Anda di halaman 1dari 9

METODELOGI PENELITIAN BISNIS

“PENYUSUNAN INSTRUMEN PENELITIAN”

OLEH KELOMPOK 6 :

Putu Ananda Mahardika Putra (1807521135)

Denick Ariawangsa (1807521136)

I Dewa Gede Ariandita Darma (1807521093)

I Kadek Dwi Wahyu Saputra (1807521095)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN REGULER DENPASAR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2020/2021
9.1 Instrumen Penelitian
Menurut Rahyuda (2004:64), instrumen peneltian adalah suatu alat yang digunakan
mengukur fenomena alam atau sosial yang diamnati, Secara spesifik semua fenomena ini
disebut variabel penelitian. Instrumen-instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel
dalam ilmu alam sudah banyak tersedia dan diuji oleh validitas dan reliabilitasnya.
Instrumen-instrumen itu mudah didapat dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya, kecuali
rusak atau palsu. Beberapa instrumen dalam penelitian sosial walaupun sudah ada, seperti
untuk mengukur sikap, mengukur IQ, mengukur bakat, dan lain-lain, tetapi instrumen-
instrumen tersebut sulit dicari. Selain itu, walaupun instrumen dalam bidang sosial telah teruji
validitas dan reliabilitasnya di suatu tempat, bila digunakan untuk mengukur di tempat
tertentu belum tentu tepat dan mungkin tidak valid dan reliabel lagi. Hal ini perlu dimaklumi
karena fenomena sosial itu cepat berubah dan sulit dicari kesamaannya. Jumlah instrumen
penelitian bergantung pada jumlah vaniabel penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti.
Misalnya akan meneliti "peranan kepemimpinan dan iklim kerja lembaga terhadap
produktivitas kerja karyawan". Instrumen yang perlu dibuat adalah instrumen untuk
mengukur kepemimpinan, instrumen untuk mengukur iklim kerja, dan instrumen untuk
mengukur produktivitas kerja karyawan.
Titik tolak dalam menyusun instrumen penelitian adalah vaniabel - variabel
penelitian, Dari variabel-variabel yang diteliti dibuatlah definisi operasionalnya. Definisi
operasional tersebut menjadi dasar dalam membuat instrumen penelitian, Instrumen
penelitian dapat dibuat, baik dalam bentuk pernyataan maupun pertanyaan melalui kuisioner.
Mudrajad Kuncoro (2009:180) menjelaskan menyusun desain instrumen pada dasarnya
adalah suatu seni
Ada pun dua hal utama yang harus diperhatikan dalam desain instrumen adalah sebagai
berikut.
1. Urutan skala dan layout
Penyajian dan organisasi instrumen pengumpulan data amat menentukan dalam
sukses/tidaknya penelitian, Isu sentral pada tahap ini adalah urutan skala dan penyajian alat
pengukuran dalam bentuk yang menarik dan mudah dimengerti. Beberapa petunjuk yang
perlu diperhatikan adalah seperti berikut.
- Kuisioner sebaiknya dimulai dengan pertanyaan yang sederhana dan menarik.
- Tulislah petunjuk- petunjuk mengisi dengan jelas dan mudah dibaca. Bila terdapat
perubahan-perubahan jenis skala dalam instrumen pengukuran, diperlukan instruksi
transisi yang memberi tahu responden bahwa ada perubahan format jawaban.
- Informasi yang bersifat sensitif (misal penghasilan) dan klasifikatif (umur, jenis
kelamin, ukuran rumah tangga, dan lain-lain) sebaiknya ditanyakan belakangan.
- Susunlah tata letak (layout) kuesioner sedemikian rupa sehingga mudah dibaca dan
mengikuti alur proses wawancara.
2. Prates dan Perbaikan
Setelah instrumen disusun dalam bentuk draft, maka prates (uji coba sebelum
penelitian yang sebenarnya dilakukan) sebaiknya dilakukan pada sejumlah responden yang
sama dengan responden penelitian yang sebenarnya. Prates sering kali dapat mengidentifikasi
masalah-masalan dalam penyusunan kata-kata, format kuesioner, dan lain-lain yang amat
berpengaruh terhadap validitas penemuan dan penelitian tersebut. Bila masalah-masalah
tersebut ditemukan, peneliti dapat membuat perubahan-perubahan seperlunya agar dapat
memperoleh dengan kualitas yang tinggi,
Singkatnya, proses penyusunan skala dan desain instrumen merupakan suatu seni
karena memerlukan banyak kesabaran dan pengalaman dalam menyusun instrumen
pengumpulan data yang dapat dipercaya memberikan pedoman yang harus diingat dalam
menyusun desain instrument dan skala yang baik.. Adapun langkah-langkah yang dimaksud
(Kuncoro Mudrajad, 2009), yaitu seperti berikut.
1. Pahami betul masalah penelitian sebelum menyus un skala pengukuran.
2. Susunlah pertanyaan sehingga mudah dimengerti oleh responden.
3. Kaitkan jenis pertanyaan (terbuka, dikotomi, multikotom) dengan tingkat pemahaman
responden (ika pendapat kurang jelas, gunakan pertanyaan terbuka; jika pendapat
sudah jelas, gunakan beberapa alternatif pertanyaan tertutup/pilihan berganda).
Pertimbangkan semua asumsi/anggapan secara implicit.
4. Pertimbangkan semua asumsi/tanggapan secara implisit dalam prtanyaan.
5. Pililah pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dengan tepat untuk menjawab
pertanyaan penelitian. Namun, selalu dipertanyakan apakah pertanyaan terbuka
merupakan cara yang baik untuk memperoleh jawaban.
6. untuk pertanyaan-pertanyaan yang bersifat dikotomi dan pilihan berganda, usahakan
agar jawabannya tidak berkaitan satu sama lain. Jika hal ini tidak mung kin, berikan
jawaban yang dapat merangkum dua jawaban atau lebih.
7. Buatlah cara untuk mengatasi jawaban "tidak tahu" dan "netral (tidak berpendapat)"
dalam skala pengukuran.
8. Hindari pertanyaan bermakna ganda dengan dua masalah atau lebih ditanyakan dalam
pertanyaan yang sama. Usahakan hanya satu masalah yang ditanyakan dalam satu
pertanyaan.
9. Susunlah instruksi secukupnya, mudah dibaca, dan dapat dimengerti oleh responden.
10. Jangan memandang rendah responden.
11. Gunakan tata bahasa yang baik dalam mengajukan pertanyaan, tetapi juga jangan
terlalu formal.
12. Hindari pertanyaan-pertanyaan yang panjang kompleks. Buatlah pertanyaan
sesederhana mungkin.
13. Gunakan kata-kata yang mudah dalam menyampaikan apa yang ingin Anda
sampaikan.
14. Hindari jargon/instilah khus us yang kurang dipahami oleh responden.
15. Gunakan contoh-contoh secara hati-hati dalam mengajukan pertanyaan.
16. Garis bawahi kata-kata penting yang perlu ditekankan.
17. Hilangkan pertanyaan dan jawaban yang berulang-ulang dan tidak perlu.
18. Tahanlah pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalah yang sulit serta sensitif hingga
bagian akhir kuesioner.
19. Perhatikan waktu dan privacy responden.
20. Lakukan prates sebelum mengumpul kan data yang sebenarnya
21. Jangan lupa mengatakan terima kasih pada akhir pertanyaan.

9.2 Kuisioner
A. Pengertian Kuisioner
Menurut Johnson, Burke dan Christensen, Lary (2008) kuisioner adalah alat
serbaguna yang diperoleh untuk penilaian dalam penelitian. Sedangkan menurut Kuncoro,
Mudjarad (2009) kuisioner adalah daftar pertanyaan yang disusun secara tertulis untuk
memperoleh data berupa jawaban para responden. Jadi kuisioner merupakan teknik
perngumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
B. Cara Membuat Kuisioner
Menurut Uma Sekaran pada tahun 2000, adapun cara membuat kuisioner yaitu:
1. Isi dan Tujuan Pernyataan
Harus teliti, skala pengukuran dan jumlah item setiap pertanyaan harus mencukupi
untuk mengukur variabel yang diteliti.
2. Bahasa yang digunakan
Bahasa harus disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden, sesuaikan dengan
jenjang pendidikan responden, keadaan sosial budaya dan frame of reference
responden.
3. Tipe dan Bentuk Pertanyaan
Tipe pertanyaan dalam angket dapat terbuka atau tertutup. Jika dalam wawancara
dapat terstruktur dan tidak terstruktur dan bentuknya dapat menggunakan kalimat
positif atau negatif.
4. Pertanyaan tidak mendua ( double-barreled )
5. Tidak menanyakan yang sudah dilupakan
Dapat diartikan instrument angket sebaiknya tidak menanyakan hal-hal yang
sekiranya dilupakan oleh responden atau pertanyaan yang memerlukan jawaban
dengan berpikir berat.
6. Pertanyaan tidak menggiring
Pertanyaan tidak menggiring ke jawaban yang baik/buruk saja, misalkan
bagaimanakah jika bonus/jasa pelayanan ditingkatkan? Jawaban responden cenderung
akan setuju.
7. Panjang pertanyaan
Pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang sehingga responden tidak
jenuh dalam mengisi. Dalam hal ini disarankan empiric jumlah 20 s.d 30 pertanyaan.
8. Urutan pertanyaan
Sebaiknya pertanyaan dalam angket dari yang umum menuju ke hal yang spesifik atau
dari hal yang mudah menuju ke hal yang sulit atau diacak.
9. Prinsip pengukuran
Angket yang diberikan kepada responden merupakan instrument penelitian, yang
digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Oleh karena itu, instrument
angket harus dapat digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliable tentang
variabel yang diukur
10. Penampilan fisik angket
Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi respons
atau keseriusan responden dalam mengisi angket.
Misalnya, angket yang dibuat dalam kertas buram akan mendapat respons yang
kurang menarik bagi responden dibandingkan dengan angket yang dicetak dalam
kertas bagus dan berwarna.
Menurut Priadana, Moh.Sidik (2009), dasar pertanyaan dalam membuat kuisioner
secara besar meliputi tiga unsur, yaitu:
1. Terarah
Dalam kuisioner, daftar pertanyaan yang dibuat harus terarah atau tidak diacak.
Karena dengan daftar pertanyaan yang terarah, responden dapat memahami kuisioner
tersebut.
2. Singkat
Daftar pertanyaan dalam kuisioner harus singkat, hal ini dikarenakan agar pertanyaan
yang ada dalam kuisioner tersebut dapat dipahami oleh responden.
3. Kejelasan
Daftar pertanyaan kuisioner harus ada kejelasan, apabila daftar pertanyaan tersebut
tidak jelas bisa saja jawaban atau respon dari responden akan menyimpang dari apa
yang dimaksudkan oleh pertanyaan yang ada dalam kuisioner.
C. Jenis-Jenis Angket
Berdasarkan sifat jawaban yang diharapkan, angket dapat dibagi menjadi:
1. Angket Tertutup
Pada angket jenis ini, pertanyaan dan jawaban-jawabannya disusun oleh peneliti.
Responden tinggal memilih jawaban-jawaban yang disediakan yang sesuai dengan
pendiriannya.Jenis angket ini biasanya digunakan apabila peneliti telah dapat mengantisipasi
atau memprediksi jawaban-jawaban yang akan diberikan oleh responden. Banyak jawaban-
jawaban yang dapat dapat dikatagorisasikan oleh peneliti, misalnya jenis kelamin, usia,
agama, silsilah keluarga, dan sebagainya. Jawaban tersebut dapat dalam bentuk pilihan ganda
tunggal, check list, atau skala bertingkat (rating-scale), seperti: sangat setuju - setuju - kurang
setuju - tidak setuju- sangat tidak setuju. Sebagai contoh:
a) Dalam proses belajar mengajar, apakah guru selalu memberikan kesempatan bertanya
kepada siswa? ya – tidak.
b) Metode mengajar yang digunakan guru dalam menyampaikan materi adalah:
a. ceramah
b. diskusi
c. tanya jawab
d. ekspositori
e. demonstrasi
Pada pertanyaan ini, responden dimungkinkan menjawab lebih dari satu pilihan. Hal
tersebut dapat diartikan bahwa guru dalam menyampaikan materi pelajaran senantiasa
menggunakan metode yang bervariasi.
c) Metode mengajar yang digunakan oleh guru sebaiknya bervariasi
a. sangat setuju
b. setuju
c. kurang setuju
d. tidak setuju
e. sangat tidak setuju
Keuntungan dari angket tertutup di antaranya: responden dimudahkan dalam
menjawab pertanyaan, lebih besar kemungkinannya angket tersebut akan diisi oleh
responden, hasilnya mudah diolah. Namun kelemahan dari angket tersebut adalah, tidak ada
kesempatan bagi responden untuk menjawab di luar dari jawaban yang tersedia, sehingga ada
kemungkinan responden mengisi asal-asalan apabila jawaban yang diharapkannya tidak
tercantum dalam pilihan.
2. Angket Terbuka
Pada angket jenis ini, peneliti mengharapkan informasi yang cukup banyak dari
responden, bahkan jawaban yang diberikan responden mungkin saja belum diketahui oleh
peneliti. Selain itu jenis angket ini biasanya digunakan apabila jawaban responden
diperkirakan tidak akan dapat diantisipasi oleh peneliti karena sulit dimasukkan kedalam
katagori tertentu. Oleh karena itu pertanyaan yang disusun oleh peneliti hendaknya betul-
betul dapat menggali informasi dari responden sesuai dengan keperluan peneliti. Sebagai
contoh: “Berikan penjelasan mengapa Anda menyukai pendekatan lingkungan dalam proses
belajar mengajar”?
Keuntungan dari angket terbuka di antaranya: Besar kemungkinan terungkapnya hal-
hal yang sebelumnya tidak terantisipasi oleh peneliti sehingga dapat menambah wawasan
peneliti. Namun kelemahan utama dari angket tersebut adalah, kesulitan dalam mengolah
data yang dihasilkan karena jawaban yang diperoleh sangat bervariasi. Selain waktu yang
diperlukan lebih banyak dibandingkan dengan angket tertutup, juga tidak semua responden
mampu mengemukakan pemikirannya dalam bentuk tulisan sehingga ada kemungkinan
jawaban yang disampaikan kurang sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya.
3. Kombinasi Antara Angket Tertutup Dan Angket Terbuka
Apabila peneliti mengharapkan informasi tambahan dari responden tentang sesuatu
yang 18 mungkin belum diketahuinya padahal hal tersebut mungkin saja terjadi di lapangan,
maka peniliti dapat menggunakan kombinasi antara angket tertutup dan angket terbuka. Jenis
angket ini memberikan kesempatan kepada responden untuk memberikan alternatif jawaban
di luar jawaban yang telah disediakan.
Sebagai contoh: Media yang pernah digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi
pengajaran adalah:
a. charta
b. OHP
c. film
d. komputer
e. video
D. Kaedah Bahasa yang Benar dan Baik Dalam Kuisioner

Petunjuk-petunjuk yang harus diikuti saat memilih bahasa untuk kuesioner adalah
sebagai berikut :

1. Gunakan bahasa responden kapanpun bila mungkin. Usahakan agar kata-katanya tetap
sederhana.
2. Bekerja dengan lebih spesifik lebih baik daripada ketidak-jelasan dalam pilihan kata-
kata. Hindari menggunakan pertanyaan-pertanyaan spesifik.
3. Pertanyaan harus singkat.
4. Jangan memihak responden dengan berbicara kepada mereka dengan pilihan bahasa
tingkat bawah atau gunakan istilah yang familiar bagi responden
5. Hindari bias dalam pilihan kata-katanya. Hindari juga bias dalam pertanyaan-
pertanyaan yang menyulitkan.
6. Berikan pertanyaan kepada responden yang tepat (maksudnya orang-orang yang
mampu merespons). Jangan berasumsi mereka tahu banyak.
7. Pastikan bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut secara teknis cukup akurat sebelum
menggunakannya, hindari pertanyaan yang mendua arti (ambigus)
8. Gunakan perangkat lunak untuk memeriksa apakah level bacaannya sudah tepat bagi
responden.
DAFTAR PUSTAKA

Uma Sekaran and Roger Bougie.2016. Research Methods For Business: A Skill-Building
Approach (7rd). JohnWilley & Sons: Inc

Rahyuda, I Ketut, I Gst Wayan Murjana Yasa dan Ni Nyoman Yuliarmi. 2004. Buku Ajar:
Metodologi Penelitian. Denpasar: Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.

S. Nasution, M.A, Metode Research, Bandung: Jemmars, 1991

Sugiyono. 2013. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai