Anda di halaman 1dari 10

PENANGANAN PASCA PANEN KANGKUNG

KABUPATEN ACEH BESAR, LIEUEU

DI SUSUN
O
L
E
H
LUTHFI MAULIDI
1905002010028

TEKNOLOGI PANEN & PASCA PANEN


KELAS : 3

FAKULTAS PERTANIAN
PRODI D3 MANAJEMEN AGRIBISNIS
UNIVERSITAS SYIAH KUALA`
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang maha kuasa dan segala
limpahan dan rahmat dan karunia—Nya sehingga kita masih bisa bernafas sampai saat ini.
Salawat beserta salam tidak lupa kita kirimkan kepada junjungan kita yaitu Nabi Muhammad
SAW. yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan sampai alam yang penuh ilmu
pengetahuan seperti yang kita rasakan sampai saat ini.
Ucapan terimakasih, saya ucapkan kepada Dosen Pembimbing yang telah
mengajarkan “Mata Kuliah TEKNOLOGI PANEN & PASCA PANEN”.
Laporan ini masih banyak kekurangan, Oleh karena itu saya harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan laporan ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................2
BAB I.................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..............................................................................................................................4
1. Latar Belakang...............................................................................................................................4
2. Kegunaan Laporan.........................................................................................................................5
BAB II................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................................6
A. Pasca panen kangkung....................................................................................................................6
a. Pengumpulan..........................................................................................................................6
b. Pencucian...............................................................................................................................6
c. Sortasi dan Seleksi..................................................................................................................6
d. Pengikatan dan Pengemasan...................................................................................................7
e. Penyimpanan..........................................................................................................................7
B. Penentuan Waktu Panen.................................................................................................................7
a. Cara Panen..............................................................................................................................7
BAB III..............................................................................................................................................9
PENUTUP..........................................................................................................................................9
A. Kesimpulan....................................................................................................................................9
B. Saran..............................................................................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tanaman kangkung (ipomoeae reptans) merupakan salah satu komoditas


hortikultura yang banyak di tanam oleh petani dengan skala kecil maupun besaruntuk
memenuhi kebutuhan konsumen.Pertumbuhan ekonomi masyarakat sangat ditentukan
oleh upaya peningkatan produktifitas komuditas pertanian. Komuditas sayuran sangat
penting dibudidayakan di Indonesia karena merupakan komuditas yang memiliki
potensi unggul sebagai bahan makanan dalam memenuhi gizi masyarakat serta
meningkatkan pendapatan masyarakat.Komuditas sayuran semakin penting karena
berkenaan pula dengankecenderungan permintaan yang semakin tinggi setiap tahun,
seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia. Komuditas sayuran
sangat penting dalam peningkatan kesejahteraan rakyat dan perbaikan pendapatan
petani jika dilakukan melalui budidaya dan teknik yang baik Sebagai bahan sayuran,
kangkung memiliki kandungan gizi cukup tinggi. Kangkung mengandung vitamin A,
B dan C serta bahan-bahan mineral terutama zat besi yang berguna bagi pertumbuhan
badan dan kesehatan.
Salah satu komuditas sayuran yang banyak dikomsumsi oleh masyarakat
adalah kangkung. Kangkung banyak dimanfaatkan ibu-ibu untuk membuat sayur
tumis. Jenis kangkung yang biasa dimanfaatkan adalah kangkung air dan kangkung
darat. Kangkung air tumbuh baik pada tempat yang basah atau berair. Kangkung ini
tangkai daunnya panjang, daunnya lebar, bunganya berwarna ungu dan daunnya
memiliki warna hijau tua. Berbeda dengan kangkung air, kangkung darat justru
banyak tumbuh dilahan kering atau tegalan. Daun lebih langsingdengan ujung daun
meruncing, warnanya hijau pucat keputih-putihan, warnabunga putih dipelihara untuk
menghasilkan biji sebagai benih yang baru.
Kangkung yang banyak dikomsumsi masyarakat terdiri atas 2 jenis yaitu
1. kangkung air dan
2. kangkung darat.
Kangkung air merupakan jenis kangkung yang tumbuh di air dan sangat mudah
perawatannya karena tanaman ini sejenis perdu yang dapat tumbuh dengan baik di air.
Tapi jenis kangkung darat memerlukan perhatian penting dalam perawatannya
terutama dalam segi teknik budidayaperawatan dan pertubuhan sehingga
meningkatkan produksi pertanian. Hal ini sejalan dengan penjelasan Nurmas dan
Fitria (2011), bahwa pertumbuhan tanaman tergantung pada perawatan dan banyaknya
unsur hara yang diberikan sehingga meningkatkan produksi. Kebutuhan air untuk
setiap tanaman berbeda-beda. Ada tanaman yang banyak memerlukan banyak,
cukup/sedikit air, misalnya kangkung air, genjer dan selada memerlukan air yang
banyak dan mengalir, tanaman tomat terung dan cabai memerlukan air yang cukup,
tidak tergenang, sedangkan tanaman kangkung darat dan ubi kayu hanya memerlukan
sedikit air (Pracaya, 2004 dalam Oktalia 2012).
Air yang di butuhkan pada tanaman bermacam macam fungsi diantaranya air
sebagai pelarut unsur hara dalam tanah dan juga merupakan pelarut yang kuat untuk
banyak reaksi biokimia dalam sistem transportasi di dalam tumbuhan air berperan
sebagai alat angkut, membawa bahan bahan mineral dari dalam tanah dan bahan–
bahan organik hasil fotosintesis dari satu sel ke sel lainya dari satu jaringan ke
jaringan lainya. Air sebagai pengatur suhu tanaman, sehingga tanamantidak
mengalami kepanasan. Tingginya panas jenis yang dimiliki oleh air telah
memungkinkan air sebagai buffer dalam pengaturan panas tubuh tanaman.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pakaya (2013) terhadap tanaman
caisin, bahwa interval waktu pemberian air memberikan 2 fase yaitu fase vegetatif dan
fase generatif. Pada fase vegetatif (tinggi tanaman dan jumlah daun) memberikan hasil
yang sama yaitu siram setiap hari dan siram 2 hari sekali adalah yang tertinggi
rataannya yaitu 3.66 cm, sedangkan pada fase generatif hasil terbaik untuk pemberian
air setiap hari sama dengan 4 hari sekali adalah yang tertinggi rataannya yaitu 9.39
cm.3Berdasarkan uraian diatas, maka telah dilakukan penelitian tentang pertumbuhan
dan hasil tanaman kangkung darat terutama proses pemberian air sesuai dengan
kebutuhan pertumbuhan kangkung darat. Penelitian ini sangat penting pula untuk
meningkatkan produktifitas tanaman kangkung darat untuk menambah pendapatan
ekonomi masyarakat, maka dari itu perlu dilakukan penelitian Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Kangkung Darat Berdasarkan Interval Waktu Pemberian Air.
2. Kegunaan Laporan
Kegunaan pembuatan laporan ini adalah dapat digunakan sebagai bahan untuk
menyelesaikan tugas Teknologi Panen dan Pasca Panen yang berjudul ‘Penangganan
Pasca Panen kangkung di kabupaten Aceh Besar , lieueu.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pasca panen kangkung

Pemanenan pada tanaman kangkung dapat dilakukan apabila kangkung sudah mencapai
usia 30 sampai 40 hari. Ciri-ciri tanaman kangkung siap panen yaitu batangnya telah
memanjang sekitar 20-25 cm dan daunnya cukup besar. Waktu panen yang baik adalah saat
pagi atau sore hari. Pemanenan bisa dilakukan dengan dua cara yaitu dicabut atau dipotong
paling bawah batangnya.
Disarankan untuk memanen kangkung dengan cara memotong paling bawah batangnya
karena batang pohon nantinya akan bisa tumbuh lagi dan bisa dibudidayakan ulang serta bisa
mengurangi pengeluaran untuk membeli bibit. Perlu diketahui bahwa kangkung darat bisa
dipanen sebanyak 3 kali dalam sekali tanam. Setelah panen pertama selesai, kangkung hanya
perlu 5 sampai 7 hari saja untuk bisa memetik kembali kangkung-kangkungnya.
Apabila kangkung dipanen dengan cara dipotong paling bawah batangnya , maka
kangkung tersebut bisa panen sampai 6 kali dalam sebulan. Sedangkan jika memanen
tanaman kangkung dengan cara cabut sampai akarnya, maka hanya bisa sekali panen saja.
Banyaknya kangkung yang dihasilkan tergantung pada luas lahan dan berhasil tidaknya
budidaya tanaman kangkung. Biasanya dalam 1 hektar lahan bisa menghasilkan kangkung
sebanyak 23 ton.
Dalam budidaya kangkung, biasanya proses pemasaran kangkung dalam bentuk
sayuran segar. Cara yang dapat kamu lakukan selepas kangkung panen adalah:

a. Pengumpulan
Perlu menampung atau mengumpulkan ujung-ujung batang kangkung di tempat yang strategis
dan teduh.
b. Pencucian
Pada tempat pengumpulan, kangkung perlu segera dilakukan pencucian menggunakan air
mengalir atau bisa menyemprotkan airnya.
c. Sortasi dan Seleksi
Apabila kangkung sudah bersih dicuci, lakukanlah pemilihan (sortasi) dan seleksi yaitu
dengan memisahkan ujung-ujung batang kangkung yang daunnya rusak atau busuk dan
memilh hasil panen yang terbaik.
d. Pengikatan dan Pengemasan
Dalam mengikat kangkung yang telah dipilih sebelumnya dengan tali rafia atau tali plastik
lainnya. Setiap ikatan, berbobot 20 sampai 25 kg atau sesuaikan dengan sarana angkutan yang
tersedia.
e. Penyimpanan
Sebelum kangkung dipasarkan, sebaiknya simpan kangkung dalam ruangan dingin dan teduh.
bisa menyimpannya dalam lemari es atau tempat dengan remukan es. Hal ini dilakukan agar
kesegaran kangkung terjaga.

B. Penentuan Waktu Panen

Penentuan waktu panen pada tanaman kangkung ditandai dengan beberapa ciri, antara lain
:
Tanaman kangkung sudah berumur 1 (satu) bulan sejak benih ditebarkan, untuk beberapa
varietas ditandai dengan umur panen yang berbeda seperti pada varietas kangkung darat
biasanya pada umur 12 hari sudah mulai dipangkas. Beberapa varietas ideal dipanen pada 27
– 30 hari setelah panen. Panen kangkung darat dilakukan pada umur 27 hari.
Ukuran panjang batang tanaman kangkung rata-rata sudah mencapai 20-25 cm tergantung
varietasnya.

a. Cara Panen

Cara pemanenan kangkung air hampir sama dengan kangkung darat. Cara memanen,
pangkas batangnya dengan menyisakan sekitar 2-5 cm di atas permukaan tanah atau
meninggalkan 2-3 buku tua. Panen dilakukan pada sore hari. Panenan dilakukan dengan cara
memotong kangkung yang siap panen dengan ciri batang besar dan berdaun lebar. Dengan
menggunakan alat pemotong. Pemungutan hasil kangkung darat dapat pula dilakukan dengan
cara mencabutnya sampai akar, kemudian dicuci dalam air. Selama dilakukan proses panen,
lahan penanaman harus tetap basah tapi tidak berair, atau dalam keadaan lembab.
Panen kangkung dilakukan 2-3 minggu sekali dan setiap kali habis panen, biasanya
akan terbentuk cabang-cabang baru. Setelah 5 kali panen atau 10-11 kali panen maka
produksi kangkung akan menurun baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Jika sudah
terlihat berbunga, sisakan ±2 m2 untuk dikembangkan terus menjadi biji yang kira-kira
memakan waktu kurang lebih 40 hari sampai dapat dikeringkan.
Pasca panen kangkung dilakukan mulai dari pengumpulan potongan kangkung setelah
dipanen, penyortiran dan grading, penyimpanan, pengemasan dan pengangkutan.
Kegiatan pascapanen kangkung secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
 Pengumpulan, seluruh batang kangkung yang sudah dipotong atau dicabut lalu
dikumpulkan pada tempat teduh yang ada naungannya dan diberi alas. Tempat khusus
dan strategis seperti gudang penyimpanan hasil, dipinggir kebun/ lahan yang teduh
dapat juga dipergunakan.
 Pembersihan, bersihkan tiap batang dari kotoran yang melekat pada daun, tangkai dan
batang serta akar dari tanah yang menempel, sisakan tangkai daun sesuai kebutuhan.
 Pencucian, lakukan pencucian batang kangkung terpilih dengan air bersih yang
mengalir, atau cara lain dengan memasukkan batang kangkung tersebut kedalam bak
pencuci kemudian disemprot dengan air bersih baru. Pencucian dimaksudkan juga
untuk mengurangi residu pestisida yang masih terbawa pada tanaman kangkung.
 Penirisan, kangkung yang sudah dicuci lalu ditiriskan agar air yang tersisa dapat turun
dengan baik, dapat menggunakan rak- rak penirisan.
 Penyortiran dan grading, kumpulan kangkung terpilih tersebut dipisahkan antara
batang dengan daun yang sehat, daun utuh dan warna hijau dari daun serta batang
yang rusak, busuk, dan cacat secara tersendiri. Kangkung hasil grading dikumpulkan
dan kemudian disatukan sebanyak 15-20 batang kangkung dalam satu ikatan.
Kemudian kangkung terpilih dan baik diklasifikasikan atau di grading berdasarkan
ukuran dan bentuknya yang seragam atau sesuai SNI kangkung. SNI kangkung No.
7387-2009 menyatakan batas maksimum cemaran logam berat yang diperbolehkan
dalam sayuran adalah 0,5 μg/g untuk timbal dan 0,2 μg/g untuk kadmium.
 Penyimpanan, kangkung dimasukkan kedalam wadah dan disimpan dalam ruangan
dengan suhu dingin dan berventilasi atau cukup sirkulasi udaranya. Dalam
penyimpanan (sebelum dipasarkan), agar tidak cepat layu, kangkung yang telah diikat
celupkan dalam air tawar bersih dan tiriskan dengan menggunakan anjang-anjang.
 Pengemasan dan pengangkutan, kangkung diikat menjadi ikatan-ikatan dengan berat
tertentu, sehingga mudah dan praktis untuk diangkut dan disimpan. Ikatan kangkung
siap diangkut menuju pasar dengan menggunakan alat angkut yang tersedia di pelaku
usaha. Kemasan kangkung untuk tujuan pasar swalayan dan Supermarket bahkan
Hypermarket di kota-kota besar, biasanya kangkung dikemas menggunakan kantong
plastik dengan berbagai ukuran berat sesuai pesanan, misalnya 100 gram, 200 gram.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan pada penelitian ini, ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Kultur teknis keempat sayuran polikultur pada Kelompok Tani Mustang Jaya Kecamatan
Marpoyan Damai Kota Pekanbaru ini tidak jauh berbeda. Pada keempat pola ini petani
responden sama-sama melakukan pengolahan lahan terlebih dahulu, melakukan penanaman,
pemupukan, peyiangan, penyiraman, pemberantasan HPT, dan panen. Perbedaan terletak pada
waktu panen tanaman yaitu sawi dipanen pada hari ke 30, kangkung dan bayam pada hari ke
25 dan selada pada hari ke 40. Dalam penelitian ini, semua petani responden melakukan
budidaya tanaman secara polikultur tumpang gilir dengan menanam lebih dari satu jenis
sayuran dilahan yang sama untuk memperoleh lebih dari satu hasil panen agar
memaksimalkan produksi dan keuntungan. Petani responden cenderung melakukan budidaya
yang mereka anggap lebih mudah dan efisien dengan tidak membuang banyak waktu dalam

B. Saran
Dari kesimpulan yang diperoleh pada penelitian ini, maka dapat disarankan beberapa hal
antara lain:
1. Sebaiknya dalam melakukan usahatani sayur sawi, kangkung, bayam dan selada secara
polikultur, petani harus memperhatikan dan melakukan pemeliharaan yang intesif sehingga
hasil yang didapat bisa optimal. Karena teknik budidaya yang baik sangat berpengaruh pada
kualitas dan kuantitas padi yang dihasilkan.
2. Sebaiknya petani responden lebih merencanakan usahatani ke depan. Hasil penelitian ini
bisa menjadi panduan bagi petani setempat untuk memilih usatahani sayuran, berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan atau aspek yang baik menurut mereka.

Anda mungkin juga menyukai