Anda di halaman 1dari 21

SKALA PSIKOLOGI dan

LANGKAH-LANGKAH
PENYUSUNANNYA
Buku Referensi:
PENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGI
(Saifuddin Azwar)
KLASIFIKASI TES

Tes Non-Kognitif
(Aspek Afektif dan Tes Kognitif
Kepribadian)

Abilitas/
Abilitas/
Kemampuan
Kemampuan
Aktual
Potensial
(Prestasi)

Abilitas Potensial Abilitas Potensial


Umum (IQ) Khusus (Bakat)
DATA NOMINAL VS DATA KONTINUM
0011 0010 1010 1101 0001 0100 1011
NOMINAL KONTINUM
 Gejala bervariasi menurut
jenis. Gejala bervariasi menurut

1
2
 Bersifat katagorik dan tingkatan tertentu (kecerdasan,
golongan (jenis kelamin, harga diri)
suku, dsb.)

Penghitungan:
Banyaknya subjek

Nominal
4
Pengukuran:
Kuantitas dan Kualitas

Ordinal, Interval, Rasio


Penggunaan Istilah
• Dalam percakapan sehari-hari istilah
0011 0010 1010 1101 0001 0100 1011

SKALA sering disamakan dengan TES.

• Dalam pengembangan alat ukur,

1
2
istilah TES digunakan untuk
penyebutan alat ukur kognitif,

4
sedangkan istilah SKALA lebih banyak
digunakan untuk menyebutkan alat
ukur non-kognitif.

• Skala berbeda dengan angket.


SKALA VS ANGKET
DIMENSI SKALA ANGKET
Sifat Data Subjektif Faktual
Arah Pertanyaan Tidak langsung Langsung
Kesadaran pada Tidak sadar Sadar
Tujuan Pengukuran
Penilaian Prosedur Klasifikasi
penskalaan
Jumlah Konstrak Satu konstrak Banyak konstrak
yang Diungkap
Reliabilitas Perlu diuji Tidak perlu diuji
Validitas Kejelasan konsep Kejelasan tujuan
SKALA vs ANGKET

1. Angket  data faktual;


Skala psikologi  konstrak/konsep psikologis

2. Pertanyaan dalam angket  langsung dan


terarah;
Pertanyaan dalam skala psikologi  tertuju pada
indikator perilaku untuk memancing jawaban
yang merupakan refleksi dari sikap subjek.

3. Responden angket tahu persis arah pertanyaan;


Responden skala psikologi tidak menyadari
aspek sesungguhnya yang akan diungkapkan.
SKALA vs ANGKET (lanjutan)

4. Jawaban angket diberi angka coding;


Jawaban skala psikologi diberi angka skor sesuai proses
penskalaan (scalling).

5. Satu angket mengungkap banyak hal;


Satu skala mengungkap atribut tunggal (undimensional).

6. Data angket tidak perlu diuji reliabilitasnya;


Data skala psikologi harus teruji reliabilitasnya.

7. Validitas angket  ditentukan oleh kejelasan tujuan &


lingkup informasinya;
Validitas skala psikologi  ditentukan oleh kejelasan
konsep psikologi yang diukur dan operasionalisasinya.
KARAKTERISTIK SKALA PSIKOLOGI

• Stimulus tidak langsung mengungkap atribut yang


diukur, melainkan mengungkap indikator dari atribut
tersebut.

• Skala psikologi selalu berisi banyak aitem. Jawaban


terhadap satu aitem hanya mengungkapkan sebagian
indikasi yang diukur, sedangkan kesimpulan akhir
baru bisa dicapai bila semua aitem telah direspon.

• Respon subjek tidak diklasifikasi sebagai “benar atau


salah”. Semua jawaban diterima sepanjang
jawaban/respon tersebut jujur dan bersungguh-
sungguh.
• Latent (tidak tampak)
• Indikator perilaku terbatas
• Pengaruh irrelevant variables
• Stabilitas rendah
• Interpretasi normatif
• Banyak sumber error
FAKTOR-FAKTOR YANG MELEMAHKAN
ALAT UKUR
 Identifikasi kawasan ukur (domain) tidak jelas.
 Operasionalisasi konsep tidak tepat.
 Penulisan aitem tidak sesuai kaidah (misalnya: social
desirability tinggi).
 Administrasi skala kurang hati-hati.
Penampilan skala / validitas tampang
Kondisi subjek
Kondisi testing
 Pemberian skor tidak cermat
 Interpretasi keliru.
LANGKAH-LANGKAH
PENYUSUNAN
SKALA PSIKOLOGI
LANGKAH-LANGKAH DASAR PENYUSUNAN
SKALA PSIKOLOGI
1. Menetapkan tujuan pengukuran 
tetapkan konstrak psikologis & domain.
2. Mengoperasionalisasikan konsep dari
atribut yang diukur  tetapkan indikator
perilaku  susun blue print
3. Pilih format & penskalaan.
4. Tulis & review aitem
LANGKAH-LANGKAH DASAR PENYUSUNAN
SKALA PSIKOLOGI (lanjutan)

5. Uji coba (try out) aitem


6. Analisis aitem.
7. Seleksi aitem & uji reliabilitas sampai lolos
8. Validasi.
9. Kompilasi akhir  format final
LANGKAH 1

Menetapkan
tujuan pengukuran,
konstrak psikologis dan
wilayah ukur
(domain)
PENTING :

PENEGASAN BATASAN ATRIBUT


YANG AKAN DIUKUR

• Mengidentifikasi tujuan pengukuran.

• Mengidentifikasi kawasan ukur.

• Adanya teori-teori yang memadai


sebagai acuan dari konsep tentang
atribut yang bersangkutan.
ATRIBUT PSIKOLOGI sebagai
KONSTRAK HIPOTETIK
Jauh lebih abstrak.
Batasannya tidak selalu dapat diterima atau
diberlakukan secara umum.
Banyak konsep & teori mengenai satu variabel
psikologis yang bernama sama.
Bentuk perilaku utk satu variabel tumpang
tindih dengan variabel lain.
ATRIBUT PSIKOLOGI sebagai
KONSTRAK HIPOTETIK (lanjutan)

Banyak variabel psikologis yang nama &


identifikasinya sama tetapi batasan
konsepsionalnya berbeda  menghasilkan skala
yang berbeda.

Atribut psikologis tidak dapat diukur secara


langsung, hanya dapat dilakukan melalui
pengukuran perilaku.
MENETAPKAN KONSTRAK YANG DIUKUR

• Sesuai tujuan pengukuran.


• Merupakan sebuah atribut psikologis
yang spesifik dan memungkinkan untuk
diukur.
• Didukung oleh referensi ilmiah yang
memadai.
• Dapat diuraikan ke dalam komponen-
komponen yang lebih operasional.
MENETAPKAN BATAS PENGERTIAN
(DEFINISI)

• Mula-mula diuraikan bermacam-macam


definisi sesuai pendapat beberapa ahli
yang ditemukan dalam referensi-referensi
yang ilmiah.
• Kemudian ditetapkan definisi/pengertian
yang menjadi batasan dari apa yang
diukur oleh alat ini.
Contoh Definisi (diperoleh dari teori)
Atribut psikologis: Kecenderungan Bunuh Diri
Definisi: Kecenderungan bunuh diri adalah
kecondongan maupun sebuah keinginan yang muncul
secara sengaja dalam diri individu untuk mengakhiri
hidupnya yang berhubungan dengan kebutuhan yang
dihalangi atau tidak terpenuhi, perasaan keterputus-
asaan dan ketidakberdayaan dikarenakan adanya
sebuah tekanan-tekanan yang dirasa tidak dapat
ditanggungnya (Kartono, 2000).

Anda mungkin juga menyukai