Anda di halaman 1dari 24

Instrumen Pengumpulan Data

(Angket, Data Checklist, Skala, Interview dan Observaasi)

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata kuliah Metode Penelitian

Dosen Pengampu : Nida Muthi Annisa, S.Psi., M.A

Disusun Oleh :
Dewi Arpi Pratami (18411019) Nunu Ramadhan (18411020)

Farid Arkan (184110) Yessy Nur Agustiani (18411021)

Mohammad Rifqi Fauzi P


(18411026)

UNIVERSITAS INFORMATIKA DAN BISNIS INDONESIA


FAKULTAS PSIKOLOGI
2019
Kata pengantar

Assalamu`alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah SWT yang


telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa`atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpah nikmatnya-nya baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Metode Penelitian 1 dengan
judul “Instrumen Pengumpulan Data (Angket, Data Checklist, Skala, Observasi &
Interview”. Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kritik
dan saran dari pembaca untuk maklah ini, agar makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
mata kuliah Metodel Penelitian 1 Ibu Nida Muthi Annisa, S.Psi., M.A yang telah
membimbing kami dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini bermafaat. Terima kasih

Bandung, 03 November 2019

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar .....................................................................................................................I


Daftar Isi ............................................................................................................................... II

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3


1. Latar Belakang ................................................................................................................ 4
2. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4
3. Tujuan ....................................................................................................................................... 5

BAB II ISI ............................................................................................................................ 6


1. Kuesioner (Angket) ......................................................................................................... 9
2. Data Checklist .......................................................................................................................... 6
3. Skala .............................................................................................................................. 11
4. Interview ....................................................................................................................... 15
5. Observasi ...................................................................................................................... 19

BAB III KESIMPULAN ................................................................................................... 23


Kesimpulan ......................................................................................................................... 23
Saran .................................................................................................................................... 25
Daftar Pustaka .................................................................................................................... 26
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Penelitian merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan, serta
mengembangkan dan menguji teori. Kegiatan penelitian adalah suatu cara dalam
memperoleh pengetahuan atau memecahkan permasalahan yang dihadapi, dilakukan
secara ilmiah, sistematis dan logis, dan menempuh langkah-langkah tertentu dalam
penelitian di bidang apapun pada umumnya langkah-langkah itu mempunyai
kesamaan, walaupun dalam beberapa hal sering terjadi pelaksanaannya dimodifikasi
oleh peneliti yang bersangkutan sesuai situasi dan kondisi yang dihadapi.
Instrumen pengumpulan data merupakan alat pengumpulan data yang sangat
sering penting untuk membantu perolehan data dilapangan. Sebelum menyusun
instrument penelitian, penting untuk diketahui pula bentuk-bentuk instrumen yang
digunakan dalam penelitian (Gulo, 2000).
Dalam penelitian ilmiah, agar data yang kita kumpulkan menjadi valid,
maka kita harus mengetahui bagaimana cara-cara pengumpulan data dalam
penelitian itu, sehingga data yang kita peroleh dapat menjadi pendukung terhadap
kebenaran suatu konsep tertentu.
b. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan angket ?
2. Apa yang dimaksud dengan data checklist ?
3. Apa yang dimaksud dengan skala ?
4. Apa yang dimaksud dengan interview dan observasi ?
c. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan pengertian angket
2. Menjelaskan pengertian data checklist
3. Menjelaskan pengertian skala
4. Menjelaskan pengertian interview & observasi
BAB II
PEMBAHASAN

1. Kuesioner (Angket)
Menurut Sugiyono (2013: 199) Kuesioner merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan
diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga
cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang
luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan-pertanyaan tertutup atau terbuka, dapat
diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet.
Bila penelitian dilakukan pada lingkup yang tidak terlalu luas, sehingga
kuesioner dapat diantarkan dalam waktu tidak terlalu lama, maka pengiriman angket
kepada responden tidak perlu melalui pos. Dengan adanya kontak langsung antara
peneliti dengan responden akan menciptakan suatu kondisi yang cukup baik,
sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data obyektif dan cepat.
Uma Sekaran (1192) mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan
angket sebagai teknik pengumpulan data yaitu: prinsip penulisan, pengukuran dan
penampilan fisik.
1. Prinsip Penulisan Angket
a. Isi dan Tujuan Pertanyaan
Yang dimaksud disini adalah, apakah isis pertanyaan tersebut
merupakan bentuk pengukuran atau bukan ? Jika berbebntuk pengukuran,
maka dalam membuat pertanyaan harus diteliti, setiap pertanyaan harus
skala pengukuran dalam jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur
variabel yang diteliti.
b. Bahasa yang Digunakan
Bahasa yang digunakan dalam penulisan kuesioner (angket) harus
disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden. Kalau sekiranya
responden tidak dapat berbahasa Indonesia. Jadi bahasa yang digunakan
dalam angket harus memperhatikan pendidikan responden, keadaan sosial
budaya, dan “frame of reference” dari responden.
c. Tipe dan Bentuk Pertanyaan
Tipe pertanyaan dalam angket dapat terbuka atau tertutup, (jika
dalam wawancara: terstruktur dan tidak terstruktur) dan bentuknya dpat
menggunakan kalimat positif atau negatif.
Pertanyaan terbuka, adalah pertanyaan yang mengharapkan
responden untuk menuliskan jawabannya berbentuk uraian tentang sesuatu
hal. Contoh : bagaimanakah tanggapanm anda terhap iklan-iklan TV saat
ini? Sebaliknya pertanyaan tertutup, adalah pertanyaan yang mengharapkan
jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk memeilih sqalah satu
alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah tersedia. Setiap
pertanyaan angket yang mengharapkan jawaban berbentuk data nominal,
ordinal, iinterval, dan ratio, adalh bentuk pertanyaan tertutup.
Pertanyaan tertutup akan membantu responden untuk menjawab
dengan cepat, dan juga memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data
terehadap seluruh angket yang telah terkumpul. Pertanyaan/pertanyaan
dalam angket perlu dibuat kalimat positif dan negatif agar responden dalam
memberikan jawaban setiap pertanyaan lebih serius, dan tidak mekanistis.
d. Pertanyaan tidak Mendua
Setiap pertanyaan dalam angket janagn mendua (double-barreled)
sehingga menyulitkan responden untuk memberikan jawaban.
Contoh : Bagaiaman pendapat anda tentang kualitas dan kecepatan
pelayanan KTP? Ini adalah pertanyaan yang medua, karena menanyakan
tentang dua hal sekaligus, yaitu kualitas dan harga. Sebaiknya pertanyaan
tersebut dijadikan menjadi dua yaitu, bagaimanakah kualitas pelayanan
KTP? Bagaimankah kecepatan pelayanan?
e. Tidak menanyakan yang sudah lupa
Setiap pertanyaan dalam instrumen angket, sebaiknya juga tidak
menanyakan hal-hal yang sekiranya responden sudah lupa, atau pertanyaan
yang memerlukan jawaban dengan berfikir berat.
Contoh: Bagaimanakah kinerja pengusaha Indonesia 30 tahun yang lalu ?
menurut anda, bagaimanakh cara mengatasi krisis ekonomi saat ini? (kecuali
penelitian yang mengharapkan pendapat para ahli). Kalau misalnya umur
responden baru 25 tahun, dan pendidikannya rendah, maka sulit memberikan
jawaban.
f. Pertanyaan Tidak Menggiring
Pertanyaan dalam angket sebaiknya juga tidak menggiring ke jawaban
yang baik saja atau ke yang jelek saja. Misalnya: bagaimanakah kalau bonus
atas jasa pelayanan di tingkatkan? Jawaban responden tentu cenderung akan
setuju. Bagaimanakah prestasi kerja anda selama setahun terkahir?
jawabanya akan cenderung baik.
g. Panjang Pertanyaan
Pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan
membuat jenuh reesponden dalam mengisi. Bila jumlah variabel bnayak.
Sehingga memerlukan instrumen yang banyak, maka instrumen tersebut
dibuat bervariasi dalam penampilan, model skala pengukuran yang
digunakan, dan cara mengisinya. Disarankan empirik jumlah pertanyaan
yang memadai adalah antara 20 s/d 30 pertanyaan.
h. Urutan pertanyaan
Urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum menuju ke
hal yang spesifik, atau dari yang umum menuju ke hal yang uslit (khusus),
atau diacak. Hal ini perlu dipertimbangkan karena secara psikologis akan
mempengaruhi semangat responden untuuk menjawab. Kalau pada awalnya
sudah diberi pertanyaan yang sulit, atau yang spesifik, maka responden akan
patah semangat untuk mengisi angket yang telah mereka terima. Urutan
pertanyaan yang diacak perlu dibuat bila tingkat kematangan responden
terhadap masalah yang ditanyakan sudah tinggi.

Kelebihan Kuisioner

 Dalam waktu singkat banyak data diperoleh


 Menghemat tenaga, waktu dan biaya
 Tidak terlalu menggangu responden (Senggang)

Kekurangan Kuisioner

 Lebih bersifat subyektif


 Timbul penafsiran berbeda-beda
 Tidak bisa untuk kelompok buta huruf
 Pertanyaan tidak terjawab semua
 Sulit menyusun bahasa yang sederhana
2. Data Checklist
A. Pengertian Checklist
Checklist atau daftar cek adalah sautu daftar yang berisi subjek dan aspek-
aspek yang akan diamati. Checklist dapat menjamin bahwa peneliti mencatat
tiap-tiap kejadian sekecil apapun yang dianggap penting (Sukmadinata, 2006).
Dalam psikologi ketika mengamati perilaku manusia checklist digunakan untuk
mencatat atau merekam kejadian tentang spesific behavior in a given context.
Kata kuncinya: Specific behavior dan given context. “Specific behavior adalah
perilaku spesifik yang akan dilihat. “Given context” adalah konteks di mana
tingkah laku yang dimaksud akan muncul. Checklist yang dikonstruksi dengan
baik memiliki ciri spesifik dan dibatasi pada hal-hal yang observable (dapat
diamati tingkah lakunya). Checklist biasanya dipergunakan bersama-sama
dengan metode pencatatan lain agar dapat mendokumentasikan dengan baik area
yang spesifik.
B. Realibilitas dan Validitas Checklist
 Intraobserver realibility
Penggunaan teknik pencatatan checklist yang sama oleh observer yang
sama dalam waktu yang berbeda dan memberikan hasil yang sama dan
akurat. Pengambilan data ini dilakukan dalam waktu yang berbeda.
Format yang digunakan sama dan observer yang melakukan
pengambilan data adalah orang yang sama
 Intrerobserver Reliability
Adalaha adanya konsistensi atau stabilitas pencatatan. Pengambilan data
observasi dilakukan oleh lebih dari satui observer yang menggunakan
cheklist yang sama ketika mengamati observee yang sama. Ada beberapa
observer yang mengamati seorang observee yang format checklistnya
sama persis.
 Validitas Checklist
Adalah bagaimana format checklist mampu mebukur perilaku-perilaku,
keterampilan-keterampilan atau karakteristik-karakteristik tang sesuai
dengan tujuan checklist tersebut dibuat. Dalam pelaksannanya sering kali
sulit sekali unutuk mencapaivaliditas dari checkl;ist.
C. Jenis-jenis Checklist
 Checklist yang digunakan untuk mengukur ada atau tidak adanya
perilaku yang dimaksud tanpa dibatasi waktu dan konteks.
 Cheklist yang dibuat untuk mengukur ada atau tidak adanya perilaku
tertentu dengan dasar norma usia.
D. Pengunaan ChecklistI
1. Digunakan untuk mencatat ada tidaknyua suatu tingkah laku berdasarkan
kriteria yang akan dinilai.
2. Memperlihatkan kemajuan dalam suatu rangkaian perkembangan.
3. Mengukur kemajuan/progresitivitas.
4. Dapat digunakan sebagai suatu screening untuk melihat adanya
hambatan/keterlambatan dalam suatu perkembangan.
5. Dapat digunakan sebagai a curriculum planning tool untuk menyusun
kurikulum individu.
E. Keuntungan dan Kerugian Checklist
1. Efisien dalam waktu dan pengerjaanya.
2. Komprehensif (dapat mencangkup beberapa area perkembangan dalam
satu checklist). (ruang lingkup luas)
3. Mendokumentasikan perkembangan
4. Merupakan dokumentasi individual untuyk setiap anak
5. Merupakan suatu ilustrasi jelas mengenai kontinum perkembangan.

Kerugian

1. Tidak mencatat detail/perincian dari suatu kejadian.


2. Mungkin dibiaskan oleh observer.
3. Bergantung pada kriteria yang observable.
4. Memiliki banyak item sehingga mungkin mneghabiskan banyak waktu.

3. Skala
a. Teknik Membuat Skala

Teknik membuat skala tidak lain dari teknik mengurutkan sesuatu dalam suatu
kuntinum. Teknik membuat skala ini penting sekali artinya dalam penelitian ilmu-
ilmu social mempunyai sifat kualitatif sehingga ada ahli yang berpendapat bahwa
teknik membuat skala adalah cara mengubah fakta-fakta kualitatif (atribut) menjadi
suatu urutan kuantitatif.

Dalam membuat skala, beberapa atribut kualitatif dikumpulkan dalam satu


variable kuantitatif. Sehubungan dengan ini, maka perlu dipikirkan apakah tiap item
tersebut tidak sama pentingnya, maka item-item tersebut perlu ditimbang lebih
dahulu sebelum dibuat skalanya. Juga perludi ketahui, apakah dalam membuat skala
tersebut, peneliti hanya bias membuat rangking saja dari item yang bersangkutan
ataukah dapat dibuat sedemikian rupa sehingga dapat diketahui bahwa item satu
empat kali lebih besar dari item lain, atau enam kali lebih tinggi dari item lain.

a. Jenis Skala
1. Skala Bogardus
Skala Bogardus adalah skala untuk mengukur jarak sosial yang
dikembangkan oleh Emory S. Bogardus. Yang dimaksud dengan jarak
social adalah derajat pengertian atau keintiman dan kekariban sebagai cirri
hubungan social secara umum, yang kontinumnya terdiri atas “sangat dekat”
, “dekat” , “indifferent” , “benci” , sampai kepada “menolak sama sekali”.
Dalam membuat skala jarak social ini, skor yang tinggi diberikan kepada
yang kualitas yang tinggi.
2. Skala Sosiometrik
Skala sosiometrik dapat juga digunakan untuk mengukur jarak sosial.
Metode ini yang dikembangkan oleh J.L Moreno dan Helen H. Jennings,
digunakan untuk mengukur penerimaan dan penolakan, baik antar individu
dalam kelompok kecil atau antara perorangan dengan suatu kelompok. Studi
yang dilakukan, antara lain untuk melihat penerimaan dan penolakan dalam
kelompok sekolah, industri, penjara, dan sebagainya.
3. Skala Penilaian (Rating Scale)
Pada skala penilaian, sipenilai member angka pada suatu kontinum di
mana individu atau objek akan ditempatkan. Penilai biasanya terdiri pada
beberapa orang, dan penilai ini hendaklah orang-orang yang mengetahui
bidang yang dinilai. Penilain oleh hanya satu orang umumnya dianggap
kurang reliabilitasnya.
4. Skala Thurstone
Skala ini mula-mula dikembangkan oleh L.L Thurstone, dari metode
psikofisikal yang bertujuan untuk mengurutkan responden berdasarkan cirri
atau criteria tertentu.
5. Skala Likert

Rensis Likert mengembangkan sebuah sebuah skala untuk mengukur


sikap masyarakat di tahun 1932 yang sekarang terkenal dengan nama skala
Likert. Berbeda engan skala Thurstone, di mana dipilih item-item yang
mempunyai distribusi yang baik, yang dipilih darri hal-hal yang ingin
diketahui (baik tidak baik, tentang konservatisme, pesimis, dsb). Skala
Likert menggunakan hanya item yang secara pasti baik dan secara pasti
buruk, tidak dimasukkan yang agak baik, yang agak kurarng.

Skala likeert dianggap lebih baik dibandingkang dengan skla Thurstone,


karena alssan berikut

 Dalam menyusun skal, item-item yang tidak jelas menunjukan


hubungan dengan sikap yang sedang diteliti masih dapat
dimasukkan dalam skla. Dalam menyusun skala Thurstone
dimasukkan hanya item-item byang telahh disetujui bersam dan
jelas berhubungan dengan sikap yang ingin diteliti saja yamng
dapat dimasukan.
 Skala Likert lebih mudah membuatnya daibnadingkan skala
Thurstone
 Skala Likert reliabiltas yang relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan skala Thurstone unutk jumlah item yang sama. Makin
bnayak jumlah item, maka makin kurang reliabilitasnya.
 Jangka responsi yang lebih besar vmembuat skala Likert dapat
memberikan keterangan yang lebih nyata dan jelas tentang
pendapatan atau sikap responden tentnag isu yang dipertanyakan
Skala Likert juga mempunyai beberpaa kelemhaan, antara lain sebagai
berikut :

 Ukuran yang digunkaan adalah ukuran ordinal, skala Likert


hanya dapat mengurutkan individu dalam skala, tetapi tidak
dapat membandingkan berapa kali satu individu lebih baik darri
inidivu lain.
 Kadangkala total skor dari indivisu tidak memberikan arti yang
jelas, karena bnayak pola respons terhadap beberpa item akan
memberikan skor yang sama. Hal ini juga merupakan kelemahan
dari skala Thurstone, adanya kelemahan di atas sebenarnya dapat
diperkirakan sebagai error dari respons yang terjadi
6. Skala Guttman

Skala ini diberi nama sesuai dengan yang mengembangkannya, yaitu


Louis Guttman. Skala ini mempunyai ciri penting, yaitu

 Merupakan skala kumulatif


 Skala Guttman mengukur satu dimensi dari suatu variabel yang
multi-dimensi sehingga skla ini termasuk mempunyai sifat
unidimensional.

Penggunaan skala Guttman, yang disebut juga metode sclaogram sangat


baik untuk menyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi dari sikap atau
sikap yang diteiti, yang sering disebut universal atau attribut universal.

Ada dua kelemahan pokok dari skala Guttman yaitu :

 Skala Guttman bisa tidak mungkin menjadi dasar yang efektif


baik unutk nmengukur sikap terhadap objek yang kompleks
ataupun untuk membuat prediksi rentang perilaku objek tersebut
 Satu skala bisa saja mempunyai dimesni tunggal untuk satu
kelompok tetapi ganda untuk kelompok lain, ataupun berdimensi
satu unutk satu waktu dan mempunyai dimesni ganda untuk
waktu yang lain.
7. Skala Perbedaan Semantik

Skala yang dikembnagkan oleh Osgood, Suci dan Tannenbaum


berkehendak untuk mengukur pengertian suatu objek atau konsep oleh
seseorang. Responden diminta untuk menilai suatu konsep atau objek dalam
suatu skala bipolar dengan tujub buah titik.

Skala perbedaan semantik ini dapat digunkan untuk melihat bagaimana


pandangan seseorang terhadap sautu konsep atau objek apakah sama atau
berbeda.

4. Interview & Observasi


A. Interview
Interview adalah suatu instrumen penelitian yang menggali informasi
melalaui wawancara antara interviewer dan interviewee yang memiliki tujuan
tertentu dan dilakukan dengan dua orang atau lebih dengan bertatap muka.
Menurut Esterberg (2002) wawancara adalah merupakan pertemuan antara
dua orang unutk bertukar informasi dan ide melalui proses tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti,dan peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam.
Menurut Susan Stainback (1998) mengemukakan bahwa dengan wawancara,
peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam
menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, yang dimana hal ini
tidak bisa ditemukan melalui observasi.
1. Macam-macam Wawancara
Esterberg (2002 mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu
wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur).
i. Wawancara terstruktur
Wawancara tersturkut digunakan sebagi teknik pengumpulan
data, bila peneliti atauu pengumpul data telah menegetahui deengan
pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu
dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan
instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
a;ternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara
terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yangs ama dan
pengumpul data mencatatnya.

Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa


instrumen sebagai pedoman unutk wawancara, pengumpul data juga
dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gamabr, brosur
dan material lain yang dapat membantu pelaksannaan wawancara
menjadi lancar.

ii. Wawancara Semiterstruktur


Jenis wawancara ini termasuk dalam katergori in-dept
interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebeas bila
dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara
jenis ini adalah untuk menemukan permasalahn secara lebih terbuka,
di mana pihak yang diajak wawancara diiminta pendapat, dan ide-
idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan
secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
iii. Wawancara tak bersturktur
Adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman
wawancara yang digunkaan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan.

Wawancara tidak terstruktur sering digunkan dalam


penelitian pendahuluan atau unutk penelitian yang lebih mendalam
tentang subyek yang diteliti.

Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum


mengetahui secara padsti apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti
lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden.

2. Langkah-langkah Wawancara

Lincoln & Guba dalam Sanapiah Faisal, mengemukakan ada 7 langkah


dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian
kualitatif, yaitu :

a. Menetapkan kepada siapa wawancaraa itu akan dilakukan


b. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan
pembicaraan
c. Mengawali alur wawancara
d. Melangsujngkan alur wawancara
e. Mengkonfirmasi ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya
f. Mengindentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah
diperoleh
3. Jenis-jenis Pertanyaan Dalam Wawancara
Patton dalam Molleong (2002) mengggolongkan enam jenis pertanyaan
yang saling berkaitan yaitu :
a. Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman
b. Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat
c. Pertnayaan berkaitan denga perasaan
d. Pertanayaan tentang pengetahuan
e. Pertanyaan yang berkaitan dengan indera
f. Pertanyaan berkaitan dengan latar belakang atau demografi
4. Alat-alat Wawancara

Agar hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan penelitian memeliki
bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka
diperlukan bantuan alat-alat sebagai berikut

a. Buku catatan : berfungsi untuk mencatat seamua percakapan dengan


sumber data.
b. Tape Recorder : berfungsi untuk merekam semua percakapan atau
pembicaraan.
c. Camera : untuk memotret ketika peneliti sedang melakukan
pembicaraan dengan informan/sumber data.
5. Mencatat Hasil Wawancara

Hasil wawawancara harus segera dicatat setelah selesai melakukan


wawancara agar tidak lupa bahkan hilang. Karena wawancara dilakukan secara
terbuka dan tidak bersturktur, maka peneliti perlu membuat rangkuman yang
lebih sistematis terhadap hasil wawancara.

6. Kelebihan Metode Wawancara


 Hal-hal yang kurang jelas dapat diperjelas sehingga orang dapat
menegrti apa yang dimaksudkan
 Interview dapat menyesuaikan dengan keadaan
 Adanya hubungan langsung(face to face) ini dapat menimbulkan
suasana hubungan yang baik
 Pewawancara dapat menilai kebenaran jawaban yang diberikan dari
gerak-gerik wajah orang yang diwawancarai.
7. Kelemahan Metode Wawancara
 Penelitian dengan interview kurang hemat, baik dalam waktu, tenaga
dan biaya.
 Keberhasilan hasil wawancara sangat tergantung dari kepandaian
wawancara untuk melakukan hubungan antar manusia.
 Diperlukan keahlian untuk melakukan interview, dibutuhkan
pelatihan khusus.
 Apabila telah ada prasangka maka akan mempengaruhi interviw
sehingga hasilnya tidak obyektif.

B. OBSERVASI

Diantara berbagai metode penelitian dalam bidang seni, metode observasi


tampaknya merupakan metode yang penting dan harus mendapat perhatian
selayaknya. Observasi mengungkapkan gambaran sistematis mengenai peristiwa,
tingkah laku, benda, atau karya yang dihasilkan dan peralatan yang digunakan.
Pengguanaan metode secara tepat yang sesuai dengan persyaratan yanf digunakan
dalam teknik-tekniknya, baik digunakan seacara maupun digunakan secara
bersama-sama dengan metode lainnya dalam suatu kegiatan dilapangan, akan sangat
bermanfaat untuk memperoleh data yang tepat, akurat, dan dapat dipertanggung
jawabkan.

Untuk melaksanakan metode observasi sebaik-baiknya perlu latihan dan


pengalaman yang cukup, sekalipun banyak orang yang mengganggap kegiatan
mengobservasi merupakan kegiatan yuuang paling mudah serta dapat dilakukan
secara individu. Mereka mungkin menganggap bahwa metode observasi merupakn
kegiatan sehari-hsri dan tidak memerlukan pemahaman yang mendalam. Sebab
metode ini menggunakan mata untuk melihat dan mengamati segala sesuatu yang
ada disekeliling atau yang sedang kita hadapi, bahkan sering kali hal ini terjadi
tanpa sengaja atau tanpa suatu rencana.
“Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan
data dengan cara mengadakan pengamatan terhdap kegiatan yang berlangsung”
(Sukmadinata,2011:220). Menurut Tjetjep Rohendi Rohidi (2011:182) dalam
bukunya yang berjudul Methodolohi Penelitian Seni, mengemukakan bahwa:
metode observasi adalah metode yang digunakan untukl mengamati sesuatu,
seseorang, suatu lingkungan, atau situasi secara tajam terinci, dalam menyatatatnya
secara akurat dalam beberapa cara. Metode penelitian seni di laksanakan umtuk
memperoleh data dalam karya seni, mengungkapkan gambaran sistematis mengenai
peristiwa kesenian, tingkah laku, dan berbagai perangkatnya (medium dan teknik)
pada tempat penelitian (studio, galeri, ruang pameran, komunitas, dsb). Yang dipilih
untuk diteliti.

Tjetjep Rohendi Rohidi, (2011: 184-189) juga mengemukakan bahwa “dalam


observasi, terdapat setidak-tidaknya 3 macam metode observasi yaitu, observasi
biasa, observasi terkendali, observasi terlibat”.

a. Observasi Biasa

Peneliti yang mengguanakan metode ini, tidak perlu terlibat dalam hubungan
emosi dengan pelaku yang menjadi sasaran penelitiannya. Penelitian ini juga
tidak melakukan kontak atau komunikasi dengan pelaky seni yang diamatinya,
melainkan hanya mengumpulkan informasi apa yang dilihat baik nsecara
langsung oleh mata maupun dibantu dengan alat dokumentasi.

b. Observasi Terkemdali

Observasi terkendali ini sama dengan observasi biasa yaitu tidak nperlu
terlibat dengan hubungan emosi dengan pelaku. Perbedaannya, pada observasi
ini para pelaku yang akan diamati dipilih dan kondisi-kondisi yang ada dalam
ruang atau tempat kegiatan dikendalikan oleh peneliti.

c. Observasi Terlibat
Observasi ini bentuk khusus observasi yang menuntut yang keterlibatan
langsung pada dunia sosial yang dipilih untuk diteliti. Keterlibatan peneliti
dalam penelitian memberi peluang yang sangat baik untuk melihat, mendengar,
dan mengalami realitas sebagaimana yang dilakukan dan dirasakan oleh para
pelaku, masyarakat dan kebudayaan setempat.

Menurut (Guba dan Limcon) observasi hakikatnya merupakan kegiatan


dengan menggunakan panca indera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran,
untuk meemperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah
penelitian.

Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek , kondisi atau


suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk
memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab
pertanyaan penelitian.

Menurut Bungin (2007:115-117) mengemukakan beberapa bentuk


observasi, yaitu:

1. Observasi Partisipasi (Participan Observation) adalah metode pengumpulan


data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan
dan penginderaan di mana peneliti terlibat dalam keseharian informan.
2. Observasi Tidak Terstruktur ialah pengamatan yang dilakukan tanpa
menggunakan pedoman observasi, sehingga peneliti mengembangkan
pengamatan berdasarkan perkembangan yang terjadi di lapangan.
3. Observasi Kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim
peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian.

A. Kelebihan Observasi
 Kehandalan data lebih tinggi
 Dalam observasi kita dapat membandingkan apakah perkataan orang
sesuai dengan tindakannya
 Subjek observasi secara umum bebas
 Mudah, murah dan langsung
 Tidak menggangu sasaran
 Banyak gejala psikis yang bisa diamati
B. Kekurangan Observasi
 Gejala psikis tertentu tidak bisa diamati
 Sering membutuhkan waktu yang lama
 Timbul sifat yang dibuat-buat
 Subjektifitas tidak bisa dihindari
BAB III KESIMPULAN

KESIMPULAN

Instrumen pengumpulan data merupakan alat pengumpulan data yang sangat sering penting
untuk membantu perolehan data dilapangan. Sebelum menyusun instrument penelitian,
penting untuk diketahui pula bentuk-bentuk instrumen yang digunakan dalam penelitian
Instrumen pengumpulan data memiliki banyak bentuk mulai dari :

1. Kuesioner (Angket)

Menurut Sugiyono (2013: 199) Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data


yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya.

2. Data Checklist

Checklist atau daftar cek adalah sautu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek
yang akan diamati. Checklist dapat menjamin bahwa peneliti mencatat tiap-tiap
kejadian sekecil apapun yang dianggap penting (Sukmadinata, 2006).

3. Skala

Teknik membuat skala tidak lain dari teknik mengurutkan sesuatu dalam suatu
kuntinum. Teknik membuat skala ini penting sekali artinya dalam penelitian ilmu-ilmu
social mempunyai sifat kualitatif sehingga ada ahli yang berpendapat bahwa teknik
membuat skala adalah cara mengubah fakta-fakta kualitatif (atribut) menjadi suatu
urutan kuantitatif.

4. Interview
Interview adalah suatu instrumen penelitian yang menggali informasi melalaui
wawancara antara interviewer dan interviewee yang memiliki tujuan tertentu dan
dilakukan dengan dua orang atau lebih dengan bertatap muka.

5. Observasi

“Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data
dengan cara mengadakan pengamatan terhdap kegiatan yang berlangsung”
(Sukmadinata,2011:220).

Saran
DAFTAR PUSTAKA

Nazir, Moh. 2013. Merode Penelitian. Bogor. Penerbit Ghalia Indonesia

Sugiyono,2013. MEMAHAMI PENELITIAN KUALITATIF. Bandung. ALFABETA,CV.

Moleong, Lexy J. 2012. METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF. Bandung. PT


REMAJA ROSDAKARYA.

http://fenni.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/8119/Materi+Analisis+Tambahan.pdf

http://digilib.uinsby.ac.id/1462/6/Bab%2033.pdf

Anda mungkin juga menyukai