Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRATIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA

Oleh :
ALIF ALFIANSYAH ()
BAGUS PERMANA ()
FAUZIAH HUSNA (12080227154)
INDAH KHARISMA (12080227550)
RAHMANDA DWIKA GUSTI (12080214056)
RAHMAD HIDAYAT ()
RAHMADHANI FITRI (12080222172)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke Hadirat Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala


karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktik teknologi
produksi tanaman pangan dan hortikultura.

Shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang mana berkat rahmat beliau kita dapat
merasakan dunia yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Candra Wangi sebagai asisten


dosen yang telah banyak memberikan ilmu khusunya pada matakuliah teknologi
produksi tanaman pangan dan hortikultura. Kepada seluruh rekan-rekan
seperjuangan yang telah banyak membantu penulis di dalam penyusunan laporan
ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, penulis ucapkan terima kasih
dan semoga mendapatkan balasan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk
menghadapi kemajuan kita semua dalam menghadapi masa depan nanti.

Penulis berharap memperoleh manfaat secara pribadi. Semoga makalah ini


bermanfaat bagi kita semua baik masa kini maupun untuk masa yang akan datang.
In Syaa’ Allah.

Pekanbaru, 23 Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu bidang dalam pertanian yang mempelajari tentang budidaya
tanaman di sekitaran kebun, seperti tanaman sayuran, buah, tanaman hias dan
tanaman obat ialah hortikultura. Adanya perbedaan dari tanaman hortikultura
dengan tanaman lainnya dapat dilihat dari sistem budidaya yang lebih intensif
(Purba, D. W., dkk 2021).
Dilihat dari fungsinya tanaman hortikultura ini bisa memenuhi kebutuhan
tubuh yakni sebagai sumber vitamin, mineral serta protein yang dapat diperoleh
dari buah dan sayuran, dan dapat memenuhi kebutuhan rohani yakni karena dapat
memberikan rasa tentran, ketenangan hidup dan estetika dari tanaman yang
ditanam seperti tanaman hias atau bunga (Notodimejo dalam Tambunan, S. B.,
2022).
Pada saat ini permintaan pasar dalam dan luar negeri terhadap komoditi
hortikultura khususnya buah – buahan dan sayuran mengalami peningkatan
sehingga memiliki peluang untuk memposisikan komoditi hortikultura agar
semakin berarti dalam perekonomian indonesia. Permintaan pasar di daerah tropis
ini serta secara internasional terus mengalami peningkatan oleh karena itu
diperlukan penanaman tanaman secara hortikultura (Amilia, E., Joy, B., dkk
2016).
Pada saat ini pembangunan di perkotaan semakin pesat yang akan
menyebablan tingginya alih fungsi lahan dari lahan pertanian ke non – pertanian.
Akibatnya sektor pertanian semakin terdesak dan para petani semakin terbatas
dalam berusaha tani. Namun tingkat perekonomian yang tinggi menyebabkan
peningkatan jumlah penduduk yang akan terjadi permintaan bahan pangan yang
meningkat. Oleh karena itu, kota dituntut untuk bisa mendiakan bahan pangan
yang cukup bagi penduduknya. Maka solusi yang tepat atau alternatif untuk
melaukan budidaya tanaman dengan memanfaatkan lahan yang cukup maka bisa
dilakukan secara urban farming (Wachdijono, W., 2019).
Kegiatan urban farming bagi pertanian ini dilakukan dikawasan perkotaan
dengan memanfaatkan lahan kosong untuk kegiatan pertanian. Adapun
keuntungan dari urban farming ini dapat tersedianya bahan pangan bagi penduduk
kota dan peningkatan pendapatan pertani perkotaan (Huda and Harijati, 2016).
Namun, urban farming dapat mendukung penghijauan kota dan mengatasi krisis
lahan pertanian, salah satu lahan yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan
pertanian ialah lahan perkarangan. Bila dilakukan secara intensif, pengelolahan
lahan perkarangan dapat menambah pendapatan penduduk kota (Nurwahyuni
2012).
Pertanian perkotaan atau urban farming ini salah satu kegiatan
pertumbuhan, pengolahan dan distribusi pangan serta produk lainnya melalui
budidaya tanaman yang intensif di perkotaan atau daerah sekitarnya, serta
menggunakan kembali sumber daya alam dan sisa pertanian untuk memperoleh
keragaman hasil panen (Ikhsan, M. N. 2021).
Tanaman yang dapat dibudidayakan dengan hortikultura serta secara urban
farming yakni kangkung dan sawi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat di rumuskan suatu pokok
permasalahan yaitu:
1. Bagaimana pertumuhan tanaman kangkung secara urban farming dan
konvensional
2. Bagaimana hasil yang efektif dari pertumbuhan tanaman secara urban
farming atau konvensional

1.3 Tujuan
Tujuan dilakukan nya praktikum ini yaitu
1. Untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan tanaman kangkung secara
urban farming dan konvensional
2. Untuk mengetahui manakah hasil yang efektif dari pertumbuhan tanaman
secara urban farming atau konvensional
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Urban Farming


Urban Farming adalah konsep pertanian yang memanfaatkan lahan
terbatas di perkotaan mulai dari balkon, lahan pekarangan yang tidak
begitu luas, hingga pinggir jalan atau tepian sungai. lahan-lahan ini
kemudian disulap menjadi lebih produktif. Pemanfaatan lahan untuk
kegiatan pertanian di sekitar rumah susun yang masih relatif luas dapat
menjadi solusi alternatif dalam penyediaan pangan sehat bagi keluarga.
Manfaat yang diperoleh dengan mengelola lahan di sekitar rusun untuk
kegiatan pertanian, sudah sangat dirasakan oleh masyarakat. Kemudahan
dalam penyediaan pangan sehat, merupakan salah satu manfaat. Berbagai
macam sayuran seperti bayam, kangkung, sawi, selada, pakchoy, kemangi
serta umbi-umbian seperti ubi, ketela, singkong, dan talas menjadi produk
pertanian yang mudah dan murah untuk diakses oleh masyarakat. Selain
itu manfaat yang juga dirasakan langsung adalah pengurangan pengeluaran
untuk belanja kebutuhan dapur, dan bahkan menambah pendapatan bagi
yang mengusahakannya, karena hasil panen dapat dijual kepada warga
sekitar. Manfaat lain adalah lingkungan menjadi hijau, sehat, asri serta
menambah estetika.

2.2 Tanaman Kangkung


3. Kangkung berasal dari India yang kemudian menyebar ke Malaysia, Burma,
Indonesia, China Selatan, Australia dan bagian negara Afrika. Kangkung
termasuk ke dalam famili convolvulaceae atau kangkung-kangkungan. Kangkung
merupakan sumber vitamin A, vitamin C dan mineral seperti zat besi, kalsium,
kalium, dan fosfor (Nazaruddin, 2003). Kangkung dapat berfungsi sebagai obat
tidur karena dapat menenangkan saraf. Akarnya digunakan untuk mengobati
penyakit wasir sedangkan zat besi yang terkandung didalamnya berguna untuk
pertumbuhan tubuh. Bagian tanaman kangkung yang paling penting adalah batang
muda dan pucuk-pucuknya sebagai bahan sayur-mayur (Rukmana, 1994).
Kangkung merupakan tanaman yang tumbuh cepat dan memberikan hasil dalam
waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Biasa ditemukan di dataran rendah hingga
1.000 m di atas permukaan laut. Tanaman kangkung terdiri dari dua varietas,
yakni kangkung darat yang disebut kangkung cina dan kangkung air yang tumbuh
secara alami di sawah, rawa, atau parit (Rukmana, 1994). Dalam sistematika
tumbuh-tumbuhan, klasifikasi kangkung adalah :
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas : Dicotyledone (berkeping dua/dikotil)
Sub kelas : AsteridaeOrdo : SolanalesFamilia : Convolvulaceae (suku kangkung-
kangkungan)
Genus : IpomoeaSpesies : Ipomoea reptans Poir.(Suratman,2000).
Batang tanaman berbentuk bulat panjang, berbuku-buku, banyak mengandung air
(herbaceous), dan berlubang-lubang. Perakaran tanaman kangkung berpola
perakaran tunggang dan cabang akarnya menyebar kesemua arah, dapat
menembus tanah sampai kedalaman 60 – 100 cm (Rukmana, 1994). Kangkung
memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak daunnya
terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun
umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau
tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda. Bentuk bunga
kangkung umumnya berbentuk “terompet” dan daun mahkota bunga berwarna
putih atau merah lembayung. Sedangkan buah kangkung berbentuk bulat telur
yang didalamnya berisi tiga butir biji. Bentuk buah kangkung seperti melekat
dengan bijinya. Warna buah hitam jika sudah tua dan hijau ketika muda. Buah
kangkung berukuran kecil sekitar 10 mm, dan umur buah kangkung tidak lama.
Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau tegak bulat. Berwarna cokelat atau
kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping dua. Pada jenis kangkung darat biji
kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan tanaman secara generatif (Faisal,
2016).Kangkung Darat (Ipomoea reptans P) dapat tumbuh pada daerah yang
beriklim panas dan beriklim dingin. Jumlah curah hujan yang baik untuk
pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 1500-2500 mm/tahun (Faisal,2016).
Tanaman kangkung dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi dengan
suhu 20 – 30 OC. Intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan tanaman kangkung
tergolong sedang yaitu 200 – 400 footcandels. Sedangkan untuk kelembaban
tergolong tinggi yaitu > 60% (Rahman, 2014).
2.3 Tanaman Sawi
Sawi merupakan tanaman hortikultura yang dapat memperbaiki
danmemperlancar pencernaan. Hampir setiap orang gemar akan sawi karena
rasanyasegar dan banyak mengandung vitamin A, vitamin B dan sedikit vitamin
C(Yuniarti et al., 2000). Menurut Haryanto et al. (2003), klasifikasi sawi termasuk
ke dalamKingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Kelas: Dicotyledonae;
Ordo:Rhoeadales; Family: Cruciferae; Genus: Brassica; Spesies : Brassica juncea
L.Tanaman sawi mempunyai batang semu yang pendek hampir tidakkelihatan
karena dari pangkal batang tumbuh tangkai daun dan daunnya bulatpanjang dan
berbulu halus. Tanaman sawi yang dimanfaatkan untuk sayuranadalah daunnya.
Jika dimasak dan dimakan terasa lunak dan segar. Tanaman sawimemiliki akar
tunggang (radix primaria) dan cabang akar yang bentuknya bulatpanjang
(silindris) menyebar ke semua akar pada kedalaman antara 30-50 cm.Akar-akar
ini berfungsi antara lain untuk menyerap air dan zat makanan daridalam tanah,
serta menguatkan berdirinya batang tanaman (Yulia et al., 2011). Batang sawi
berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun. Padaumumnya daun-daun
sawi bersayap, bertangkai panjang yang bentukknya pipih,mudah berbunga dan
berbiji secara alami, baik di dataran tinggi maupun didataran rendah. Struktur
bunga sawi tersusun dari dalam tangkai bunga(inflorescentia), yang tumbuh
memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiapkuntum sawi terdiri atas empat
helai daun kelopak, empat helai daun mahkota,bunga berwarna kuning cerah,
empat helai benang sari, dan satu buah putik yangberongga dua (Rukmana,
1994).Penyerbukan bunga sawi dapat berlangsung dengan bantuan serangga
lebahdan manusia. Hasil dari penyerbukan ini terbentuk buah berupa biji. Buah
sawitermasuk tipe buah polong, yakni bentuknya memanjang dan berongga. Tiap
buah(polong) berisi dua sampai delapan butir biji. Biji sawi berbentuk bulat kecil
yangberwarna coklat atau coklat kehitam-hitaman. Produksi utama dari sawi
adalahdaun-daunnya. Sawi dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk masakan,
sebagaisayur daun (Rukmana, 1994). Nazaruddin (2003) menyatakan bahwa ada
tiga jenis sawi yang banyakdibudidayakan. Pertama, sawi putih (sawi jabung),
memiliki daun berwarna hijaukeputihan dan lebar, batang berwarna hijau dan
pendek serta tegap, rasa enak.Kedua, sawi hijau, sawi ini berbatang pendek dan
tegap, daunnya lebih hijau darisawi putih, tangkai daun pipih, rasa agak pahit, tapi
banyak disukai konsumen.Ketiga, sawi huma (sawi ladang), memiliki batang yang
panjang dan langsing,daunnya panjang sempit, warnanya hijau keputih-putihan.
Jenis sawi ini lebihmenyukai tanah yang kering atau ladang. Menurut penelitian
Nurshanti (2010), sawi varietas tropika merupakan varietas terbaik untuk
parameter tinggi tanaman,pertambahan jumlah daun, bobot berangkasan basah,
dan indeks panen yangmasing-masing adalah 18,59 cm; 2,30 helai; 85,96 g;
83,52%.Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas
maupunberhawa dingin, sehingga dapat diusahakan di daerah dataran tinggi
maupundataran rendah. Meskipun begitu, tanaman sawi akan lebih baik jika
ditanam didataran tinggi. Daerah penanaman yang sesuai adalah mulai dari
ketinggian 5 m sampai 1200 m dpl. Namun biasanya tanaman ini dibudidayakan
pada daerahyang berketinggian antara 100 sampai 500 m dpl. Sebagian besar
daerah-daerah diIndonesia memenuhi syarat ketinggian tersebut (Yulia et al.,
2011). Tanaman sawi juga tahan terhadap air hujan, sehingga dapat
ditanamsepanjang tahun. Pada musim kemarau, jika penyiraman dilakukan
dengan teraturdan dengan air yang cukup, tanaman ini dapat tumbuh sebaik pada
musimpenghujan. Jadi, jika budidaya sawi dilakukan pada dataran tinggi, tanaman
initidak perlu air yang banyak, sebaliknya jika ditanam di dataran rendah
diperlukanair yang lebih banyak. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman
inimemerlukan hawa yang sejuk, maka akan lebih cepat tumbuh apabila
ditanamdalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air
yangmenggenang. Sehingga, tanaman sawi sesuai ditanam pada akhir
musimpenghujan (Nurshanti, 2010). Tanah yang sesuai untuk penanaman sawi
adalah tanah gembur, banyakmengandung humus, subur, serta drainase yang baik.
Derajat kemasaman (pH)tanah yang optimal untuk pertumbuhan tanaman sawi
berkisar antara 6-7(Perwitasari et al., 2012).

2.4 Perkembangan Urban Farming


Aktifitas urban farming menghasilkan sayuran untuk dikonsumsi untuk ketahanan
pangan masyarakat di perkotaan, teori Maslow menerangkan jika kebutuhan dasar
manusia yang paling pertama yaitu terpenuhinya kebutuhan fisiologis, dimana
orang – orang hidup dimana ada banyak makanan. Perkembangan konsep urban
farming saat ini sangat lambat namun akan tetap berlangsung. Menurut buku
Urban Farming dalam bagian Urgensi Pengembangan Urban Farming
(Widyawati, 2013, 51), aktifitas urban farming dikembangkan sebagai alternatif
dalam mengatasiproblema kehidupan di perkotaan dengan tujuan untuk :1.
Peningkatan ketahanan pangan2. Pengentasan kemiskinan3. Peningkatan
kesehatan masyarakat4. Peningkatan kenyamanan lingkungan hidup perkotaan5.
Membuka lapangan pekerjaanBandung merupakan kota yang berada di dataran
tinggi yang dikelilingi oleh pegunungan, dengan kondisi geografis tersebut kota
Bandung merupakan penghasil sayuran yang beraneka ragam. Luas lahan
pertanian di kota Bandung semakin berkurang dari tahun dikarenakan pembukaan
lahan untuk kepentingan pembangunan, seperti dibangunnya area hunian dan
pabrik industri. Berdasarkan data yang dirangkum dari DISPERTA JABAR jika
jumlah lahan pertanian pada tahun 2009 yaitu 1300 ha berkurang menjadi 1100 ha
pada tahun 2014 sedangkan dari data yang didapat jumlah penduduk kota
Bandung pada tahun 2011 yaitu 2,3 juta orang dan 2015 meningkat menjadi 2,6
juta orang.Dinas Pertanian setempat akan mendukung penerapan urban farming di
151 Kelurahan di kota Bandung dan pelaksanaannya pada masing RW-nya.
Program tersebut dijalankan mulai 2010 hingga 2018. Partisipasi orang – orang
pun sangat dibutuhkan untuk meningkatkan dan meminimalisir kekurangan dari
urban farmingitu sendiri. Sebagai program yang saat ini sedang ditingkatkan
melalui penerapan dan berbagai program dari pemerintah dan pihak perusahaan
swasta terkait pun sebagai produsen pertanian holtikultura membutuhkan peran
pemerintah dalam penerapannya. Seperti cara menanam yang sesuai dan menjadi
popular, karena secara tidak langsung pengembangan yang dilakukan menarik
banyak minat orang untuk menerapkan menanam tanaman dengan metode yang
bersifat rekreatif namun menghasilkan. Sedangkan secara langsung pihak swasta
seperti perusahaan perkebunan biasanya mengadakan pelatihan dengan audien
yang pesertanya yaitu kalangan pelajar dan umum.
III. METODELOGI
3.1 Bahan Dan Alat
Bahan yang di gunakan dalam praktikum ini yaitu: benih kangkung, benih
sawi, pupuk urea, pupuk kompos, botol mineral, air, kardus, goni, tanah, tali rafia.
Alat yang di gunakan dalam praktikum ini yaitu: cangkul, timbangan
analitik, parang, gerobak, sepatu boot, meteran, alat tulis, dan timbangan.

3.2 Waktu Dan Tempat


Pelaksanaan praktikum ini telah dilakukan di lahan laboratorium al-
maidah fakultas pertanian dan peternakan UIN Suska Riau yang di laksanakan
pada bulan Oktober sampai Desember 2022.

3.3 Pelaksanaan Praktikum


Pelaksanaan praktikum ini terdiri dari beberapa tahapan:
1. Persiapan lahan
Persiapan lahan ini dimulai dari membersihkan lahan yang akan di
gunakan, setelah pembersihan lahan dilakukan nya penanaman botol mineral yang
nantinya sebagai penyanggah untuk peletakan media tanam berupa tanah.
2. Media tanam

2. penanaman
Setelah lahan sudah siap dilakukan penanaman benih kangkung dan sawi
pada
IV. Hasil Dan Pembahasan
DAFTAR PUSTAKA

Amilia, E., Joy, B., & Sunardi, S. (2016). Residu Pestisida pada Tanaman Hortikultura (Studi
Kasus di Desa Cihanjuang Rahayu Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung
Barat). Agrikultura, 27(1).

Purba, D. W., Surjaningsih, D. R., Simarmata, M. M., Wati, C., Zakia, A., Arsi, A., ... & Sitawati,
S. (2021). Agronomi Tanaman Hortikultura. Yayasan Kita Menulis.

Tambunan, S. B., & Jumadewi, A. (2022). BUDIDAYA TEKNOLOGI TANAMAN


HOLTIKULTURA SEBAGAI TANAMAN OBAT BERBAHAN HERBAL. Serambi Journal of
Agricultural Technology, 4(2).

Wachdijono, W., Wahyuni, S., & Trisnaningsih, U. (2019). Sosialisasi Urban Farming Melalui
Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur Dan Hidroponik Di Kelurahan Kalijaga,
Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon. Qardhul Hasan: Media Pengabdian Kepada
Masyarakat, 5(2), 90-94.

Huda, Nurul, and Sri Harijati. 2016. “Peran Penyuluh Dalam Pemberdayaan Masyarakat
Pertanian Perkotaan.” Repository.Ut.Ac.Id, 205–22

Nurwahyuni, Endah. 2012. “OPTIMALISASI PEKARANGAN MELALUI BUDIDAYA


TANAMAN SECARA HIDROPONIK.” In Prosiding Seminar Nasional Optimalisasi
Pekarangan, Semarang 6 November 2012, 863–68. Semarang: UNDIP Press.

Ikhsan, M. N. (2021). Siasat Dalam Mengembangkan Pertanian Perkotaan (Urban Farming) Pada
Tanaman Hortikultura di Medan Johor. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian [JIMTANI], 1(4).

Anda mungkin juga menyukai