Anda di halaman 1dari 153

PENGANTA

R
PSIKOMET
RI
Wahyu Rahardjo
Ed. Maizar Saputra
Definisi Psikometri
Psikometri merupakan cabang dari psikologi
yang berfokus pada pengukuran faktor-
faktor tertentu atau atribut-atribut tertentu
dalam psikologi
Definisi Psikometri (lanj.)

Psikometri merupakan
gabungan psikologi
dan statistik
Definisi Psikometri (lanj.)

Pengukuran adalah suatu prosedur


pemberian angka (kuantifikasi) terhadap
atribut atau variabel sepanjang suatu
kontinum
Kontinum

Definisi kontinum: deratan angka yang


berurutan panjang
Kontinum Fisik -
Tinggi
Kontinum Fisik -
Kecepatan
Kontinum Fisik -
Bobot
Kontinum Fisik -
Ketampanan
Kontinum Psikologis
Mengukur atribut psikologis
Atribut Psikologis

Variabel
Psikologi
Overt
s?
Behavio
r

Covert
Behavio
Mengapa Perlu Pengukuran?
• Menarik konsep atribut
dalam psikologi
menjadi lebih
riil
Mengapa Perlu Pengukuran? (lanj.)

• Alasan praktis 
menghasilkan tes
yang dapat berfungsi
secara
optimal, valid,
dan reliabel
Karakteristik Pengukuran
• Perbandingan
antara atribut yang
diukur dengan alat
ukurnya
• Hasilnya
dinyatakan secara
kuantitatif
• Hasilnya
bersifat
deskriptif
Perbandingan Antara Atribut
yang Diukur dengan Alat
• Ukurnya
Benda atau manusia
yang dimensinya
diukur merupakan
subjek pengukuran,
bukan objek
• Objek pengukuran
adalah dimensi
yang akan diukur
 meja vs. panjang
meja, manusia vs.
kepribadian
manusia
Perbandingan Antara Atribut yang
Diukur dengan Alat Ukurnya
(lanj.)
• Alat ukur akan diketahui jika kita
mengetahui terlebih dahulu apa yang akan
diukur
Hasil Pengukuran
Berbentuk
Kuantitatif
• Berwujud angka
• Selalu benar
dalam
setiap
pengukuran
Hasil Pengukuran Bersifat Deskriptif
• Hanya sebatas
memberikan
angka
• Tidak bisa
diinterpretasi secara
lebih jauh  tidak
ada pemberian
makna terhadap hasil
pengukuran
Hasil Pengukuran Bersifat
Deskriptif (lanj.)
• 140 km/jam 
kecepatan tinggi?
sedang? 
mereknya apa?
Hasil Pengukuran
Bersifat Deskriptif
(lanj.)
Hasil Pengukuran Bersifat
Deskriptif (lanj.)
• IQ 112  normal?
Di atas rata-rata?
Superior?  apa
alat tesnya? Siapa
kelompoknya?
TES PSIKOLOGI
(Bagian 1)

Wahyu Rahardjo
Ed. Maizar Saputra

Fakultas Psikologi
Universitas
Gunadarma
Definisi Tes
• Suatu prosedur yang sifatnya sistematis
• Dilakukan berdasarkan tujuan dan tata
cara yang jelas
Definisi Tes (lanj.)
• Rapport
• Proses pelaksanaan
• Closing
• Pemberian skor
• Interpretasi
Definisi Tes (lanj.)
• Tes melakukan
pengamatan
terhadap
perilaku
seseorang
dan mendeskripsikan
perilaku tersebut
dengan bantuan
skala atau suatu
sistem penggolongan
Kegunaan Tes Psikologi
• Informasi
• Evaluasi
• Diagnosis Berkaitan dengan
• Pengujia Setting Tertentu
n
hipotesis
Kegunaan Tes Psikologi: Informasi
• Ketika individu membutuhkan informasi
mengenai keadaan tertentu dari dirinya
untuk kepentingan tertentu, misalnya
kemampuan potensi bahasa Inggris melalui
TOEFL untuk melanjutkan studi ke luar
negeri
Kegunaan Tes Psikologi: Evaluasi
• Berguna ketika
individu
membutuhkan
umpan balik
mengenai hal
tertentu seperti
prestasi akademis,
dan efektivitas
tritmen tertentu
Kegunaan Tes Psikologi: Diagnosis
• Ketika individu
membutuhkan
keterangan lebih
lanjut mengenai
kondisi psikologis
yang ada pada
dirinya  biasanya
bersifat klinis 
menjadi dasar
untuk tritmen lebih
lanjut
Kegunaan Tes Psikologi: Uji Hipotesis
• Dilakukan guna
kepentingan ilmu
pengetahuan 
riset
Kelemahan Tes Psikologi
• Tidak ada pendekatan tunggal dalam
pengukuran dengan konstruk apapun
yang dapat diterima secara universal
Kelemahan Tes Psikologi (lanj.)

Populas
Pengukuran
i
psikologis pada perilaku
umumnya tidak Sampel
didasarkan
pada sampel terbata
perilaku yang s
jumlahnya jumlah perilak
terbatas
soal u
terbata
s
Kelemahan Tes Psikologi (lanj.)

Dilakukan
Mengandun beberapa
kali pun
g tidak
akan
bebas
error error
Kelemahan Tes Psikologi (lanj.)
Error dalam Pengukuran:
Pengambilan Sampel

Kriteri Teknik
a Samplin
Inklusi g
Kasus: Mahasiswa Patah
Hati, Pola Asuh, Perilaku
Seks
Kelemahan Tes Psikologi (lanj.)
Error dalam
Pengukuran:
Alat Ukur
Validitas Isi,
Sesuaika
Daya
n dengan Validitas
Diskrimina
Konstruk
si Aitem,
Teoretis Tampan
Reliabilitas
g
Kelemahan Tes Psikologi (lanj.)
Error dalam Pengukuran: Pengambilan Data

Pengecekan
Setting pen
dat
gumpulan
a

Teknik
Rapport Wakt sampling
u sangat
menentukan
dalam
Keseriusan meminimalisir
Tester skill error
partisipan
Kelemahan Tes Psikologi (lanj.)
Error dalam Pengukuran: Pengolahan Data & Membaca Hasil

Membac
Skorin
a
g angka

Membac
Entry data
a
tabel

Copy paste Operasiona


Excel ke l SPS
SPSS S
Kelemahan Tes Psikologi (lanj.)
Satuan dalam skala pengukuran tidak dapat
didefinisikan dengan baik

Bagaimana mendefinisikan
hasil?  Skala psikologi untuk
kognisi dengan bentuk
Thurstone  nilai 0
maksudnya apa?
Kelemahan Tes Psikologi (lanj.)
Konstruk psikologis tidak dapat
didefinisikan secara operasional
semata tetapi harus menampakkan
hubungan dengan konstruk lain
atau fenomena lain yang dapat
diamati

Hasil pengukuran tidak bicara


banyak jika tidak ditafsirkan
berdasarkan konstruk
teoretis
Kelemahan Tes Psikologi (lanj.)
Contoh kasus keterkaitan konstruk (1)

???
?
??
????
?
Kelemahan Tes Psikologi (lanj.)
• Contoh kasus keterkaitan konstruk (2)

????
?
?

?????
?
TES PSIKOLOGI
(Bagian 2)
Wahyu Rahardjo
Ed. Maizar Saputra
Fakultas Psikologi
Universitas
Gunadarma
Pendekatan dalam
Pengukuran
PendekatanPsikologi
Psikomotorik
• Pendekatan dalam administrasi dan
interpretasi pengukuran psikologis
berdasarkan atas perhitungan numerikal
dengan menggunakan satuan ukuran tertentu
terhadap suatu aspek psikis tertentu
Pendekatan dalam
Pengukuran Psikologi
(lanj.)
Pendekatan Impresionistik
• Pendekatan dalam
administrasi dan
interpretasi pengukuran
psikologis untuk
memahami kepribadian
seseorang yang
didasarkan atas kesan
yang ditimbulkan oleh
orang yang
bersangkutan
Metode Pengukuran Psikologi
Self-Report (Laporan Diri)
• Pengukuran psikologis
dengan cara membaca
atau mendengar apa
yang dikatakan oleh
individu yang
bersangkutan tentang
dirinya seperti metode
angket langsung,
inventori dan otobiografi
Metode Pengukuran Psikologi (lanj.)
Report by Others
(Laporan Orang Lain)
• Pengukuran psikologi
dengan jalan
mendengar atau
membaca apa yang
dikatakan orang lain
tentang individu yang
bersangkutan 
performance appraisals
Metode Pengukuran Psikologi (lanj.)
Observasi
• Pengukuran psikologi
dengan jalan melihat
apa yang dilakukan
individu dalam
situasi yang wajar
Metode Pengukuran Psikologi (lanj.)

Proyektif
• Pengukuran psikologis
dengan melihat atau
mendengar atau
membaca bagaimana
reaksi seseorang
terhadap dunia imaginer
melalui media tertentu
seperti kartu tes
Performansi Maksimal
• Performansi terbaik yang mampu
diperlihatkan oleh individu sebagai
respons terhadap aitem-aitem suatu tes
• Identik dengan kemampuan atau
abilitas kognitif
• Stimulus (biasanya berupa
pertanyaan) harus terstruktur jelas
• Skor jawaban berupa “benar” dan
“salah”
Performansi Maksimal (lanj.)

Contoh performasi maksimal:


1. Tes inteligensi  WAIS-R, WISC-R, CFIT,
dll.
2. Tes bakat  DAT
3. Tes prestasi belajar  UAS, ulangan
umum
4. Tes potensi belajar  TPA, UMPTN, TOEFL
Performansi Tipikal
• Performansi yang ditampakkan oleh individu
sebagai proyeksi dari kepribadiannya
sendiri sehingga indikator perilaku yang
diperlihatkannya merupakan kecenderungan
umum dari dirinya dalam menghadapi
situasi tertentu
Performansi Tipikal (lanj.)

• Sifat stimulus tidak berstruktur 


ambigu
• Respons merupakan khas
individu tersebut
• Tidak ada jawaban “benar” dan
“salah”
Performansi Tipikal (lanj.)

Contoh performansi tipikal:


1. Tes kepribadian  Rorschach, Wartegg,
TAT
2. Skala-skala sikap
3. Inventori minat
4. Skala-skala psikologis lain
JENIS-JENIS DATA

Wahyu Rahardjo
Ed. Maizar Saputra
Fakultas Psikologi
Universitas
Gunadarma
Apa Itu Data?

Informasi yang
Bentuk jamak didapatkan
dari individu dari
“datum” satuan amatan
Apa Itu Data? (lanj.)

Hal, keadaan,
peristiwa yang
Data merupakan
adalah suatu
fakta kenyataan yang
benar- benar
terjadi
Apa Itu Data? (lanj.)

Diperoleh Di dalam riset


untuk data dapat
menjadi dasar
mendapatkan
kajian atau
suatu gambaran analisis untuk
akan suatu mencapai
fenomena atau kesimpulan
persoalan tertentu
Syarat Data yang Baik

• Sesuai dengan
Objektif
kenyataan yang
sebenarnya

• Dapat digunakan dalam


Releva menjawab permasalahan
n yang menjadi pokok
pembahasan
Syarat Data yang Baik (lanj.)

• Dapat mewakili atau


Representat menggambarkan kondisi atau
if karakteristik suatu keadaan

• Diperoleh sesuai waktu


atau momentum yang
Tepat melatarbelakangi kejadian
waktu tertentu
Berdasarkan Cara
Memperolehnya
• Data Primer
Diperoleh atau
diambil secara
langsung dari subjek
penelitian
Bagaimana Cara Memperolehnya (lanj.)

• Data Sekunder
Tidak diperoleh
secara langsung dari
subjek penelitian 
sumber lain 
koran, majalah,
internet, data
perusahaan, BPS,
dll.
Berdasarkan Sumber Data
• Data Internal
Memberikan keadaan
atau gambaran
mengenai situasi atau
kondisi dari sebuah
institusi, organisasi,
atau perusahaan
tertentu  data
keuangan, data
turnover, dll.
Berdasarkan Sumber Data (lanj.)
• Data Eksternal
Memberikan keadaan atau gambaran mengenai
kondisi di luar institusi, organisasi, atau perusahaan
 tingkat kepuasan konsumen terhadap produk
perusahaan ybs.
Berdasarkan Waktu Pengumpulan
• Cross-Section
Berfokus pada titik
waktu tertentu  angka
pengangguran tahun
2010, tingkat inflasi tri
semester pertama 2012,
data terlapor KDRT
Januari 2007, dll.
Berdasarkan Waktu Pengumpulan (lanj.)

• Time Series
Menggambarkan
keadaan suatu hal
secara berkala 
tingkat terlapor
HIV/AIDS mulai
tahun 2005
hingga
2012
Tipe Data Statistik
• Data Kuantitatif
Sesuatu yang
diperoleh secara
terukur dan
dinyatakan dalam
bentuk angka 
kontinum fisik
dan psikologis
Tipe Data Statistik (lanj.)
• Data Kualitatif
Dinyatakan tidak
dalam bentuk angka
 jenis pekerjaan,
tingkat pendidikan,
status pernikahan,
dsb.
Jenis Data Statistik Kuantitatif
• Data Dikotomi 
diskrit  kategorik

nominal
contoh: pria = 1
dan wanita = 2
• Data Kontinum 
rasio  interval 
ordinal  nominal
Data Nominal

Jika
Hanya membutuhka
Bentuk memiliki n angka maka
data yang atribut, angka
paling nama, tidak tersebut
sederhana memiliki hanya sebagai
urutan label
Data Nominal (lanj.)

Jika ingin
Tidak
memproses
bisa
harus
diproses
diubah
secara
dulu
statistik
datanya
Data Ordinal

Memiliki
nama/ atribu
t, sekaligus Jarak antar
memiliki angka
tingkat atau belum
urutan tentu sama
Data Ordinal (lanj.)

Contoh 
pengukuran
tingkat Sangat puas Gradasi tingkatan
kepuasan hingga sangat jelas namun
konsumen tidak puas jarak urutan
terhadap waktu tidak jelas
tempuh bus
transjakarta
Data Rasio

Data yang
memiliki jarak Psikologi tidak
yang sama Dipakai di memakai data
dan memiliki ilmu ini
alam  manusia
nol mutlak dinamis
dan tidak stagnan
Data Rasio (lanj.)
• Contoh: Uang Amir
10 ribu rupiah, uang
Badu 15ribu rupiah,
uang Susi 20 ribu
rupiah, uang Tuti 40
ribu rupiah  uang
Badu 11/2 kali uang
Amir, uang Susi 2x
uang Amir, uang Tuti
4x uang Amir
Data Interval

Memiliki Lazim
jarak digunakan
tetapi dalam
tidak pengukura
memiliki n psikologi
nol mutlak
Data Interval
• Contoh: IQ Nina 120, IQ Bobi 100  tidak
berarti Nina memiliki IQ 20 poin lebih
tinggi dibandingkan Bobi
VARIABEL
PENELITIA
N
Wahyu Rahardjo
Ed. Maizar Saputra
Fakultas Psikologi
Universitas
Gunadarma
Variabel – Apa Itu?
Variabel adalah atribut seseorang
atau objek yang memiliki “variasi”
antara satu orang dengan orang lain
atau objek yang satu dengan yang
lain.

Variabel ditetapkan peneliti untuk


dipelajari dan ditarik
kesimpulannya.
Variabel – Apa Itu?
• Dinamakan
variabel karena
memiliki variasi 
perbedaan atribut
pada orang atau
objek yang diukur.
Variabel Berdasarkan Fungsi
• Variabel independen
• Variabel dependen
• Variabel moderator
• Variabel intervening
• Variabel kontrol
Variabel Independen (X)
• Sering disebut sebagai variabel
stimulus, prediktor, atau antaseden
• Paling sering disebut dengan variabel
bebas
• Merupakan variabel yang memengaruhi
 yang menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel dependen
Variabel Dependen (Y)
• Sering disebut sebagai variabel
keluaran, kriterium, dan konsekuen.
• Paling sering disebut sebagai variabel
terikat.
• Merupakan variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas.
PERSEPSI TERHADAP KESESAKAN DAN PRIVASI
PADA PENGGUNA COMMUTER LINE BOGOR-
JAKARTA
PERAN HARGA DIRI DAN DUKUNGAN
SOSIAL TEMAN SEBAYA TERHADAP
KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM
PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR
PERBEDAAN KEPERCAYAAN DIRI PADA
MAHASISWA PSIKOLOGI YANG MERANTAU DAN
TIDAK
• PERBEDAAN WORKPLACE WELL-
BEING PADA KARYAWAN PT XYZ
DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN A
DAN B
Variabel Moderator

• Variabel yang memengaruhi


(memperkuat dan memperlemah)
hubungan antara variabel independen
dan dependen.
Rahardjo
(2014)
Variabel Mediator
• Variabel yang memengaruhi kaitan
antar variabel
• Yang dipengaruhi adalah proses
atau hubungannya

Minat
Pola Asuh Membac
a
Budaya
Membac
a
Variabel Intervening
• Variabel yang secara teoretis memengaruhi
hubungan antara variabel independen dan
dependen, tetapi tidak dapat diamati dan
diukur.
• Terletak di antara variabel independen
dan dependen dalam skema penelitian
Variabel Kontrol

• Variabel yang dikendalikan atau


dibuat konstan sehingga hubungan
variabel independen dengan
dependen tidak dipengaruhi oleh
faktor luar yang tidak diteliti.
Variabel Kontrol (lanj.)

• Muncul pada penelitian komparatif


berjenis eksperimen.
• Untuk riset korelasi dapat digunakan
korelasi parsial.
Pengaruh Kebisingan terhadap Kinerja
Asistan Lab Psikologi

Variabel apa (di luar


variabel di judul) yang
mungkin memengaruhi
kinerja sehingga harus
dikontrol?
Variabel Berdasarkan Skala Nilai
• Variabel kontinyu  variabel yang
memiliki kumpulan nilai yang teratur
dalam kisaran tertentu  tinggi sampai
rendah

Stres Kecerdasa
Kerja n emosi
Variabel Berdasarkan Skala Nilai (lanj.)

Variabel kategoris  variabel yang


memiliki nilai berdasarkan kategori
tertentu

Kesepia
n
Sikap
Harga Hardines Happines
Diri s s
Variabel Berdasarkan Perlakuan
• Variabel aktif  variabel-variabel yang
dimanipulasi untuk keperluan
eksperimen
• Variabel atribut  variabel yang tidak
dapat dimanipulasi untuk keperluan riset
 inteligensi, sikap, jenis kelamin, dsb.
Konstruk dalam Psikologi

Wahyu Rahardjo
Ed. Maizar Saputra
F.Psi. Universitas
Gunadarma
Konstruk Bipolar

Konstruk
Tinggi &
yang Memuat 2
rendah,
menunjukka kutub yang
positif &
n sesuatu berlawana
negatif,
yang n
dll
berlawanan
Konstruk Bipolar (lanj.)

Hampir semua
konstruk dalam Harga diri?
psikologi, terutama
Stres
yang diukur
dengan skala kerja?
Likert adalah Sikap?
konstruk bipolar
Konstruk Partisi

Konstruk yang
memiliki bagian- Arah bagian
bagian atau (dimensi, Dapat
dimensi atau
aspek yang aspek dll.) dilakukan total
mendukung biasanya sama skor  skor
konstruk yang atau satu arah komposit
bersangkutan
menjadi satu
Konstruk Partisi (lanj.)
Memaham
i emosi
diri sendiri

Mampu Mampu
membina mengelol
hubunga a emosi
n sosial diri
Kecerdasa sendiri
n Emosi

Memaham Mampu
i emosi memotiva
orang lain si diri
sendiri
Konstruk Ortogonal

Skor dimensi,
Tidak dapat
aspek,
diperlakuka
komponen
n sebagai
dll tidak
skor
dapat
komposit
dijumlahkan
Konstruk Ortogonal (lanj.)

Tipe kepribadian
A & B, tipe Coping stres
kepribadian T &
t

Profil 
Pola asuh Kecerdasa
n
majemuk
Catatan Lain: Peran Statistik

Untuk konstruk
Konstruk bipolar
ortogonal, factor
kemungkinan besar
loading
memiliki korelasi
memperlihatkan
negatif yang tinggi di
perbedaan yang jelas
antara kedua dimensi
untuk dimensi atau
atau komponennya
aspek yang membentuk
variabel
Sekilas Mengenai
Unidimensional &
Multidimensional
Maizar Saputra
F.Psi. Universitas Gunadarma
Unidimensional
• Unidimension sering dikatakan
al “satu sebagai
dimensi”
• variabel
Artinya psikologi yang dimensi
adalah dimensi
memiliki yang -
bahwa
merupakan satu
konsep, dan bukannya kesatua
terpisah
suatu domain ukurnya bersifat tunggal
 n
konstruk atau
Unidimensional (lanj.)
• Konsekuensinya adalah variabel yang
unidimensi maka bisa diperlakukan sebagai
skor komposit  total skor masing-masing
dimensi dijumlahkan sebagai kesatuan utuh
yang menggambarkan variabel yang
bersangkutan
• Beberapa contoh variabel unidimensi adalah
efikasi diri, hardiness, dll.
Multidimensional
• Merupakan kebalikan dari unidimensional
• Variabel memiliki dimensi-dimensi
pendukung yang secara konseptual terpisah
 domain ukurnya bersifat majemuk
• Sebagai konsekuensinya, variabel ini tidak
dapat diperlakukan sebagai skor total (skor
komposit)
• Beberapa contohnya adalah psychological
capital, kepribadian Big Five, psychological
well- being, dll.
Multidimensional (lanj.)
• Jika suatu variabel bersifat
multidimensi maka reliabilitas
dilakukan per dimensi
• Koefisien alpha adalah uji reliabilitas yang
hanya membutuhkan pengukuran
unidimensi guna mendapatkan estimasi
yang tepat
Multidimensional (lanj.)
• Kemungkinan suatu variabel bersifat
unidimensi adalah skor interkorelasi antar
aitem yang tinggi (di atas 0.7)
• Ada yang menyebutkan bahwa skor
interkorelasi antar aitem yang bagus adalah
yang moderat
Multidimensional (lanj.)
• Ini memberikan perspektif baru bahwa skala
dengan alpha yang tinggi selain memiliki
reliabilitas yang tinggi, bisa juga karena
statistik melihatnya sebagai variabel
unidimensional  dapat dicek lagi dengan
menggunakan factor loading
• Atau bisa menggunakan koefisien reliabilitas
alpha berstrata (alpha stratified)
Multidimensional
(lanj.)
Multidimensional (lanj.)
Langkah-langkah yang dapat dilakukan:
1. Reliabilitas semua butir aitem 
perhatikan variansnya
2. Reliabilitas dimensi pertama 
perhatikan varians dan alphanya
3. Reliabilitas dimensi kedua 
perhatikan varians dan alphanya
(dan seterusnya tergantung jumlah
dimensinya
Multidimensional
(lanj.)
Multidimensional
(lanj.)
Multidimensional
(lanj.)
Multidimensional
(lanj.)
Multidimensional (lanj.)

• Rumus alpha stratified hanya bisa


digunakan jika rentang jawaban skala pada
setiap dimensinya sama
• Misalnya keseluruhan dimensi
memiliki rentang jawaban 1 – 5
Multidimensional (lanj.)

• Jika rentang jawaban antar dimensi tidak


sama maka skor total masing-masing
dimensi harus disetarakan atau
distandarkan dengan menggunakan z score
Multidimensional (lanj.)
Cara mencari z score dengan
menggunakan SPSS:
1. Siapkan data  pilih analyze 
descriptive statistics  descriptive….
Multidimensional (lanj.)
2. Masukkan variabel yang akan disetarakan
ke bagian kanan
3. Beri tanda centang pada kotak kecil save
standardize values as variables (yang
terletak di bagian bawah)
4. Klik OK  layar data di SPSS akan
berubah dan data siap digunakan
Catatan Penting:
• Unidimensional dan multidimensional pada
prinsipnya adalah persoalan bisa skor
komposit atau tidak
• Apa pun sifat dimensinya, teori yang dibangun
dalam pembuatan skala, mayoritas
berdasarkan kultur dan persepsi Barat
• Jika dilakukan analisa faktor bisa saja
yang multidimensional dilihat statistik
sebagai unidimensional karena bipolar
Sumber Bacaan
• Widhiarso, W. (2011). Menghitung koefisien alpha
berstrata. Paper (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah Mada.
• Widhiarso, W. (2011). Mengubah skor mentah menjadi
skor standar. Paper (tidak diterbitkan). Yogyakarta:
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
NORMA

Maizar Saputra
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma
Apa Itu Norma?
• Secara empiris norma dapat ditetapkan
dengan mengetahui apa yang
sesungguhnya dilakukan oleh individu di
dalam kelompoknya
• Norma merupakan suatu batas
Fungsi Norma
• Pedoman untuk memisahkan sejumlah
individu ke dalam beberapa bagian dengan
di dasarkan pada kenyataan atau data
• Memberikan kategorisasi atau tempat bagi
individu di mana sesungguhnya posisi dia
di dalam kelompoknya
• Menggambarkan kedudukan
individu terhadap orang lain
Kurva Normal

• Dikatakan normal, jika kurva terlihat


seperti lonceng
• Pada dasarnya, kurva ini
mengindikasikan bahwa jumlah terbesar
kasus pada pusat kisaran (tengah) dan
jumlahnya menurun secara bertahap
pada kedua belah bagian
Kurva Normal (lanj.)

Apakah selalu normal?

Juling
Kanan
Juling Kiri /
/ Right
Left
Skewe
Skewed
d
Kurva Normal (lanj.)

Bergantung pada komputasi statistik


Garis
Kurva sebara
normal n skor
Pembuatan Garis Sebaran Aitem
Ada beberapa konsep statistik yang perlu
dicari terlebih dahulu, antara lain:
• Mean (M) atau rerata  ME (mean
empirik) dan MH (mean hipotetik)
• Standar Deviasi/ Simpangan Baku  SDH
(standar deviasi hipotetik) dan SDE
(standar deviasi empirik)
• Persentase kasus-kasus yang berada
pada simpang baku tertentu
Norma Kelas
• Norma kelas didapat dengan menghitung
skor mentah rata-rata yang didapatkan
oleh anak-anak dalam tiap kelas,
kemudian ditentukan normanya.
• Jika metode yang diberikan untuk masing-
masing kelas berbeda, maka cara ini cukup
baik untuk diberlakukan, namun tidak
dapat diperbandingkan dengan kelas yang
lain karena normanya berbeda
Sampel Normatif

• Norma apapun dibatasi oleh


populasi normatif tertentu tempat
norma itu diturunkan
• Norma-norma tes psikologis sama sekali
tidak absolut, universal ataupun
permanen
Sampel Normatif (lanj.)

• Sampel harus mewakili populasi


yang dimaksud oleh tujuan
penelitian
• Faktor-faktor selektif samar-samar yang
mungkin membuat sampel tidak
representatif seharusnya diselidiki
dengan hati-hati
Latihan Norma

Maizar Saputra
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma
Norma Kelompok Sederhana
• Mean Empirik (ME)  Rerata empirik 
rerata skor asli partisipan yang diperoleh
dari hasil perhitungan di lapangan
• Standar Deviasi Empirik (SDE)  juga
diperoleh dari hasil perhitungan di
lapangan

Hasil perhitungan
statistik melalui
SPSS
Norma Kelompok Sederhana (lanj.)

• Mean Hipotetik (MH)  rerata hipotetik 


rerata teoretis skor skala
• Rumus:
Nilai tengah skala x jumlah aitem baik
Norma Kelompok Sederhana (lanj.)
• Standar Deviasi Hipotetik (SDH) 
standar deviasi teoretis skor skala
• Rumus
: a/ b
a = (Skor pilihan jawaban tertinggi x jumlah
aitem baik) – (skor pilihan jawaban
terendah
x jumlah aitem baik)
b = jumlah norma yang akan dibagi, umumnya 6
Latihan
Skala Kecemburuan

Jumlah aitem baik: 10


Pilihan jawaban skala: Likert 1-
5
ME = 37.14
Gambarkan kurva normal dalam
6 kelas

Cari terlebih dahulu MH dan


SDH!
Kemudian masukkan dalam garis

Anda mungkin juga menyukai