Anda di halaman 1dari 7

B.

Mengolah Data Penelitian Sosial

Pengolahan data merupakan manipulasi data menjadi sebuah informasi dari hasil
pemrosesan data dalam bentuk tertentu yang sistematis dan bermakna berdasarkan pada suatu
kegiatan atau peristiwa yang terjadi saat melakukan penelitian. Atau pengolahan data merupakan
proses mengartikan data sesuai dengan rancangan, tujuan, dan manfaat dari sebuah penelitian.
Pengolahan data dilakukan untuk mendapatkan temuan berdasarkan masalah yang sedang diteliti.
Sedangkan data merupakan kumpulan suatu informasi, keterangan atau fakta yang berbentuk
angka, simbol, gambar, objek, kondisi, dan situasi yang merupakan bahan baku informasi guna
mencapai tujuan penelitian yang diperoleh melalui hasil pengamatan atau pun melalui sumber-
sumber lain yang relevan dengan masalah yang akan diteliti. Pada umumnya, data dibagi menjadi
dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh
peneliti langsung dari lapangan atau data yang diperoleh melalui kuesioner, wawancara ataupun
observasi atau survei. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung
atau data yang diperoleh melalui dokumentasi. Beberapa tahapan dalam proses pengumpulan data
sebagai berikut.

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara atau metode yang digunakan oleh peneliti
untuk memperoleh atau mendapatkan data di lapangan. Teknik pengmpulan data yang akan
digunakan peneliti bergantung pada jenis penelitian yang dipilih. Pengumpulan data dalam
suatu penelitian dapat menggunakan beberapa metode sebagai berikut.
a. Angket (kuesioner).
Angket (kuesioner) merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk
penelitian kuantitatif yaitu berupa seperangkat pertanyaan secara tertulis yang diberikan
kepada responden (orang yang dimintai keterangan atau informasi). Jenis-jenis angket
terdiri atas tiga yaitu angket tertutup (jawaban sudah tersedia), angket terbuka (responden
bebas menjawab), dan angket semi terbuka (jawaban sudah tersedia namun responden
diberikan alternatif untuk menjawab selain dari jawaban yang telah disediakan oleh
peneliti). Contoh bentuk kuesioner dengan judul penelitian “Pengaruh Tingkat
Keikutsertaan dalam Kegiatan Ekstrakurikuler dengan Kemandirian Peserta Didik”
sebagai berikut.
(1) Apakah anda sering mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah?
Contoh kuesioner tertutup dengan dua alternatif jawaban:
Apakah anda rutin mengikuti kegiatan ektrakurikuler?
Ya (√ )
Tidak ( )
Contoh kuesioner tertutup dengan tiga atau lebih jawaban:
(2) Bagaimana pendapat anda apabila kegiatan ekstrakurikuler diwajibkan di sekolah?
Sangat setuju sekali ( )
Sangat setuju (√ )
Setuju ( )
Kurang setuju ( )
Tidak setuju ( )
Contoh kuesioner campuran:
(3) Apakah anda setuju apabila kegiatan ekstrakurikuler wajib diikuti oleh seluruh
peserta didik?
( ) Setuju, alasannya . . . .
( ) Tidak setuju, alasannya . . . .
Terdapat beberapa syarat dalam membuat angket atau kuesioner yang baik dan
mampu dijadikan sebagai alat pengumpul data diantaranya adalah pertanyaan
dirumuskan harus menggunakan bahasa yang jelas dan tidak ambigu atau multitafsir,
pertanyaan harus berkaitan dengan masalah yang hendak dipecahkan dalam penelitian,
pertanyaan dibuat dengan kalimat yang tidak panjang (singkat dan jelas), dan
perntanyaan yang dibuat tidak memuat dua atua lebih hal yang akan dipertanyakan
(Silalahi dalam Purwasih, 2016: 80). Kelebihan dari teknik angket atau kuesioner
sebagai berikut.
(1) Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
(2) Dapat dibagikan secara serentak kepada seluruh responden.
(3) Waktu yang digunakan untuk menjawab pertanyaan bersifat fleksibel, bergantung
kepada waktu senggang dari responden.
(4) Pertanyaan dapat dibuat anonim (tanpa nama) sehingga responden tidak malu
dalam menjawab pertanyaan.
(5) Pertanyaan dapat distandarkan.
Adapun kekurangan dari teknik angket atau kuesioner sebagai berikut.
(1) Responden sering tidak teliti dalam menjawab pertanyaan sehingga terkadang ada
pertanyaan yang terlewatkan.
(2) Responden sering tidak jujur dalam menjawab pertanyaan walaupun telah dibuat
anonim.
(3) Kuesioner sering tidak kembali terutama apabila dikirim melalui pos atau jassa
pengiriman lainnya.
(4) Responden dengan tingkat pendidikan tertentu akan kesulitan dalam menjawab
pertanyaan.
b. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian
kualitatif yaitu proses memperoleh keterangan melalui tanya jawab secara langsung atau
tatap muka antara peneliti (interviewer) dangan informan. Pertanyaan yang diberikan pada
saat wawancara pada dasarnya sama dengan pertanyaan yang diajukan saat memberikan
angket hanya disampaikan secara lisan. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu
menyiapkan instrumen wawancara (pedoman wawancara) yang berisi sejumlah pertanyaan
yang harus dijawab oleh informan baik berupa fakta, data, pengetahuan, konsep, pendapat,
persepsi, atau bahkan tentang evaluasi yang berkaitan dengan fokus masalah yang akan
diteliti. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pewawancara diantaranya adalah
mulailah dengan pertanyaan yang mudah, mulai dengan pertanyaan yang berupa informasi
fakta, hindari pertanyaan yang bersifat multiple, tidak mengajukan pertanyaan yang bersifat
pribadi, ulangi jawaban untuk melakukan klarifikasi, berikan kesan yang positif, dan
kendalikan emosi atau kontrol diri. Selain itu, ada beberapa tips lain yang perlu
diperhatikan untuk menjadi pewawancara yang baik di antaranya jujur, mempunyai minat,
berkepribadian ramah, tidak tempramental, adaptif, akurasi dalam data, netral atau tidak
memberikan penilaian terhadap hasil informasi, ramah artinya senantiasa menjaga agar
tetap cerah dan ceria, adil (tidak memihak terhadap salah satu nforman, dan memiliki
wawasan yang luas, serta senantiasa menghindari ketegangan.
Kelebihan teknik wawancara sebagai berikut.
(1) Peneliti dapat menggali informasi dari informan secara lebih mendalam dan
berkualitas.
(2) Peneliti dapat mengembangkan pertanyaan sesuai situasi terbaru.
(3) Peneliti dapat memperoleh informasi khusus yang sering luput dari perhatian.
Kekurangan teknik wawancara sebagai berikut.
(1) Membutuhkan banyak waktu dan tenaga baik dari peneliti maupun informan.
(2) Keberhasilan teknik mewawancara bergantung dari kepandaian peneliti dalam
menggali informasi yang diperlukan.
(3) Interpretasi peneliti bisa terpengaruh oleh informan sehingga tidak objektif.
Jenis wawancara jika dilihat dari aspek pedoman wawancara, dibagi kedalam
tiga jenis wawancara yaitu wawancara terstruktur, wawancara tidak terstruktur
(bebas), dan wawancara kombinasi. Pertama, wawancara terstruktur merupakan jenis
wawancara yang dilakukan secara langsung berdasarkan pedomana wawancara yang
telah disiapkan oleh peneliti sebelum melakukan wawancara. Pedoman wawancara
dalam wawancara terstruktur sangat penting untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan. Kedua, wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara yang dilakukan
dengan tidak menggunakan pedoman wawancara. Peneliti dapat memodifikasi
pertanyaan dalam wawancara sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga bersifat
lebih fleksibel. Ketiga, wawancara kombinasi yaitu perpaduan antara wawancara
terstruktur dan tidak terstruktur. Pedoman wawancara ini digunakan oleh banyak
peneliti. Selain memilikin pedoman wawancara yang telah dibuat oleh peneliti
sebelum melakukan wawancara, peneliti juga melakukan improvisasi dengan
menanyakan informasi lain, sehingga diharapkan peneliti dapat memperoleh atau
mengumpulkan data atau informasi yang lebih mendalam.
c. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan atau observasi merupakan kegiatan memperhatikan dengan seksama
terhadap suatu benda, kondisi, situasi atau perilaku dari objek penelitian. Alat pengumpul
data yang digunakan adalah panduan observasi baik berupa anekdot (membuat catatan),
skala penilaian ataupun membuat daftar cek. Kegiatan observasi bertujuan mencatat
setiap keadaan atau kondisi yang relevan dengan tujuan penelitian. Adapun kelebihan
dari teknik observasi sebagai berikut.
(1) Dapat melihat langsung kegiatan sehari-hari dari informan.
(2) Cocok untuk orang yang tidak memiliki tingkat kesibukan tinggi karena tidak harus
terpaku pada waktu dan tempat tertentu.
(3) Dapat mencatat secara bersamaan saat terjadi peristiwa tertentu.
Sementara kekurangan dari teknik observasi sebagai berikut.
(1) Dapat menimbulkan perilaku atau sikap yang berbeda dengan perilaku sehari-hari
karena merasa diamati.
(2) Ada berbagai faktor yang tidak terduga sehingga dapat mengganggu proses
pengamatan.
(3) Terkadang ada kejadian atau keadaan informan yang sulit diamati karena berifat
terlalu pribadi dan rahasia.
d. Studi Kepustakaan (Dokumentasi).
Studi Kepustakaan (Dokumentasi) merupakan teknik pengumpulan data melalui
berbagai sumber atau literatur berupa buku, majalah, naskah, dan dokumen lainnya. Studi
kepustakaan sering disebut dengan teknik pengumpulan data sekunder.
e. Teknik Tes atau Eksperimen. Yaitu teknik pengumpulan data yang diambil dari
berdasarkan hasil tes atau hasil eksperimen yang digunakan oleh peneliti kepada
kelompok yang diberikan tes atau eksperimen, berupa tes bakat atau keterampilan.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Subjek penelitian merupakan pihak yang ditentukan oleh peneliti sebelum melakukan
kegiatan penelitian. Subjek penelitian dibagi menjadi dua, yaitu populasi dan sampel.
Populasi merupakan keseluruhan individu yang digunakan dalam penelitian. Sedangkan
sampel merupakan bagian dari populasi atau sebagian dari anggota populasi yang dapat
dianggap sebagai perwakilan dari populasi yang hasilnya dapat mewakili keseluruhan dari
gejala yang sedang diamati atau diteliti. Beberapa tujuan dari penentuan sampel sebagai
berikut.
a. Menghasilkan gambaran yang dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti.
b. Mengadakan pengurangan dari subyek yang diteliti.
c. Mengadakan generalisasi.
d. Menonjolkan sifat-sifat umum dari populasi.
Dalam menentukan sampel terdapat dua teknik pengambilan sampel yaitu:
a. Sampel Probabilitas (Sampel Acak)
Tiap populasi memiliki peluang dan kemungkinan yang sama untuk terpilih menjadi
sampel. Sampel probabilitas disebut juga sebagai teknik pengambilan sampel secara
random atau acak. Jenisnya terdiri atas empat bagian sebagai berikut.
1) Teknik Acak Sederhana (Simple Random Sampling).
Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik acak sederhana lebih cocok
digunakan untuk jenis analisis penelitian yang cenderung bersifat deskriptif, lebih
bersifat umum, dan sederhana terutama untuk kasus yang dalam hal ini, karakter yang
menjadi pembeda dalam populasi bukan hal yang sangat penting dalam analisis
sehingga tidak terdapat perbedaan diantara populasi dan umumnya terjadi pada populasi
manapun. Contohnya, jenis kelamin (Pria-Wanita), status sosial (Miskin-Kaya), dan
perbadingan lainnya. Perbedaan karakter yang mungkin ada pada setiap unsur atau
elemen populasi bukan merupakan hal yang penting bagi rencana analisisnya.
Misalnya, dalam suatu populasi terdapat pria dan wanita, atau ada yang kaya dan yang
miskin, ada manajer dan bukan manajer, dan perbedaan-perbedaan lainnya. Selama
perbedaan tersebut bukan merupakan sesuatu hal yang penting dan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap hasil penelitian, maka peneliti boleh mengambil
sampel secara acak sederhana. Dalam tehnik acak sederhana ini, setiap unsur populasi
harus mempunyai kesempatan yang sama untuk bisa terpilih menjadi sampel.
2) Teknik Acak Berdasarkan Strata (Stratified Random Sampling).
Stratified random sampling (teknik acak berdasarkan strata) merupakan suatu
teknik pengambilan sampel dengan memperhatikan tingkatan atau strata dalam
populasi. Elemen populasi dikelompokkan menjadi beberapa tingkatan (stratifikasi)
berdasarkan karakter yang melekat padanya. Dalam stratified random sampling, elemen
populasi dikelompokkan pada tingkatan-tingkatan tertentu misalnya tinggi, sedang, dan
rendah dengan tujuan pengambilan sampel akan merata pada seluruh tingkatan dan
sampel dapat mewakili karakter seluruh elemen populasi yang heterogen tersebut.
3) Teknik Cluster Sampling (Sampel Berkelompok) atau Sampel Gugus
Teknik sampel berkelompok berbeda dengan teknik pengambilan sampel acak yang
distratifikasikan. Pada teknik sampel strata, setiap unsur dalam satu strata memiliki
karakteristik yang homogen, misalnya strata A: laki-laki semua, strata B: perempuan semua,
maka dalam sampel berkelompok, setiap kelompok atau gugus boleh mengandung unsur yang
karakteristiknya berbeda-beda atau heterogen. Misalnya, dalam satu organisasi terdapat 100
departemen. Dalam setiap departemen terdapat banyak pegawai dengan karakteristik berbeda
pula. Beda jenis kelaminnya, beda tingkat pendidikannya, beda tingkat pendapatnya, beda
tingat manajerialnnya, dan perbedaan-perbedaan lainnya. Jika peneliti bermaksud mengetahui
tingkat penerimaan para pegawai terhadap suatu strategi yang segera diterapkan perusahaan,
maka peneliti dapat menggunakan cluster sampling untuk mencegah terpilihnya sampel hanya
dari satu atau dua departemen saja.
4) Teknik Systematic Sampling (Sampel Sistematis)
Apabila peneliti dipehadapkan dengan ukuran populasi yang banyak dan tidak
memiliki alat pengambil data secara random, maka cara pengambilan sampel sistematis
dapat digunakan. Cara ini menuntut peneliti untuk memilih unsur populasi secara
sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel adalah dengan
menggunakan sistem ‘ke- n atau ke- berapa”. Misalnya, setiap unsur populasi yang
keenam, yang bisa dijadikan sampel. Soal “ke- berapa”-nya satu unsur populasi dapat
dijadikan sampel tergantung pada ukuran populasi dan ukuran sampel. Misalnya,
dalam satu populasi terdapat 5000 rumah. Sampel yang akan diambil adalah 250 rumah
dengan demikian, maka interval di antara sampel kesatu, kedua, dan seterusnya adalah
2.
5) Teknik Area Sampling (Sampel Wilayah)
Teknik Area Sampling digunakan apabila peneliti diperhadapkan dengan situasi bahwa
populasi penelitiannya tersebar di berbagai wilayah. Misalnya, seorang marketing
manajer sebuah perusahaan Mobil ingin mengetahui tingkat penerimaan masyarakat
Sulawesi Tenggara atas merek Mobil tertentu, maka teknik pengambilan sampel dengan
area sampling sangat tepat. Cara penggunaan teknik ini adalah:
(a) Susun sampling frame yang menggambarkan peta wilayah (Sulawesi Tenggara)
berdasarkan area Kabupaten, Kotamadya, Kecamatan, dan Desa.
(b) Tentukan wilayah yang akan dijadikan sampel (Kabupaten ?, Kotamadya?,
Kecamatan?, atau Desa?).
(c) Tentukan berapa wilayah yang akan dijadikan sampel dalam penelitiannya.
(d) Pilih beberapa wilayah untuk dijadikan sampel dengan cara acak atau random.
(e) Kalau ternyata masih terlampau banyak responden yang harus diambil datanya,
maka peneliti dapat membagi lagi wilayah yang terpilih ke dalam sub wilayah, dan
seterusnya
b. Sampel Non Probabilitas atau Non Probablity
Sampel Non Probabilitas merupakan teknik sampling yang tidak memberikan
kesempatan atau peluang yang sama kepada seluruh populasi untuk dipilih menjadi
sampel. Artinya bahwa tidak semua unsur atau elemen populasi mempunyai kesempatan
yang sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Unsur populasi yang terpilih menjadi
sampel bisa disebabkan karena faktor kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya
sudah direncanakan oleh peneliti. Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan untuk
melakukan sampel non probabilitas sebagai berikut.
1) Teknik Pengambilan Sampel Purposive (Bertujuan) merupakan teknik pengambilan
sampel yang ditetapkan secara sengaja oleh peneliti, berdasarkan atas kriteria (ciri-ciri)
tertentu atau pertimbangan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel
karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi
yang diperlukan bagi penelitiannya.
2) Teknik Pengambilan Sampel Aksidental (Sewaktu-Waktu atau Secara Kebetulan),
yaitu teknik pengambilan sampel “asal pilih” karena hanya ada dalam perisyiwa-
peristiwa tertentu. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tersebut
berada di tempat tersebut atau kebetulan peneliti mengenal orang tersebut. Oleh karena
itu, ada beberapa penulis menggunakan istilah accidental sampling (tidak disengaja
atau secara kebetulan). Jenis sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk penelitian
penjajagan, yang kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan yang sampelnya diambil
secara Acak (Random).
3) Teknik Pengambilan Sampel Jumlah (Quota), yaitu sampel ditetapkan jumlahnya
oleh peneliti. Teknik tersebut dapat digunakan dalam pengumpulan data yang bersifat
umum. Penentuan kuota didasarkan pada sifat populasi dan pertimbangan peneliti serta
tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja.
Misalnya, ketika seorang peneliti ingin mewawancari 30 orang pegawai pada sebuah
kantor yang terdiri atas laki-laki sebanyak 30 orang dan perempuan sebanyak 30 orang,
maka terlebih dahulu harus ditentukan jumlah (quota) yang akan menjadi subjek dalam
penelitiannya yaitu bahwa pegawai laki-laki diambil sebanyak 60% dan perempuan
40%, sehingga harus mengambil sampel pegawai laki-laki sebanyak 18 orang
sedangkan pegawai perempuan 12 orang. Hal ini hanya berdasarkan pada pertimbangan
peneliti saja. Teknik pengambilan ketiga puluh sampel tersebut tidak dilakukan secara
acak, melainkan secara kebetulan saja.
4) Teknik Snowballing Sampling (Bola Salju), yaitu pengambilan sampel yang mula-
mula dipilih dua atau tiga sampel lalu dilanjutkan berdasarkan formulasi yang diberikan
oleh sampel terlebih dahulu. Atau teknik Snowballing Sampling (Bola Salju)
merupakan teknik penentuan jumlah sampel yang semula kecil kemudian terus
bertambah besar ibarat bola salju. Biasanya sampel dimulai dari orang yang dianggap
paling tahu tentang kondisi atau permasalahan penelitian (key person). Misalnya, ketika
seorang peneliti ingin meneliti tentang peredaran narkoba di suatu wilayah, ditentukan
sampel mula-mula adalah 5 orang napi terkait kasus narkoba, kemudian terus
berkembang pada pihak-pihak yang lain yang terkait dengan kasus tersebut sehingga
sampel terus bertambah tau berkembang hingga ditemukan informasi yang menyeluruh
tentang permasalahan dalam penelitian tersebut.
5) Teknik Sampel Proporsional atau Sampel Imbangan (Proportional Sampling), yaitu
untuk menyempurnakan teknik sampel berstrata atau sampel wilayah. Tujuannya adalah
agar pengambilan sampel representatif, jumlah sampel atau wakil dari setiap wilayah
dibuat seimbang sesuai dengan jumlah populasinya.

Ayo Berlatih 2
Kerjakan tugas individu berikut dengan penuh tanggung jawab!

Mengolah Data Penelitian Sosial merupakan suatu proses mengartikan data-data


lapangan sesuai dengan tujuan, rancangan, dan sifat penelitian, serta kebutuhan peneliti
dalam pengambilan keputusan. Berikan penjelasan pada soal yang berkaitan dengan
Pengolahan Data Penelitian Sosial pada kolom yang tersedia dan dikumpulkan sebelum
pertemuan berikutnya!

Mengolah Data
No. Penjelasan disertai contoh
Penelitian Sosial

...................................................
1. Pengertian Data
...................................................

Perbedaan Data Primer ...................................................


2.
dan Data Sekunder ...................................................

Perbedaan Populasi dan ...................................................


3.
Sampel ...................................................

Beberapa Teknik
...................................................
4. Pengumpulan Data
...................................................
Penelitian

5. Teknik Pengambilan ...................................................


Sampel Penelitian ...................................................

Anda mungkin juga menyukai