Disusun Oleh :
PRODI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LUMAJANG
2021
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. Hanya kepada-Nya lah kami
memuji dan hanya kepada-Nya lah kami memohon pertolongan. Tidak lupa shalawat serta
salam kami haturkan kepada junjungan nabi agung kita, Nabi Muhammad SAW, karena
berkat Risalah beliau lah yang bermanfaat bagi kita semua sebagai petunjuk dalam menjalani
kehidupan.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan pembaca umumnya
dan bagi penulis khususnya. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami mengharap kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penulis,
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................
3.2 Saran.............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Tanaman cabai (capsicum anum L) adalah tanaman perdu yang memikliki rasa buah
pedas. Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin . diantaranya adalah
kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, vitamin A, B1, dan vitamin C. Cabai banyak
dibudidayakan masyarakat petani karena harga jualnya yang tinggi, alasan lain banyak petani
yang membudidayakan Cbai di indonesia adalah karena iklim indonesia sangat cocok untuk
budidaya cabai, serta tanaman cabai dapat mudah hidup baik didataran timggi maupun
rendah. Daerah yang saat ini menjadi sentra utama penghasil cabai di indonesia adalah pulau
jawa. Usaha tani cabai jika berhasil, keuntunganya sangat menjanjikan. Tetapi u tuk
membudidayakanya butuh keterampilandan modal yang cukup.
Tanah
Tanah yang baik untuk tumbuhan cabe adalah jenis tanah tanah liat berpasir,
mempunyai sirkulasi udara yang baik, dapat dengan mudah mengalirkan air serta aerasi yang
baik. Pertumbuhsn tanaman cabe akan optimum jika ditanam pada tanah dengan pH 6-7.
Iklim
Waktu Tanam
Musim tanam cabe biasanya ditanam saat memasuki akhir musim hujan
Cara Tanam
1) Pembibitan
Cabai terdapat banyak varietas seperti cabai keriting, cabai rawit dan cabai hias.
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam budidaya cabai adalah pemilihan benih dan
pembibitan, kriteria benih yang baik digunakan sebagai bibit adalah benih berasal dari pohon
yang sehat dalam artian, tanaman induk yang akan diambil buahnya sebagai bibit tidak
terserang hama dan penyakit. Selain itu benih yang dipakai harus benih yang bernas atau
berisi serta ukuran benihnya seragam. Kebutuhan benih setiap hektar adalah sekitar 150–300
gram dengan daya tumbuh lebih dari 90 gram. Langkah selanjutnya adalah menyiapkan
media semai berupa tanah dan pupuk apsica dengan perbandingan 1:1. Dengan ketinggian
media semai sekitar 20 cm dan apsica 1m. Sebaiknya pada persemaian diberi naungan berupa
alang alang atau daun lain agar bibit yang masih muda tidak terkena sinar matahari secara
langsung. Selanjutnya benih disebar pada media semai yang sudah dibuat secara merata
kemudian ditutup dengan tanah tipis. Agar benih cepat tumbuh perlu dilakukan penyiraman.
2) Penyiapan Lahan
Tanaman cabai mudah tumbuh apsic oppada seluruh lahan pertanian yang tanaman
lain dapat hidup. Namun agar tanaman dapat tumbuh dengan subur dan menghasilkan buah
yang baik, perlu dicari lahan yang subur untuk melakukan budidaya. Keriteria tanah yang
bagus untu budidaya cabai adalah gembur, kaya bahan apsica, tidak berair atau becek,dan
memiliki ph sekitar 5–6,8.(Rukman 1994). Tanah pada lahan yangh akan ditanami
dibersihkan dari rumput kemudian digemburkan bisa dengan cara dicangkul atau dibajak
dengan apsica. Ssetelah tanah digemburkan selanjutnya dibuat bedengan dengan arah dari
timur kebarat agatr sseluruh tanaman nantinya mendapat sinar matahari secara merata.
Ukuran bedengsan biasanya dibuat dengan lebar sekitar 100–150 cm dan panjangnya
disesuaikan dengan kondisi lahan setempat.
3) Pemasangan Mulsa
Setelah terbentuk bedengan, selanjutnya dipasang mulsa hitam perak pengan posisi
warna perak diatas agar dapat memantulkan sinar matahari sehingga hama yang bersembunyi
dibawah daun akan pergi. Sebaiknya pemasangan mulsa dilakukan pada siang hari pada saat
matahari terik agar mulsa tidak mudah sobek apsic ditarik. Cara pemasanganya adalah
dengan cara menarik kedua ujung memanjang di atas bedengan, lalu pasang pasak dari apsic
berbentuk u pada sisi kanan dan kiri bedengan. Jika mulsa sudah terpasang, Lubangi mulsa
yang telah terpasang dengan menggunakan potongan kaleng yang tajam dengan cara ditekan,
kemudian buat lubang tanam pada mulsa yang sudah dilubangi. Jarak pembuatan lubang tam
adalah 60x70 atau 70x70 cm.
4) Penanaman
Penanaman bibit tanaman cabai sebaiknya dilakukan pada sore atau pagi hari. Karena
jika dilakukan pada siang hari, tanaman akan layu karena bibit masih lemah dan perlu
penyesuaian dengan suhu panas secara bertahap. Bibit yang ditanam sebaiknya bibit yang
telah berumur 17–23 hari atau telah memiliki jumlah daun sebanyak 2–4 helai. Cara
penanamanya adalah dengan mengambil bibit dari tempat persemaia, pengambilan bibit
dilakukan secara hati hati. Dengan mencongkel media semai menggunakan solel agar akar
tanaman muda tidak rusak, pada waktu menanam usahakan akar tunggang tanaman jangan
sampai patah ataupun membengkok. Pada bedengan yang akan ditanami dibuat lubang tanam
sesuai dengan apsica akar tanaman, kemudian beri pupuk dasar dan tanam tanaman pada
lubang tersebut. Setelah ditanam, Sebaiknya tanaman segera duisiram dan diberi penutup
seperti pelepah pisang atau daun daun lainya untuk mencegah layu yang dapat menyebabkan
tanaman mati
D. Kebutuhan Benih
Untuk benih, bisa menggunakan cabai yang memiliki kualitas baik, dengan buah yang
penuh, padar dan matang.
Sebelum disemai, rendam benih dalam air hangat kuku, sekitar 45-50 derajat apsica
selama satu jam. Pilih benih yang mengendap di bawah.
Cara ini juga dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan benih. Sementara agar
tanaman terhindar dari serangan jamur, benih sebaiknya juga direndam dalam larutan
fungisida Previcur N dengan dosis 1-2 cc per liter air selama satu
Setelah itu benih ditiriskan dan dikering anginkan di atas kertas koran agar tidak
lengket di tangan saat proses penyemaian.
E. Pemupukan
Pupuk kimia diberikan setelah tanaman berumur satu bulan. Pupuk yang diberikan
adalah NPK. Untuk membuat penyiraman, setiap pot atau polybag harus disiram dengan
larutan pupuk kurang lebih 200ml, setiap satu kali dalam 10 hari.
Sebagai pupuk tambahan dapat juga diberikan air cucian beras, air cucian daging atau
ikan, pupuk cair (urine ternak), dan pupuk nabati seperti daun Titonia. Saringlah terlebih
dahulu air cucian beras atau air cucian daging dan ikan sebelum digunakan. Sedangkan urine
ternak yang digunakan adalah yang sudah difermentasi dan banyak dijual di pasaran.
F. Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi atau sore hari jika tidak ada hujan.
Penyiangan dilakukan sekali 2 minggu dengan cara membuang rumput-rumput liar yang ada
didalam dan di sekitar pot atau polybag. Jika tunas samping serta apsica daun sudah
tumbuh sampai dengan ketinggian 15-25 cm dari permukan tanah segera dipangkas atau
dirempel.
Pemangkasan bertujuan untuk menghindari percikan air penyiraman yang menempel
pada bagian tanaman, batang menjadi kokoh dan kuat, pertumbuhan bagian atas tanaman
lebih sempurna, dan sirkulasi udara lebih baik.
Pemasangan ajir dilakukan sedini mungkin menggunakan bahan yang kuat, seperti
kayu, apsic atau bahan lainnya. Ajir akan berfungsi sebagai penyanggah tanaman.
˗ Thrips
Hama thrips (Thrips Sp.) sudah tidak asing lagi bagi para petani cabai. Hama thrips
tergolong sebagai pemangsa segala jenis tanaman, jadi serangan bukan hanya pada tanaman
cabai saja. Panjang tubuh sekitar + 1 mm, serangga ini tergolong sangat kecil namun masih
bisa dilihat dengan mata telanjang. Thrips biasanya menyerang bagian daun muda dan bunga.
Gejala serangan apsica adalah adanya strip-strip pada daun dan berwarna keperakan.
Noda keperakan itu tidak lain akibat adanya luka dari cara makan hama thrips. Kemudian
noda tersebut akan berubah warna menjadi coklat muda. Yang paling membahayakan dari
thrips adalah selain sebagai hama perusak juga sebagai carrier atau pembawa bibit penyakit
(berupa virus) pada tanaman cabai. Untuk itu, bila mengendalikan hama thrips, tidak hanya
memberantas dari serangan hama namun juga bisa mencegah penyebaran penyakit akibat
virus yang dibawanya.
Pengendalian secara kultur teknis maupun kimiawi. Kultur teknis dengan pergiliran
tanaman atau tidak menanam cabai secara bertahap sepanjang musim. Selain itu dapat
menggunakan perangkap kuning yang dilapisi lem. Pengendalian kimia bisa dilakukan
dengan penyemprotan insektisida Winder 25 WP konsentrasi 0,25 – 0,5 gr /liter atau
insektisida cair Winder 100EC konsenstrasi 0.5 – 1 cc/L.
˗ Tungau (Mite)
Hama mite selain menyerang jeruk dan apel juga menyerang tanaman cabai. Tungau
bersifat apsica yang merusak daun, batang maupun buah sehingga dapat mengakibatkan
perubahan warna dan bentuk. Pada tanaman cabai. Tungau menghisap cairan daun sehingga
warna daun terutama pada bagian bawah menjadi berwarna kuning kemerahan, daun akan
menggulung ke bawah dan akibatnya pucuk mengering yang akhirnya menyebabkan daun
rontok. Tungau berukuran sangat kecil dengan apsica badan sekitar 0,5 mm, berkulit lunak
dengan kerangka chitin. Seperti halnya thrips, apsica juga berpotensi sebagai pembawa virus.
˗ Kutu (Myzuspersicae)
Aphids merupakan hama yang dapat merusak tanaman cabai. Serangannya apsic sama
dengan tungau namun akibat cairan dari daun yang dihisapnya menyebabkan daun
melengkung ke atas, keriting dan belang-belang hingga akhirnya dapat menyebabkan
kerontokan. Tidak sepeti mite, kutu ini memiliki kemampuan berkembang biak dengan cepat
karena selain dapat memperbanyak dengan perkawinan biasa, apsica juga mampu bertelur
tanpa pembuahan.
Kehadiran lalat buah ini, dapat menjadi hama perusak tanaman cabai. Buah cabai
yang menunggu panen bisa menjadi santapannya dalam sekejap dengan cara menusukkan
ovipositornya pada buah serta meletakkan telur, menetas menjadi larva yang kemudian
merusak buah cabai dari dalam.
Pengendalian kultur teknis dapat dilakukan dengan membuat perangkap dari botol
bekas air mineral yang di dalamnya diberi umpan berupa Atraktan Lalat Buah (ATLABU)
keluaran Balai Penelitian Obat dan Aromatik. Selain itu dapat juga digunakan perangkap
kuning seperti yang dilakukan pada hama thrips. Karena umumnya serangga-serangga
tersebut sangat menyukai warna-warna mencolok.
˗ Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Ulat ini saat memasuki stadia larva, termasuk hewan yang sangat rakus. Hanya dalam
waktu yang tidak lama, daun-daun cabai bisa rusak. Ulat setelah dewasa berubah menjadi
sejenis ngengat akan memakan daun-daunan pada masa larva untuk menunjang
perkembangan metamorfosisnya.
˗ Antracnose
Penyakit Antracnose dikenal juga dengan istilah “pathek” adalah penyakit yang
hingga saat ini masih menjadi momok bagi petani cabai. Buah yang menunggu panen dalam
beberapa waktu berubah menjadi busuk oleh penyakit ini. Gejala awal dari serangan penyakit
ini adalah bercak yang agak mengkilap, sedikit terbenam dan berair, buah akan berubah
menjadi coklat kehitaman dan membusuk. Ledakan penyakit ini sangat cepat pada musim
hujan. Penyebab penyakit ini adalah jamur carnifora apsica.
˗ Layu Bakteri
Vektor virus kuning adalah whitefly atau kutu kebul (Bemisia tabaci). Telur
diletakkan di bawah daun, fase telur hanya 7 hari. Nimpa bertungkai yang berfungsi untuk
merangkak lama hidup 2-6 hari. Pupa berbentuk oval, agak pipih berwarna hijau keputih-
putihan sampai kekuning-kuningan pupa terdapat dibawah permukaan daun, lama hidup 6
hari. Serangga dewasa berukuran kecil, berwarna putih dan mudah diamati karena dibawah
permukaan daun yang bertepung, lama hidup 20-38 hari. Tanaman yang terserang penyakit
virus kuning menimbulkan gejala daun mengeriting dan ukuran lebih kecil.
Pengendalian dilakukan dengan menanam varietas yang agak tahan (contoh cabai
keriting Bukittinggi), menggunakan bibit yang sehat, melakukan rotasi /pergiliran tanaman,
pemanfaatan tanaman border seperti tagetes atau jagung, pemasangan perangkap kuning
sekaligus mengendalikan kutu kebul, serta eradikasi tanaman sakit yaitu tanaman yang
menunjukkan gejala dicabut dan dibakar.
Produksi
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produksi cabai nasional mencapai 2,77 juta ton
pada 2020. Angka ini naik 183,96 ribu ton atau 7,11% dibandingkan pada 2019. Sepanjang
2020, produksi cabai tertinggi terjadi pada bulan Agustus yakni mencapai 280,78 ribu ton
dengan luas panen sebesar 73,77 ribu hektar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Cabai merupakan tanaman sayuran yang sangat digemari oleh masyarakat sebaga
tambahan dalam masakan, sehingga peluang budidaya cabai sangat berpotensi memperoleh
keuntungan yang cukup besar.
Agar memperoleh hasil yang maksimal dalam melakukan tanam cabai, perlu
memperhatikan kondisi lahan dan harus mengetahui secara pasti bagaimana cara menanam
cabai yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Duriad, & Muhram. (2003). Pengenalan Penyakit Penting Pada Cabai Dan Pengendalianya
Berdasarkan Epidemologi Terapan. lembang, Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hortikultura.