara pembuatan media serta bagaimana cara
membiakkan mikroba.

B. TUJUAN DAN KEGUNAAN

Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum kali ini bagi praktikan adalah
praktikan diharapkan mampu mengenali medium umum dan medium selektif untuk
penumbuhan mikroba. Praktikan juga diharapkan mampu untuk membuat medium
pertumbuhan mikroba, baik media padat maupun media cair.

C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari praktikum kali ini meliputi media pertumbuhan mikroba,
alat-alat pembuatan media dan inokulasi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. ISOLASI DAN INOKULASI

Menurut Sabbathini (2017) menyatakan jika Isolasi merupakan teknik


pemisahan mikroorganisme dari habitatnya dan disertai dengan pemurnian. Singleton
(2006) dalam (Sabbathini et al., 2017) menyatakan jika Isolasi bakteri juga dimaknai
sebagai proses mengambil bakteri dari medium atau dari lingkungan asalnya lalu
menumbuhkannya pada medium buatan sehingga diperoleh biakan murni. Adapun
prinsip dari isolasi mikroorganisme ini adalah memisahkan satu jenis mikroorganisme
yang benar-benar ingin di teliti dari lingkungannya serta dari kontaminasi bakteri.
Caranya dapat dilakukan dengan menumbuhkan mikroorganisme pada media buatan
sehingga mikroorganisme dapat membentuk koloni baru (Sabbathini et al., 2017).

Isolasi bakteri juga dapat didefinisikan sebagai suatu teknik memisahkan satu
jenis mikroba dari berbagai macam campuran mikroba dengan tujuan untuk mendapat
biakan murni (A. L. Putri & Kusdiyantini, 2018). Dalam proses pengerjaan isolasi
mikroorganisme, cara kerja aseptis tetap dilakukan guna mendapatkan biakan murni
mikroba yang benar-benar ingin di analisis. Untuk menumbuhkan mikroorganisme
pada media yang baru biasanya digunakan beberapa metode untuk memperoleh
biakan murni dari suatu biakan campuran. Dua diantaranya dapat dilakukan dengan
menggunakan metode cawan gores dan metode cawan tuang. Hal ini dilakukan
berdasarkan prinsip pengenceran jika setap koloni mikroorganisme memiliki satu jenis
sel yang dapat diamati (Sabbathini et al., 2017).

Inokulasi atau yang biasa disebut sebagai penanaman bakteri merupakan


pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan
tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Inokulasi bakteri merupakan upaya pembiakan
bakteri dengan menggunakan media universal atau selektif yang dilakukan dengan
proses pemindahan biakan murni ke medium baru untuk menumbuh atau
memperbanyak kultur murni dengan metode cawan gores serta metode tusuk dengan
mengambil biakan murni untuk dikembangbiakkan. Metode pengerjaan inokulasi juga
dilakukan secara aseptis guna menghindari adanya kontaminasi, biasanya inokulasi di
kerjakan pada Laminary air flow. Tujuan inokulasi adalah untuk menumbuhkan,
meremajakan mikroba dan untuk mendapat populasi mikroba yang murni (M. H. Putri,
Sukini, & Yodong, 2017).
B. MEDIUM

Medium lebih umum dikenal sebagai wadah bagi mikroorganisme untuk


berkembang. Berikut akan dipaparkan lebih lanjut mengenai medium:

1. DEFINISI MEDIUM

Menurut Harti dalam (Sabbathini et al., 2017) menyatakan jika media


merupakan nutrient yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan secara
in vito. Sedangkan menurut Dwidjoseputro (2005) dalam (Juriah & Sari, 2018)
menyatakan jika media merupakan suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi
yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme baik dalam mengultur bakteri,
jamur dan mikroorganisme lain. Medium harus tetap steril agar tak ada kontaminasi
bakteri lain .

Medium juga didefinisikan sebagai suatu bahan yang terdiri atas campuran
nutrisi (zat makanan) yang dipakai untuk menumbuhkan mikroba termasuk bakteri
patogen lainnya. Tujuan dilakukan pembuatan medium dapat digunakan untuk
menumbuhkan mikroorganisme, isolasi bakteri, memperbanyak dan pengujian sifat
fisiologi dan perhtiungan jumlah mikroba. Kandungan nutrisi di dalam medium sangat
penting untuk mendukung ertumbuhan mikroba tersebut. Nutrient yang terdapat pada
medium harus memnuhi kebutuhan dasar mikroorganisme berupa air, karbon. Energy,
mineral dan factor tumbuh (A. L. Putri & Kusdiyantini, 2018).

2. JENIS-JENIS MEDIUM

Media pertumbuhan mikroorganisme dapat dikelompokkan dalam beberapa


jenis yakni:

a. MEDIA BERDASARKAN FISIK

Media berdasarkan fisik dikelompokkan menjadi tiga bagian yakni media


padat dimana media ini mengandung agar sebanyak 15$ sehingga setelah dingin
media ini berubah menjadi padat. Selanjutya adalah media setengah padat, media ini
hanya mengandung sekitar 0,3%-0,4% sehingga teksturnya masih agak padat atau
kenyal, tidak padat maupun tidak cair. Tujuan dari pembuatan media semi padat ini
adalah pertumbuhan media dapat menyebar ke seluruh media dan tidak mengalami
pencampuran sempurna jika tergoyang. Yang terakhir media cair, media ini sama
sekali tidak mengandung agar jadi teksturnya liquid (Sabbathini et al., 2017).
b. MEDIA BERDASARKAN KOMPOSISI

Media ini juga dikelompokkan dalam tiga jenis yakni media sintesis, semi
sintesis dan nonsintesis. Media sintesis merupakan media yang komposisi dan
takarannya diketahui secara pasti. Media semi sintesis merupakan media yang hanya
sebagian komposisinya diketahui namun senyawa penyusunnya tidak diketahui secara
pasti. Kemudian untuk media non-sintesis merupakan media yang komposisinya tidak
diketahui secara pasti dan biasanya langsung diekstrak dari bahan dasarnya
(Sabbathini et al., 2017).

c. MEDIA BERDASARKAN TUJUAN

Media ini tediri dari beberapa jenis media yakni media umum yang biasanya
dilakukan untuk isolasi medium ini mengandung senyawa esensial untuk pertumbuhan
mikrobanya. Yang kedua adalah media selektif atau biasa di sebut media penghambat
yang merupakan media yang mengandung zat tertentu untuk menekan pertumbuhan
mikroba lain yang dapat mengontaminasi bakteri yang ingin ditumbuhkan.selain media
selektif juga adala media diperkaya yang merupakan media yang mengandung
komponen dasar dan komponen tertentu seperti darah, serum dan kuning telur yang
juga agak bersifat selektif untuk mikroba tertentu (Sabbathini et al., 2017).

Masih terdapat beberapa media yang dikelompokkan berdasarkan tujuannya


yakni media untuk peremajaan kultur dan media umum yang digunakan utnuk
peremajaan kultur. Medium untuk menentukan kebutuhan nutrisi spesifik merupakan
media yang digunakan untuk mendiagnosis kemampuan metabolisme mikroba.
Sedangkan media untuk karakterisasi bakteri dan media diferensial, masing masing
memiliki pengertian jika, media untuk karakterisasi bakteri merupakan media yang
digunakan untuk mengetahui kemampuan spesifik mikroba, sedangkan media
diferensial merupakan media untuk mengidentifikasi mikroba dari campurannya
berdasar karakter spesifik yang ditunjukkan (Sabbathini et al., 2017).

C. TEKNIK INOKULASI

Dalam melakukan inokulasi mikroba biasanya digunakan alat berupa ose


yang berfungsi untuk memindahkan mikroba dari satu media ke media lainnya. Berikut
beberapa jenis tenik inokulasi:

1. METODE TEBAR
Metode ini dilakukan dengan setetes inoculum diletakkan pada sebuah
medium agar menggunakan batang kaca yang bengkok dan steril. Selanjutnya adalah
inokulasi itu disebar dalam medium batang yang sama untuk menginokulasikan
kemudian bakteri disebar secara merata dan baik ke seluruh media (Murtius, 2018).

2. METODE TUSUK

Metode ini dilakukan dengan menggunakan bantuan ose lurus. Cara kerja
aseptis selalu diperlukan dalam berbagai metode. Metode ini digunakan dengan
menusukkan jarum ose lurus kedalam inoculum. Selanjutnya jarum ose lurus ini
kemudian dipindahkan ke media pertumbuhan baru bagi mikroba (Wondal et al., 2019).

3. METODE GORES

Berbeda dengan dua metode sebelumnya, metode kali ini menggunakan


bantuan alat ose bulat dengan perlu keterampilan yang dapat diperoleh dengan
latihan. Dikatakan jika penggoresan yang sempurna dapat menghasilkan koloni yang
terpisah. Inoculum digoreskan ke permukaan media agar mikroba pada ujung jarum
ose dapat berpindah ke media (Murtius, 2018).

D. PENGENCERAN

Pengenceran dilakukan untuk memperoleh spesies individu dengan anggapan


jika setiap koloni dapat terpisah dari satu jenis sel yang dapat diamati. Kemudian ada
yang disebut dengan pengenceran bertingkat dimana teknik pengenceran ini dilakukan
beberapa kali. Adapun tujuan dari adanya proses teknik pengenceran bertingkat
adalah memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan.
Banyaknya tingkat pengenveran disesuaikan pada perkiraan jumlah mikroorganisme
dalam sampel (Murtius, 2018).

Untuk memperoleh koloni murni dari populasi campuran maka dapat


dilakukan dengan mengencerkan specimen dalam medium. Pengenceran yang
dilakukan pada medium dilakukan beberapa kali karena konsentrasi mikroba pada
specimen tidak diketahui sebelumnya. Pengenceran dapat dilakukan beberapa kali
untuk mengurangi konsentrasi mikroba sehingga pada media hanya terdapat koloni
yang terpisah. Kekurangan dari metode ini adalah metode ini cukup menguras waktu
dan bahan namun keunggulannya adalah tak perlu kemampuan yang tinggi untuk
melakukan metode ini (Murtius, 2018).

E. MIKROORGANISME DI LAUT
Mikroorganisme merupakan organisme yang tak bisa di lihat dengan mata
telanjang karena ukurannya yang sangat kecil. Pada ekosistem laut, mikroorganisme
mendiami hampir di seluruh wilayah perairan. Mikroorganisme di laut sangat beragam,
di ekosistem perairan yang dimaksud dengan mikroorganisme adalah virus, bakteri,
beberapa jamur dan alga, hewan rotifer dan cepapoda. Mikroorganisme laut ini
memiliki peranan yang sangat penting pada ekosistem laut (Novian, Effendi, & Feliatra,
2018).

Keberadaan mikroorganisme di lingkungan laut juga dapat dipengaruhi oleh


adanya masukan limbah karena aktivitas manusia. Masukan berupa limbah rumah
tangga atau industri ini berpotensi untuk merusak lingkungan perairan dan
mikroorganisme yang ada di laut. Namun beberapa tahun kebelakang ini, sudah
dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan mikroorganisme pengurai yang dapat
mendegradasi limbah secara alami. Salah satunya adalah pemanfaatan bakteri
heterotrof yang merupakan komponen ekosistem laut dengan perannya sebagai
dekomposer untuk menghasilkan mineral sebagai nutrien. Bakteri ini sangat penting
dalam menjaga kelangsungan hidup biota laut (Elyza, Gofar, & Munawar, 2015).

Selain bakteri yang menguntungkan, ada pula mikroorganisme yang bersifat


patogen bagi biota laut. mikroorganisme yang bersifat patogen dapat dalam bentuk
virus atau bakteri. Meski begitu belum banyak penelitian yang mengangkat virus apa
saja yang dapat bersifat patogenpada biota laut. Mikroorganisme juga berperan
sebagai pendaur ulang, mikroalga atau fitoplankton dapat mendaur ulang senyawa-
senyawa anorganik di lingkungan perairan menjadi senyawa organik yang dapat
disalurkan ke tingkat trofik yang lebih tinggi melalui proses grazing. Fitoplankton sendiri
memanfaatkan senyawa karbon yang larut dalam air sebagai bahan untuk melakukan
fotosintesis dengan bantuan cahaya matahari (Novian et al., 2018).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. WAKTU DAN TEMPAT

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 27 April 2021 pukul 14.00
WITA sampai selesai yang dilakukan secara virtual menggunakan platform zoom.

B. ALAT DAN BAHAN

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada kegiatan kali ini adalah, alat
berupa kompor, panci, wadah yang mirip dengan cawan petri (misalnya piring) dan
sendok. Bahan yang digunakan berupa nutrijel rasa cincau dan air.

C. PROSEDUR KERJA

Adapun proses kerja yang dilakukan dalam kegiatan praktikum kali ini adalah :

1. PROSEDUR PEMBUATAN NUTRIENT AGAR

a) Langkah perrtama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan
berupa hot plate with stirrer, timbangan analitik, beaker glass, batang pengaduk,
tabung reaksi, pipet volume dan autoklaf. Bahannya berupa air laut dan nutrient
agar.
b) Selanjutnya menimbang nutrient agar sebanyak 20 gram dan masukkan ke dalam
beaker glass kemudian campur dengan 1000 mL air laut
c) Selanjutnya, menghomogenkan dengan cara dipanaskan pada hot plate with
stirrer
d) Setelah dihomogenkan, selanjutnya memasukkan medium ke dalam tabung reaksi
sebanyak 10 ml dan menyumbat mulut tabung dengan kapas, kemudian
mensterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 121⁰C dengan tekanan 2 atm
selama 15 menit

e) Selanjutnya mengeluarkan medium dari autoklaf dan tunggu hingga memadat.

2. PROSEDUR PEMBUATAN MEDIUM NUTRIENT BROTH

a) Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan
b) Langkah kedua menghitung komposisi bahan yang akan digunakan
c) Selanjutnya melarutkan 20 g NB dalam 1000 mL air laut pada beaker glass
d) Selanjutnya menghomogenkan medium pada hot plate with stirrer
e) Setelah dihomogenkan selanjutnya memasukkan medium pada tabung reaksi
kemudian menutup mulut tabung reaksi menggunakan kapas
f) Selanjutnya mensterilkan tabung reaksi yang berisi medium ke dalam autoklaf
pada suhu 121⁰C dengan tekanan 2 atm selama 15 menit

g) Setelah selesai selanjutnya mengeluarkan tabung reaksi yang berisi medium dari
autoklaf kemudian diletakkan pada rak tabung

3. PROSES PEMBUATAN MEDIUM AGAR TEGAK

a) Langkah pertama adalah menyiapkan semua alat dan bahan.


b) Selanjutnya menghitung komposisi medium yang akan digunakan.
c) Selanjutnya melarutkan 20 g NA ke dalam 1000 mL air laut steril pada wadah
beaker glass
d) Selanjutnya menghomogenkan medium dengan pelarut diatas hot plate with
stirrer.
e) Setelah medium dihomogenkan, selanjutnya memasukkan 9 mL medium ke dalam
tabung reaksi, kemudian menutup mulut tabung dengan menggunakan kapas.
f) Selanjutnya mensterilkan tabung reaksi yang berisi medium tadi ke dalam autoklaf
pada suhu 121⁰C, tekanan 2 atm selama 15 menit.

g) Mengeluarkan medium dari autoklaf dan meletakkan tabung reaksi yang berisi
medium dalam posisi tabung tegak pada rak tabung, hingga memadat.

4. PROSES PEMBUATAN MEDIUM AGAR MIRING

a) Langkah pertama adalah menyiapkan semua alat dan bahan.


b) Selanjutnya menghitung komposisi medium yang akan digunakan.
c) Selanjutnya melarutkan 20 g NA ke dalam 1000 mL air laut steril pada wadah
beaker glass
d) Selanjutnya menghomogenkan medium dengan pelarut diatas hot plate with
stirrer.
e) Setelah medium dihomogenkan, selanjutnya memasukkan 9 mL medium ke dalam
tabung reaksi, kemudian menutup mulut tabung dengan menggunakan kapas.
f) Selanjutnya mensterilkan tabung reaksi yang berisi medium tadi ke dalam autoklaf
pada suhu 121⁰C, tekanan 2 atm selama 15 menit.

g) Mengeluarkan medium dari autoklaf dan meletakkan tabung reaksi yang berisi
medium dalam posisi miring, hingga memadat.
5. PROSES PEMBUATAN AGAR CAWAN

a) Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan semua alat dan
bahan.
b) Selanjutnya menghitung komposisi medium yang akan digunakan.
c) Selanjutnya melarutkan 20 g NA ke dalam 1000 mL air laut steril pada wadah
beaker glass
d) Selanjutnya menghomogenkan medium dengan pelarut diatas hot plate with
stirrer.
e) Selanjutnya memasukkan medium yang telah dihomogenkan tadi ke dalam
erlenmeyer dan menyumbat mulut Erlenmeyer dengan kapas kemudian ditutupi
dengan aluminium foil
f) Selanjutnya mensterilkan erlenmeyer yang berisi medium ke dalam autoklaf suhu
121⁰ C, tekanan 2 atm selama 15 menit.
g) Selanjutnya mengeluarkan medium yang telah steril dari autoklaf dan
meletakkannya pada ruang kerja LAF, didinginkan hingga suhu 45⁰ C.

h) Selanjutnya menuangkan medium 15-20 mL ke dalam cawan petri dalam keadaan


aseptis di Laminar Air Flow (LAF).

6. PROSES PENGENCERAN

Pengenceran pada umumnya menggunakan metode / teknik pengenceran


bertingkat yakni sebagai berikut:

a) Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan
b) Selanjutnya melakukan pengenceran pertama dengan terlebih dahulu mnegambil
sampel kemudian diletakkan dalam beaker glass dengan ketidakpastian ±5%.
c) Selanjutnya menambahkan cairan pengencer dengan perbandingan 1:9 jika
larutan pada pengenceran pertama masih terlalu kental kemudian panaskan.
d) Selanjutnya mengaklimatisasi suhu pengencer ke dalam suhu ambien selanjutnya
tunggu beberapa saat untukk mengendapkan partikel sampel yang berukuran
besar (jika ada).
e) Selanjutnya mengambil 1 mL dari pengenceran pertama menggunakan pipet ukur
dan masukkan ke dalam tabung yang mengandung 9 mL pengencer.
f) Selanjutnya dihomogenkan menggunakan vortex selama 5-10 detik untuk
pengenceran 1/100
g) Langkah e-f dapat diulangi beberapa kali untuk mendapatkan tingkat pengenceran
yang sesuai.

7. METODE INOKULASI

Metode inokulasi dapat dilakukan dengan tiga metode yakni:

a) METODE TUANG

Langkah pertama yang harsu dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan.
Selanjutnya memasukkan 100 µL atau 1 mL suspensi bakteri ke dalam cawan petri steril.
Selanjutnya menambahkan 15-20 mL medium pertumbuhan bakteri (suhu (>45⁰ C).
Selanjutnya diaduk secara perlahan-lahan hingga medium dan suspensi bakteri bercampur dan
homogeny. Kemudian diamkan hingga medium mengeras kemudian lakukan inkubasi selama
24 jam pada suhu 37⁰ C. Setelah inkubasi amati pertumbuhan bakterinya.

b) METODE GORES

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan.
Selanjutnya menuang media agar NA cair ke dalam cawan petri secara aseptis, lalu biarkan
memadat. Selanjutnya melakukan Inokulasi satu ose bakteri dari biakan campuran ke dalam
media NA tadi dengan cara menggores sesuai tipe goresan yang diinginkan (radian, kuadran,
sinambung, tipe goresan T). selanjutnya medium dapat diinkubasi selama 24 jam pada suhu
37⁰ C. Setelah inkubasi amati pertumbuhan bakterinya.

c) METODE PENANAMAN SPORA ATAU HIFA PADA FUNGI

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menuang media agar PDA cair ke
dalam cawan petri secara aseptis, kemudian biarkan memadat. Selanjutnya mengambil spora
atau meselium dari fungi, kemudian di totolkan pada permukaan medium. Selanjutnya
membungkus medium dengan kertas, kemudian diinkubasi selama 3 x 24 jam pada suhu
ruang. Setelah inkubasi amati pertumbuhan koloni fungi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Adapun hasil dari praktikum kali ini adalah:


Foto 1. Gambar Hasil Pertumbuhan Mikroba

B. PEMBAHASAN

Medium dibedakan menjadi dua berdasarkan komposisi kimiawi komponen


penyusun medium yakni medium kompleks dan medium sintetik. Yang dimaksud
dengan medium kompleks adalah medium yang tersusun atas bahan-bahan dengan
macam dan komposisi tidak diketahui secara pasti. Contoh dari medium kompleks ini
adalah Nutrien Agar (NA). NA mengandung beef extract dan pepton yang berguna
untuk menyokong pertumbuhan mikroba.

Sedangkan untuk medium sintetik sendiri merupakan kebalikan dari medium


kompleks yang mana medium ini tersusun atas bahan kimia murni dengan macam dan
komposisi yang dapat diketahui secara pasti. Perbedaan antara medium NA dengan
Broth adalah medium NB mengandung nutrient yang dilarutkan dalam aquades
sehingga medium NB merupakan medium cair. Sedangkan medium NA merupakan
contoh medium padat. Kegunaan dari kandungan nutrient pada medium adalah
nutrient digunakan sebagi sumber nutrisi yang mendukung pertumbuhan dan
perkembangan mikroba.

Media isolasi mikroba dapat dilakukan pada cawan petri dan tabung reaksi,
media agar cawan memungkinkan kita untuk melihat penyebaran koloni mikroba.
Isolasi pada tabung reaksi dapat dilakukan dengan metode agar tegak dan agar miring.
Selain perbedaan posisi, agar miring dan agar tegak berbeda dari segi kegunaan. Agar
miring digunakan untuk membiarkan mikroba baik itu mikroba anaerob dan aerob
fakultatif. Sedangkan agar tegak digunakan untuk menstimulasi pertumbuhan mikroba
dalam keadaan kekurangan oksigen.

Pengenceran dilakukan sebelum mikroorganisme ditumbuhkan pada media


menggunakan larutan fisiologis. Adapun tujuan dari pengenceran ini adalah untuk
mengurangi jumlah kandungan mikroba dalam sampel sehingga memudahkan
pengamatan dan perghitungan jumlah mikroba. Tujuan pengenceran adalah untuk
mencapai jumlah mikroorganisme secara spesifik sehingga didapatkan perhitungan
yang tepat. Biasanya pengenceran dilakukan secara bertingkat hingga mencapai
pengenceran yang diharapkan.

Metode inokulasi ada tiga yakni metode gores, tuang dan sebar. Metode yang
pertama yaitu metode gores, metode ini dianggap menguntungkan karena jika metode
gores dilakukan dengan teknik goresan radian dalam satu plate. Namun kekurangan
metode gores ini adalah diperlukan keterampilan khusus untuk melakukannya jadi
tidak dilakukan dengan asal gores saja. Metode tuang memiliki keunggulan berupa
dapat digunakan untuk memperoleh biakan murni dan kekurangan metode ini adalah
hasil perhitungan mikroba tidak menunjukkan jumlah sel mikroba yang sebenarnya
karena beberapa sel yang berdekatan memungkinkan terbentuknya koloni. Sedangkan
metode sebar memiliki keunggulan dapat digunkan untuk memperkirakan jumlah
bakteri dalam satuan sel dan kekurangan meode ini adalah metode ini dirasa cukup
sulit untuk menumbuhkan koloni secara merata.
V. PENUTUP

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil praktikum kali ini adalah
sebagai berikut:

1. Media atau medium merupakan suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang
dapat mendukung pertumbuhan mikroba yang sedang dibiakkan.
2. Medium terdiri dari beberapa jenis yang dikelompokkan berdasarkan bentuk
fisiknya, komposisi dan tujuannya.
3. Isolasi dan inokulasi memiliki makna yang berbeda, isolasi merupakan teknik
pemisahan mikroba dari habitatnya dengan melakukan pemurnian sedangkan
inokulasimerupakan penanaman mikroba pada media baru yang mengandung
nutrient yang dapat mendukung pertumbuhannya.
4. Inokulasi dapat dilakukan dalam tiga teknik inokulasi yakni metode gores, tuang,
dan sebar. Yang ketganya memiliki keunggulan dan kekurangan masing masing.

5. Pengenceran penting dillakukan untuk mengurangi konsentrasi mikroba pada


sampel dan memudahkan perhitungan konsentrasi mikroba, pengenceran juga
berguna untuk memperoleh mikroba spesifik yang ingin ditumbuhkan.

B. SARAN
Saran untuk praktikum kedepannya agar praktikum dapat berjalan lancar dan
praktikan bisa belajar lebih banyak lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Elyza, F., Gofar, N., & Munawar. (2015). IDENTIFIKASI DAN UJI POTENSI BAKTERI
LIPOLITIK DARI LIMBAH SBE ( SPENT BLEACHING EARTH ) SEBAGAI
AGEN BIOREMEDIASI. Jurnal Ilmu Lingkungan, 13(1), 12–18.

Juriah, S., & Sari, W. P. (2018). Jurnal Analis Kesehatan Klinikal Sains. Klinikal Sains,
6(1),24–29. http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/klinikal/article/view/525/361

Murtius, S. W. (2018). Praktek dasar mikrobiologi. Padang, Sumatera Barat:


Universitas Andalas.

Novian, D. P., Effendi, I., & Feliatra. (2018). GROWTH OF HETEROTROPHIC


BACTERIA IN SEA WATER. Asian Journal of Aquatic Sciences, 1(1), 29–34.

Putri, A. L., & Kusdiyantini, E. (2018). Isolasi dan identifikasi bakteri asam laktat dari
pangan fermentasi berbasis ikan (Inasua) yang diperjualbelikan di Maluku-
Indonesia. Jurnal Biologi Tropika, 1(2), 6. https://doi.org/10.14710/jbt.1.2.6-12

Putri, M. H., Sukini, & Yodong. (2017). MIKROBIOLOGI. KEMENTERIAN


KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.

Sabbathini, G. C., Pujiyanto, S., Wijanarka, & Lisdiyanti, P. (2017). Isolasi dan
Identifikasi Bakteri Genus Sphingomonas dari Daun Padi (Oryza sativa) di Area
Persawahan Cibinong. Jurnal Akademika Biologi, 6(1), 59–64. Diambil dari
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/biologi/article/view/19523

Wondal, B., Ginting, L. E., Warouw, V., Wullur, S., Tilaar, O. S., & Tilaar, F. F. (2019).
ISOLASI BAKTERI LAUT DARI PERAIRAN MALALAYANG. Jurnal Pesisir dan
Laut Tropis tumbuh, 7(3), 184–189.
LAMPIRAN

Foto 1. Alat dan Bahan

Foto 2. Memasukkan bahan dan merlarutkan dengan air

Foto 3. Memanaskan campuran bahan sambil diaduk rata


Foto 4. Menuang agar yang telah mendidih. Tunggu beberapa saat hingga agar jadi
dingin

Anda mungkin juga menyukai