A. Tes Kepribadian
Tes psikologi kerap juga dikenal dengan istilah assesmen psikologi. Kedua
istilah tersebut memiliki makna yang berbedakat dan hampir sama. Tes psikologi
menjadi satu kebutuhan penting dalam pelbagai ruang kehidupan manusia. Tidak
semata terkait dengan hal-hal yang bersifat klinis, tes psikologi juga digunakan di
ruang kerja. Bagian pengembangan sumber daya manusia (human resources
development/HRD) menggunakan serangkaian tes pada masa perekrutan pekerja.
Tes psikologi berkala juga terkadang dilakukan untuk mengukur kinerja atau
efektivitas kerja.
Meski tes psikologi dan asesmen psikologi kerap disamakan, namun masih
terdapat perbedaan fundamental dari kedua istilah tersebut. Asesmen psikologi
bersifat lebih komprehensif dengan melibatkan beberapa pendekatan lain di luar tes
psikologi secara umum, seperti pengamatan, wawancara dan penggalian informasi
dari pihak-pihak yang terkait dengan klien.
Secara umum tes psikologi adalah metode dan serangkaian instrumen yang
dijalankan untuk mengukur aspek-aspek yang tidak teramati secara langsung
pada manusia yang menyangkut aspek psikologi. Tes psikologi menggunakan
konstruksi tertentu untuk mengukur kondisi tertentu pada manusia. Sebagai
contoh, serangkaian tes dilakukan untuk mengukur IQ pada manusia. IQ
merupakan konstruk yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif
manusia. Pengukuran dilakukan dengan memberikan serangkaian tugas –meski
tidak harus– yang dikerjakan oleh klien. Alat ukur dengan strandar tertentu akan
menggambarkan situasi pada aspek psikologis tertentu.
Alat ukur yang digunakan sebagai bagian dari metode tes psikologi haruslah
bersifat valid. Makna valid pada konteks ini memiliki turunan yang tidak tungggal.
Pertama, alat ukur harus memiliki dasar bukti pendukung untuk dapat
menginterpretasikan hasil yang dicapai. Kedua, alat ukur harus menunjukkan
konsistensi jika diberlakukan pada dari waktu ke waktu (konsisten). Ketiga, alat
ukur memiliki konsistensi internal yang mencukupi untuk digunakan dalam
beragam kondisi
2. Prinsip Tes Psikologi
Beberapa standar belaku pada tes psikologi. Shultz & Schultz (2010)
menekankan adanya prinsip yang berlaku pada alat ukur psikologi untuk
menghindari kesalahan dalam pengukuran. Kesalahan dalam pengukuran dalam
ilmu psikologi dapat berakibat fatal bagi klien yang ditangani. Beberapa Prinsip
atau watak yang digunakan dalam alat ukur tes psikologi antara lain:
Hasil umum dari pengujian pada kelompok besar yang juga mencakup hasil
pengujian pada individu dapat diperbandingkan dengan hasil pada kelompok
lain. Proses pembandingan ini perlu mempertimbangkan kesamaan karakteristik
pada masing-masing kelompok yang akan diperbandingkan. Proses ini
memerlukan penentuan titik atau konstruksi referensial yang menjadi acuan
dalam membedakan hasil tes pada kelompok yang berbeda.
d. Reliabilitas
e. Validitas
a. Tes IQ
b. Tes Kepribadian
Tes Warteg
Tes DAP akan meminta klien untuk menggambar orang. Sebagai tes
berbasis grafis, pengerjaannya tidak akan terkendala dengan kemampuan
lainnya, seperti bahasa dan angka. DAP menggambarkan karakteristik diri
melalui ketegasan gambar dan bentuk-bentuk yang dimunculkan pada gambar
tersebut. DAP banyak digunakan sebaga bagian dari tes seleksi tenaga kerja.
e. Tes Pauli
Tes Pauli dan Kreplin digunakan untuk mengukur daya tahan seseorang.
Selai itu, tes ini juga menggambarkan beberapa aspek, seperti kemauan, emosi,
penyesuaian diri dan stabilitas individu. Biasanya, tes ini dilakukan di sesi akhir
dari serangkaian tes psikologi yang dilakukan. Tes pauli banyak digunakan
dalam seleksi atau perekrutan tenaga kerja. Tes ini dikembangkan oleh Emil
Kraplin. Kraplin mulanya mengembangkan alat untuk mendiagnosa gangguan
otak, seperti alzheimer dan dimensia. Bersama dengan Richard Pauli, Kraplin
mengembangkan alat ukur tersebut sehingga bisa digunakan untuk mengenali
kepribadian orang secara umum
tes pauli kraepelin
Secara perasional tes ini hanya berisi pengerjaan deret angka. Klien atau orang
yang diuji akan diminta untuk melakukan penjumlahan angka. Dengan durasi
tertentu, klien akan diminta untuk melakukan penjumlahan secara berturut. Salah
satu hambatan terbesar pada tes ini adalah jumlah angka yang harus dijumlahkan.
Hal inilah yang menyebabkan tes ini kerap disebut sebagai tes koran. Tes ini
mencoba mencari gambaran kepribadian melalui coretan dan perhitungan yang
dilakukan. Konsentrasi, stabilitas, emosi dan daya tahan dituntut pada pengerjaan
tes ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://ensiklo.com/2015/02/tes-psikologi-pengertian-macam-dan-
pemanfaatannya/ (diakses 20 Mei 2017 pukul : 19:36)