Jawaban:
Pada tanggal 19 Februari 1913 seorang penerbang asal Belanda bernama J.W.E.R Hilger berhasil
menerbangkan sebuah pesawat jenis Fokker dalam kegiatan pameran yang berlangsung di Surabaya.
Penerbangan tersebut tercatat sebagai penerbangan pertama di Hindia Belanda (sekarang Indonesia)
meskipun berakhir dengan terjadinya kecelakaan namun tidak menewaskan penerbangnya.
5) Tahun 1952: Pembentukan Djawatan Penerbangan Sipil
Pada tahun 1952 pemerintah membentuk “Djawatan Penerbangan Sipil” yang saat itu bertanggungjawab
kepada Kementerian Perhubungan Udara, tugas dan tanggung jawabnya adalah menangani administrasi
pemerintahan, pengusahaan dan pembangunan bidang perhubungan udara, Djawatan Penerbangan Sipil
ini merupakan cikal bakal Direktorat Jenderal Perhubungan Udara saat ini.
Pada tahun 1963 Djawatan Penerbangan sipil dirubah nama menjadi Direktorat Penerbangan Sipil seiring
dengan perkembangan dunia usaha penerbangan.
Untuk mendorong perkembangan dunia usaha penerbangan yang semakin baik pada pemerintahan Orde
Baru telah membentuk Direktorat Jenderal Perhubungan Udara pada tahun 1969 guna menyesuaikan
kebutuhan dan pemanfaatannya sebagai pengganti dan penyempurnaan Direktorat Penerbangan Sipil
dengan struktur organisasi terdiri dari Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Angkutan Udara Sipil,
Direktorat Keselamatan Penerbangan dan Direktorat Fasilitas Penerbangan.
Pada tahun 1974 struktur organisasi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara disempurnakan menjadi
Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Udara, Direktorat Keselamatan
Penerbangan, Direktorat Pelabuhan Udara dan Direktorat Telekomunikasi Navigasi Udara & Listrik.
Penerbangan Indonesia terus berkembang bukan hanya bidang lalu lintas dan angkutan udara saja
namun sudah mulai dengan perkembangan industri pembuatan pesawat terbang sehingga diantisipasi
dengan pembentukan direktorat khusus yang menangani kelaikan udara berstandar internasional,
pemerintah mengeluarkan KM 58 Tahun 1991 mengenai penyesuaian struktur organisasi Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara, strukturnya terdiri dari Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat
Angkutan Udara, Direktorat Keselamatan Penerbangan, Direktorat Teknik Bandar Udara, Direktorat
Fasilitas Elektronika dan Listrik dan Direktorat Sertifikasi Kelaikan Udara.
Pada masa kolonial Belanda, penguasa waktu itu tidak memiliki program perancangan pesawat
terbang. Mereka hanya melakukan serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pembuatan lisensi
serta evaluasi teknis dan keselamatan untuk semua pesawat terbang yang beroperasi di wilayah
Indonesia.
Pada tahun 1914, di Surabaya didirikan lembaga penguji penerbangan yang bertugas dalam pengkajian
kinerja pesawat untuk pengoperasian di daerah tropis. Lalu pada tahun 1930 dibentuk seksi produksi
pesawat terbang yang menghasilkan pesawat Canadian Avro-AL, sebuah pesawat yang bodinya terbuat
dari kayu lokal. Untuk selanjutnya fasilitas produksi seksi ini dipindahkan ke Lapangan Udara Andir
(sekarang Bandara Husein Sastranegara). Pada periode tersebut penerbangan cukup banyak diminati
dengan adanya beberapa pesawat yang dibuat oleh perorangan.
Pada tahun 1937, atas permintaan seorang pengusaha lokal, beberapa pemuda Indonesia yang
dipimpin oleh Tossin membuat pesawat terbang di sebuah bengkel yang terletak di Jl. Pasirkaliki,
Bandung. Mereka menamai pesawat buatanya dengan nama PK. KKH. Pesawat ini pernah mengejutkan
dunia penerbangan karena telah menunjukkan kemampuannya untuk terbang ke Belanda dan daratan
Chine vice versa. Sebelumnya, sekitar tahun 1922, Indonesia bahkan telah terlibat dalam modifikasi
pesawat di sebuah rumah pribadi di Jl. Cikapundung, Bandung.
Pada tahun 1938, atas permintaan LW. Walraven dan MV. Patist, pesawat PK. KKH didesain ulang
menjadi pesawat yang lebih kecil dan diproduksi di sebuah bengkel yang berlokasi di Jl. Kebon Kawung,
Bandung.
7) suatu kawasan yang digunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, bongkar muat
barang, naik turun penumpang, dan tempat perpindahan moda transportasi. Bagian-bagian bandara
dapat dibedakan menjadi air side dan land side. Berikut ini pembahasan mengenai bagian-bagian
bandara tersebut.
8) - Runaway/ Landasan Pacu : yaitu bagian memanjang dari sisi darat bandara yang disiapkan untuk
lepas landas dan tempat mendarat pesawat terbang.
- Taxiway : yaitu bagian sisi darat dari bandara yang dipergunakan pesawat untuk berpindah (taxi)
dari runway ke apron atau sebaliknya
- Apron : yaitu bagian bandara yang dipergunakan oleh pesawat terbang untuk parker, menunggu,
mengisi bahan bakar, mengangkut dan membongkar muat barang dan penumpang. Perkerasannya
dibangun berdampingan dengan terminal building
9) a. Terminal
b. Crub
c. Tempat Parkir Kendaraan
10) Regulasi terkait Bandar Udara
a.Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 39 Tahun 2019 Tentang Tatanan
Kebandarudaraan Nasional