Anda di halaman 1dari 8

3.

Pembuatan Tes Kompetensi Menyimak

Tes kompetensi menyimak adalah tes untuk menguji kemampuan


menangkap dan memahami serta merespon informasi yang disampaikan
pihak lain lewat sarana suara. Intinya adalah menguji kemampuan
seseorang dalam memahami isi pesan yang disampaikan secara lisan.

Tes menyimak dapat dilakukan dengan dua cara yakni cara tradisional
dan cara otentik. Cara tradisional yakni dengan memberikan soal pada
peserta atau siswa dengan menyediakan pilihan jawaban. Sedangkan
cara otentik adalah dengan meminta siswa mengontruksi jawaban sendiri
baik secara lisan maupun tulisan.

Bila kita menguji peserta didik dengan cara meminta mereka


mengidentifikasi, memilih, atau merespon jawaban yang telah
disediakan, misalnya bentuk soal objektif seperti pilihan ganda, ini adalah
tes tradisional. Sedangkan bila kita menuntut siswa untuk menyusun
jawaban sendiri atas soal yang diberikan baik secara lisan maupun tulisan
atau kedua-duanya, maka ini disebut tes otentik. Menyusun jawaban
sendiri di sini bisa berupa menceritakan kembali, merangkum, atau
menuliskan kembali isi informasi yang disampaikan.

Dewasa ini kecenderungan pembelajaran bahasa adalah ditekankan


pada kompetensi berbahasa (language competence), berunjuk kerja
bahasa (language performance) dengan bentuk tes demonstrasi
kemampuan berbahasa seperti yang disarankan tes otentik. Tetapi hal itu
tidak berarti kita meninggalkan sama sekali bentuk tes tradisional karena
memang masih penting dan diperlukan. Oleh karena itu tes kompetensi
yang akan dibahas di bawah ini mencakup dua macam tes tersebut.

a. Tes Kompetensi Menyimak dengan Memilih Jawaban

Jenis tes ini mengukur kemampuan peserta didik dalam menyimak


dengan cara memilih jawaban yang telah disediakan. Apapun jenis
wacana yang diujikan dan bagaimanapun cara penyajian ujian, kerja
peserta didik menjawab soal adalah dengan memilih opsi jawaban.
Dilihat dari kerja peserta ujian dan koreksi hasil ujian, tes ini lebih praktis.
Apalagi tes macam ini dapat melibatkan banyak wacana dan banyak
soal meskipun pembuatan soal lebih lama.

Soal yang dibuat dapat bervariasi tingkat kesulitannya tergantung tingkat


kesulitan wacana dan kompleksitas soal yang bersangkutan. Soal yang
mudah misalnya soal yang hanya mengungkap kembali fakta yang
dikemukakan. Soal yang lebih sulit misanya adalah soal yang menuntut
peserta didik untuk mengungkap pesan yang tersirat di dalam wacana
yang diperdengarkan. Berikut adalah contoh-contoh soalnya:

1) Tes Pemahaman Wacana Narasi

Materi tes berupa wacana narasi dan dapat berupa ceramah singkat
atau agak panjang, cerita, berita, dan lain-lain.Tingkat kesulitan wacana
dan butir-butir yang ditanyakan haruslah sesuai dengan tingkat
pengalaman kognitif peserta didik. Contoh soal sebagai berikut:

 Wacana yand diperdengarkan:


Thank you for calling the Rialto Family Cinemas. The following
information is for Saturday 3rd February. Please collect reserved
tickets 15 minutes before the commencement of the film. In
cinema one, we are showing Shrek 2, the sequel to the smash hit
Shrek. One performance only this morning at a quarter past eleven.
This is an animated fairy tale – suitable for all the family.

 Soal-soal yang terdapat dalam lembar tugas:


1. What is shown in Cinema 1?
A. Shrek 2 *)
B. Shrek
C. the journey
D. Armor of God
2. What time does the film begin?
A. 10.30
B. 11.15 *)
C. 11.00
D. 11.50

3. What type of film is it?


A. Documentary
B. Horror
C. Animation *)
D. Action

2) Tes Pemahaman Wacana Dialog


Wacana yang dijadikan bahan tes kompetensi menyimak adalah
dialog, khkususnya dialog dalam konteks formal atau semi formal,
baik berupa dialog singkat atau agak panjang. Contoh bentuk-
bentuk soalnya sebagai berikut:

 Rangsang yang diperdengarkan


1. Where are you from, Joe?
2. If he had studied hard, he would’ve passed the test.

 Pilihan jawaban dalam lembar tugas

1. A. I’m fine.
B. I’m in the bathroom.
C. I’m from here, the United States. *)
D. I’m going to USA.

2. A. He passed the test


B. He failed the test
C. He didn’t take the test
D. He didn’t failed the test
Tingkat kesulitan untuk butir-butir soal di atas tergantung oleh
alternatif jawaban yang diberikan. Jika hubungan antara rangsang dan
alternatif jawaban yang betul bersifat langsung dan jelas, butir tes yang
bersangkutan akan tergolong mudah. Akan tetapi jika hubungan itu
mungkin hanya berupa hubungan kelogisan, sebab akibat atau
hubungan lain yang tidak langsung, butir soal tersebut bisa menjadi
sangat sulit. Hal itu juga berlaku untuk soal dengan wacana yang
berbentuk dialog seperti berikut:

 1. Rangsang yang diperdengarkan


(man) Have you finished studying for the math test?I
(woman) Not quite.
(narrator) What does the woman mean?

Pilihan jawaban dalam lembar tugas


A. She’s quite finished with her studies.
B. She thinks it is quite a difficult test.
C. She has a little more studying to do. *)
D. She has not finished the math test.

 2. Rangsang yang diperdengarkan


(woman) Steve, is something the matter? You don’t look very
good.
(man) Oh, I’m feeling a little sick today.
(narrator) What does the man mean?

Pilihan jawaban dalam lembar tugas


A. He’s not very good looking.
B. He’s a bit ill. *)
C. He looks worse than he feeels.
D. His feet are a little thick.
 3. Rangsang yang diperdengarkan
(woman) I never have enough spending money
(man) Why not get a part time job?
(narrator) What does the man suggest?

Pilihan jawaban dalam lembar tugas


A. Spending less money
B. Doing a better job at work
C. Earning some money
D. Spending less time at her job

b. Tes Kompetensi Menyimak dengan Mengontruksi Jawaban

Dalam tes kompetensi menyimak jenis kedua ini tidak hanya


sekedar menuntut peserta didik memilih jawaban benar dari sejumlah
opsi yang disediakan, tetapi juga harus mengemukakan jawaban
dengan mnggunakan bahasa sendiri dengan informasi yang diperoleh
dari wacana yang diperdengarkan. Jadi untuk dapat mengerjakan soal
ini peserta harus mampu memahami wacana lisan dan berdasarkan
pemahaman tersebut peserta mengerjakan soal yang dimaksud.
Pemahaman terhadap wacana tersebut merupakan prasyarat untuk
dapat mengonstruksi jawaban dari soal yang diberikan. Tugas dalam
bentuk ini merupakan tugas otentik.

Dalam tugas otentik tes kompetensi menyimak yang bersifat


reseptif diubah menjadi tugas reseptif dan produktif sekaligus. Unjuk kerja
berbahasa menanggapi dan mengontruksi jawaban dapat dilakukan
secara lisan maupun tulisan, misalnya berupa tugas “menceritakan
kembali isi informasi”. Tugas ini lebih alamiah karena kompetensi yang
demikian dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari untuk berbagai
keperluan hidup, misalnya untuk memenuhi tuntutan pekerjaan. Dengan
demikian akan terjadi pengintegrasian antara tes kompetensi aktif reseptif
dengan aktif produktif.
Ditinjau dari sisi tugas yang dilakukan guru untuk membuat soal
ujian, tugas tes otentik ini lebih mudah dilakukan karena tidak perlu
membuat sekian jumlah soal sebagaimana tes berbentuk pilihan ganda.
Guru cukup menyiapkan satu atau beberapa wacana yang
diperdengarkan dan kemudian memberi perintah kepada peserta didik
apa yang harus dilakukan. Tugas-tugas yang harus dilakukan peserta
didik dapat diberikan sebelum atau sesudah wacana diperdengarkan.

Ditinjiau dari sisi peserta didik yang diuji, tugas jenis ini lebih sulit
karena untuk dapat menjawab mereka harus memahami benar isi
wacana dan tidak bisa mengandalkan keberuntungan seperti pada soal
pilihan ganda. Namun tugas ini dapat menggali dan memaksimalkan
potensi peserta didik untuk berkreasi dan menyusun jawaban dengan
bahasa pilihannya sendiri dan itu dapat menyenangkan.

Untuk tes jenis ini, guru juga dituntut untuk menyiapkan rubrik guna
menilai (menyekor) pekerjaan peserta didik. Aspek yang dinilai terdiri dari
dua komponen, yaitu ketepatan pesan dan bahasa, dan keduanya
dapat dirinci lagi menjadi beberapa subkomponen. Untuk pembelajar
tingkat awal nilai haruslah lebih besar untuk komponen ketepatan
bahasa (accuracy), sedang untuk pembelajar tingkat lanjut diutamakan
ketepatan isi pesan. Namun kalau kita ingin aman sebaiknya keduanya
diberi bobot yang sama.

Tugas otentik yang dapat dilakukan dalam tes kompetensi


meyimak adalah biasanya menceritakan kembali, membuat ringkasan
atau rangkuman isi wacana yang telah diperdengarkan. Berikut contoh
tugas “menceritakan kembali isi pesan teks” dan pembuatan rubrik untuk
penilaiannya.

 Tugas: Dengarkan baik-baik rekaman pembacaan berita yang


akan diperdengarkan berikut. Anda boleh mencatat hal-hal yang
penting. Setelah itu, anda diminta untuk menceritakan kembali
secara lisan (atau tertulis) isi wacana tersebut.
 wacana yang diperdengarkan
(diputarkan rekaman pembacaan berita yang berdurasi antara 5 –
8 menit)
Catatan: Rekaman dapat dibuat sendiri baik naskah maupun
pembcacaan dan perekamannya, tetapi kita juga bisa merekam
siaran berita radio atau tv.

Contoh pembuatan rubrik:

Penilaian Kinerja Pemahaman Menyimak Secara Lisan

No Aspek yang dinilai Tingkat Kefasihan


1 2 3 4 5
1 Pemahaman isi teks
2 Pemahaman detil isi teks
3 Keruntutan Pengungkapan
4 Kelancaran pengungkapan
5 Ketepatan diksi
6 Ketepatan struktur bahasa
Jumlah skor =
Nilai =

Penilaian Kinerja Pemahaman Menyimak Secara Tertulis

No Aspek yang dinilai Tingkat Kefasihan


1 2 3 4 5
1 Pemahaman isi teks
2 Pemahaman detil isi teks
3 Keruntutan Pengungkapan
4 Kelancaran pengungkapan
5 Ketepatan diksi
6 Ketepatan struktur bahasa
Jumlah skor =
Nilai =
Catatan:

1) Penentuan aspek yang dinilai dapat dibuat sendiri oleh guru


tergantung pada keyakinannya sendiri, tapi pada dasarnya harus
menyangkut unsur dan subunsur isi pesan dan bahasa.
2) Tingkat kefasihan atau tingkat penguasaan ditentukan 1 -5 (dapat
juga 1 -4). Kita tinggal mencentang tingkat kefasihan yang dicapai
seorang peserta didik
3) Ketentuan pemilihan tingkat kefasihan secara umum adalah sbb:
1. kurang sekali, tidak ada unsur yang benar; 2. kurang, ada sedikit
unsur yang benar; 3. sedang, jumlah unsur yang benar dan salah
kurang lebih seimbang; 4. baik, ketepatan tinggi dengan sedikit
kesalahan; 5. baik sekali, tepat sekali tanpa atau hampir tanpa
kesalahan.
4) Ketentuan tersebut berlaku untuk semua rubrik yang
dikembangkan di buku ini.
5) Rubrik yang dicontohkan di atas bisa juga dipakai untuk menilai
kerja pemahaman membaca.
6) Sekor seorang peserta ujian diperoleh dengan menjumlahkan
seluruh skor.
7) Nilia seorang peserta uji diperoleh dengan cara: jumlah skor dibagi
skor maksimal kali seratus (atau sepuluh). Misal jumlah skor 28 dan
skor tertinggi untuk contoh di atas adalah 35, maka nilainya
adalah: 28:35X100 = 80 (atau 28:35X10=8).

---------

Anda mungkin juga menyukai