2016-2021
BAB III
ISU-ISU STRATEGIS
BERDASARKAN TUGAS DAN
FUNGSI
DINAS PERTANIAN
ISU-ISU STRATEGIS
BAB III
ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS
DAN FUNGSI
3.1.2 Sistem Alih Teknologi Masih Lemah dan Kurang Tepat Sasaran
Sistem adopsi atau alih teknlogi dinilai masih lemah karena
lambatnya diseminasi teknologi baru (invention) dan pengembangan
teknologi yang sudah ada (innovation) di tingkat petani. Rendahnya
diseminasi teknologi disebabkan oleh beberapa hal. Sebelum
diberlakukannya kebijakan otonomi daerah, sistem penyampaian hasil
teknologi dilakukan oleh penyuluh melalui proses aplikasi teknologi di area
percontohan. Pada era desentralisasi, kegiatan penyuluhan menjadi
kewenangan pemerintah daerah dan permasalahan pada sistem
penyampaian teknologi menjadi lebih kompleks akibat kurangnya
perhatian pemerintah daerah pada fungsi penyuluhan pertanian. Institusi
penyuluhan dianggap rendah kontribusinya pada Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Hubungan keterkaitan antara peneliti, penyuluh, dan petani dinilai
masih lemah. Oleh karena itu perlu adanya penataan kembali fokus dan
prioritas penelitian serta sistem diseminasi yang mampu menjawab
permasalahan petani disertai dengan revitalisasi penyuluhan pertanian,
pendampingan, pendidikan dan pelatihan bagi petani.
kebijakan yang terkait dengan produk pertanian sering tidak harmonis dari
hulu hingga ke hilir, seperti kasus penanganan impor produk pertanian
(paha ayam, daging illegal, benih kapas transgenik).
Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan adanya kesamaan
persepsi dan komitmen tentang peranan sektor pertanian dalam
pembangunan nasional. Apabila disepakati bahwa sektor pertanian
merupakan penggerak utama ekonomi nasioanal maka koordinasi antar
instansi menjadi hal yang sangat penting dalam menyusun kebijakan
maupun implementasinya. Untuk itu perlu perbaikan menejemen
pembangunan pertanian dengan mengacu pada UU dan Peraturan
Pemerintah.
3.2. Telaahan Visi Misi dan Program Kerja Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah Terpilih
Visi:
“Memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui
Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Sinergi Pembangunan Perdesaan,
Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan”
Misi Tujuan Sasaran
Misi Pertama: Meningkatkan ketersediaan 1. Optimalnya ketersediaan
“Meningkatkan kualitas dan layanan pendidikan fasilitas pendidikan formal
cakupan layanan berkualitas dan partisipasi baik dari segi kuantitas
pendidikan” masyarakat dalam bidang maupun dari segi kualitas
pendidikan Meningkatnya jumlah
penduduk yang bersekolah
2. Meningkatnya jumlah
penduduk yang bersekolah
Meningkatnya jumlah guru
per mata pelajaran yang
sesuai dengan kualifikasi
3. Meningkatnya
kompetensi penduduk
melalui penguasaan
budaya lokal, olah raga,
dan pendidikan non formal
4. Meningkatnya minat baca
masyarakat Kabupaten
Bandung
Visi:
“Memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui
Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Sinergi Pembangunan Perdesaan,
Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan”
informatika yang terpadu
melalui pemanfaatan
teknologi dan komunikasi
6. Meningkatnya
ketersediaan infrastruktur
listrik dan energi yang
merata mencakup
seluruh wilayah
7. Meningkatnya fektivitas
perencanaan tata ruang
8. Meningkatnya efektivitas
pemanfaatan ruangn
wilayah
9. Optimalnya pengendalian
pemanfaatan ruang
10. Meningkatnya resiliensi
wilayah terhadap resiko
bencana
11. Meningkatnya upaya
penanganan masyarakat
yang tergenang banjir
Visi:
“Memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui
Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Sinergi Pembangunan Perdesaan,
Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan”
Misi Keenam: Menciptakan lingkungan 1. Meningkatkan
“Meningkatkan Kelestarian yang serasi dan seimbang pengawasan dan
Lingkungan Hidup” dengan memperhatikan pengendalian terhadap
daya dukung lingkungan, pencemaran dan kerusakan
daya tampung lingkungan lingkungan
serta 2. Terselenggaranya
konservasi sumber daya
alam
3. Meningkatkan resiliensi
wilayah terhadap resiko
bencana
4. Adaptasi perubahan iklim
Visi:
“Memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui
Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Sinergi Pembangunan Perdesaan,
Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan”
Misi Kesembilan: Meningkatkan stabilitas 1. Meningkatnya kemanan
“Meningkatkan keamanan kemanan yang kondusif dan ketertiban
dan ketertiban wilayah” bagi pembangunan wilayah masyarakat
2. Meningkatkan peran
serta masayrakat dalam
menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat
Indikator
Bidang Urusan
Kinerja
Kode Pemerintahan/ Urusan Bidang Rekomendasi
Program
Program
(Outcome)
Misi 5 Menciptakan Pembangunan Ekonomi Yang Memiliki Keunggulan Kompetitif
2 1 21 Program Pertanian Ekonomi Jumlah
pencegahan dan pelayanan
penanggulangan pencegahan
penyakit ternak dan
pengendalian
PHMS (Ekor)
Persentase
status
kesehatan
hewan (%)
2 1 22 Program Pertanian Ekonomi Meningkatnya
peningkatan kapasitas
produksi hasil pelaku usaha
peternakan pembudidaya
ternak yang
mendorong
peningkatan
produksi hasil
peternakan
Program
Jumlah nilai
peningkatan
transaksi di
2 1 23 pemasaran hasil Pertanian Ekonomi
pasar hewan
produksi
(Rupiah)
peternakan
2 1 24 Program Pertanian Ekonomi Jumlah 1). Revitalisasi IPAL
peningkatan kelompok RPH untuk
penerapan ternak yang mengurangi beban
teknologi terbina melalui pencemaran
peternakan penyuluhan 2) Hulu Sungai
penerapan Citarum memerlukan
teknologi program
peternakan pembangunan IPAL
ternak dan pemulihan
kualitas air pada anak
sungai yang tercemar
limbah ternak
3). Penyediaan lahan
penggembalaan,
sentralisasi/
pengelompokan
Indikator
Bidang Urusan
Kinerja
Kode Pemerintahan/ Urusan Bidang Rekomendasi
Program
Program
(Outcome)
usaha peternakan
ramah lingkungan
Pengawasan
Program
Mutu Produk
Penjaminan
2 1 25 Pertanian Ekonomi Asal Hewan
Produk Asal
(PAH) yang
Hewan/Ternak
HAUS
Secara garis besar, tinjauan masa depan merupakan arah yang harus
dituju pada proses pembangunan dan pengembangan sektor pertanian di
Kabupaten Bandung. Pencapaian kondisi tersebut memerlukan beragam
kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan sektor pertanian
yang tepat. Dalam konteksnya, kebijakan dan strategi yang akan
dirumuskan sudah seharusnya dibangun berdasarkan kebutuhan untuk
mengatasi kesenjangan antara kondisi sektor pertanian pada saat ini dan
kondisi ideal pada masa depan. Selain itu, fleksibilitas juga sangat
dibutuhkan mengingat kondisi di masa depan selalu akan berubah.
Kesenjangan yang terdapat di antara kondisi pada saat ini dan masa
depan dapat dipahami dengan melihat keterkaitan pergeseran lingkungan
di sekitar sektor pertanian. Dinamika perubahan lingkungan di sektor
pertanian tersebut, terutama di Kabupaten Bandung, merupakan hasil
interaksi perubahan yang terjadi di seluruh sektor perekonomian; baik
regional maupun internasional.
Pada saat ini, terminologi pembangunan pertanian memiliki dimensi
yang sangat luas. Pembangunan pertanian dapat diterjemahkan sebagai;
(1) peningkatan produksi pertanian; (2) pengembangan ekonomi wilayah
perdesaan; dan juga (3) pengelolaan dan konservasi sumberdaya.
yang dihadapi oleh banyak wilayah terutama kota besar. Sebagai ilustrasi,
tabel berikut ini menunjukkan data-data empiris mengenai komposisi
timbulan sampah yang terdapat di berbagai kota besar di Indonesia.
Dari data pada Tabel 2.1 terlihat bahwa sampah yang berasal dari
aktivitas sektor pertanian memiliki pangsa yang paling besar diantara
sampah yang dihasilkan oleh sektor lain. Dalam hal ini, kota besar
sebagai pasar utama komoditas pertanian menanggung beban lingkungan
yang sangat besar (environmental cost). Wilayah kota, sebagai wilayah
sentra pemasaran komoditas pertanian menghadapi eksternalitas negatif
yang dihasilkan oleh aktivitas pertanian di wilayah hintherland-nya;
dimana pangsa sampah organik memiliki pangsa lebih dari 60 persen.
Dalam kerangka pembangunan agribisnis, biaya lingkungan yang
dihasilkan oleh sektor pertanian berpotensi menjadi kendala dan peluang.
Sampah akan menjadi kendala ketika pada satu saat biaya lingkungan
tersebut harus diinternalisasi ke dalam biaya produksi pertanian sehingga
meningkatkan biaya produksi. Dalam konteks pengolahan sampah,
penanganan sampah organik memiliki pangsa terbesar dalam struktur
biaya pengolahan karena sifat basah dan amba serta panjangnya proses
degradasi. Sementara sampah organik berpotensi menjadi peluang ketika
manfaat lingkungannya dapat dieksploitasi oleh sisi produksi; dimana
proses degradasinya dilakukan di dalam aktivitas pertanian (sink
sequestering). Selain dari keuntungan biologis yang diperoleh, hal ini
berdampak langsung terhadap turunnya biaya penanganansampah
organik di wilayah konsumsi komoditas pertanian; seperti pada biaya
transport dan biaya landfilling. Secara tidak langsung, biaya eksternalitas
negatif yang bersifat intangible (seperti potensi emisi gas buang) yang
merugikan konsumen dapat dieliminasi.
Tabel 3.8 Komposisi Timbunan Sampah
Persentase (%)
Jenis sampah
Bandung Jakarta Surabaya
Organik 64.00 65.00 71.85
Kertas 1.00 10.00 12.45
Kaca 2.00 3.00 0.90
Plastik/karet 4.00 13.50 8.14
Logam 6.00 2.00 0.90
Lain-lain 12.00 6.50 5.76
3.6.7. Label Perdagangan Etis dan Adil (Ethics and Fair Trade)
Semakin terbukanya pasar dunia dan semakin luasnya pergerakan
komoditas pertanian berimplikasi kepada konvergensi tuntutan konsumen
terhadap komoditas tersebut. Selain tuntutan konsumen yang mengarah
pada aspek keamanan pangan, standarisasi sosial dari sebuah komoditas
pertanian yang diperdagangkan semakin keras disuarakan. Beberapa
standar sosial yang harus dipenuhi oleh sebuah produk pertanian sebagai