2/Apr-Jun/2020
1 Artikel Skripsi
2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM
15071101251
3 Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum
116
Lex Privatum Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020
f. Angkutan didalam kota ( intra city Negara lainya. Di dalam dunia perniagaan,
transportation atau urban transportasi laut atau samudera juga semakin
transportation).1 diminati oleh masyarakat karena lebih
Jika dilihat dari sudut teknis dan angkutanya, menguntungkan apabila dibandingkan dengan
maka transportasi dapat pula dirinci menurut pengangkutan melalui udara dan darat.
jenisnya sebagai berikut : Atas dasar pemikiran diatas penulis tertarik
a. Angkutan Jalan Raya atau Highway melakukan penulisan skripsi ini dengan judul:
transportation (road transportation). Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Perjanjian
b. Pengangkutan Rel (rail transportation. Pengangkutan Barang Melalui Laut.
c. Pengangkutan melalui air di pedalaman
(inland transportation). B. Perumusan Masalah
d. Pengangkutan pipa (pipe line 1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian
transportation). pengangkutan barang melalui laut?
e. Pengangkutan laut dan samudera (ocean 2. Bagaimana tanggung jawab para pihak
transportation). atas kerugian dalam pelaksanaan
f. Pengangkutan udara (transportation by perjanjian pengangkutan barang melalui
air atau air transportation).2 laut?
Adapun tranportasi melalui air dapat di
klasifikasikan pada dua golongan besar, yaitu C. Meode Penelitian
transportasi air di pedalaman (inland water Metode pendekatan yang dipakai dalam
transportation) dan tranportasi Laut (ocean penelitian ini adalah metode pendekatan
transport). Dalam transpor air pedalaman itu yuridis empiris. Pendekatan yuridis digunakan
meliputi transpor yang memakai jalan sungai, untuk menganalisis berbagai peraturan
danau, dan kanal yang terdapat di dalam batas Perundang-undangan tentang Perjajnian
wilayah Negara yang bersangkutan. Sedangkan Pengangkutan Laut. Sedangkan pendekatan
transpor laut meliputi transpor pelayaran Empiris digunakan untuk menganalisis hukum
pantai dan pelayaran samudera, berarti bukan semata-mata sebagai suatu seperangkat
meliputi transpor antar Negara yang melewati atau Perundang-undangan yang bersifat
batas Negara yang bersangkutan.3 Sedangkan normatif saja akan tetapi hukum dilihat sebagai
secara garis besarnya moda pengangkutan perilaku masyarakat, selalu berinteraksi dan
dapat diklasifikasikan sebagai berikut ; berhubungan dengan aspek kemasyarakatan,
1. Pengangkutan Darat. seperti politik, ekonomi, social dan budaya.
a. Pengangkutan melalui jalan (raya) Berbagai temuan lapangan yang bersifat
b. Pengangkutan dengan kereta api individual akan dijadikan bahan utama dalam
2. Pengangkutan Laut. mengungkapkan permasalahan yang diteliti
3. Pengangkutan Udara.4 dengan berpegang pada ketentuan yang
Dari ketiga macam moda angkutan tersebut normative.6
diatas, pengangkutan melalui laut mempunyai
peran yang sangat penting mengingat ¾ luas HASIL PEMBAHASAN
dari permukaan bumi adalah berupa perairan. A. Kebijakan Dalam Pelaksanaan Perjanjian
Peranan pengangkutan laut juga menjadi Pengangkutan Barang Melalui Laut
sangat penting di Negara/daerah yang Didalam perjanjian pengangkutan terlibat
berkepulauan, bersungai dan berdanau, bahkan dua pihak, yaitu :
untuk menghubungkan Negara satu dengan 1. Pengangkut
2. Pengirim barang/ Penumpang.10
117
Lex Privatum Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020
118
Lex Privatum Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020
kembali. Agar pengoperasian petikemas dapat oleh pengangkut dan pengirim secara timbal
berjalan dengan baik, maka semua pihak yang balik dengan cara antara lain:
terlibat harus menyetujui agar ukuran-ukuran a. Penawaran dari pihak pengangkut
dari petikemas harus sama dan sejenis serta Cara terjadinya perjanjian pengangkutan
serta mudah diangkut. dapat secara langsung antara pihak-
Meskipun ukuran petikemas dari luar adalah pihak, atau secara tidak langsung dengan
sama atau seragam, namun petikemas menggunakan jasa perantara
dikeluarkan dalam beberapa fariasi sesuai (ekspeditur). Apabila perjanjian
kegunaanya. Fariasi tersebut dapat dilihat pengangkutan dilakukan secara langsung,
berdasarkan bentuk, ukuran, barang yang maka pihak pengangkut langsung
dimuat, dan cara pengisian muatan menghubungi pengirim, dimana
kedalamnya. Ada petikemas yg berbentuk pengangkut juga
tabung, kotak dan flat, ada yang berbentuk mengumumkan/mengiklankan
besar dan kecil, ada yang memuat barang kedatangan dan keberangkatan kapalnya,
padat, cair maupun curah. Ada yang dapat diisi sehingga pengirim barang menyerahkan
dari depan, dari samping, atau dari atas,juga barangnya kepada pengangkut untuk
ada yang khusus dilengkapi pendingin untuk diangkut.
muatan beku. b. Penawaran dari pihak pengirim
Dalam pengangkutan laut, identitas barang Apabila penawaran dilakukan oleh
muatan dicantumkan suatu surat berharga yang ekspeditur, maka ekspeditur
disebut konosemen atau bill of lading. menghubungi pengangkut atas nama
Konosemen atau bill of lading inilah yang pengirim barang. Kemudian pengirim
disebut dengan surat muatan.15 Dalam barang menyerahkan barang pada
konosemen memuat identitas kepada siapa ekspeditur untuk diangkut. Setelah
barang-barang itu harus diserahkan. terjadi kesepakatan antara kedua belah
Konosemen dapat diterbitkan atas pengganti pihak mengenai segala kondisi, maka
atau atas tunjuk. Selain itu konosemen juga pengangkutan dimulai dengan diawali
harus memuat identitas barang yang akan membuat perjanjian pengangkutan itu
diangkut itu dan pencatatan itu seberapa sendiri.17
mungkin hendaknya diperinci guna mencegah Dalam pengangkutan laut timbul suatu
timbulnya kemungkinan perselisihan mengenai perjanjian timbal balik antara pengangkut
identitas barang-barang angkutan itu pada saat dengan pengirim. Dari adanya perjanjian
penyerahannya. Biasanya di dalam konosemen pengangkutan laut tersebut menimbulkan hak
atau bill of lading diterangkan tentang keadaan dan kewajiban bagi pengangkut dan pengirim.
waktu barang diterima untuk diangkut dengan Pengangkut mempunyai kewajiban untuk
menentukan klausula receive for shipment in menyelenggarakan pengangkutan barang dan
apparent good order and condition, dan dengan atau orang dari satu tempat ke ketempat
adanya keterangan itu menjadi bukti tentang tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan
keadaan barang.16 pengirim mempunyai kewajiban untuk
Terjadinya perjanjian pengangkutan barang membayar angkutan. Antara pengangkut dan
melalui laut akan terlibat pihak pihak yang pengirim sama-sama saling mempunyai hak
terkait di dalam perjanjian pengangkutan laut untuk melakukan penuntutan apabila salah satu
adalah pihak pengirim barang dan pengangkut. pihak tidak memenuhi prestasi.
Dimana terjadinya perjanjian pengangkutan itu Terselengaranya pengangkutan itu karena
diawali dengan serangkaian perbuatan tentang adanya perjanjian pengangkutan yaitu antara
penawaran dan permintaan yang dilakukan pengangkut dengan pengirim atau pemakai
jasa. Sifat perjanjian adalah konsinsual. Dan
sebagai tanda buktinya adalah dokumen
pengangkutan yang disebut konosemen atau
15 Wiwoho Soedjono, Hukum Pengangkutan Laut di
Indonesia dan perkembangannya, Liberty, Yogyakarta,
1987, hal 89. 17Abdulkadir Muhammad, hukum Pengangkutan Darat,
16 Ibid, hal 94 Laut dan Udara, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991, hal 97.
119
Lex Privatum Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020
bill of lading.18 Bill of lading juga merupakan konosemen dikeluarkan kepada pihak ketiga
tanda pengiriman barang-barang yang dengan tujuan berdasarkan surat-surat itu agar
diberikan pengangkut (carrier) kepada pengirim pihak ketiga tersebut menerima bagian barang-
barang atau shipper. Isinya menyatakan bahwa barang yang tercantum dalam konosemen
barang tersebut telah diterima dan disetujui (Pasal 510 ayat 2 KUHD).
oleh pengangkut untuk diangkat ke pelabuhan Mengenai dokumen angkutan, The Hague
tujuan dan diserahkan kepada penerima barang Rules 1924 juga mengaturnya. Dalam Pasal 1 (b)
(consignee) yang ditunjuk oleh pengirim menyebutkan bahwa The Hugue Rules hanya
barang. Surat muatan atau konosemen atau bill akan berlaku bila dalam penyelenggaraan
of lading diatur dalam KUHD, juga dalam The pengangkutan dikeluarkan biil of lading atau
Hague Rules dan dalam The Hamburg Rules. dokumen yang semacam.
Adapun pengertian dari Bill Of Lading (B/L)/ Bill of Lading merupakan perjanjian yang
Konosemen adalah dokumen pengankutan sifatnya unilateral (sepihak) karena perjanjian
barang yang didalamnya memuat informasi ini mengatakan secara sepihak bahwa semua
lengkap mengenai nama pengirim, nama kapal, syarat yang tercantum di dalam B/L hanya
data muatan, pelabuhan muat dan pelabuhan ditentukan oleh satu pihak, yaitu pengangkut
bongkar, rincian freight, dan cara akan tetapi berlaku juga bagi pihak-pihak lain
pembayaranya, nama consignee (penerima) yang tersangkut didalamnya. Seperti shipper
atau pemesan, jumlah B/L yang harus maupun consignee. Hal ini tertera dalam
ditandatangani, dan tanggal penandatanganan. cassatoria clause yang terdapat dalam B/L dan
Didalam KUHD pengertian konosemen isinya sebagai berikut : 40 “In accepting this B/L
terdapat dalam Pasal 506, yaitu : “Konosemen the shipper, consignee and the owners of the
adalah sepucuk surat yang ditanggali, dimana goods and the holder of this B/L, expressesly
pengangkut menyatakan bahwa ia telah accepts and agrees to all stipulation, onditioan,
menerima barang-barang tertentu untuk whether written, printed, stamped or
diangkutnya ke suatu tempat tujuan tertentu incorporated on the front of back hereof.”19
yang ditunjuk dan disana menyerahkannya Yang artinya antara lain : Dengan menerima
pada orang yang ditunjuk, beserta dengan janji- surat muatan ini (B/L) maka pengirim, penerima
janji apa penyerahan akan terjadi.” atau pemilik dan pemegang surat muatan ini
Konosemen dikeluarkan oleh pengangkutan dengan tegas menyetujui semua ketetapan dan
dan diberikan kepada pengirim barang sesudah persyaratan baik yang tertulis , tercetak
barang tersebut dimuat diatas kapal. Pengirim maupun yang disetempel atau yang dimuat
setelah menerima konosemen dari pengangkut, pada bagian muka atau belakang surat muatan
maka ia kemudian mengirimkan konosemen asli ini.
kepada pihak penerima secara langsung atau Kesimpulanya bahwa barang siapa
melalui sebuah bank dan kalau hal itu terjadi menghendaki barang muatanya diangkut oleh
maka hilanglah hak pengirim atau barang- perusahaan pelayaran maka harus tunduk
barang dan haknya berpindah kepada penerima kepada semua persyaratan B/L perusahaan
barang sebagai pemegang konosemen. Ini pelayaran yang bersangkutan. Jadi untuk
berarti bahawa penerima sebagai pemegang melindungi kepentingan para pengirim atau
konosemen tampil ke muka sebagai pemilik penerima barang dari ketentuan cassatoria
barang yang sah dan karenanya ia berhak clause maka pada umumnya perusahaan
menuntut agar barangbarang diserahkan pelayaran menunjuk pada hukum yang tertinggi
kepadanya. Didalam praktek untuk menuntut (paramount clause) yang digunakan untuk
penyerahan barang-barang dari pengangkut menyelesaikan sengketa yang timbul dengan
oleh para pihak tidak cukup hanya pengirim / penerima barang. Untuk perusahaan
menyerahkan konosemen saja, tetapi harus pelayaran samudera menunjuk hukum yang
ditukarkan dengan Dilevery Order (D/O). tertinggi The Hague Rules (International
Dilevery Order seperti yang oleh pemegang
120
Lex Privatum Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020
Convention for Univication of Certain Rules Selain itu disebutkan pula dalam pasal 477
Relating to B/L), Brussel 1924, The Hamburg KUHD bahwa : “pengangkut bertanggung jawab
Rules (United Nation Convention on the untuk kerugian yang disebabkan karena
Carriage of Goods by Sea), 1978 atau United terlambat diserahkannya barang yang diangkut
Carriage of Goods by Sea Act 1936 (USA Congsa kecuali apabila dibuktikan keterlambatan itu
1936). Sedangkan untuk perusahaan pelayaran disebabkan karena suatu malapetaka yang tidak
nusantara mengacu pada Pasal 470 KUHD. dapat dicegah atau dihindarinya .”
Sebagai paramount clause untuk Khusus untuk rusaknya barang , pengangkut
menyelesaikan sengketa tentang hak dan bebas dari tanggung jawab apabila dapat
kewajiban yang timbul dalam pelayaran membuktikan rusaknya barang itu karena cacat
nusantara dan tampaknya pengaturan pada barang atau karena kesalahan pengirim .
Hague Rules, Congsa by Sea Act ataupun dalam Dalam pasal 1 e Hague Rules 1924 tanguang
KUHD terdapat pengaturan yang berbeda. jawab pengangkut sejak barang muat di kapal
sampai saat pembongkaran di pelabuhan
B. Tanggung Jawab Para Pihak Dalam tujuan. Apabila ketentuan ini dihubungkan
Pengangkut Barang Melalui Laut dengan pasal 3 ayat 2 Hague Rules 1924, maka
Sebagai pihak yang mengusahakan disebutkan kewajiban pengangkut antar lain
pengangkutan laut dengan menggunakan kapal memuat, menyusun dan kemudian
sebagai alat angkutannya, pengangkut dibebani membongkar barang dengan sebaik baiknya.
dengan tanggung jawab tertentu terhadap Selain itu dapat disimpulkan tanggung jawab
barang-barang muatan yang diserahkan dari pengangkut menurut The Hague Rules ini
pengirim untuk diangkut. disebut from tackle to tackle.20 Dilain pihak
Tanggung jawab pengangkut menurut KUHD pengangkut mempunayi kekebalan-kekebalan,
diatur dalam: kebebasan – kebebasan serta hak yang
1. Pasal 468 KUHD memberikan perlingdungan kepada pengangkut
harus diangkutnya mulai saat diterimanya terhadap tuntunan ganti rugi atas kerusakan
hingga saat diserahkannya barang tersebut”. atau kerugian muatan bila kerugian atau
Ayat 1 : “Persetujuan pengangkutan untuk kerusakan itu karena kesalahan pengangangkut.
menjaga keselamatan barang yang, Ayat 2 Dari ketentuan ini jelaslah pengangkut
(a):“Pengangkut wajib mengganti kerugian bertanggung jawab untuk mengganti kerugian
pengirim, apabila barang yang diangkutnya kalau muatan mengalami kerusakan atau
tidak diserahkan atau rusak”. Ayat 2 (b). “tetapi karena pengangkut tidak cermat dalam
pengangkut tidak berkewajiban mengganti menjalankannya. Tetapi pengangkut apat
kerugian pengirim, bila tidak dapat diserahkan melepaskan diri dari tanggung jawabnya
atau rusaknya barang itu disebabkan karena: apabila muatan yang rusak itu disebabkan
1. suatu malapetaka yang tidak dapat karena cuaca buruk yang dapat berakibat
dihindari terjadinya. pelayaran tertunda, ruang muatan kemasukan
2. sifat, keadaan atau cacat dari barang itu air.
sendiri. Tanggung jawab pengangkut Menurut The
3. suatu kelalaian atau kesalahan si Hamburg Rules 1978. Dalam pasal 4 ayat 1 The
pengirim sendiri. Hamburg Rules 1978 tanggung jawab
Ayat 3 : “Pengangkut juga bertanggung jawab pengangkut sejak barang diserahkannya dalam
kepada : pengusaan pengangkut dipelabuhan muat,
1. segala perbuatan mereka yang selama pengangkutan dan sampai saat
dipekerjakan bagi kepentingan penyerahan dipelabuhan tujuan kepada
pengangkut itu. consignee.21 Menurut pasal ini tanggung jawab
2. sifat, keadaan atau cacat dari barang itu pangangkut pada saat pengusaannya yaitu
sendiri. dipelabuhan pemberangkatan selama
3. segala barang (alat-alat) yang dipakainya
untuk menyelenggarakan pengangkutan
itu. 20 Tuti T. Gondhokusumo, SH, Pengangkutan Melalui Laut
Jilid II. Penerbit UNDIP, 1986, hal 130.
21 Ibid
121
Lex Privatum Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020
122
Lex Privatum Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020
123
Lex Privatum Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020
124
Lex Privatum Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020
Peraturan Perundang-undangan:
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
The Hague-Visby Rules 1924
The Hamburg Rules 1976.
125