Disusun Oleh :
Dewi Arpi Pratami (18411019) Nunu Ramadhan (18411020)
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpah nikmatnya-nya baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Metode Penelitian 1 dengan
judul “Instrumen Pengumpulan Data (Angket, Data Checklist, Skala, Observasi &
Interview”. Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kritik
dan saran dari pembaca untuk maklah ini, agar makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
mata kuliah Metodel Penelitian 1 Ibu Nida Muthi Annisa, S.Psi., M.A yang telah
membimbing kami dalam menulis makalah ini.
Penulis
Daftar Isi
1. Kuesioner (Angket)
Menurut Sugiyono (2013: 199) Kuesioner merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan
diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga
cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang
luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan-pertanyaan tertutup atau terbuka, dapat
diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet.
Bila penelitian dilakukan pada lingkup yang tidak terlalu luas, sehingga
kuesioner dapat diantarkan dalam waktu tidak terlalu lama, maka pengiriman angket
kepada responden tidak perlu melalui pos. Dengan adanya kontak langsung antara
peneliti dengan responden akan menciptakan suatu kondisi yang cukup baik,
sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data obyektif dan cepat.
Uma Sekaran (1192) mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan
angket sebagai teknik pengumpulan data yaitu: prinsip penulisan, pengukuran dan
penampilan fisik.
1. Prinsip Penulisan Angket
a. Isi dan Tujuan Pertanyaan
Yang dimaksud disini adalah, apakah isis pertanyaan tersebut
merupakan bentuk pengukuran atau bukan ? Jika berbebntuk pengukuran,
maka dalam membuat pertanyaan harus diteliti, setiap pertanyaan harus
skala pengukuran dalam jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur
variabel yang diteliti.
b. Bahasa yang Digunakan
Bahasa yang digunakan dalam penulisan kuesioner (angket) harus
disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden. Kalau sekiranya
responden tidak dapat berbahasa Indonesia. Jadi bahasa yang digunakan
dalam angket harus memperhatikan pendidikan responden, keadaan sosial
budaya, dan “frame of reference” dari responden.
c. Tipe dan Bentuk Pertanyaan
Tipe pertanyaan dalam angket dapat terbuka atau tertutup, (jika
dalam wawancara: terstruktur dan tidak terstruktur) dan bentuknya dpat
menggunakan kalimat positif atau negatif.
Pertanyaan terbuka, adalah pertanyaan yang mengharapkan
responden untuk menuliskan jawabannya berbentuk uraian tentang sesuatu
hal. Contoh : bagaimanakah tanggapanm anda terhap iklan-iklan TV saat
ini? Sebaliknya pertanyaan tertutup, adalah pertanyaan yang mengharapkan
jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk memeilih sqalah satu
alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah tersedia. Setiap
pertanyaan angket yang mengharapkan jawaban berbentuk data nominal,
ordinal, iinterval, dan ratio, adalh bentuk pertanyaan tertutup.
Pertanyaan tertutup akan membantu responden untuk menjawab
dengan cepat, dan juga memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data
terehadap seluruh angket yang telah terkumpul. Pertanyaan/pertanyaan
dalam angket perlu dibuat kalimat positif dan negatif agar responden dalam
memberikan jawaban setiap pertanyaan lebih serius, dan tidak mekanistis.
d. Pertanyaan tidak Mendua
Setiap pertanyaan dalam angket janagn mendua (double-barreled)
sehingga menyulitkan responden untuk memberikan jawaban.
Contoh : Bagaiaman pendapat anda tentang kualitas dan kecepatan
pelayanan KTP? Ini adalah pertanyaan yang medua, karena menanyakan
tentang dua hal sekaligus, yaitu kualitas dan harga. Sebaiknya pertanyaan
tersebut dijadikan menjadi dua yaitu, bagaimanakah kualitas pelayanan
KTP? Bagaimankah kecepatan pelayanan?
e. Tidak menanyakan yang sudah lupa
Setiap pertanyaan dalam instrumen angket, sebaiknya juga tidak
menanyakan hal-hal yang sekiranya responden sudah lupa, atau pertanyaan
yang memerlukan jawaban dengan berfikir berat.
Contoh: Bagaimanakah kinerja pengusaha Indonesia 30 tahun yang lalu ?
menurut anda, bagaimanakh cara mengatasi krisis ekonomi saat ini? (kecuali
penelitian yang mengharapkan pendapat para ahli). Kalau misalnya umur
responden baru 25 tahun, dan pendidikannya rendah, maka sulit memberikan
jawaban.
f. Pertanyaan Tidak Menggiring
Pertanyaan dalam angket sebaiknya juga tidak menggiring ke jawaban
yang baik saja atau ke yang jelek saja. Misalnya: bagaimanakah kalau bonus
atas jasa pelayanan di tingkatkan? Jawaban responden tentu cenderung akan
setuju. Bagaimanakah prestasi kerja anda selama setahun terkahir?
jawabanya akan cenderung baik.
g. Panjang Pertanyaan
Pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan
membuat jenuh reesponden dalam mengisi. Bila jumlah variabel bnayak.
Sehingga memerlukan instrumen yang banyak, maka instrumen tersebut
dibuat bervariasi dalam penampilan, model skala pengukuran yang
digunakan, dan cara mengisinya. Disarankan empirik jumlah pertanyaan
yang memadai adalah antara 20 s/d 30 pertanyaan.
h. Urutan pertanyaan
Urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum menuju ke
hal yang spesifik, atau dari yang umum menuju ke hal yang uslit (khusus),
atau diacak. Hal ini perlu dipertimbangkan karena secara psikologis akan
mempengaruhi semangat responden untuuk menjawab. Kalau pada awalnya
sudah diberi pertanyaan yang sulit, atau yang spesifik, maka responden akan
patah semangat untuk mengisi angket yang telah mereka terima. Urutan
pertanyaan yang diacak perlu dibuat bila tingkat kematangan responden
terhadap masalah yang ditanyakan sudah tinggi.
Kelebihan Kuisioner
Kekurangan Kuisioner
Kerugian
3. Skala
a. Teknik Membuat Skala
Teknik membuat skala tidak lain dari teknik mengurutkan sesuatu dalam suatu
kuntinum. Teknik membuat skala ini penting sekali artinya dalam penelitian ilmu-
ilmu social mempunyai sifat kualitatif sehingga ada ahli yang berpendapat bahwa
teknik membuat skala adalah cara mengubah fakta-fakta kualitatif (atribut) menjadi
suatu urutan kuantitatif.
a. Jenis Skala
1. Skala Bogardus
Skala Bogardus adalah skala untuk mengukur jarak sosial yang
dikembangkan oleh Emory S. Bogardus. Yang dimaksud dengan jarak
social adalah derajat pengertian atau keintiman dan kekariban sebagai cirri
hubungan social secara umum, yang kontinumnya terdiri atas “sangat dekat”
, “dekat” , “indifferent” , “benci” , sampai kepada “menolak sama sekali”.
Dalam membuat skala jarak social ini, skor yang tinggi diberikan kepada
yang kualitas yang tinggi.
2. Skala Sosiometrik
Skala sosiometrik dapat juga digunakan untuk mengukur jarak sosial.
Metode ini yang dikembangkan oleh J.L Moreno dan Helen H. Jennings,
digunakan untuk mengukur penerimaan dan penolakan, baik antar individu
dalam kelompok kecil atau antara perorangan dengan suatu kelompok. Studi
yang dilakukan, antara lain untuk melihat penerimaan dan penolakan dalam
kelompok sekolah, industri, penjara, dan sebagainya.
3. Skala Penilaian (Rating Scale)
Pada skala penilaian, sipenilai member angka pada suatu kontinum di
mana individu atau objek akan ditempatkan. Penilai biasanya terdiri pada
beberapa orang, dan penilai ini hendaklah orang-orang yang mengetahui
bidang yang dinilai. Penilain oleh hanya satu orang umumnya dianggap
kurang reliabilitasnya.
4. Skala Thurstone
Skala ini mula-mula dikembangkan oleh L.L Thurstone, dari metode
psikofisikal yang bertujuan untuk mengurutkan responden berdasarkan cirri
atau criteria tertentu.
5. Skala Likert
2. Langkah-langkah Wawancara
Agar hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan penelitian memeliki
bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka
diperlukan bantuan alat-alat sebagai berikut
B. OBSERVASI
a. Observasi Biasa
Peneliti yang mengguanakan metode ini, tidak perlu terlibat dalam hubungan
emosi dengan pelaku yang menjadi sasaran penelitiannya. Penelitian ini juga
tidak melakukan kontak atau komunikasi dengan pelaky seni yang diamatinya,
melainkan hanya mengumpulkan informasi apa yang dilihat baik nsecara
langsung oleh mata maupun dibantu dengan alat dokumentasi.
b. Observasi Terkemdali
Observasi terkendali ini sama dengan observasi biasa yaitu tidak nperlu
terlibat dengan hubungan emosi dengan pelaku. Perbedaannya, pada observasi
ini para pelaku yang akan diamati dipilih dan kondisi-kondisi yang ada dalam
ruang atau tempat kegiatan dikendalikan oleh peneliti.
c. Observasi Terlibat
Observasi ini bentuk khusus observasi yang menuntut yang keterlibatan
langsung pada dunia sosial yang dipilih untuk diteliti. Keterlibatan peneliti
dalam penelitian memberi peluang yang sangat baik untuk melihat, mendengar,
dan mengalami realitas sebagaimana yang dilakukan dan dirasakan oleh para
pelaku, masyarakat dan kebudayaan setempat.
A. Kelebihan Observasi
Kehandalan data lebih tinggi
Dalam observasi kita dapat membandingkan apakah perkataan orang
sesuai dengan tindakannya
Subjek observasi secara umum bebas
Mudah, murah dan langsung
Tidak menggangu sasaran
Banyak gejala psikis yang bisa diamati
B. Kekurangan Observasi
Gejala psikis tertentu tidak bisa diamati
Sering membutuhkan waktu yang lama
Timbul sifat yang dibuat-buat
Subjektifitas tidak bisa dihindari
BAB III KESIMPULAN
KESIMPULAN
Instrumen pengumpulan data merupakan alat pengumpulan data yang sangat sering penting
untuk membantu perolehan data dilapangan. Sebelum menyusun instrument penelitian,
penting untuk diketahui pula bentuk-bentuk instrumen yang digunakan dalam penelitian
Instrumen pengumpulan data memiliki banyak bentuk mulai dari :
1. Kuesioner (Angket)
2. Data Checklist
Checklist atau daftar cek adalah sautu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek
yang akan diamati. Checklist dapat menjamin bahwa peneliti mencatat tiap-tiap
kejadian sekecil apapun yang dianggap penting (Sukmadinata, 2006).
3. Skala
Teknik membuat skala tidak lain dari teknik mengurutkan sesuatu dalam suatu
kuntinum. Teknik membuat skala ini penting sekali artinya dalam penelitian ilmu-ilmu
social mempunyai sifat kualitatif sehingga ada ahli yang berpendapat bahwa teknik
membuat skala adalah cara mengubah fakta-fakta kualitatif (atribut) menjadi suatu
urutan kuantitatif.
4. Interview
Interview adalah suatu instrumen penelitian yang menggali informasi melalaui
wawancara antara interviewer dan interviewee yang memiliki tujuan tertentu dan
dilakukan dengan dua orang atau lebih dengan bertatap muka.
5. Observasi
“Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data
dengan cara mengadakan pengamatan terhdap kegiatan yang berlangsung”
(Sukmadinata,2011:220).
Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://fenni.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/8119/Materi+Analisis+Tambahan.pdf
http://digilib.uinsby.ac.id/1462/6/Bab%2033.pdf