Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PSIKODIAGNOSTIK
Tentang
TEKNIK, PRINSIP, DAN METODOLOGI

Disusun oleh kelompok 3 :


Maisyaroh 1615040129
Hamda Fs 1915040028
Zahra Haura 1915040052
Indah Andani 1915040054
Elvina Masrian 1915040064

DOSEN PEMBIMBING
Emilda Zulyet, M.Psi

PRODI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
IMAM BONJOL PADANG
1442 H / 2020 M

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas
nikmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Judul dari makalah “Teknik, Prinsip, dan Metodologi” makalah ini
disusun dengan tujuan untuk memenuhi syarat dari salah satu tugas mata kuliah
“Psikodiagnostik”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada dosen matakuliah yang bersangkutan, atas bimbingannya.
Penulis merasa dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan, baik
dalam kemampuan penulis pada penerapan penulisan maupun materi, maka dari
itu kami selaku penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun,
agar dalam penulisan selanjutnya bisa lebih baik. Kami harapkan semoga makalah
ini dapat berguna bagi penulis dan pihak lain yang berkepentingan.

Padang, 09 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i

DAFTAR ISI .................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………….…………...………...…..1


B. Rumusan …………………………………………….………...…...................1
C. Tujuan …………………………………………………………………….......1

BAB II PEMBAHASAN

A. Norma dan realibilitas alat tes………………………………...............…….,.. 2


B. Validitas alat tes ……………….….……………………………………...…...7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................................. 11

B. Saran ......................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….. 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Norma – norma pengukuran dalam psikologi adalah penyebaran skor –


skor dari suatu kelompok yang digunakan sebagai tolok ukur untuk memberi
makna pada skor yang dihasilkan oleh individu dalam suatu tes. Norma
mengacu pada performa yang dilakukan oleh kelompok yang telah ditentukan
pada jenis tes tertentu.

Validitas dan reliabilitas menjadi bahasan utama dalam setiap


pengukuran dalam penelitian. Keduanya berfokus bagaimana menciptakan
pengukuran yang terhubung dengan konstruk yang diukur. Reliabilitas dan
validitas menjadi hal yang sangat penting karena konstruk pada teori sosial
seringkali ambigu, membingungkan dan sering kali tidak dapat secara
langsung teramati

Reliabilitas adalah sifat konsisten dalam pengukuran. Namun,


reliabilitas jarang bersifat “seluruhnya atau tidak sama sekali” reliabilitas
umumnya lebih terkait dengan tingkatan. Dan validitas penelitian
mempersoalkan derajat kesesuian hasil penelitian dengan keadaan yang
sebenarnya.

B. Rumusan
1. Apa yang dimaksud dengan norma dan reliabilitas alat tes ?
2. Apa yang dimaksud dengan validitas alat tes ?

C. Tujuan
1. Mengetahui Norma dan Reliabilitas alat tes
2. Mengetahui Validitas alat tes

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Norma dan Relibialitas Alat Tes

Norma

Norma Dalam Psikologi, Norma – norma pengukuran dalam psikolog adalah


penyebaran skor – skor dari suatu kelompok yang digunakan sebagai tolok ukur
untuk memberi makna pada skor yang dihasilkan oleh individu dalam suatu tes.
Norma mengacu pada performa yang dilakukan oleh kelompok yang telah
ditentukan pada jenis tes tertentu. Didalam sebuah tes, norma didasarkan pada
distribusi skor yang diperoleh dari beberapa sampel individu yang telah
ditentukan sebelumnya. Ada dua jenis norma yaitu:

1. Norma Perkembangan

Norma – norma pengukuran dalam psikologi ini digunakan untuk


menginterpretasikan skor – skor yang didapatkan pada tes – tes
perkembangan. Norma perkembangan terbagi menjadi mental age, basal age,
nilai rata – rata pada kelompok usia tertentu, skala ordinal, criterion referenced
testing, dan epectancy tables. Beberapa jenis tes memiliki kelompok norma
untuk kelompok usia tertentu, dan kebanyakan tes IQ termasuk ke dalam jenis
ini. Pada waktu tes IQ Stanford – Binet diciptakan, distribusi yang dilakukan
dari performa sampel acak anak – anak didapatkan dari kelompok usia yang
beragam. Ketika seorang tester mengaplikasikan tes IQ, tugasnya adalah untuk
menentukan mental age dari subjek yang dites. Tes ini berhasil diwujudkan
dengan berbagai praktek yang membantu dalam menempatkan norma
bertingkat usia ketika anak melakukan performa.

2. Norma Kelompok (Within Group)

2
Norma – norma pengukuran dalam psikologi jenis ini digunakan untuk
mengetahui posisi subjek dalam distribusi sampel normatif. Sampel
normatif adalah skor subjek yang dibandingkan dengan skor kelompok.
Apabila peneliti hendak menggambarkan posisi individu dengan cara
membandingkan kemampuan dan kelompok, maka raw score atau nilai
mentah harus dimasukkan ke dalam skala yang sama. Ada beberapa
macam skala yaitu percentile rank dan standard score yang terbagi lagi
menjadi z-score, t-scale, c-scale, stanine dan deviation IQ. Hampir semua
tes yang dilakukan sekarang ini memiliki sejenis norma dalam kelompok,
yang mengevaluasi kinerja individu berdasarkan kerja kelompoknya yang
sudah memiliki standar sendiri dan paling bisa dibandingkan. Misalnya
ketika membandingkan skor mentah seorang anak dengan skor mentah
anak yang memiliki usia kronologis sama atau yang berada di kelas yang
sama. Skor – skor tersebut dalam kelompok memiliki arti kuantitatif yang
sama dan didefinisikan dengan jelas, bisa digunakan secara cukup layak
pada kebanyakan macam analisis statistik. Beberapa jenis norma
kelompok yang sering digunakan yaitu:

a) Grade Norm, Norma-norma pengukuran dalam psikologi yang


berdasarkan tingkat atau grade dibentuk dari perhitundan mean, median
atau modus dari skor yang dihasilkan sejumlah subjek pada setiap
tingkat sampel representatif.
b) Age Equivalent, Item persoalan tes pada skala ini dikelompokkan
berdasarkan tingkatan usia subjek tes.
c) Percentile, Skor persentil menunjukkan adanya posisi individu yang
relatif dalam sampel, dan dapat dianggap sebagai peringkat dalam suatu
kelompok subjek yang anggotanya berjumlah 100 orang.
d) Standard Score Norm, Ini adalah norma yang paling banyak
digunakan dan merupakan jenis norma yang paling memuaskan.
Pembentukannya berdasarkan proses yang diawali dengan pengukuran
pada atribut psikologis tertentu dari sekelompok subjek sebagai sampe

3
yang dapat mewakili satu populasi. Ketahui juga mengenai macam –
macam skala pengukuran dalam psikologi, pendekatan fungsional
dalam psikologi, dan hubungan psikologi dengan statistika.

RELIABILITAS
Reliabilitas merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan secara
terus menerus dari sebuah tes yang telah kita lakukan. Juga sebagai bahan
bukti ketetapan tes yang dilakukan meskipun hasilnya tetap sama.
Reliabilitas ini menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul
data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabel artinya dapat
dipercaya, jadi dapat diandalkan.
Pengertian umum menyatakan bahwa instrumen penelitian harus
reliabel. Dengan pengertian ini sebenarnya yang dapat dipercaya adalah
datanya, bukan semata-mata instrumennya. Ungkapan yang menyatakan
bahwa instrumen harus reliabel sebenarnya mengandung arti bahwa
instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkap data yang
dapat dipercaya.
Secara garis besar ada dua macam reliabilitas, yaitu reliabilitas
eksternal dan reliabilitas internal. Jika ukuran atau kriteriumnya berada di
luar instrumen maka dari hasil pengujian ini diperoleh reliabilitas
eksternal. Sebaliknya jika perhitungan dilakukan berdasarkan data dari
instrumen tersebut saja, akan menghasilkan reliabilitas internal.
1. Reliabilitas eksternal
Ada dua cara untuk menguji reliabilitas eksternal sesuatu
instrumen yaitu dengan teknik paralel dan teknik ulang. Apabila peneliti
ingin menggunakan teknik pertama yaitu teknik paralel, peneliti harus
menyusun dua set instrumen. Kedua instrumen tersebut sama-sama
diujicobakan kepada sekelompok responden saja (responden mengerjakan
dua kali) selanjutnya hasil dari dua kali tes uji coba tersebut dikorelasikan,
dengan teknik korelasi product-moment atau korelasi Pearson. Dari data

4
dua kali uji coba dari dua instrumen yang satu dipandang sebagai nilai X,
yang satu lainnya Y. Tinggi rendahnya indeks korelasi inilah menunjukkan
tinggi rendahnya reliabilitas instrumen. Oleh karena itu dalam
menggunakan teknik ini peneliti mempunyai dua instrumen dan
melakukan dua kali tes, maka disebut teknik doubel test doubel trial.
Teknik reliabilitas eksternal kedua adalah dengan teknik ulang.
Dengan menggunakan teknik ini peneliti hanya menyusun satu perangkat
instrumen. Instrumen tersebut di ujicobakan kepada sekelompok
responden, hasilnya dicatat. Pada kali lain instrumen tersebut diberikan
kepada sekelompok yang semula untuk dikerjakan lagi, dan hasil kedua
juga dicatat. Selanjutnya kedua hasil tersebut dikorelasikan. Dengan teknik
ini peneliti hanya menggunakan satu tes tetapi dilaksanakan dua kali uji
coba. Teknik ini juga disebut sebagai teknik single test double trial.
2. Reliabilitas internal
Reliabilitas internal diperoleh dengan cara menganalisis data dari
satu kali hasil pengetesan. Ada bermacam-macam cara untuk mengetahui
reliabilitas internal. Pemilihan sesuatu teknik didasarkan atas bentuk
instrumen maupun selera peneliti. Kadang-kadang penggunaan teknik
yang berbeda menghasilkan indeks reliabilitas yang berbeda pula. Hal ini
wajar karena terkadang dipengaruhi oleh sifat atau karakteristik datanya
sehingga dalam penghitungan diperoleh angka yang berbeda sebagai
akibat pembulatan angka. Namun demikian untuk beberapa teknik
diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu sehinggan peneliti tidak begitu
saja memilih tekni-teknik tersebut.

MENGUKUR VALIDITAS DAN RELIABILITAS


Salah satu cara untuk menentukan validitas alat ukur adalah
dengan menggunakan korelasi product moment dengan simpangan yang
dikemukakan oleh Pearson seperti berikut:

rxy=
∑ xy
√ (∑ x 2) ( y 2)

5
rxy =koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel
yang dikorelasikan (x = X – X dan y = Y - Y)
xy = jumlah perkalian antara x dengan y
x2 = kuadrat dari x
y2 = kuadrat dari y
Sebagai contoh koefisien korelasi dapat diperoleh, misalnya
dengan: a) Teknik split-half (teknik belah dua), yaitu mengkorelasikan
skor setengah pertama dari suatu tes dengan setengah kedua. Untuk
memperoleh skor setengah itu dapat diperoleh dengan mengkalkulasi skor
nomor ganjil dengan nomor genap. Korelasi dari kedua skor tersebut akan
menunjukkan homogenitas antar butir soal yang digunakan dalam
perangkat tes itu secara keseluruban; b) Teknik Kuder-Richardson, dengan
menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Kuder dan Richardson,
yaitu rumus yang keduapuluh satu (KR-21). Rumus tersebut adalah:

k (k – X)
r-KR-21 = {1 - }
k-1 k S2

dimana k = jumlah butir pertanyaan, X skor rerata; s 2 = varian (kuadrat


dari standar deviasi)

Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang


skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian.
Rumus Alpha:

k Σσ2b
r-11 = { } {1 - }
k-1 σ2t

dimana:

6
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
Σσ2b = jumlah varians butir
σ2t = varians total

B. Validitas alat tes

Validitas penelitian mempersoalkan derajat kesesuaian hasil penelitian


dengan keadaan yang sebenarnya. Contohnya sebuah penggaris merupakan instrumen
untuk mengukur panjang tapi tidak bisa mengukur berat, artinya sebuah penggaris
instrumen yang valid untuk mengukur panjang, tetapi tidak valid untuk mengukur berat.
Validitas penelitian mengandung dua hal, yaitu;

a) Validitas internal, internal penelitian mempersoalkan kesesuaian antara


data hasil penelitian dengan keadaan yang sebenarnya. Untuk memperoleh
validitas internal penelitian yang memadai peneliti melakukannya melalui
penggunaan instrumen pengambil data yang memenuhi persyaratan ilmiah
tertentu.

b) Validitas eskternal, Validitas eksternal penelitian mempersoalkan derajat


kesesuaian antara hasil penelitian dengan keadaan yang sebenarnya.

Validitas Soal

Validitas soal (item validity) merupakan istilah yang mudah


menimbulkan kerancuan, karena namanya yang mudah menimbulkan salah
tafsir (misleading). Bahwa validitas soal bukan validitas tes. Validitas soal
merupakan derajat kesesuaian antara sesuatu soal dengan perangkat soal-soal
lain. Isi validitas soal adalah daya pembeda soal (item dicreminating power)
bukan validitas tes. Dengan demikian orang tidak dapat mengklaim bahwa
karena telah memiliki kumpulan validitas soal berarti telah memiliki validitas
tes. Informasi yang dimilikinya hanyalah bahwa kumpulan atau perangkat soal

7
itu bersama-sama mengukur sesuatu, namun apakah sesuatu itu merupakan hal
yang dimaksud oleh tes itu, informasinya belum ada.

Validitas Tes

Pengertian validitas tes atau validitas alat ukur yang sudah umum
adalah “sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur”.
Dengan demikian, validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi
mengukurnya suatu tes, atau derajat kecermatan ukurnya sesuatu tes. Untuk
mengkaji validitas alat ukur, yaitu sejauh mana alat ukur itu mengukur apa
yang dimaksudkan untuk diukur, secara konvensional orang memandangnya
dari tiga arah, yaitu dari arah:

a) Isi yang diukur,


b) Rekaan teoritis (construct) atribut yang diukur
c) Kriteria alat ukur.

Berikut skema Validitas Tes

Validitas isi
Validitas tes Validitas construct Validitas prediktif
Validitas kriteria
Validitas sama saat

Berikut penjelasan dari macam-macam validitas :


1) Validitas isi (content validity)
Menurut Guion (1977), validitas isi hanya dapat ditentukan
berdasarkan judgmen para ahli atau dinilai oleh orang yang pakar
didalamnya.
Validitas isi (content validity) sering dinamakan validitas kurikulum yang
mengandung arti bahwa suatu alat ukur dipandang valid apabila sesuai
dengan isi kurikulum yang hendak diukur. Validitas isi tes menunjuk
kepada kedalaman tes, yang merupakan seperangkat soal-soal, dilihat dari
isinya memang mengukur sesuatu yang dimaksudkan untuk diukur.
Ukuran kedalaman ini ditentukan berdasar derajat representatif isi tes itu

8
bagi isi hal yang diukur. Salah satu cara yang digunakan untuk
menentukan validitas adalah dengan mengkaji isi tes itu. Validitas isi
ditentukan dengan melihat apakah soal-soal yang digunakan telah
menunjukkan sampel atribut yang diukur. Jika keseluruhan soal tampak
mengukur apa yang seharusnya tes itu digunakan, tidak diragukan lagi
bahwa validitas isi sudah terpenuhi.
Berikut contohnya , dalam dunia pendidikan, sebuah tes dikatakan
memiliki isi apabila mengukur sesuai dengan domain dan tujuan khusus
tertentu Yang sama dengan isi pelajaran Yang telah diberikan di kelas.
Soal matematika dikatakan valid apabila hanya mengukur kemampuan
matematika, bukannya mengukur kemampuan bahasa. Ketika kita
mengatakan akan mengukur kemampuan X peserta tes, kita harus
mengukur atribut atau karakteristik khusus Yang berkaitan dengan X
peserta tes yang akan diukur (Guion, 1977). Sebagai contoh, sebuah tes
dirancang untuk mengukur kemampuan bermain bola basket dalam mata
pelajaran Penjaskes misalnya, tentunya hal yang diukur haruslah
berkaitan dengan kemampuan berlari, membawa bola, menembak bola,
dan mendrible bola.
2) Validitas Konstruk (construct validiyt)

Validitas konstruk ini juga hanya dapat ditentukan berdasarkan


judgmen para ahli atau dinilai oleh orang yang pakar didalamnya.
Konstuksi yang dimaksud pada validitas ini bukanlah merupakan
konstruksi seperti bangunan atau susunan, tetapi berupa rekaan psikologis
yang berkaitan dengan aspek-aspek ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi.

Konstruk (construct) adalah sesuatu yang berkaitan dengan


fenomena dan objek yang abstrak, tetapi gejalanya dapat diamati dan
diukur. Gravitasi, massa, kemampuan matematika, kemampuan bahasa
Inggris, kebahagiaan, dan kesedihan. Misalnya gravitasi dapat dijadikan
sebagai contoh bagaimana memahami konstruk. Ketika buah apel jatuh ke

9
tanah, konstruk tentang gravitasi dapat digunakan untuk menjelaskan dan
memperkirakan perilaku (jatuhnya buah apel tersebut) yang diamati.
Namun demikian, kita tidak dapat melihat yang dimaksud dengan konstruk
gravitasi itu sendiri. Hal yang dapat kita lihat hanyalah apel itu jatuh. Kita
dapat mengukur gravitasi dan mengembangkan teori tentang gravitasi.

Validitas konstruk mengandung arti bahwa suatu alat ukur


dikatakan valid apabila telah cocok dengan kontruksi teoritik di mana tes
itu dibuat. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila
soal-soalnya mengukur setiap aspek berpikir seperti yang diuraikan dalam
standar kompetensi, kompetensi dasar, maupun indikator yang terdapat
dalam kurikulum.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan materi di atas dapat disimpulkan bahwa Norma norma


pengukuran dalam psikologi adalah penyebaran skor – skor dari suatu kelompok
yang digunakan sebagai tolok ukur untuk memberi makna pada skor yang
dihasilkan oleh individu dalam suatu tes.sedangkan Validitas dan reliabilitas
menjadi bahasan utama dalam setiap pengukuran dalam penelitian.
Keduanya berfokus bagaimana menciptakan pengukuran yang terhubung
dengan konstruk yang diukur. Reliabilitas dan validitas menjadi hal yang sangat
penting karena konstruk pada teori sosial seringkali ambigu, membingungkan dan
sering kali tidak dapat secara langsung teramati.

B. Saran

Demikian pembahasan makalah dari kelompok tiga. Kami selaku pemakalah


merasa banyak kekurangan dalam penyampaian materi dan juga karena
keterbatasan ilmu kami. Kami mengharapkan kritik dan saran dalam penulisan
makalah. Semoga bermanfaat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Marliani, Rosleny. 2010. Pengukuran dalam Penelitian Psikologi. Jurnal Ilmiah


Psikologi. Vol. III, NO. 1 : 107 -120.

Azwar, Saifuddin, 2005. Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran


PrestasiBelajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi


IV. Jakarta: Penebit Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004 SMA: Pedoman Khusus


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Biologi. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan
Menengah Umum.

Guion, R.M. 1977. Content Validity: The source of my discontent. Applied


Psychological Measurement. 1 (1—10).

Surapranata, S. 2005. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes.


Cetakan kedua. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya.

12

Anda mungkin juga menyukai