Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN ON THE JOB TRAINING

KAJIAN ALUR PENGELUARAN CARGO URGENT


DOMESTIK DI LUAR JAM OPERASIONAL
BANDAR UDARA JENDERAL AHMAD YANI
SEMARANG

OLEH:
Tar.i LAILANI ALIFAH DIANTI
NIT. 15111910013

PROGRAM STUDI OPERASI BANDAR UDARA


ANGKATAN KE-15 ALPHA
POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA
CURUG – TANGERANG
2022
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
KAJIAN ALUR PENGELUARAN CARGO URGENT
DOMESTIK DI LUAR JAM OPERASIONAL
BANDAR UDARA JENDERAL AHMAD YANI
SEMARANG

OLEH:
Tar.i LAILANI ALIFAH DIANTI
NIT. 15111910013

PROGRAM STUDI OPERASI BANDAR UDARA


ANGKATAN KE-15 ALPHA
POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA
CURUG – TANGERANG
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN ON THE JOB TRAINING (OJT) KAJIAN ALUR
PENGELUARAN CARGO URGENT DOMESTIK DI LUAR
JAM OPERASIONAL BANDAR UDARA JENDERAL AHMAD
YANI SEMARANG

OLEH :

Tar.i LAILANI ALIFAH DIANTI


NIT. 15111910013

Laporan On The Job Training telah diperiksa dan disetujui sebagai


salah satu syarat penilaian On The Job Training
Disetujui oleh :

Supervisor OJT
Dosen Pembimbing

SADDAM MUDHO P. Drs. SUNDORO, ST, M.Si


NIP. 1491048-S NIP. 19651216 199303 1 002

Mengetahui
KETUA PROGRAM STUDI OPERASI BANDAR UDARA
POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA CURUG

ICHYU MACHMIYANA, S.ST, MS.SMA


NIP. 19880110 200912 1 003

I
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan On The Job Training telah dilakukan pengujian di depan Tim


Penguji pada tanggal 8 Juni 2022 dan dinyatakan memenuhi syarat
sebagai salah satu komponen penilaian On The Job Training

Tim Penguji,

KETUA SEKRETARIS ANGGOTA

KARDI, SH,MH I WAYAN OVA ARANTIKA SE, MM AVI SAPUTRA


NIP. 19620215 198103 1 001 NIP. 0887234-I NIP. 0587184-A

II
Mengetahui
GENERAL MANAGER
BANDAR UDARA INTERNASIONAL
JENDERAL AHMAD YANI - SEMARANG

HARDI ARIYANTO

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Politeknik Penerbangan Indonesia (PPI) Curug -Tangerang


merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Balai
Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Perhubungan yang
dalam tugas pokok dan tanggung jawabnya adalah sebagai
penyelenggara pendidikan dan pelatihan penerbangan guna
menghasilkan Sumber Daya Manusia Perhubungan yang
berkompetensi dalam dunia transportasi udara yaitu tenaga-tenaga
terampil yang siap pakai karena menerapkan program pendidikan
khusus/kejuruan untuk mendapatkan kecakapan khusus yang bersifat
operasional /praktikal dengan sertifikasi kecakapan tertentu.
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka salah satu faktor yang
di perlukan adalah sarana dan prasarana. Untuk dapat menunjang
tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, maka dibutuhkan
pula Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkompeten sesuai
bidangnya.Untuk memenuhi kebutuhan SDM yang berkompeten pada
pengelolahan Bandara tersebut, PPI Curug mengadakan Program
Studi Diploma III Operasi Bandar Udara.
Para peserta didik atau Taruna/I Diploma III Operasi Bandar
Udara dibekali materi dan praktek di lapangan yang seluruhnya
ditujukan untuk menghasilkan SDM yang berkompeten. Salah satu
program kegiatan pendidikan di dalamnya adalah Praktek Kerja
Lapangan / OJT. OJT dapat digunakan sebagai salah satu instrumen
untuk mengukur dan mengetahui tingkat keberhasilan pendidikan dan
pelatihan secara umum serta mengukur tingkat keberhasilan para
peserta diklat (Taruna/i) dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Dalam pelaksanaan On The Job Training (OJT) penulis
belajar mengamati keadaan di lapangan secara langsung. Selain itu
diharapkan juga merupakan sarana untuk memperluas wawasan
serta peralihan dari duniapendidikan ke lingkungan kerja yang
nyata.
OJT yang dilaksanakan penulis dilaksanakan di Bandar
UdaraJendral Ahmad Yani Semarang. OJT dilaksanakan pada 5 unit
kerja selama 6 bulan dengan perincian sebagai berikut:
1. Unit Pelayanan Pass selama 2 minggu
2. Unit Airport Operation Landside Terminal (AOLT) selama 4
minggu
3. Unit Cargo selama 4 minggu
4. Unit Apron Movement Control (AMC) selama 4 minggu
5. Unit Aviation Security (AVSEC) selama 4 minggu

1.2 Maksud dan Tujuan Pelaksanaan


Maksud dalam pelaksanaan OJT di Politeknik Penerbangan
Indonesia Curug adalah sebagai berikut :
1. Membina hubungan kerja sama yang baik yang baik antara pihak
Politeknik Penerbangan Indonesi Curug dengan perusahaan atau
lembaga instansi lainya.
2. Mengetahui masalah–masalah yang ada di dunia kerja serta cara
penyelesainnya.
Adapun tujuan dari pelaksanaan OJT di Politeknik
Penerbangan Indonesia Curug pada akhir pendidikan Diploma III oleh
Taruna Program Studi Operasi Bandar Udara adalah :
1. Terwujudnya lulusan yang mempunyai sertifikat kompetensi
sesuai standar nasional dan internasional.
2. Terciptanya lulusan transportasi udara yang memiliki daya saing
tinggi di lingkup nasional dan internasional.
3. Memahami budaya kerja dalam industri penyelenggara
pemberian jasa dan membangun pengalaman nyata memasuki
dunia industri (penerbangan).
Dalam penerapannya pelatihan kerja memiliki tujuan untuk
mengajarkan dan mengembangkan keterampilan bekerja. Selain itu
juga membentuk sikap taruna hingga mampu melaksanakan tanggung
jawabnya sesuai dengan standar perusahaan.
BAB II
PROFIL LOKASI OJT

2.1 Sejarah Singkat

Gambar 2.1 Bandar Udara Jendral Ahmad Yani Semarang


(Sumber: https://www.gatra.com/news-kesehatan-bandara-ahmad-yani)

Bandar Udara Jenderal Ahmad Yani-Semarang merupakan


salah satu bandara internasional yang dimiliki Indonesia. Namun jika
menengok sejarah Bandara Ahmad-Yani, ternyata dulu bandara ini
bukanlah lapangan udara untuk penerbangan sipil seperti fungsinya
saat ini.
Tahun 1995 silam, Bandara Ahmad-Yani merupakan
pangkalan udara TNI Angkatan Darat. Ditahun yang sama,
dibentuklah Perwakilan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara di
Puad Ahmad-Yani Semarang sebagai realisasi atas perubahan status
Pelabuhan Udara Kalibanteng.
Sejak itu juga, kepemilikan dan pengoperasian Bandar Udara
Ahmad Yani Semarang diserahkan pada PT Angkasa Pura I dengan
pembinaan teknis tetap dilakukan oleh Direktorat Jendral
Perhubungan Udara. Namun saat itu, Bandar Udara Ahmad Yani
Semarang belum menjadi bandara internasional.
Sejarah Bandar Udara Ahmad Yani-Semarang kembali
tercatat tahun 2004. Seiring makin tingginya perkembangan arus
global, pengguna jasa menghendaki adanya penerbangan
internasional. Melihat hal ini, maka dikeluarkanlah Surat Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor KM 64 Tahun 2004 yang mengatur
pelayanan Angkatan Udara ke atau dari Luar Negeri melalui Bandar
Udara Achmad Yani Semarang pada 10 Agustus 2004.
Surat Keputusan ini lantas diresmikan oleh Gubernur Kepala
Daerah Jawa Tengah pada hari selasa tanggal 31 Agustus 2004.
Hingga sampai saat ini, Bandar Udara Ahmad Yani-Semarang
merupakan salah satu bandar udara internasional yang dikelola oleh
PT Angkasa Pura .Bandara ini berfungsi sebagai pintu gerbang dan
ujung tombak lalu lintas udara yang berlokasi di bagian barat kota
Semarang.
Nama Ahmad Yani diambil dari salah satu nama pahlawan
revolusi dan pelopor Angkatan Darat Indonesia yang sangat besar
jasanya bagi bangsa dan Negara Republik Indonesia. Selain fungsinya
sebagai sarana transportasi umum, Bandara Ahmad Yani juga
berfungsi sebagai pangkalan militer Angkatan Darat bidang
penerbangan. Fasilitas yang dimiliki Bandar Udara Internasional
Jenderal Ahmad Yani adalah landasan pacu dengan panjang 2560 m
dan lebar 45 m dengan permukaan yang terbuat dari aspal.
Dengan kapasitas pendaratan untuk pesawat jenis Hercules,
Boeing 737, dan lain – lain. Untuk area Apron (tempat parkir pesawat)
dengan kapasitas 8 pesawat, terminal keberangkatan dan kedatangan
sertaarea parkir yang cukup luas.
Bandar Udara Ahmad Yani merupakan salah satu bandar
udara yang dikelola oleh PT. Angkasa Pura I (Persero) sebagai pintu
gerbang dan ujung tombak lalu lintas udara yang berlokasi di bagian
barat kota Semarang. Posisi Bandara Ahmad Yani terletak antara garis
06.05-07.10 LS dan garis 109.35- 110.50 BT.

2.2 Data Umum Bandara Jendral Ahmad Yani Semarang


Tabel 2.1 Data Umum Bandar Udara Jenderal Ahmad Yani Semarang

Bandar Udara Jendral Ahmad Yani – Semarang

Pengelola PT Angkasa Pura I (Persero)


Kategori Kelas IB
Luas Terminal 5546 m²
Luas Terminal Kargo 99 m²
Provinsi Jawa Tengah
Klasifikasi Bandara Internasional
Lokasi 3.65 km dari Kota Semarang
Luas 1,397,313,55 m²
Elevasi / Temperatus 11 ft (MSL) / 33° Celcius
Koordinat Titik Referensi 6°.58’.35,4” S 110°.22’.37,4” E
Kode ICAO / IATA WAHS / SRG
Jam Operasi 06.00 LT - 20.00 LT
Tipe Lalu Lintas
Penerbangan IFR / VFR
Permukaan Runway Asphalt
Tipe Pesawat Terkritis Boeing 737 900 ER
Jl Bandara Ahmad Yani,
Alamat Semarang 50145
Telephone +62 24 86000600
Email humas.srg@ap1.co.id
Sumber: AIP Indonesia

2.2.1 Layout Bandar Udara Jenderal Ahmad Yani


Gambar 2.2 Layout Bandar Udara Jenderal Ahmad Yani

Sumber: AIP Indonesia

2.2.2 Sisi Udara Data Bandara


1. Fasilitas Sisi udara
Aerodrome adalah kawasan di daratan atau perairan
dengan batas-batas tertentu yang hanya digunakan sebagai
tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas.
1). Runway
Bandar Udara Internasional Jenderal Ahmad Yani
Semarang mempunyai satu runway yang merupakan
suatu bidang berbentuk empat persegi panjang dengan
dua arah penggunaan yaitu runway 31 dan runway 13.

Tabel 2.2 Data Runway Bandara Ahmad Yani Semarang

RUNWAY PHYSICAL CHARACTERISTICS


Runway Dimension Surface Threshold
of Runway Strength Koordinat Elevation
S 6 57.74 E
13 Asphalt 11 ft
2560 x 45 110 21.8
56
(8398.93 x
31 F/D/X/T S 6 58.64 E 9 ft
147.64ft) 110 22.86
Sumber: AIP Indonesia
2). Taxiway
Taxiway adalah jalur yang dirancang dipermukaan
bandara yang digunakan sebagai jalur keluar pesawat dari
runway menuju apron atau sebaliknya. Bandar Udara
Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang memiliki
tujuh Taxiway namun hanya menggunakan dua Taxiway
untuk penerbangan sipil. Yaitu, Taxiway foxtrot dan
Taxiway Golf. Selain kedua Taxiway itu dipergunakan
untuk operasional Penerbang Angkatan Darat.
Tabel 2.3 Data Taxiway Bandar Udara Ahmad Yani Semarang

TAXIWAY LENGTH WIDTH STRENGTH REMARK

PCN 44 CIVIL
A 140 m 45 m
FCYT AIRCRAFT

PCN 44
B 75 m 23 m
FCYT MILITARY
C AIRCRAFT
D ONLY
E
CIVIL
F 261,5 m 23 m 79 F/C/X/T
AIRCRAFT
CIVIL
G 261,5 m 23 m 79 F/C/X/T
AIRCRAFT
3.) Apron
Sumber: AIP Indonesia

Bandar Udara Jenderal Ahmad Yani Semarang


mempunyai 2 apron dengan permukaan yang berbeda.
Yaitu, Civil Apron dan Military Apron. Civil Apron
dipergunakan untuk pesawat scheduled dan non-sceduled
baik domestik maupun internasional. Civil Apron dapat
menampung 12 narraw body aircraft.

Tabel 2.4 Data Apron Bandar Udara Internasional Ahmad Yani Semarang

PARKING
APRON SURFACE DIMENSION
STAND

CIVIL 551.5 x
CONCRETE 1 – 12
APRON 131.5 m

MILITARY
ASPHALT Data not valid
APRON
Sumber: AIP Indonesia

a.) Airport Category


Airport Category adalah kesiapan yang harus
disediakan di suatu bandar udara untuk
menanggulangi apabila sewaktu – waktu terjadi
kecelakaan pesawat. Adapun category dihitung
berdasarkan pesawat terbesar yang mendarat dan
tinggal landas di bandara tersebut dalam waktu 3
bulan berturut - turut minimal mencapai 11700
movement.
Bandar Udara Internasional Jenderal Ahmad
Yani termasuk airport category 7 (tujuh) dengan
pesawat terbesar yang beroperasi yaitu (B737 300 –
900 ER). Untuk airport category 7 diperlukan
minimum 12.100 L air dan 1.210 L foam liquid.
Sedangkan di Bandar Udara Internasional Jenderal
Ahmad Yani tersedia 3 crash car yang masing –
masing mampu mengangkut 4.000 L air dan 400 L
foam, serta 1 rapid interventionvehicle yang
berkapasitas 2400 L air, 500 L foam dan 250 kg dry
powder.

Dari data tersebut diatas, di Bandar Udara


Internasional Ahmad Yani Semarang tersedia
14.400 L air dan 1.700 L foam serta 250 kg dry
powder. Misalkan 1 crash car rusak, berarti bahan
pemadam berkurang menjadi 10.400 L air dan 1.300
L foam, hal tersebut berdampak pada terjadinya
penurunan airport category.
Penurunan airport category sebenarnya tidak
boleh terjadi, karena akan berpengaruh pada jenis
pesawat yang akan mendarat di Bandar Udara
Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang. Untuk
itu agar tidak sampai terjadi penurunan category
maka unit PKP – PK bersama unit terkait lainnya
harus bekerja keras mempertahankan kondisi
kendaraan yang ada agar tidak sampai terjadi
kerusakan significant.

Tabel 2.5 Spesifikasi Runway


AZIMUTH DIMENSI LUAS
2560 x 45
13 - 31 115.200M²
M

PERMUKAAN PCN CAPACITY


NAC : 14 / Jam
56
Asphalt Regular : 12 / Jam
F/D/X/T
Irregular : 2 / Jam
Sumber: AIP Indonesia

Tabel 2.6 Spesifikasi Taxiway


T/W DIMENSI PERMUKAAN PCN
Foxtrot 261,5 m x Asphalt 79
23 m F/C/X/T
Golf 261,5 m Asphalt 79
x 23 m F/C/X/T
Sumber: AIP Indonesia

Tabel 2.7 Spesifikasi Apron


URAIAN DIMENSI PERMUKAAN PCN

Apron 72.522 m2 Rigid 70


North R/D/X/T
Sumber: AIP Indonesia

Tabel 2. 8 Fasilitas GSE Parking


AREA DIMENSION
AREA PARKING GSE TIMUR 55 x 21 m²
AREA PARKING GSE BARAT 36 21 m²
Sumber: AIP Indonesia

Tabel 2.9 Fasilitas Aviobridge


3 (tiga) UNIT Bukaka 2 Tunnel
Sumber: AIP Indonesia
Flight Information Display System
 Server : 4 unit Boarding Gate
 Display : 152 unit Domestik : 5 Gate
Kursi : 874
Counter Imigrasi
 Kedatangan : 3unit Internasional : 1 Gate
 Keberangkatan : 4 unit Kursi : 268
 Counter visa Arr: 1 Unit
Conveyor Belt
Trolley
Domestik : 2 unit
 Keberangkatan : 150 unit
 Kedatangan : 200 unit Internasional : 1 unit

2.3 Gambaran Umum Tugas dan Fungsi Unit Kerja


Setiap perusahaan membutuhkan struktur organisasi yang jelas
untuk menunjang jalur koordinasi dan komunikasi antar karyawan, baik
perusahaan kecil maupun perusahaan besar. Struktur organisasi
memegang peranan penting dalam pembagian peran dan pendistribusian
pekerjaan. Menurut Wright, Struktur organisasi merupakan suatu cara di
mana tanggungjawab dan tugas didelegasikan kepada individu. Individu
tersebut dikelompokkan beradasarkan tugas yang dibebankan. Agar
tercipta kinerja organisasi dengan proses kerja yang cepat dan efektif,
struktur organisasi sebaiknya dapat menyesuaikan dengan hal-hal apa saja
yang dibutuhkan lingkungan dan public.
Tugas dan Fungsi Unit Kerja
Susuna Organisasi Kantor Cabang PT Angkasa Pura I (Persero)
Bandar Udara Jenderal Ahmad Yani Semarang terdiri atas :
a. General Manager;
b. Airport Operation, Services and Security Senior Manager
c. Airport Technical Senior Manager
d. Airport Commercial Senior Manager
e. Airport Administration Senior Manager
f. Airport Safety, Risk, and Performance Manager Senior Manager
g. Legal and Compliance Manager
h. Stakeholder Relation Manager
i. Airport Operation Center Head
Pada kesempatan kali ini, penulis hanya mendapatkan tugas On the
Job Training di unit kerja bagian Operation yang akan di jelaskan sebagai
berikut :
Airport Operation, Services and Security Senior Manager
Menurut Dok. KEP.DU.123/OM.01.01/2020, Tugas Airport
Operation, Services and Security Senior Manager adalah
memastikan kelancaran kegiatan di bidang Airport Operation
Airside, Airport Operation Landside Terminal and Service
Improvement, Airport Rescue and Fire Fighting, dan Airport
Security. Tanggung jawab Airport Operation, Services and Security
Senior Manager adalah sebagai berikut :

a. Memastikan pengelolaan pembinaan kompetensi personel unit


kerjanya
b. Memastikan kegiatan unit kerjanya berjalan sesuai dan relevan
dengan sistem manajemen yang diterapkan Perusahaan
c. Memastikan kesesuaian pelaksanaan kegiatan unit kerjanya
terhadap peraturan perundang – undangan dan peraturan internal
Perusahaan
d. Memastikan tercapainya level of service keamanan penerbangan
Airport Operation Airside Manager
Tugas Airport Operation Airside Manager adalah memastikan
kesiapan dibidang sisi udara (air side) sesuai dengan standar layanan
dan peraturan yang berlaku guna mendukung kinerja operasional
bandar udara serta melaksanakan kepatuhan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan peraturan internah Perusahaaan. Tanggung
jawab Airport Operation Airside Manager dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud yaitu memastikan pelaksanaan kegiatan unit
kerjanya sesuai dan relevan dengan sistem manajemen yang
diterapkan Perusahaan, memastikan kesesuaian pelaksanaan kegiatan
unit kerjanya terhadap peraturan perundang-undangan dan peraturan
internal perusahaan, memastikan pelaksanaan kegiatan operasi
Bandar udara sisi udara (airside) dan akses masuk/keluar terminal
kargo dan pos berdasarkan kebijakan, strategi, dan Standar
Operasional Prosedure (SOP) serta memastikan kesiapan personel dan
jadwal shift kerja di bawah Airport Operation Airside Manager.
1. Apron Movement Control (AMC)
Apron Movement Control (AMC) adalah unit kerja yang
mempunyai fungsi penanggung jawab dalam melaksanakan
pengaturan dan pengawasan ketertiban, keselamatan, kelancaran
pergerakan lalu lintas baik orang, kendaraan, barang, dan kargo di
Apron, pemarkiran atau penempatan pesawat udara, kebersihan sisi
udara serta pencatatan data penerbangan dan penulisan laporan
tugas. Untuk itu AMC memiliki fungsi dan kegiatan pelayanan.
AMC memiliki fungsi dan kegiatan pelayanan sebagai berikut ;
A. Melakukan plotting parking stand pesawat udara yang
melakukan pendaratan.
B. Melakukan pencatatan perkerakan pesawat udara yang masuk
dan keluar pada Apron Movement Sheet (AMS).
C. Mengkonfirmasi rencana lokasi parking stand kepada ground
handling dan tower.
D. Melakukan pengawasan terhadap personel yang melakukan
kegiatan di wilayah sisi udara (Airside)
1. Fungsi Supervisor AMC
a. Mengatur, mengawasi & menempatkan serta memastikan
kinerja officer sesuai bidang tugasnya,
b. Memastikan operasional dilaksanakan sesuai standar
(SOP) yang berlaku,
c. Koordinator Internal && Eksternal,
d. Bertanggung jawab kepada Airline Operation Manager,
e. Memberikan tugas ceklis inspeksi sisi udara kepada
anggota.
f. Koordinasi dengan GHA terkait rotasi pesawat esok hari,
g. Pelaksanaan dan evaluasi realisasi alokasi parking stand
2. Fungsi Unit Kerja AMC
a. Mengatur pergerakan pesawat udara dengan tujuan untuk
menghindarkan adanya tabrakan antara pesawat udara dan
antara udara dengan obctacle.
b. Mengatur masuknya pesawat udara ke apron dan
mengkoordinasikan pesawat udara yang keluar dari apron
dengan ADC.
c. Memastikan keselamatan dan kecepatan serta kelancaran
pergerakan kendaraan dan pengaturan yang tepat dan baik
bagi kegiatan lainnya.
d. Menyiapkan aircraft parking stand allocation terlebih
dahulu, untuk memudahkan pemarkiran dan handling
pesawat udara bersangkutan
e. Memberikan/menyebarkan informasi kepada para
operator mengenai hal-hal yang berkaitan dengan adanya
suatu kegiatan yang sedang berlangsung yang
berpengaruh terhadap kegiatan operasi lalu lintas di apron.
f. Mengadakan control terhadap disiplin di apron dengan
mengeluarkan ketentuan/aturan yang berkaitan dengan
pengemudi dan kendaraan yang beroperasi di apron.

3. Kegiatan pelayanan AMC


a. Menyiapkan alokasi parking stand terlebih dahulu, untuk
memudahkan pemarkiran, handling dan pengawasan
pesawat udara bersangkutan.
b. Mengadakan pengaturan terhadap engine run up, aircraft
towing, memonitor start up clearance yang diberikan
control tower untuk meningkatkan keselamatan dan
kelancaran lalu litas di apron.
c. Menyediakan marshaller dan follow me service.
d. Memberikan informasi kepada para operator pelayanan
penerbangan mengenai adanya suatu kegiatan yang
sedang berlangsung yang dapat berpengaruh terhadap
kegiatan operasi lalu lintas di apron.
e. Mengadakan pegawasan terhadap disiplin di sisi udara
dengan mengeluarkan ketentuan/aturan yang berkaitan
dengan pengemudi dan kendaraan yang beroperasi di sisi
udara.
f. Memastikan kebersihan apron dengan melaksanakan dan
membuat suatu program inspeksi dan standar pencemaran
yang ketat.
g. Menjamin bahwa kondisi fasilitas penunjang di apron selalu
dalam keadaan baik setiap saat.
h. Mengoperasikan Aviobridge/Garbarata.

4. Tugas dan Tanggung Jawab (AMC) :


a. Melaksanakan cheklist My Inspection sisi udara
b. Melaksanakan Inspeksi Airside dan Runway
c. Melaksanakan Pengawasan Pergerakan orang kendaraan
dan barang

5. Tugas dan Tanggung Jawab Aviobrige Operator :


a. Melaksanakan tugas sesuai bidangnya dan bertugas di
tempat yang telah diatur.
b. Melaksanakan tugas sesuai SOP yang berlaku.
c. Bertanggung jawab kepada ASS
d. Melaksanakan Docking / Undocking garbarata.
e. Tugas dan Tanggung Jawab Data Entry Officer :
f. Monitoring data trafik penerbangan AMC Sheet
g. Melakukan validasi data penerbangan,
h. Melakukan rekonsiliasi data penerbangan
6. Peralatan Operasional AMC
1. Alat Komunikasi
a. Handy Talky yang terdapat pada kantor unit AMC
Bandar Udara Jenderal Ahmad Yani Semarang yang
dipergunakan untuk melakukan komunikasi dengan unit
Ground Handling dan Control tower.
b. Radio Base yang terdapat pada kantor unit AMC Bandar
Udara Jenderal Ahmad Yani Semarang yang
dipergunakan untuk melakukan komunikasi dengan unit
Ground Handling dan Control tower untuk melakukan
komunikasi melalui radio, seperti menginformasikan
posisi parking stand pesawat udara, menginformasikan
adanya kegiatan di sisi udara, serta melakukan
permintaan cross runway.
c. Marshalling bats digunakan untuk melakukan
pemanduan parkir pesawat udara di wilayah apron.
d. Marshalling lights signal digunakan untuk mekakukan
pemanduan parkir pesawat udara pada saat malam hari
atau pada saat cuaca sedang tidak baik dengan jarak
pandang yang tidak aman.

2. Alat Pelindung Diri


a. Ear muff merupakan alat penutup telinga ketika sedang
melaksanakan kegiatan marshalling pesawat udara
b. Safety Vest adalah rompi keselamatan yang wajib
digunakan personil selama berada di lingkungan airside.
2. Terminal Cargo
Unit Cargo merupakan unit organisasi dibawah Bidang
Pelayanan dan Kerjasama pada Seksi Pelayanan. Unit Cargo dipimpin
oleh Cargo Service Supervisior yang bertugas pada jam operasional
kantor secara bergilir (shift) netral. Di unit kargo taruna/I di harapkan
mampu menerapkan manajemen pergudangan berdasarkan PM 53
tahun 2017 dan PM 59 tahun 2019 tentang Pengamanan Kargo dan
Pos serta Rantai Pasok (Supply Chain) Kargo dan Pos yang diangkut
dengan pesawat udara. Cargo Service lebih berperan kepada
pengawasan dan pelayanan sedangkan yang bekerja langsung
dilapangan adalah unit PT Angkasa Pura Logistik (APLOG) adalah
salah satu anak perusahaan PT Angkasa Pura 1 yang didirikan pada
06 Januari 2012. APLOG berfokus pada layanan Logistik dengan
segmentasi pelayanan Freight Forwarding, Regulated Agent, Courier
Express, Cargo Terminal Operator, Total Baggage Solution dan
Warehousing.
a. Tugas dan Tangung Jawab
Tugas dan Tanggung Jawab sebagai cargo service officer
adalah sebagai berikut :
1) Bertanggung jawab atas seluruh proses kegiatan Pelayanan Jasa
Kargo dan Pos Pesawat Udara (PJKP2U).
2) Memastikan, mengawasi dan mengontrol seluruh kegiatan
Pelayanan Jasa Kargo dan Pos Pesawat Udara (PJKP2U)
berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3) Mengarahkan dan mengendalikan seluruh personel/petugas
Pelayanan Jasa Kargo dan Pos Pesawat Udara (PJKP2U)
berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4) Mengarahkan dan mengendalikan seluruh personel/petugas
Pelayanan Kargo dan Pos Pesawat Udara (PJKP2U) Perusahaan
agar bekerja sesuai dengan tugas dan fungsi masing – masing.
5) Memastikan semua pergerakan Kargo dan Pos berangkat dan
tiba telah masuk (input) dan terverifikasi dalam Sistem
Pelayanan Jasa Kargo dan Pos Pesawat Udara (PJKP2U).
6) Memastikan Pengguna Jasa Kargo dan Pos telah melakukan
proses pembayaran Pelayanan Jasa Kargo dan Pos Pesawat
Udara (PJKP2U) terhadap semua Kargo dan Pos berangkat
dan/atau tiba, sebelum Kargo dan Pos diberangkatkan dan/atau
dikeluarkan dari Terminal Kargo dan Pos.
7) Memastikan data Kargo dan Pos yang telah diberangkatkan
dan/atau dikeluarkan dari Terminal Kargo dan Pos telah
diverifikasi dan disandingkan dengan data trafik Kargo dan Pos.
8) Menyampaikan Laporan Kegiatan Harian dan Laporan Produksi
Pendapatan Bulanan kepaa unit yang berfungsi membidangi
fungsi komersial.

b. Regulasi
1) PM 53 TAHUN 2017 Tentang Pengamanan Kargo dan Pos serta
Rantai Pasok (Suply Chain) Kargo dan Pos Yang Di Angkut
Dengan Pesawat Udara
2) PM 59 TAHUN 2019 Tentang Perubahan PM 53 TAHUN 2017
Tentang Pengamanan Kargo dan Pos serta Rantai Pasok (Suply
Chain) Kargo dan Pos Yang Di Angkut Dengan Pesawat Udara.

c. Fasilitas Penunjang
1. Gedung Terminal Kargo dan Pos serta fasilitas pendukung,
2. Kawasan Pabean sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
3. Tempat Penimbunan Sementara (TPS) sesuai dengan
ketentuan yang berlaku,
4. Peralatan X-Ray sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
5. WTMD, HHMD, ETD dan stick mirror
6. CCTV
7. Timbangan dan alat ukur (Volume)
8. Sistem PJKP2U
9. FIDS
10. Storage untuk DGG dan storage lainnya sesuai kebutuhan di
Terminal Kargo dan Pos
11. Pagar parimeter, marka dan rambu Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)

2.2.4 Airport Security


Airport Security atau AVSEC adalah singkatan dari Aviation
Security yang secara terjemahan bebas berarti “Aviation =
Penerbangan dan Security = keamanan “. Jadi secara umum,
pengertian Avsec berarti kemanan penerbangan yang mengacu pada
tindakan yang diambil untuk menjaga pesawat dan penumpang serta
awak pesawatnya aman dan selamat. Menurut Annex 17 security
adalah kombinasi tindakan dan sumber daya manusia dan material
yang dimaksudkan untuk melindungi penerbangan sipil dari tindakan
gangguan yang melanggar hukum.
Petugas Avsec memiliki tugas dan tanggung jawab untuk
menjaga kemanan pada Bandar udara baik penumpang serta barang
bawaannya, kargo, pesawat dan awak pesawatnya dan seluruh sisi
Bandar udara. Personal Avsec harus memahami berbagai macam
karakter dan sifat-sifat para pengguna jasa baik dalam masalah
penanganan masalah pengamanan maupun pelayanan. Avsec harus
dapat menangani masalah dengan professional dan tepat yang kembali
mengacu kepada regulasi yang ketat. Tugas yang dilakukan petugas
Avsec adalah sebagai berikut :
a. Mengecek dokumen yang dibawa calon penumpang
b. Memeriksa barang bawaan yang di bawa penumpang agar
terhindar dari barang berbahaya
c. Pemeriksaan pintu masuk
d. Melaksanakan patroli secara meluruh di Bandar udara baik sisi
darat maupun sisi udara Bandar udara
e. Memastikan seluruh area di Bandar Udara dalam kondisi aman
f. Untuk menjaga keamanan petugas Avsec memerlukan peralatan
untuk menunjang penjagaan terhadap barang penumpang, yaitu:
g. HHMD (Hand Held Metal Detector)
h. WTMD (Wall Through Metal Detector)
i. CCTV (Closed Circuit Television)
j. X-ray
k. ETD (Explosive Trace Detector)
l. UVSS (Under Vehicle Surveillance System)
m. ADC (Access Door Control)

a. Dasar Hukum Internasional


1) Annex 17 ICAO: Security (Safeguarding Internasional Civil
Aviation Against Acts of Unlawful Interference)
2) Document ICAO.8973: Security Manual (Security Manual for
Safeguarding Internasional Civil Aviation Against Acts of Unlawful
Interference)
b. Dasar Hukum Nasional
1) UU RI NO. 1 Tahun 2009 tentang penerbangan, bab XIV tentang
Keamanan Penerbangan
2) PP 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan
3) Peraturan Mentri Perhubungan KM. 25 Tahun 2005 Tentang
Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03 – 7066 – 2005
Mengenai Pemeriksaan Penumpang dan Barang Yang Diangkut
Pesawat Udara di Bandar Udara sebagai Standar Wajib
4) Peraturan Mentri Perhubungan KM. 127 Tahun 2015 Tentang
Program Keamanan Penerbangan Nasional (PKPN). (Revisi PM 80
tahun 2017)
Petugas Avsec memiliki tugas dan tanggung jawab untuk
menjaga kemanan pada Bandar udara baik penumpang serta barang
bawaannya, kargo, pesawat dan awak pesawatnya dan seluruh sisi
Bandar udara. Tugas yang dilakukan petugas Avsec adalah sebagai
berikut :
1) Mengecek dokumen yang dibawa calon penumpang
2) Memeriksa barang bawaan yang di bawa penumpang agar
terhindar dari barang berbahaya
3) Pemeriksaan pintu masuk
4) Melaksanakan patroli secara meluruh di Bandar udara baik sisi
darat maupun sisi udara Bandar udara
5) Memastikan seluruh area di Bandar Udara dalam kondisi aman
BAB III

GAMBARAN KEADAAN

3.1 Kondisi Saat Ini


Dengan dilaksanakannya pengoperasian Terminal Kargo dan Pos baru di
Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang dapat mempermudah proses
pengiriman dengan menampung jumlah kargo dan pos yang lebih besar, karena
memiliki luas dan kapasitas yang lebih besar dibandingkan dengan sebelumnya.
Penambahan SDM pun telah dilakukan guna mendukung operasional Terminal
Kargo dan Pos ini. Dalam pengelolaan operasional dan layanan pengiriman
barang Bandara Internasional Jendral Ahmad Yani Semarang dilengkapi dengan
layanan kargo. Pengelolaan kargo dilakukan oleh PT Angkasa Pura Logistik
selaku anak usaha dari PT AP1, terminal kargo Bandara Internasional Jendral
Ahmad Yani Semarang memiliki luas bangunan terminal 2560 m² dengan
kapasitas 60.000 ton/tahun. Dimasa pandemic saat ini, pergerakan barang
semakin meningkat dibandingkan pergerakan orang. Dalam operasional
pengelolaan kargo saat ini, proses loading dan unloading barang – barang kargo
incoming masih menggunakan tenaga manusia. Banyak sekali barang kargo
yang perlu ditangani termasuk jenis kargo special, ada beberapa kejadian yaitu
barang kargo dikeluarkan diluar jam operasional dan mengakibatkan kargo
tersebut tidak bisa ditangani dengan baik.
Penyebab perlunya proses dan penanganan khusus (special handling)
untuk pengeluaran special cargo ini karena barang tersebut merupakan jenis
barang yang mudah rusak, mati, busuk, layu, dan memiliki nilai yang tinggi.
Maka dari itu, proses pengeluarannya perlu memiliki prosedur yang khusus
sesuai dengan regulasi IATA dan atau pengangkut. Berikut ini ada contoh cargo
urgent yang perlu penanganan khusus (special handling) :
1. Perishable Cargo
Perishable Cargo adalah barang-barang yang mudah sekali rusak,
hancur, atau busuk, seperti buah-buahan, sayuran, daging, bunga, ikan dan
bibit tanaman. Sehingga dalam pemuatannya harus ada bahan pengawet atau
pendingin suhu udara agar tahan lama dalam perjalanan/pengiriman.
Parishable Goods memerlukan perhatian khusus dalam penerimaan dan
pengiriman sehingga tiba di tempat tujuan agar keadaan barang tidak rusak
dan masih segar.
2. Live Animal
Live Animal merupakan binantang atau hewan yang masih hidup
yang dikirim melalui pesawat udara termasuk binatang ternak dan hewan
peliharaan. Baik yang hidup di darat, di air maupun di udara. seperti anak
ayam, kuda, kambing ikan, dan lain-lain.
3. Human Remain
Human Remain terbagi menjadi 2 yaitu Uncremated in Coffin,
merupakan mayat atau jenazah yang masih dalam bentuk jasad yang telah
diangkut dengan menggunakan peti jenazah dan Cremated yaitu jenazah
yang sudah berupa abu (ashes) dan biasanya di kirim Dengan menggunakan
kotak guci atau kotak kayu.
4. Valueble Goods
Valuable Goods merupakan barang – barang yang memiliki tinggi
atau barang – barang yang berharga. Contohnya, Emas batang, Berlian,
intan dan uang tunai yang cukup banyak.
Dikarenakan adanya case dimana pada saat pengambilan cargo
urgent tersebut di ambil setelah jam operasional di terminal cargo dan belum
adanya proses penanganan yang benar dan dilihat dari contoh urgent cargo
yang sudah dijelaskan mengenai pengertian dan contohnya maka diperlukan
adanya proses dan penganan yang khusus.
3.2 Kondisi Yang Diharapkan

Kondisi yang diharapkan dari penulis yaitu membuat sebuah prosedur


yang dibuat sebagai pedoman atau acuan dalam menangani pengeluaran kargo
Di Bandar Udara Jendral Ahmad Yani Semarang di area terminal kargo sesuai
dengan tata kelola kargo dan pos serta rantai pasok (supply chain) yang
tertuang dalam ketentuan perundang – undangan yang berlaku agar proses
pelayanan pengeluarang cargo urgent dapat berjalan dengan baik.
Isi dari pedoman tersebut berupa langkah – langkah dan proses
penanganan yang baik mengenai pengeluaran barang urgent cargo tersebut
dengan harapan dapat mewujudkan pelayanan prima bagi seluruh pengguna jasa
bandara dan masyarakat umum.

3.3 Landasan Teori


1. Penerbangan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang


Penerbangan dinyatakan bahwa : “Penerbangan adalah satu kesatuan sistem
yang terdiri atas pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara,
angkutan udara, navigasi penerbangan, keselamatan dan keamanan,
lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang umum lainnya”.
2. Pesawat Udara
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan menyatakan bahwa : “Pesawat Udara adalah setiap mesin atau
alat yang dapat terbang di atmosfer karena gaya angkat dari reaksi udara,
tetapi bukan karena reaksi udara terhadap permukaan bumi yang digunakan
untuk penerbangan”.
3. Bandar Udara
Dalam Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan dinyatakan bahwa : “Bandar udara adalah kawasan di daratan
dan/atau perairan dengan batas – batas tertentu yang digunakan sebagai
tempat pesawat udara mendarat atau lepas landas, naik dan turun
penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan
antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan
keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang
lainnya. bandar udara juga digunakan untuk penanganan pengangkutan
barang (cargo) menurut Annex 14, Vol I “Aerodrome Design and
Operations Aerodrome, a defined area on land or water (including any
buildings, installations and equipment) intended to be used either wholly or
in part for the arrival,departure and surface movement of aircraft”
“Dalam terjemahan bebas yaitu: Bandar udara adalah suatu daerah
tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi, dan
peralatan) yang dimaksudkan untuk digunakan baik seluruhnya maupun
sebagian untuk kedatangan, keberangkatan, dan pergerakan di darat dari
pesawat udara”
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2009,tanggal 12 Januari 2009 tentang Penerbangan dinyatakan bahwa :
“Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-
batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan
lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat
perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan
fasilitas penunjang lainnya.
4. Kargo
Kargo merupakan sebuah barang yang diangkut menggunakan
pesawat udara, yang mana dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu general
cargo, special cargo dan dangerous goods (barang berbahaya). Barang
tersebut dibagi menjadi beberapa jenis agar memudahkan petugas dalam
penanganan dan penyimpanan barang tersebut serta penempatan pada saat
loading barang ke dalam pesawat udara.
Gudang kargo atau Warehouse adalah tempat dimana barang –
barang yang akan dikirimkan ditempatkan di dalam satu ruangan. Biasanya
di dalam gudang juga tersimpan bahan baku, bahan setengah jadi, atau
barang jadi. Dengan kata lain gudang berarti tempat penyimpanan barang
sebelum barang di kirimkan ke lokasi tujuan.
Menurut PM 53 tahun 2017 yang telah direvisi yang terdapat pada PM
59 Tahun 2019 tentang Pengamanan Kargo dan Pos serta Rantai Pasok
(Supply Chain) Kargo dan Pos yang diangkut dengan Pesawat Udara,
“Kargo adalah setiap barang yang diangkut oleh pesawat udara selain benda
pos, barang kebutuhan pesawat selama penerbangan yang habis pakai, dan
bagasi yang tidak ada pemiliknya atau bagasi yang salah penanganan.
Badan Usaha Angkutan Udara dan Perusahan Angkutan Udara
Asing dapat mendelegasikan kegiatan pemeriksaan keamanan kargo dan pos
kepada unit penyelenggara Bandar udara, Badan Usaha Bandar Udara, agen
kargo dan pengelola terminal kargo dalam hal di Bandar udara tersebut
belum ada Regulated Agent.
5. Spesial Cargo
Special cargo adalah barang-barang kiriman yang memerlukan
penanganan secara khusus (special handling). Jenis barang ini pada
dasarnya dapat diangkut lewat angkutan udara dan harus memenuhi
persyaratan dan penanganan secara khusus sesuai regulasi IATA dan atau
pengangkut (Majid dan Warpani, 2009).
6. General Cargo
General cargo adalah barang-barang kiriman biasa sehingga tidak
memerlukan penanganan secara khusus, namun tetap harus memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dan aspek safety. Contoh barang yang
dikategorikan general cargo antara lain: barang-barang keperluan rumah
tangga, peralatan kantor, peralatan olahraga, pakaian (garmen, tekstil), dan
lain-lain (Majid dan Warpani, 2009) dalam buku Ground Handling
Manajemen Pelayanan Darat Perusahaan Penerbangan General cargo.
7. Aviation Security
Airport Security merupakan pegawai yang memiliki lisensi di bidang
keamanan penerbangan dan secara langsung bertugas untuk melakukan
peeriksaan keamanan, pengawasan dan pengendalian terhadap barang,
orang, dan kendaraan di seluruh wilayah Bandar udara. Selain itu Airport
Security bertugas, menjamin keamanan dan keselamatan penerbangan,
keteraturan dan efiensi penerbangan, di seluruh area penerbangan, termasuk
juga awak pesawat udara, memberikan perlindungan terhadap awak pesawat
udara, para penumpang, petugas di darat, masyarakat dan instansi yang ada
di bandar udara dari tindakan melawan hukum,dan memenuhi standar
peraturan yang ada di penerbangan baik secara internasional maupun
nasional, dalam aturan Internasional berpedoman pada ICAO.
8. Jam Operasional
Jam kerja atau jam operasional adalah proses untuk menetapkan
jumlah jam kerja orang yang digunakan atau dibutuhkan untuk
merampungkan suatu pekerjaan dalam waktu tertentu. Jam kerja merupakan
bagian paling umum yang harus ada pada sebuah perusahaan. Jam kerja
karyawan umumnya ditentukan oleh pemimpin perusahaan berdasarkan
kebutuhan perusahaan, peraturan pemerintah, kemampuan karyawan
bersangkutan.
ALUR PENGELUARAN BARANG URGENT DI LUAR
JAM
OPERASIONAL
Gambar 4.1 Alur pengeluaran barang urgent diluar jam operasional

(Sumber : Dok. PM Pengeluaran Barang Cargo diluar jam operasional)

Laporan 3. Laporan Kegiatan Harian On the Job Training

Anda mungkin juga menyukai