Anda di halaman 1dari 21

URBAN FARMING

DISUSUN OLEH :

ADE IRMA KARTIKA RAHMAN 1813010230


CHANDRANTA SURBAKTI 1813010154
ERIKA PUSPITA DEWI 1813010205
MARCO ABEDNEGO PANGGABEAN 1813010132
M RAMADHANI 1813010167

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas
berkat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas URBAN FARMING ini,
dalam mata kuliah“AGROTEKNOLOGI”.Kami berterima kasih kepada semua
yang membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini, terutama kepada Dosen
pengampu mata kuliah ini yaitu FachrinaWibowo, SP,.MP yang sudah
membimbing kami.

Kami berharap tugas Urban Farming dapat berguna bagi para pembaca dan
dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis. Kami menyadari bahwa
dalam tugas ini masih banyak kekurangan dan kesalahan oleh karena itu kami
mohon maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
memperbaiki makalah kami selanjutnya. Kami ucapkan terima kasih.

Medan, November
2021

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................

BAB I.........................................................................................................................

PENDAHULUAN.....................................................................................................

1.1Latar Belakang..................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................
1.3 Tujuan...............................................................................................................
BAB II........................................................................................................................

TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................

BAB III......................................................................................................................

BAHAN DAN METODE..........................................................................................

KESIMPULAN......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pesatnya pembangungan di perkotaan menyebabkan tingginya tingkat alih


fungsi lahan dari lahan pertanian ke non-pertanian. Akibatnya sektor pertanian
semakin terdesak dan para petani semakin terbatas dalam berusaha tani. Di lain
pihak, tingkat perekonomian yang tinggi menyebabkan peningkatan jumlah
penduduk yang menyebabkan naiknya permintaan akan bahan pangan. Oleh
karenanya, kota dituntut unuk dapat menyediakan bahan pangan yang cukup bagi
penduduknya. Urban Farming merupakan salah satu alternatif dalam memecahkan
masalah pengadaan pangan di perkotaan.

Lahan pertanian di perkotaan yang semakin menurun mengakibatkan


masyarakat kota Indonesia beralih pada sistem pertanian modern salah satunya
urban farming. Urban Farming merupakan pertanian dengan memanfaatkan lahan
kosong di perkotaan baik untuk hortikultura atau peternakan (Sihgiyanti, 2016;
Abu & Soom, 2016; Abera et al, 2017). Urban farming saat ini telah diadopsi
tidak hanya lingkup rumah tangga tetapi instansi-instansi pemerintah juga
menerapkan kegiatan tersebut salah satunya sekolah.

Pertanian perkotaan merupakan sebuah upaya pemanfaatan ruang


minimalis yang terdapat di perkotaan untuk dimanfaatkan agar dapat
memproduksi. Produksi ini berkaitan dengan memenuhi kebutuhan pangan,
kenyamanan hidup ditengah polusi udara perkotaan dan menghadirkan nuansa
estetika di rumah kota. Kegiatan ini juga dapat dilakukan di daerah pinggiran
kota, bahkan di darah kecil sekalipun.

Produksi tanaman yang dibudidayakan secara vertikultur dipengaruhi oleh


media tanam yang digunakan, dan bahan yang digunakan sebagai wadah
vertikultur. Beberapa jenis bahan yang banyak digunakan sebagai media tanam
dalam verticalgarden adalah sekam bakar, serbuk pakis, cocopeat, moss, pupuk
kandang dan lain-lain. Jenis media ini dipilih sesuai syarat tumbuh optimal suatu
jenis tanaman. Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini ialah tanah,
humus, cocopeat dan arang sekam. Sedangkan wadah yang digunakan ialah
karung goni, karpet, dan plastik. Interaksi antara media tanam dan wadah
vertikultur diharapkan mampu meningkatkan hasil produksi dari tanaman yang
dibudidayakan secara vertikultur. Salah satu jenis tanaman yang dapat
dibudidayakan secaraVertikultur adalah tanaman sawi pakcoy. Pakcoy merupakan
kerabat dari Caisim dan Sawi, perbedaan mencolok dari ketiganya adalah dari
batangnya. Pakcoy memiliki batang yang lebar, besar dan lebih berair. Selain
dibuat sayuran, pakcoy juga sering digunakan sebagai asinan maupun dibuat
sebagai jus. Di Asia pakcoy dipanen pada berbagai umur, mulai umur pembibitan
(2 minggu setelah pindah tanam), masa vegetatif awal, hingga saat baru muncul
bunga. Tanaman ini mengandung 93% air, 3% karbohidrat, 1,7% protein, 0,7%
serat, dan 0,8% abu. Dan merupakan sumber dari vitamin dan mineral seperti ß-
karoten, vitamin C, Ca, P, dan Fe.

Pakchoy (Brassicarapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang


termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan Pakcoy berasal dari China dan telah
dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di China selatan dan China pusat
serta Taiwan. Sayuran ini merupakan introduksi baru di Jepang dan masih
sefamili dengan Chinesevegetable. Saat ini Pakcoy dikembangkan secara luas di
Filipina dan Malaysia, di Indonesia dan Thailand (Rukmana, 2007).

Tanaman Pakcoy merupakan salah satu sayuran penting di Asia, atau


khususnya di China. Daun Pakcoy bertangkai, berbentuk oval, berwarna hijau tua,
dan mengkilat, tidak membentuk kepala, tumbuh agak tegak atau setengah
mendatar, tersusun dalam spiral rapat, melekat pada batang yang tertekan.
Tangkai daun, berwarna putih atau hijau muda, gemuk dan berdaging, tanaman
mencapai tinggi 15–30 cm. (Yogiandre. 2011).

Keragaman morfologis dan periode kematangan cukup besar pada


berbagai varietas dalam kelompok ini. Terdapat bentuk daun berwarna hijau pudar
dan ungu yang berbeda. Lebih lanjut dinyatakan Pakcoy kurang peka terhadap
suhu kei memiliki daya adaptasi lebih luas. (Hernowo, 2010). Menurut Abidin
(2015), yang mengatakan bahwa masa panen pada tanaman pakcoy termasuk
singkat. Rata-rata sawi sendok atau pakcoy ini bisa dipetik hasilnya setelah
berumur 45-60 hari sejak proses penanaman. Tanaman yang telah layak panen
memiliki daun yang tumbuh subur dan berwarna hijau segar, pangkal daun
tampak sehat, serta ketinggian tanaman seragam dan merata. Proses pemanenan
dilakukan dengan mencabut tanaman pakcoy dari dalam tanah. Lakukan hal ini
dengan hati-hati agar tidak merusak bagian pangkal dan daun pakcoy. Selain
dapat menurunkan nilai ekonomisnya, kerusakan tersebut juga bisa berakibat pada
sayur pakcoy yang mudah membusuk.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengaruh berbagai konsentrasi Pupuk Pelengkap Cair terhadap
Tanaman Pakcoy(Brassica Rapa L) pada sistem Vertikultur?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi Pupuk Pelengkap Cair
terhadap Tanaman Pakcoy (Brassica Rapa L) pada sistem Vertikultur?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu upaya untuk mengatasi dampak naiknya harga sayuran di


perkotaan adalah melakukan upaya budidaya sayuran di tiap pekarangan rumah
tangga, walaupun luasnya sempit-sempit. Upaya ini lebih populer dengan sebutan
urban farming (pertanian perkotaan), yang banyak jenis atau modelnya. Melalui
urban farming diharapkan rumah tangga-rumah tangga perkotaan dapat
mengoptimalkan lahan pekarangannya untuk budidaya sayuran sehingga nanti
tidak perlu membeli ke pasar, tetapi dapat dipenuhi dari hasil budidaya sayuran di
lahan pekarangan sendiri. Dengan memiliki sumber kebutuhan sayuran sendiri
sudah tidak takut lagi adanya badai inflasi yang terkadang datang. Adapun model
urban farming yang sesuai untuk lahan sempit di perkotaan adalah urban farming
model vertikultur atau budidaya sayuran pada media tanam yang bertingkat.
Namun demikian dalam prakteknya, juga dapat menerapkan urban farming model
horizontal sebagai kombinasinya.

Sayuran adalah suatu produk pertanian yang tidak bertahan lama, tetapi
sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam upaya pemenuhan gizi. Permintaan
sayuran pada umumnya bersifat inelastis, artinya ada kalanya harga murah hingga
sedang, tetapi ada kalanya juga harga naik melambung tinggi dan sering memicu
terjadinya inflasi (naiknya harga-harga barang). Pada saat yang demikian, rumah
tanggga di perkotaan menjadi gelisah dan kuatir akan hal buruk menimpa. Sebagai
contoh, naikknya harga cabai rawit pada tahun lalu (2017-2018), telah menyorok
pendapatan rumah tangganya, sehingga pemenuhan kebutuhan lain terganggu.

Sawi pakcoy merupakan salah satu komoditas sayuran yang penting di


Indonesia. Namun hingga saat ini, produksi sawi belum mampu memenuhi
kebutuhan pasar. Hal ini diakibatkan karena rata-rata produksi sawi nasional
masih sangat rendah. Potensi hasil sawi dapat mencapai 40 ton/ha, sedangkan
rata-rata hasil sawi di Indonesia hanya 9 ton/ha.
Produksi sayuran pakcoy di Indonesia dari tahun 2010 sampai 2013
sebesar 583.770 ton, 580.969 ton, 594.934 ton dan 600.961 ton. Data tersebut
menunjukkan bahwa pada tahun 2011 sempat mengalami penurunan hasil
produksi tanaman pakcoy. Salah satu penyebab rendahnya tingkat produktivitas
tanaman ini adalah masih sedikitnya ketersediaan varietas unggul yang tahan
terhadap penyakit berbahaya seperti busuk lunak dan bercak daun, serta masih
sedikit sekali varietas yang tahan terhadap suhu panas.

Sawi huma atau dikenal dengan Pakcoy (Brassica rapa. L) merupakan


salah satu sayuran daun yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Tanaman ini juga
dapat tumbuh di dataran tinggi dan dataran rendah. Pada umumnya produktivitas
tanaman sayuran terutama pakcoy masih tergolong sangat rendah. Hal tersebut
dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu teknik budidaya yang dilakukan
petani yang belum intensif, faktor iklim dan tingkat kesuburan tanah yang rendah.
Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman salah satunya
adalah dengan pemberian pupuk. Pemupukan dilakukan pada masa vegetatif dan
generatif dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman,
sehingga dapat memberikan hasil yang tinggi. (Haryanto, dkk, 1995).

Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara (2015) produksi


sawi selama periode tahun 2011 sampai tahun 2014 mengalami penurunan minus
1,44% per tahun, hal ini terjadi karena berkurangnya luas lahan. Pada tahun 2014
produksi sawi sebesar 77.147 ton, naik sebesar 2.036 ton, bila dibandingkan
produksi sawi pada tahun 2013 sebesar 75.111 ton. Sawi terdapat hampir di semua
daerah di Sumatera Utara. Salah satu faktor penting dalam budidaya yang
menunjang keberhasilan hidup tanaman adalah masalah pemupukan.

Pemupukan merupakan salah satu usaha pemberian unsur-unsur hara yang


dibutuhkan oleh tanaman untuk menambah persediaan unsur hara di dalam tanah.
Pada umumnya pemupukan dilakukan melalui akar, tetapi pemberian melalui
daun dan batang juga dapat dilakukan dalam bentuk larutan. Unsur-unsur hara
dapat diberikan melalui tanah walaupun tidak diserap seluruhnya oleh tanaman
sehingga hasil yang didapatkan terasa kurang menguntungkan, namun
penyerapannya akan lebih baik bila ditunjang dengan kesuburan fisik dan kimia
yang baik. Khusus untuk unsur hara mikro, jumlah pemupukannya sedikit namun
ketersediaanya harus terpenuhi, tidak dapat digantikan dengan unsur hara yang
lain.

Penggunaan pupuk kimia berlebih dalam jangka waktu lama yang


diharapkan mampu meningkatkan kesuburan tanah justru sebaliknya yaitu
menjadi penyebab menurunnya kualitas tanah. Tanah menjadi keras dan
keseimbangan unsur hara dalam tanah terganggu, seperti yang dikemukakan
Schaller bahwa terdapat beberapa dampak negatif dari pengelolaan sistem
pertanian konvensional antara lain (a) penurunan daya produktivitas lahan karena
menurunnya kandungan bahan organik yang menyebabkan produksi semakin
menurun (b) penurunan keanekaragaman hayati (flora dan fauna) yang sangat
diperlukan pada sistem pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) ©
ketergantungan terhadap sumber daya alam tidak terbarui semakin kuat.

Pemupukan merupakan komponen yang sangat penting dalam pertanian,


karena pemupukan merupakan salah satu komponen yang dapat meningkatkan
hasil yang sangat nyata, terutama untuk tanaman padi. Tetapi pada dewasa ini,
petani cenderung berfikiran bahwa semakin banyak memberikan pupuk, maka
hasil yang akan di dapat juga akan semakin tinggi. Pada kenyataannya pemberian
dosis pupuk yang tidak tepat dapat mengakibatkan biaya produksi yang semakin
tinggi tetapi tanaman semakin rawan terserang hama dan penyakit.

Pemupukan secara rasional merupakan upaya meningkatkan efisiensi


biaya produksi dan mengoptimalkan peningkatan produksi tanaman. Upaya
penggunaan pupuk secara efisien antara lain melalui dosis pemberian pupuk, cara
pemberian dan bentuk pupuk yang digunakan secara tepat.

Pupuk pelengkap cair yaitu hasil olahan bahan yang mengandung banyak
unsur nutrisi untuk tanaman baik unsur makro maupun mikro yang sangat bagus
untuk memperbaiki struktur tanah, menetralkan pH tanah, memacu pertumbuhan
tanaman dimulai pada akar, batang dan daun serta pembuahan guna
memaksimalkan hasil produksi tanaman dan mengurangi kerusakan akibat dari
serangan hama.

Dengan pupuk pelengkap cair dan budidaya secara vertikultur diharapkan


dapat meningkatkan produksi tanaman sawi.
BAB III

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan ialah benih greenfortunepakcoy hijau, pupuk


pelengkap cair, kompos, arang sekam, dan pupuk NPK sedangkan alat-alat yang
digunakan adalah polibag, dan rak bambu.

Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok


(RAK). Dengan jumlah perlakuan 6 dan ulangan 3 (tiga). Dengan jenis perlakuan
adalah P1= 0 cc/liter air (kontrol); P2= 1,5 cc/liter konsentrasi; P3= 2,0 ccl/liter
konsentrasi rekomendasi; P4= 2,5 cc/liter konsentrasi rekomendasi; P5 = 3,0
cc/liter konsentrasi rekomendasi; P6= 3,5 cc/liter konsentrasi.

Langkah Kerja

Membuat media tanam dimulai dengan mencampur ke tiga bahan tanah,


arang sekam dan kompos perbandingan 2 : 1: 1, sesudah bahan teraduk rata bahan
media tanam dimasukkan kedalam polibag.

Penyemaian dimulai dari perendaman biji pakcoy dengan air (hangat)


selama ½ - 1 jam untuk melembabkan kulit benih sehingga pori-pori kulit
membesar. Dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu memasukkan benih di tiap
lubang tray-semai kemudian ditutup kembali dengan media. Penyiraman
persemaian disemprot dengan sprayer jika media mulai sering. Semai ditutup
dengan kertas koran supaya tidak terjadi penguapan sehingga media tetap lembab
dengan penyimpanan tray semai di tempat sejuk.Penanaman dilaksanakan pada
usia benih tanaman pakcoy berumur 15 hari setelah tanam (hst) setelah benih
memiliki jumlah dua helai daun pertama. Dari setiap polibag hanya ditanami satu
bibit tanaman pakcoy kemudian disusun pada rak vertikultur.Pemupukan dasar
sebelum tanam dilakukan dengan menggunakan pupuk NPK empat hari sebelum
tanam dengan dosis 2 gr/polibag. Pemberian konsentrasi pupuk pelengkap cair
diberikan setelah tanaman berumur 7 hst, 15 hst, 21 hst, 28 hst, dan 35 hst.
Pemberian pupuk pelengkap cair disesuaikan dengan masing-masing perlakuan.
Pelaksanaan penyiraman dilakukan setiap hari pagi atau sore hari. Dengan takaran
volume air yang sama pada setiap perlakuan.

Pemanenan tanaman pakcoy dilakukan setelah tanaman berumur 35 hst


dengan cara mencabut seluruh biomasa tanaman serta mencuci akar tanaman
pakcoy yang telah dipanen. Selanjutnya menimbang berat segar tanaman pakcoy
dan berat kering tanaman yang sudah dikeringkan terlebih dahulu.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Respon Tinggi Tanaman Pakcoy terhadap Pupuk Pelengkap Cair

Analisis sidik ragam dan uji BNJ pada taraf 5% untuk tinggi tanaman
menunjukkan adanya pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pakcoy. Perbedaan
tinggi tanaman yang cukup signifikan atau berbeda nyata tampak pada perlakuan
taraf P4 dengan konsentrasi pada taraf 2,5 cc/liter air. Dibandingkan dengan
perlakuan lainnya.Perbedaan yang nyata tampak setelah tanaman berumur 21
HST. Pada perlakuan P4 tampak paling tinggi dan berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya. Hal ini karena unsur hara pada perlakuan tersebut dapat
terpenuhi dan dapat mendorong atau mendukung proses pertumbuhan tanaman.
Respon tinggi tanamanpakcoy terhadap pupuk pelengkap cair dapat dilihat Tabel
1.

Pemberian pupuk melalui daun lebih efektif karena dapat langsung diserap oleh
tanaman. Pemberian pupuk melalui daun lebih efektif karena dapat menyerap
secara langsung dengan cepat unsur–unsur hara yang di berikan, di samping itu
juga menguntungkan karena menghindari kerusakan akar dan dapat
menanggulangi kekurangan unsur mikro.
b. Respon Jumlah Daun Tanaman Pakcoy terhadap Pupuk Pelengkap
Cair

Analisis sidik ragam dan uji BNJ pada taraf 5% untuk jumlah daun tanaman
pakcoy menunjukkan adanya pengaruh yang berbeda nyata antara perlakuan
terhadap jumlah daun tanaman pakcoy. Respon jumlah daun tanamanpakcoy
terhadap pupuk pelengkap cair dapat dilihat Tabel 2. Pertambahan jumlah daun
yang cukup berbeda nyata pada perlakuan P4 dengan konsentrasi pada taraf 2,5
cc/liter air, sedangkan terendah pada taraf P1 (kontrol). Hal ini karena tanaman
telah memperoleh zat zatatau unsur hara makro dan mikro yang dapat mendukung
proses pembentukan jaringan daun.

Zat-zat makanan yang diperlukan oleh tanaman hidroponik adalah nitrogen,


fosfor, kalsium, magnesium, mangan, sulfur, boron dan seng. Adanya kelebihan
dosis yang paling parah dari zat makanan jarang sekali terjadi. Hal ini hampir
selain bersifat total kalau tidak segera diperbaiki, namun dapat merusak apabila
kelebihan dosis harus benar-benar parah. Hal ini bisa terjadi jika pupuk tidak
dicairkan terlebih dahulu.
c. Respon Lebar Daun Tanaman Pakcoy terhadap Pupuk Pelengkap
Cair
Analisis sidik ragam dan uji BNJ pada taraf 5% untuk lebar daun tanaman
pakcoy menunjukkan adanya pengaruh nyata terhadap lebar daun tanaman
pakcoy. Pertambahan lebar daun yang berbeda nyata pada perlakuan taraf P4
dengan konsentrasi pada taraf 2,5 cc/liter air. Dibandingkan dengan perlakuan
lainnya. Respon lebar daun tanaman pakcoy terhadap pengaruh konsentrasi pupuk
pelengkap cair dapat dilihat Tabel 3.
Beberapa unsur yang diperlukan dalam proses pertumbuhan tanaman telah
diperoleh melalui akar maupun daun yang meliputi unsur unsur hara makro dan
mikro sehingga dapat mendukung pembentukan jaringan daun. Unsur hara makro
dan mikro diberikan melalui daun dengan cara penyemprotan. Merupakan pupuk
daun lengkap. Berbentuk cair dengan kandungan kadar N 11%, P2O5 10% dan
K2O 6% serta unsur-unsur hara lainnya yang saling melengkapi.

d. Respon Bobot Segar Tanaman Pakcoy terhadap Pupuk Pelengkap


Cair
Analisis sidik ragam dan uji BNJ pada taraf 5% untuk bobot segar
tanaman pakcoy menunjukkan adanya perbedaan nyata terhadap bobot segar
tanaman pakcoy jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Bobot segar yang
cukup berbeda nyata tampak pada perlakuan P4 dengan konsentrasi pada taraf 2,5
cc/liter air dibandingkan dengan perlakuan lainnya sedangkan terendah pada taraf
P1(kontrol). Respon bobot segar tanaman pakcoy terhadap pupuk pelengkap cair
dapat dilihat Tabel 4.
Jumlah unsur hara yang diberikan cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman
maka akan dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang
bersangkutan. Selain itu, konsentrasi 2.5 cc/liter air ternyata merupakan
konsentrasi yang tepat sehingga proses absorpsi lewat daun dapat dilakukan
dengan optimal. Seperti diketahui, penyerapan unsur hara melalui daun sangat
berkaitan dengan permeabilitas membran. Hal ini dikarenakan mekanisme
penyerapan unsur hara oleh daun merupakan proses difusi dan untuk unsur-unsur
hara tertentu melalui mekanisme transpor aktif. Pupuk selain dapat diberikan
melalui tanah juga dapat diberikan melalui daun tanaman. Proses penyerapan hara
makro dan mikro yang diberikan lewat daun lebih cepat jika dibandingkan dengan
pemupukan melalui tanah. Hilangnya pupuk karena tercuci, penguapan, dan
terfiksasi akan lebih kecil karena pupuk dapat langsung diserap tanaman.

Keuntungan pemakaian pupuk daun adalah tanaman lebih cepat


mengeluarkan tunas serta tanaman tidak mudah rusak dan pemupukan melalui
daun pada musim kering lebih efisien karena pupuk yang diberikan melalui daun
sudah dalam keadaan siap diabsorpsi, sehingga langsung diserap oleh daun
tanaman. Selain itu, pemupukan lewat daun tidak dipengaruhi oleh kondisi pH
dan air tanah. Ketidakhadiran salah satu unsur hara makro dan mikro dapat
menyebabkan terganggunya pertumbuhan tanaman.

e. Respon Bobot KeringTanamanPakcoy Terhadap Pupuk Pelengkap


Cair

Analisis sidik ragam dan uji BNJ pada taraf 5% untuk bobot kering
tanaman pakcoy menunjukkan adanya pengaruh nyata terhadap bobot segar
tanaman pakcoy. Bobot kering yang cukup signifikan pada perlakuan taraf P4
dengan konsentrasi pada taraf 2,5 cc/liter air sedangkan terendah pada taraf P1
(kontrol).Respon bobot segar tanaman pakcoy terhadap pupuk pelengkap cair
dapat dilihat Tabel 5. Bobot kering rata-rata tanaman pakcoy pada perlakuan P4
(2.5 cc/liter air) berat bobot kering pada taraf signifikan dibandingkan bobot segar
tanaman pakcoy pada perlakuan P1 (kontrol). Umur pengamatan 35 hst rata-rata
bobot kering tanaman tertinggi yaitu (260,07 gr) pada perlakuan P4 (2,5 cc/liter
air) dan rata-rata bobot segar tanaman terendah yaitu (180,38 gr) pada perlakuan
P1 (kontrol).

Respon bobot segar tanaman pakcoy terhadap pupuk pelengkap cair dapat dilihat
Tabel 5. Bobot kering rata-rata tanaman pakcoy pada perlakuan P4 (2.5 cc/liter
air) berat bobot kering pada taraf signifikan dibandingkan bobot segar tanaman
pakcoy pada perlakuan P1 (kontrol). Umur pengamatan 35 hst rata-rata bobot
kering tanaman tertinggi yaitu (260,07 gr) pada perlakuan P4 (2,5 cc/liter air) dan
rata-rata bobot segar tanaman terendah yaitu (180,38 gr) pada perlakuan P1
(kontrol).
Hal ini menujukkan bahwa pengaruh perlakuan yang bedanyata tampak
pada proses pembentukan jaringan tanaman setelah kadar air dalam sel hilang atau
sangat kecil. Jika jumlah unsur hara yang diberikan cukup untuk memenuhi
kebutuhan tanaman maka akan dapat meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yang bersangkutan. Selain itu, konsentrasi 2,5 cc/liter air
ternyata merupakan konsentrasi yang tepat sehingga proses absorpsi lewat daun
dapat dilakukan dengan optimal. Seperti diketahui, penyerapan unsur hara melalui
daun sangat berkaitan dengan permeabilitas membran. Hal ini dikarenakan
mekanisme penyerapan unsur hara oleh daun merupakan proses difusi dan untuk
unsur-unsur hara tertentu melalui mekanisme transpor aktif.
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita ambil jika dilihat dari tabel-tabel yang
menggambarkan pengembangan Tanaman Pakcoy, bahwa pupuk pelengkap cair
konsentrasi 2,5 cc/liter air memberikan tinggi tanaman, lebar daun, jumlah daun,
bobot segar dan bobot kering tanaman pakcoy yang paling baik diantara perlakuan
yang lain.

Saran
Kiranya peneliti harus lebih teliti dan detail dalam mengukur maupun
mengamati setiap pertumbuhan tanaman tersebut, agar data yang dihasilkan juga
tepat dan akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin. 2015. Cara Menanam Sawi Pakcoy. 2015/03/Cara-Budidaya-Menanam-


Sawi Sendok pakcoy.html. Diakses Rabu, 11 Maret 2015
Haryanto, Eko, Tina Suhartini, Estu Rahayu, dan Hendro Sunarjono. 1995. Sawi
dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta
Hernowo. 2010. Bertanam Petsai dan Sawi. Agromedia Pusataka. Jakarta.
Rukmana, R. 2007. Bertanam Petsai dan Sawi. Agromedia Pusataka. Jakarta.
Sihgiyanti, V.J., 2016. Evaluasi implementasi program urban farming oleh dinas
Pertanian Kota Surabaya. Kebijakan dan Manajemen Publik 4 (2): 264-
272.
Yogiandre. 2011. Budidaya sawi menggunakan Pupuk Organik Kascing. Skripsi.
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Hal 40-45

Anda mungkin juga menyukai