Anda di halaman 1dari 6

Nama : Yessy Nur Agustiani

Kelas : Psikologi 4 K

NPM : 18411021

PSIKOMETRI

Teori Tes Klasik dan Tes Modern

 Tes Psikologi

Merupakan prosedur sistematis untuk mengetahui perilaku seseorang


dengan menggunakan skala. Harus ada tes psikologi berdasarkan prosedur
sistematis dengan menggunakan cara yang jelas. Pengamatan terhadap
perilaku orang atau skala dengan cara mendeskripsi perilaku tersebut.

Tes psikologi dikatakan sebagai prosedur pengumpulan sampel perilaku


yang akan dikenai nilai kuantitatif.

- Aribut psikologi sebagai objek pengukuran (ability, interest,


personality)
- Perilaku yang tampak adalah sampel
 Pengukuran

Ada instrumen/skala/tes sebagai alat ukur psikologi, instrumen dibuat


untuk mengukur psikologi seseorang. Contoh : kecerdasan

 Evaluasi
Masalah kuantifikasi atribut dan interprestasinya menghasilkan
diagnnosis perilaku, hasil yang sudah diambil di interprestasikan. Contoh :
Nada ingin meneliti mengenai perilaku agresi, kemudian Nada menggunakan
skala agresi untuk subjek. Evaluasinya Nada menginput data lalu dianalisis
apakah argresi subjek tersebut tinggi atau tidak.
 Atribut Psikologi
Merupakan konsep atau teori yang dipakai untuk mendeskripsikan hal-
hal psikologis yang ada di dalam diri kita. Hal-hal yang menempel itu seperti
ability, interest dan personality. Sebelum mendeskripsikan maka harus ada
teori konstraknya.
 Permasalahan dalam penyusunan tes psikologi
1. Tidak ada pendekatan tunggal dalam pengukuran konstruk apapun yang
dapat diterima secara universal.
Pengukuran konstruk dilakukan melalui observasi setiap penelitian,
kemudian menghasilkan prosedur penelitian yang berbeda dan bisa terjadi
perbedaan kesimpulan.
Contoh 1 : setiap satu konstrak yang diteliti oleh 2 orang maka akan
berbeda karna prosedur penelitiannya akan berbeda dan dalam penurunan
definisi operasionalnya pun akan berbeda.
Contoh 2 : Najmi meneliti agresi anak SMP, maka bahasa yang terdapat di
dalam angket akan lebih complex, adit juga meneliti agresi tapi pada anak
SD, maka bahasa didalam angket adit berupa gambar agar mudah
dipahami.
2. Sampel pengukuran terbatas
Keterbatasan kemampuan penyusun tes dalam penulisan item, tes yang
panjang tidak efektif. Pemilihan sampel yang dapat merepresentasikan
konstruk yang akan diukur.
3. Pengukuran mengandung error (measurment error)
Pengukuran pada sampel terbatas yang hanya sekali dilakukan,
penelitian yang dilakukan kembali belum tentu hasilnya konsisten,
inkonsisten merupakan salah satu error dalam pengukuran.
4. Satuan dalam skala tidak dapat didefinisikan dengan baik
Sulit untuk mendefinisikan konstruk psikologis dalam sebuah skala
dan menginterprestasikannya dengan layak.
Contoh : apakah nilai 0 pada suatu alat tes artinya sama sekali tidak
memiliki atribut yang diukur? Belum tentu iya, bisa jadi tidak.

Teori Tes Klasik (CTT) classical true-score theory

 Klasik : sejak lama dikembangkan dan diaplikasikan dan bertahan


sampai sekarang.
 Dikembangkan oleh Spearman (1904) : Konsep error dan korelasi
 CTT merupakan teknik analisis data berdasarkan skor total sebuah tes
A. Analisis statistik CTT meliputi :
 Item Difficulty
 Item Discrimantion
 Measurment eror
 Reliability test
B. Teori Test Klasik

Xn = Tn + En

X : observased score / total respon yang diberikan partisipan

T : true score / tidak terlihat / tidak bisa diukur secara langsung

E : error score

C. Macam – macam error


1. Systematic error

Berhubungan dengan validitas sebuah tes. Contoh : Krisan akan


mengukur agresi, tapi item yang diberikan oleh Krisan malah mengarah
ke kecerdasan.
2. Unsystematic error

Berhubungan dengan kebetulan yang tidak disangka – sangka.


Contoh : human error, ketika Naya mengerjakan penelitian tiba – tiba
terdistrak oleh sesuatu

3. Measurment error
Ada dimensi atau indikator yang tidak digambarkan error yang tidak
digambarkan. Error yang terjadi karena tes tersebut hanya
menggambarkan sedikit contoh dan konstruk yang ingin diukur.
Contoh : alat ukur yang kita punya tidak menggambarkan konstrak secara
keseluruhan. Jadi, ada indikator yang tidak diujikan dan tidak diukur
karena tidak ada item yang mewakili (seperti observasi, perilaku yang
diharapkan tidak muncul atau tidak ada perilaku yang terobservasi)
4. Reliabilitas pada CTT
Korelasi antara total score dari beberapa tes yang dilakukan berulang
kali. Semakin tinggi korelasi antara skor tes tersebut maka semakin tinggi
reliabilitasnya.
5. Item difficulty measures
Jumlah persentase dan partisipan tes yang menjawab dengan tepat.
Dikenal sebagai P – Value (0,0 – 0,1)

P = C/S

P : P – Value
C : Jumlah Partisipan yang menjawab benar
S : Jumlah Pastisipan seluruhnya
6. Item discrimination measures
Cara untuk melihat validitas sebuah tes, apakah sebuah item dalam tes
tersebut mampu membedakan partisipan yang “ahli” dan yang “kurang
ahli”.
Metode yang digunakan disebut point biserial corelation yaitu
perbandingan antara skor pada sebuah item dan skor keseluruhan.
Berskala antara -1,0 dan 1,0
(Hc – Lc) : t
Hc : jumlah partisipan
D. Keterbatasan teori tes klasik
 Karakteristik item tergantung pada kelompok sampel yang digunakan
E. Kelebihan teori tes klasik
 Memiliki nilai praktis yang tinggi
 Sudah lama dikembangkan sehingga menjadi akar atau dasar konsep – konsep
dasar pengukuran

Teori Tes Modern (Latent –Trait Theory)

Teknik analisis ini yang menjelaskan hubungan antara laten trait dan indikator
sebuah konstruk (apa yang akan diukur).

Teori test modern ; laten-trait theory ; item response theory

Teori tes modern sering juga disebut Latent Trait Theory yaitu penampilan
subjek dalam suatu tes yang dapat diprediksi dari kemampuannya yang bersifat laten.
Atau lebih dikenal dengan Item Response Theory (IRT) yaitu respon subjek terhadap
item yang menunjukkan kognitifnya.

 Unsur teori dalam tes modern meliputi:


 Butir (item tes)
 Subjek (responnya)
 Isi respon subjek
 Asumsi-asumsi dalam tes modern:
1. Invariant atau parameter butir soal dan kemampuan. Artinya soal yang
dibuat memiliki korelasi positif dengan kemampuan yang diukur.
2. Unidimensionality, artinya 1 item mengukur satu kemampuan. Asumsi
ini kurang terbukti karena pada dasarnya antara item 1 dengan lainnya
saling melengkapi.
3. Local independence, artinya respon terhadap suatu item tidak akan
berpengaruh terhadap item lainnya.

Anda mungkin juga menyukai