Anda di halaman 1dari 50

Aviation

Knowledge
Aviation Knowledge
Adalah Pengetahuan yang memberikan informasi tentang semua
kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan wilayah udara, pesawat,
bandara, tentang angkutan udara, keamanan dan keselamatan
penerbangan, dan kegiatan terkait lainnya serta fasilitas pendukung.
Aviation Knowledge
Penerbangan adalah salah satu sarana transportasi untuk angkutan
manusia maupun barang melalui udara. Operasi penerbangan harus
sesuai dengan aturan dan regulasi yang diatur oleh Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara Departemen Perhubungan Republik Indonesia.
Sebagai kata lain untuk transportasi, penerbangan juga didukung oleh
sarana fasilitas seperti pesawat, fasilitas bandara, aturan dan prosedur
serta peralatan pendukung yang sangat berguna untuk keselamatan
dan kenyamanan bagi pengguna jasa penerbangan.
Secara garis besar, pengetahuan ini dikelompokkan menjadi :
• Airport
• Fasilitas Air Traffic Safety
• Fasilitas Bandara Keamanan dan Keselamatan
• Layanan Peralatan Pendukung (GSE)
• Aircraft Structure
• Terminologi

di bandara termasuk pergerakan pesawat diatur dan dikelola serta


menjadi tanggung jawab pengelola bandara, sementara untuk
kelancaran kegiatan operasi penerbangan secara terpadu dikelola oleh
perusahaan penerbangan, perusahaan ground handling, unit pemandu
penerbangan dan lain-lain.
History of Aviation
Sejak pertama kali melihat burung terbang,
manusia sudah bermimpi untuk bisa
terbang.
Pada zaman dahulu percobaan pertama
untuk terbang dilakukan dengan
mengikatkan bulu-bulu di sepanjang tangan
kemudian mengepak-ngepak persis seperti
yang dilakukan burung.
Tentu saja cara itu tidak berhasil.
Lalu bagaimana manusia mewujudkan
mimpinya untuk terbang?
Ketika ditanya siapakah manusia pertama yang berhasil menerbangkan pesawat,
sejarah dunia mencatatkan nama Wright Bersaudara, yakni Orville Wright dan
Wilbur Wright sebagai tokohnya. Menggunakan pesawat rancangan sendiri
bernama Flyer, Wright Bersaudara sukses mengudara di sekitar Amerika Serikat
pada 1903.

Hanya, jika ditelisik kembali, jauh sebelum Wright Bersaudara menerbangkan


Flyer, terdapat tokoh lain yang telah berhasil mengudara. Ia adalah Abbas Ibn
Firnas, seorang intelektual dan ilmuwan Muslim asal Qutuba Al-Andalus
(Cordoba, Spanyol).

Abu al-Qasim ‘Abbas bin Firnas bin Wardus atau yang dikenal dengan Ibnu
Firnas, lahir pada abad ke-9 M atau sekitar tahun 810 M, di Ronda, Malaga,
Spanyol. Benteng-benteng dibangun di sekitar kota dan Ronda mulai
mengalami perkembangan pesat, setelah Islam masuk ke Andalusia pada tahun
711 M.
"Ia (Ibnu Firnas) adalah orang pertama dalam sejarah yang melakukan upaya
saintifik (ilmiah) untuk terbang, itu membuatnya melegenda,". Ibnu Firnas
adalah seorang penyair besar, kehebatannya, membuat ia kerap diundang
sebagai penyair di istana Imarah, Cordova, Spanyol. Meski begitu, temuan
kedua sayapnya menjadikannya melegenda dan lebih dikenal dunia.

"Sejauh kontribusi Ibnu Firnas dalam dunia penerbangan, hampir jelas bahwa ia
mulai menciptakan perangkat terbang yang memungkinkannya terbang dari satu
tempat ke tempat lain pada tahun 875 M.

Ibnu Firnas merupakan seorang yang gigih dalam hal terbang. Ia tak menyerah
dan selalu mencoba berulang kali untuk dapat terbang. Ia merancang desain
sayap dengan membalut tangannya menggunakan sutra dan bulu elang untuk
dapat terbang. Kemudian, Ia berdiri di tempat yang tinggi untuk lepas landas,
dan meluncur ke bawah dengan mengepakkan tangannya.
Kegagalannya tak pernah membuatnya menyerah, Ibnu Firnas
mendesain kembali perangkat terbangnya dengan menciptakan sebuah desain
pesawat berbagan kayu, dilengkapi dengan kedua sayap yang dirajut dengan
sutra dan bulu-bulu.

Di usia 65 tahun, ia menguji perangkat terbangnya di depan ribuan penonton,


dengan terjun dari Bukit Jabal Al-Arus, Abbas Ibn Firnas berhasil
menerbangkan pesawat kayunya. Ia mengudara di langit Cordoba sekitar 10
menit. Kendati demikian, Abbas Ibn Firnas tampaknya memang belum
memikirkan proses pendaratan yang tepat. Saat hendak mendarat, ia tak mampu
mengontrol kecepatan pesawatnya yang mengakibatkan dirinya terempas ke
tanah dan mengalami cedera serius.
Kecelakaan tersebut melukai punggungnya. Ibnu Firnas mengalami patah tulang
punggung dan membuatnya berhenti untuk mengembangkan perangkat
penerbangan lebih lanjut. Dua belas tahun kemudian, Ibnu Firnas meninggal di
tahun 887 M, tepatnya saat berusia 77 tahun. 
Sebelum wafat, Ibnu Firnas menyadari pentingnya ekor pada
bagian glider (pesawat luncurnya).

"Setelah kecelakaan uji terbang, Ibnu Firnas menyadari bahwa struktur ujung
ekor adalah bagian penting untuk mendarat, dan ini mirip dengan bagaimana
seekor burung menggunakan ekornya untuk mengurangi kecepatannya. Struktur
ini kemudian dinamai ornithopter oleh da Vinci.
Pada tahun 1908 M, Wright bersaudara mendemonstrasikan menerbangkan
pesawat di Prancis, penemuan ini kemudian menenggelamkan peran Firnas
sebagai pencipta prototipe. Hari ini, dunia penerbangan telah menjadi kompleks
dengan segala kecanggihannya. Studi tentang ornithopter menjadi pembicaraan
para ilmuwan, selain bagian sayap, ekor pesawat akan menjadi penting, untuk
membuat pesawat mendarat dengan halus dan sempurna.
Era Balon Udara
Balon udara adalah sebuah balon yang di pompa dengan udara. Balon terbang
dapat mengambang di udara karena daya apungnya.

Penerbangan pertama yang sukses adalah menggunakan balon udara. Pada


tahun 1783, oleh dua orang berkebangsaan Prancis bernama Etiene Montgolfier
dan Joseph Montgolfier menciptakan mesin terbang yang pertama, yaitu balon
udara.

Balon udara merupakan balon besar yang diisi dengan udara panas. Karena
udara panas lebih ringan dari udara dingin, maka balon dapat membumbung ke
angkasa.
Pilot dan penumpang berada di keranjang besar yang terikat di bawah balon.
Pilot mengontrol ketinggian balon udara dengan cara menambah dan
mengurangi panas.
Kekurangan balon udara adalah manusia tidak dapat mengatur arah dan tujuan.
Jika angin bertiup kebarat, balon udara juga ikut kebarat.
Pada masa perang sipil, tentara menggunakan balon udara untuk mengintai
musuh.
Pesawat Terbang
Pesawat terbang adalah pesawat udara yang lebih berat dari udara, bersayap tetap
atau dengan baling-baling, dan dapat terbang dengan tenaga sendiri.

Pesawat pertama yang berhasil terbang adalah pesawat terbang layang. Pesawat
ini tidak memiliki mesin dan sulit di kontrol. Pesawat terbang layang meluncur
dari bukit-bukit tinggi dan melayang di udara hingga sampai ke tanah. Pesawat
terbang layang dirakit oleh Sir George Meyel.
Pesawat terbang bermesin yang lebih berat dari udara ini diterbangkan pertama
kali oleh Wright Bersaudara (Orville Wright dan Wilbur Wright) dengan
menggunakan pesawat rancangan sendiri yang dinamakan Flyer yang diluncurkan
pada tanggal 17 Desember tahun 1903, di dekat wilayah berbukit pasir di Kitty
Hawk, North Carolina, mengangkasa selama 12 detik, dengan ketinggian
mencapai 37 meter dari tanah. Wright bersaudara berhasil menerbangkan pesawat
dengan penumpang.

Sekarang lebih populer dengan nama "Kitty Hawk". Pesawat Flyer yang asli
kini terdapat di Museum Dirgantara di Washington DC, AmerikaSerikat.
“Wright The Flyer” - 1903
Sejara Penerbangan Indonesia
Tahun 1913 : Penerbangan Pertama di Indonesia

Pada tanggal 19 Februari 1913, seorang penerbang asal Belanda bernama


J.W.E.R Hilger berhasil menerbangkan sebuah pesawat jenis Fokker dalam
kegiatan pameran yang berlangsung di Surabaya.

Penerbangan tersebut tercatat sebagai penerbangan pertama di Hindia Belanda


(sekarang Indonesia) meskipun berakhir dengan terjadinya kecelakaan namun
tidak menewaskan penerbangnya.
Fokker Skin
Kecelakaan pesawat terbang pertama di Indonesia. Jan Hilgers selamat. Beberapa
penerbangannya tidak mulus, tidak cocok dengan iklim tropis di Indonesia
Tahun 1924 : Penerbangan Pertama dari Belanda ke Jakarta

Melihat adanya prospek yang baik bagi penerbangan sipil maupun militer di
Indonesia, maka pada tanggal 1O ktober 1924, sebuah pesawat jenis Fokker
F-7 milik maskapai penerbangan Belanda mencoba melakukan penerbangan
dari Bandara Schippol Amsterdam ke Batavia (sekarang Jakarta).

Penerbangan yang penuh petualangan tersebut membutuhkan waktu selama 55


hari dengan berhenti di 19 kota untuk dapat sampai di Batavia dan berhasil
mendarat di Cililitan yang sekarang di kenal dengan Bandar Udara Halim
Perdana kusuma.
Fokker F.VII
Schippol Amsterdam to Batavia : 55 Hari transit di 19 kota
Tahun 1928 : Rintisan Rute Penerbangan di Indonesia

Pada tanggal 1 November 1928 di Belanda telah berdiri sebuah perusahaan


patungan KNILM (Koninklijke Nederlandsch Indische Luchtvaart
Maatschappij) yang terbentuk atas kejasama Deli Maatschappij, Nederlandsch
Handel Maatschappij, KLM, Pemerintah Hindia Belanda dan perusahaan-
perusahaan dagang lainnya yang mempunyai kepentingan di Indonesia.
Dengan mengoperasikan pesawat jenis Fokker-F7/3B, KNILM membuka rute
penerbangan tetap Batavia-bandung sekali seminggu dan selanjutnya membuka
rute Batavia-Surabaya(pp) dengan transit di Semarang sekali setiap hari. Setelah
perusahaan ini mampu mengoperasikan pesawat udara yang lebih besar seperti
Fokker-F12 dan DC-3 Dakota, rute penerbangan pun bertambah yaitu Batavia-
Palembang-Pekanbaru-Medan bahkan sampai ke Singapura seminggu sekali.
Pesawat Fokker F.VII (3B)
Pesawat Fokker F.XII (F-12)
Pesawat Fokker DC-3 Dakota
Tahun 1929 : Awal mula Penerbangan Berjadwal di Indonesia

Dengan suksesnya penerbangan pertama Belanda ke Jakarta, masih diperlukan


lima tahun lagi untuk dapat memulai penerbangan berjadwal. Penerbangan
tersebut dilakukan oleh perusahaan penerbangan KLM (Koninklijke Luchtvaart
Maatschappij) menggunakan pesawat Fokker F-78 bermesin tiga yang dipakai
untuk mengangkut kantong surat. Kemudian pada tahun 1931 jenis pesawat
yang dipakai diganti dengan jenis Fokker-12 dan Fokker-18 yang dilengkapi
dengan kursi agar dapat mengangkut penumpang.
Fokker F.XII
Fokker F.XVIII
Pesawat Komersil Pertama di Indonesia
Tahun 1949 : Asal nama Garuda Indonesia Airways

Pada tanggal 25 Desember 1949, Dr. Konijnenburg, mewakili KLM menghadap


dan melapor kepada Presiden Soekarno di Yogyakarta bahwa KLM Interinsul
air Bedrijf akan diserahkan kepada pemerintah sesuai dengan hasil Konferensi
Meja Bundar (KMB) dan meminta presiden memberi nama bagi perusahaan
tersebut karena pesawat yang akan membawanya dari Yogyakarta ke Jakarta
nanti akan dicat sesuai nama itu.
Menanggapi hal tersebut, Presiden Soekarno menjawab dengan mengutip satu
baris dari sebuah sajak bahasa Belanda gubahan pujangga terkenal, Raden Mas
Noto Soeroto di zaman kolonial, “Ikben Garuda, Vishnoe'svogel, die zijn
vleugels uitslaat hoog boven uw eilanden” ("Aku adalah Garuda, burung milik
Wisnu yang membentangkan sayapnya menjulang tinggi diatas kepulauanmu").
Maka pada tanggal 28 Desember 1949, terjadi penerbangan bersejarah pesawat
DC-3 dengan registrasi PK-DPD milik KLM Interinsulair yang membawa
Presiden Soekarno dari Yogyakarta ke Kemayoran, Jakarta untuk pelantikan
sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan logo dan nama baru,
Garuda Indonesian Airways, pemberian Presiden Soekarno kepada perusahaan
penerbangan pertama ini.

Garuda DC-3 PK-DPD


Tahun 1952 : Pembentukan Djawatan Penerbangan Sipil

Pada tahun 1952 pemerintah membentuk “Djawatan Penerbangan Sipil” yang


saat itu bertanggung jawab kepada Kementerian Perhubungan Udara, tugas dan
tanggung jawabnya adalah menangani administrasi pemerintahan, pengusahaan
dan pembangunan bidang perhubungan udara, Djawatan Penerbangan Sipil ini
merupakan cikal bakal Direktorat Jenderal Perhubungan Udara saat ini.
Jenis Pesawat Terbang
Pesawat terbang berdasarkan Jenis ada 2 yakni :
1. Fix wing Aircraft : (pesawat terbang bersayap tetap), yaitu
pesawat terbang yang mempunyai sayap tetap atau diam
sebagaimana layaknya pesawat terbang biasa, dimana wing atau
sayapnya merupakan penghasil daya angkat.
2. Rotary Wing Aircraft : (pesawat terbang dengan sayap yang
berputar), yaitu pesawat terbang helicopter, dimana baling-baling
atasnya adalah merupakan sayap yang bergerak karena diputar
oleh mesin, sehingga akan menghasilkan daya angkat yang dapat
mengangkut pesawat tersebut.
“Fix wing Aircraft”

“Rotary Wing Aircraft”


Jenis-jenis Pesawat Terbang Komersial
Wide Body Aircraft

Wide body aircraft adalah pesawat dengan lebar lebih dari 20 kaki,
mempunyai dua aisles atau biasa juga dikenal dengan twin-aisles,
dengan tujuh kursi atau lebih sejajar. Diameter pesawat ini biasanya
mencapai lima atau enam meter. Dalam kabin ekonomi, dapat
mengakodasi tempat duduk dengan konfigurasi 3-4-3 atau 4-4-2,
dengan total kapasitas mencapai 200 hingga 850 penumpang. Jenis ini
memiliki pesawat terlebar mencapai enam meter dan dapat
mengakomidasi hingga 11 penumpang sejajar.
Rata-rata wide body aircraft memiliki izin terbang trans-atlantik dan
trans-kontinental sehingga biasanya digunakan untuk penerbangan
jarak menengah dan jarak jauh. Pesawat jenis ini juga memerlukan
landasan yang jauh lebih panjang.

Model-model wide body aircraft diantaranya adalah :


Airbus A300, Airbus A330, Airbus A340, Airbus A350, Airbus A380
Boeing 747, Boeing 767, Boeing 777, Boeing 787 Dreamliner
IlyushinIl-86, IlyushinIl-96, L1011Tristar, MD DC-10
Airbus A380-800 (Super Jumbo)

Cabin Economy Class - Airbus A380-800


Narrow Body Aircraft

Narrow body aircraft atau yang biasanya juga dikenal dengan sebutan
pesawat lorong tunggal adalah pesawat dengan lebar kabin biasanya
mencapai tiga sampai empat meter.
Hanya memiliki satu aisle, konfigurasi tempat duduk pesawat ini
biasanya 3-3, 2-3 atau terkadang 2-1 bahkan1-1 untuk private jet
dengan kapasitas kurang dari 250 orang.
Narrow body aircraft umumnya tidak memiliki izin terbang trans-
atlantik atau trans-kontinental dan hanya digunakan untuk
penerbangan regional.
Model-model narrow body air craft diantaranya adalah :
Airbus A320 family, Boeing 707, Boeing 720, Boeing 727, Boeing
737, Boeing757, Douglas DC-8, Tupolev Tu-154, Tupolev Tu-204,
Tupolev Tu-334, Sukhoi SSJ 100, Vickers VC10, BAC One-Eleven,
BA e146, Boeing 717, Bombardier C Series, Convair 880 dan 990,
Fokker F28, Fokker 70, Fokker 100, McDonnell Douglas DC-9,
McDonnell Douglas MD-80/MD-90, Antonov 148, Antonov 158,
ATR-72, MA-60, dsb.
GA boeing 737-800

boeing 737-800 cabin


Pesawat Perintis

Jenis pesawat komersil terakhir adalah pesawat perintis. Pesawat ini


berukuran kecil dengan berat kurang dari 6 ton. Pesawat jenis ini
biasanya digunakan untuk menjangkau daerah-daerah terpencil,
seperti di papua misalnya. Karena ukuran badan yang kecil, pesawat
ini dapat mendarat dilandasan pendek dan landasan tanah. Pesawat
yang digunakan biasanya jenis Cessna, Beechcraft, Grumman, dan
lain-lain.
Susi Air - Cessna 208 (PK-BVF)

Cabin Susi Air - Cessna 208 (PK-BVF)


Prinsip dasar pesawat
terbang
1. Berat (Wight) Pesawat Oleh
Gravitasi Bumi
Berat pesawat (Weight) dan hukum
Gravitasi yaitu setiap benda yang
bobotnya lebih berat dari udara pasti
akan jatuh kepermukaan bumi, maka
untuk mempertahankan agar benda
tetap berada di tempatnya dan tidak
jatuh ke bumi maka dibutuhkan gaya
sebesar gaya gravitasi (G-Force),
hal ini berlaku pula pada sebuah
pesawat terbang sebagai benda
yang lebih berat dari udara.
2. Gaya Dorong (Thrust) Oleh
Engine.
Memiliki bagian depan yang lebih luas
di bandingkan bagian belakang yang
berujuan untuk menangkap angin
dengan jumlah yang lebih banyak,
angin dengan kecepatan tinggi tersebut
kemudian dikeluarkan lewat bagian
belakang yang sempit. Sehingga
tekanan udara bagian belakang
menjadi lebih besar. Tekanan inilah
yang menimbulkan daya dorong pada
pesawat sehingga pesawat dapat
melaju dengan kencang.
3. Gaya Angkat (Lift) Yang Di Sebabkan Oleh Bentuk Pesawat.
Kecepatan udara yang besar menimbulkan tekanan udara yang kecil.
Sehingga tekanan udara dibawah sayap menjadi lebih besar dari
sayap pesawat bagian atas. Sehingga akan timbul gaya angkat (Lift)
yang menjadikan pesawat itu bisa terbang. (hukum Bernoully).
Penampang sayap pesawat terbang (Aerofoil) mempunyai bagian
belakang yang lebih tajam dari pada bagian depan, dan sisi bagian
atas yang lebih melengkung dari pada sisi bagian bawahnya.
4. Gaya Hambat (Drag) oleh Gesekan Udara.
Konsep dasar dari layang-layang, dimana layangan dapat
terbang dikarenakan layangan menabrak angin / arah yang
berlawanan (konsep dari gesekan udara).
Gaya angkat (Lift) pada sayap (dan pesawat secara keseluruhan)
timbul sebagai akibat adanya perbedaan kecepatan aliran udara
pada sayap, yang konstruksinya dirancang sedemikian rupa
(Aerofoil), sehingga menimbulkan perbedaan tekanan udara
bagian atas dan dibagian bawah sayap.
*Kesimpulan

Pesawat bisa terbang (mengudara) karena ada daya


dorong (Thrust) dari mesin (engine) yang besaran
jauh lebih besar dari gaya hambat (Drag) sehingga
pesawat dapat melaju dengan kecepatan tertentu dan
menimbulkan gaya Aerodinamik, yaitu timbulnya gaya
angkat (Lift) yang lebih besar dari gaya Gravitasi
(Weight) sehingga mampu mengangkat pesawat
untuk terbang.

Anda mungkin juga menyukai