Anda di halaman 1dari 9

Tes Kepribadian ( Macam – Macam Tes Psikologis )

A. Tes Kepribadian

Tes psikologi kerap juga dikenal dengan istilah assesmen psikologi. Kedua
istilah tersebut memiliki makna yang berbedakat dan hampir sama. Tes psikologi
menjadi satu kebutuhan penting dalam pelbagai ruang kehidupan manusia. Tidak
semata terkait dengan hal-hal yang bersifat klinis, tes psikologi juga digunakan di
ruang kerja. Bagian pengembangan sumber daya manusia (human resources
development/HRD) menggunakan serangkaian tes pada masa perekrutan pekerja.
Tes psikologi berkala juga terkadang dilakukan untuk mengukur kinerja atau
efektivitas kerja.

Meski tes psikologi dan asesmen psikologi kerap disamakan, namun masih
terdapat perbedaan fundamental dari kedua istilah tersebut. Asesmen psikologi
bersifat lebih komprehensif dengan melibatkan beberapa pendekatan lain di luar tes
psikologi secara umum, seperti pengamatan, wawancara dan penggalian informasi
dari pihak-pihak yang terkait dengan klien.

Di ruang kebencanaan, tes psikologi klinis banyak digunakan. Momentum


traumatis seperti bencana berpotensi mengakibatkan gangguan mental pada
korbannya. Kondisi tersebut membutuhkan pendekatan psikologis yang dapat
menyasar kondisi mental korban bencana. Pada konteks kebencanaan, tes psikologi
dibutuhkan untuk memetakan efek psikologis pada korban dan menentukan
pendekatan terbaik dalam penanganan trauma.

Tes psikologi juga digunakan pada konteks penyelidikan kejahatan. Psikologi


forensi digunakan untuk beberapa hal dalam pembuktian kejahatan. Pertama, tes
psikologi digunakan untuk memastikan bahwa pelaku kejahatan tidak sedang berada
dalam gangguan mental. Kedua, tes psikologi digunakan untuk membuktikan
kecenderungan pelaku kejahatan untuk berpura-pura mengalami gangguan mental.
1. Pengertian Tes Psikologi

Tes psikologi dilakukan untuk memhami kondisi mental dan perilaku


seseorang berdasarkan kaidah-kaidah psikologi [1]. Secara umum, asesmen
psikologi bertujuan untuk memetakan kondisi elemen-elemen utama kondisi
psikologi manusia, seperti perilaku, kesehatan mental, kepribadian, IQ,
kecakapan, penyelesaian masalah dan kemampuan beradaptasi atas situasi
tertentu. Tes dilakukan untuk beragam kebutuhan yang spesifik. Jenis tes yang
diterapkan pada klien ditentukan oleh persoalan yang melekat pada klien atau
tujuan dari pelaksanaan tes itu sendiri.

Secara umum tes psikologi adalah metode dan serangkaian instrumen yang
dijalankan untuk mengukur aspek-aspek yang tidak teramati secara langsung
pada manusia yang menyangkut aspek psikologi. Tes psikologi menggunakan
konstruksi tertentu untuk mengukur kondisi tertentu pada manusia. Sebagai
contoh, serangkaian tes dilakukan untuk mengukur IQ pada manusia. IQ
merupakan konstruk yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif
manusia. Pengukuran dilakukan dengan memberikan serangkaian tugas –meski
tidak harus– yang dikerjakan oleh klien. Alat ukur dengan strandar tertentu akan
menggambarkan situasi pada aspek psikologis tertentu.

Alat ukur yang digunakan sebagai bagian dari metode tes psikologi haruslah
bersifat valid. Makna valid pada konteks ini memiliki turunan yang tidak tungggal.
Pertama, alat ukur harus memiliki dasar bukti pendukung untuk dapat
menginterpretasikan hasil yang dicapai. Kedua, alat ukur harus menunjukkan
konsistensi jika diberlakukan pada dari waktu ke waktu (konsisten). Ketiga, alat
ukur memiliki konsistensi internal yang mencukupi untuk digunakan dalam
beragam kondisi
2. Prinsip Tes Psikologi

Beberapa standar belaku pada tes psikologi. Shultz & Schultz (2010)
menekankan adanya prinsip yang berlaku pada alat ukur psikologi untuk
menghindari kesalahan dalam pengukuran. Kesalahan dalam pengukuran dalam
ilmu psikologi dapat berakibat fatal bagi klien yang ditangani. Beberapa Prinsip
atau watak yang digunakan dalam alat ukur tes psikologi antara lain:

a. Standardisasi alat ukur psikologi

Konsitensi dalam penerapan alat ukur perlu diberlakukan selama proses


asesmen dan tes psikologi dijalankan. Konsistensi juga mencakup standadisasi
pada pembelakuan prosedur, langkah dan mekanisme pelaksanaan hingga
penilaian. Tes psikologi perlu dijalankan pada lingkup yang sama jika dilakukan
secara masal (umum) untuk menghasilkan gambaran yang setara.

b. Objektivitas dalam Penilaian

Objektivitas pada penilaian tes psikologi bermakna menjauhkan tes psikologi


dari pemaknaan-pemaknaan yang bersifat personal. Nilai-nilai yang bersifat bias
perlu dhilangkan pada fase penilaian (scoring). Dengan prinsip ini, penilaian
dilakukan dengan cara sama untuk memperoleh hasil yang objektif untuk setiap
klien.

c. Adanya Norma Pengujian

Hasil umum dari pengujian pada kelompok besar yang juga mencakup hasil
pengujian pada individu dapat diperbandingkan dengan hasil pada kelompok
lain. Proses pembandingan ini perlu mempertimbangkan kesamaan karakteristik
pada masing-masing kelompok yang akan diperbandingkan. Proses ini
memerlukan penentuan titik atau konstruksi referensial yang menjadi acuan
dalam membedakan hasil tes pada kelompok yang berbeda.
d. Reliabilitas

Reliabilitas bermakna keajegan. Alat ukur perlu menunjukkan performa yang


konsisten setelah dibelakukan atau digunakan pada beberapa tes yang
dilakukan menggunakan alat ukur yang sama.

e. Validitas

Validitas bermakna kesesuaian penggunaan alat ukur dengan tujuan


pengukuran itu sendiri. Mengingat satu alat ukur memiliki tujuan dan lingkup
pengukuran, maka alat ukur harus dapat digunakan pada konteks yang benar.

3. Macam Tes Psikologi

Tes psikologi memiliki keragaman sesuai dengan kebutuhan dan tujuan


dilakukannya sebuah pengujian. Satu alat ukur, dengan tujuan yang spesifik,
hanya berlaku pada konteks tertentu. Fungsi-fungsi alat ukur yang berbeda
menempatkan tes psikologi sebagai alat kerja yang harus digunakan secara
ketat dan tepat. Tidak sembarang orang bisa melakukan tes psikologi, termasuk
menginterpretasikan hasil yang diperoleh melalui tes psikologi.

a. Tes IQ

IQ (intellectual quotient) merupakan sebuah konstruksi yang digunakan untuk


menggambarkan fungsi kognitif manusia. Agar kemampuan kognitif satu orang
dapat dibedakan dengan kemampuan yang lainnya, disusunlah nilai dan ukuran
yang memadai untuk menggambarkan kemampuan IQ tersebut. Tes IQ pada
prinsipnya tidak menggambarkan situasi aktual dari kemampuan kognitif atau
kecerdasan manusia, tetapi menggambarkan sesuatu yang dinilai berkaitan atau
menjadi komponen kecerdasan manusia.

Tes IQ yang umum digunakan adalah adalah tes Standford Binet


dan Wechsler scales. Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS-IV) adalah alat
ukur yang paling banyak digunakan. Tes WAIS umumnya digunakan untuk orang
yang sudah berusia di atas 16 tahun. Secara umum WAIS terbagi menjadi 4
komponen utama. Penggunaan keempat elemen tersebut dinilai mendekati ideal
untuk mengukur IQ manusia. Keempat elemen tes WAIS tersebut, yaitu:

1) Skala Pemahaman Verbal (Verbal Comprehension Scale). Skala ini


bertujuan untuk menguji kemampuan verbal atau berbahasa. Elemen yang
diukur menggunakan skala ini, yaitu: (1) kesamaan, (2) kosakata; (3)
informasi; (4) sub tes penunjang yang bertujuan untuk menguji pemahaman.
2) Skala Penalaran Perseptual (Perceptual Reasoning Scale). Skala ini
bertujuan untuk mengukur kemampuan dalam panalaran bidang dan ruang
berdasarkan bentuk-bentuk tertentu. Elemen pada skala ini, antara lain: (1)
Desain blok; (2) penalaran menggunakan matriks; (3) Puzel visual; (4) tes
tambahan, seperti melengkapi gambar.
3) Skala Kemampuan Ingatan (Working Memory Scale). Skala ini digunakan
untuk mengukur kemampuan memori orang untuk mengingat dan
menyimpan sesuatu dan memanggilnya kembali. Beberapa elemen yang
termasuk dalam rangkaian tes ini, antara lain: (1) mengingat satuan angka;
(2) uji aritmetika; (3) ujian tambahan yang bertujuan untuk menguji
kemampuan mengurutkan angka dan huruf.
4) Skala Kecepatan Berpikir atau memproses (Processing Speed
Scale). Ujian ini bertujuan untuk mengukur seberapa cepat orang dapat
melakukan penyelesaian berdasarkan tugas yang diberikan. Elemen ujian ini,
antara lain: (1) pencarian simbol; (2) kodifikasi/pengelompokan (coding).

b. Tes Kepribadian

Tes kepribadian pada ruang psikologi bertujuan untuk memperoleh


gambaran tantang kepribadian (personality) manusia. Gambaran tersebut dapat
digunakan pada pelbagai ruang, seperti klinis, HRD dan sosial. Beberapa tes
kepribadian yang umum digunakan.
c. Tes Wartegg

Tes Wartegg dikembangkan oleh Kruegger dan Sander dari Leipzig.


Pengembangan selanjutnya dilakukan oleh Ehrig Wartegg dan Marian Kinget.
Meski dilahirkan oleh Sander dan Krueger, namun Wartegg melekat pada nama
tes ini. Tes warteg betujuan untuk menggambarkan kepribadian manusia dari
sudut pandang beberapa aspek, seperti imajinasi, emosi, kontrol, dinamisme dan
nilai fungsi pada pemahaman atas realitas. Setiap orang memiliki kemampuan
untuk mengerjakannya dengan intensitas dan penekanan yang berbeda.
Keragaman tersebut memberikan keragaman dan menegaskan situasi pada satu
individu yang mengerjakan.

Tes Warteg

Tergolong sebagai salah satu tes grafis pada psikologi, Warteg


menyuguhkan kertas kerja yang berupa beberapa stimulan gambar. Klien akan
diminta untuk melanjutkan gambar sesuai dengan kecenderungan masing-
masing. Penilaian akan dilakukan berdasarka pada hasil gambar tersebut.
d. Tes Menggambar Orang (Draw a Person) / Tes DAP

DAP dikembangkan oleh Florence Goodenough (1926). Dr.Dale B.Harris


mengembangkan lebih lanjut dan menyempurnakan tes tersebut pada tahun
1963. Dr Harris menamai tes ini dengan sebutan Goodenough-Harris Drawing
Test. Hingga saat ini DAP lebih sering digunakan untuk menyebut nama tes
psikologi ini.

Tes DAP akan meminta klien untuk menggambar orang. Sebagai tes
berbasis grafis, pengerjaannya tidak akan terkendala dengan kemampuan
lainnya, seperti bahasa dan angka. DAP menggambarkan karakteristik diri
melalui ketegasan gambar dan bentuk-bentuk yang dimunculkan pada gambar
tersebut. DAP banyak digunakan sebaga bagian dari tes seleksi tenaga kerja.

e. Tes Pauli

Tes Pauli dan Kreplin digunakan untuk mengukur daya tahan seseorang.
Selai itu, tes ini juga menggambarkan beberapa aspek, seperti kemauan, emosi,
penyesuaian diri dan stabilitas individu. Biasanya, tes ini dilakukan di sesi akhir
dari serangkaian tes psikologi yang dilakukan. Tes pauli banyak digunakan
dalam seleksi atau perekrutan tenaga kerja. Tes ini dikembangkan oleh Emil
Kraplin. Kraplin mulanya mengembangkan alat untuk mendiagnosa gangguan
otak, seperti alzheimer dan dimensia. Bersama dengan Richard Pauli, Kraplin
mengembangkan alat ukur tersebut sehingga bisa digunakan untuk mengenali
kepribadian orang secara umum
tes pauli kraepelin

Secara perasional tes ini hanya berisi pengerjaan deret angka. Klien atau orang
yang diuji akan diminta untuk melakukan penjumlahan angka. Dengan durasi
tertentu, klien akan diminta untuk melakukan penjumlahan secara berturut. Salah
satu hambatan terbesar pada tes ini adalah jumlah angka yang harus dijumlahkan.
Hal inilah yang menyebabkan tes ini kerap disebut sebagai tes koran. Tes ini
mencoba mencari gambaran kepribadian melalui coretan dan perhitungan yang
dilakukan. Konsentrasi, stabilitas, emosi dan daya tahan dituntut pada pengerjaan
tes ini.
DAFTAR PUSTAKA

Hutagalun I, 2007, Pengembangan Kepribadian,PT Indeks

Koeswara, E. (1991) Teori-teori Kepribadian. Bandung Eresco.

http://ensiklo.com/2015/02/tes-psikologi-pengertian-macam-dan-
pemanfaatannya/ (diakses 20 Mei 2017 pukul : 19:36)

Anda mungkin juga menyukai