Disusun Oleh:
1) Elifnia Safitri
ELIFNIA SAFITRI
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sayuran adalah salah satu komponen dari menu makanan yang sehat, maka tidak heran bila
kebutuhan sayuran dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan. Diantara bermacam - macam jenis sayuran yang dapat dibudidayakan, tanaman kubis
bunga merupakan salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai komersial dan prospek yang
tinggi.
Meskipun kubis bunga telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia, namun
pekembangannya tidak sepesat kubis krop atau petsai. Kedua jenis sayuran ini pada umumnya
berasal dari daerah subtropis, sehingga untuk pertumbuhan dan produksi yang optimal diperlukan
iklim yang sangat spesifik dan cara tanam lebih sulit dibandingkan dengan jenis - jenis kubis lain.
Selama pertumbuhannya, kubis bunga memerlukan iklim khusus, yaitu udara yang dingin, air yang
banyak dan lembab.
Akhir-akhir ini, berkat perkembangan dan kemajuan ilmu maupun teknologi dibidang
pertanian, telah ditemukan varietas - varietas kubis bunga yang cocok untuk ditanam di dataran
rendah sampai menengah (medium). Disamping itu, paket teknologi budidayanya telah banyak
dihasilkan para peneliti dan siap atau layak untuk diterapkan di tingkat petani.
B. Pengertian Agribisnis
Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya,
baik di sektor hulu maupun di hilir. Penyebutan “hulu” dan “hilir” mengacu pada pandangan
pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan (food supply chain). Agribisnis,
dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan. Sebagai
subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola
aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap
pemasaran.
a. Tanaman Pangan
Tanaman pangan yaitu segala jenis tanaman yang dapat menghasilkan karbohidrat dan protein.
Tamanan pangan pada umumnya merupakan tanaman semusim, namun ada beberapa tanaman
pangan yang merupakan tanaman tahunan misalnya tanaman sukun dan sagu. Tanaman pangan
ini dapat digolong atas,
Serealia (padi, jagung dan gandum);
Legum (kacang tanah, kedelai, kacang hijau);
Umbi (ubi kayu dan ubi jalar);
b. Hortikultura
Hortikultura (horticulture) berasal dari bahasa Latin hortus (tanaman kebun) dan
cultura/colere (budidaya), dan dapat diartikan sebagai budidaya tanaman kebun. Kemudian
hortikultura digunakan secara lebih luas bukan hanya untuk budidaya di kebun. Istilah
hortikultura digunakan pada jenis tanaman yang dibudidayakan. Bidang kerja hortikultura
meliputi pembenihan, pembibitan, kultur jaringan, produksi tanaman, hama dan penyakit, panen,
pengemasan dan distribusi. Hortikultura merupakan salah satu metode budidaya pertanian
modern.
Hortikultura merupakan cabang dari agronomi. Berbeda dengan agronomi, hortikultura
memfokuskan pada budidaya tanaman buah (pomologi/frutikultur), tanaman bunga (florikultura),
tanaman sayuran (olerikultura), tanaman obat-obatan (biofarmaka), dan taman (lansekap). Salah
satu ciri khas produk hortikultura adalah perisabel atau mudah rusak karena segar. Orang yang
menekuni bidang hortikultura dengan profesional disebut sebagai hortikulturis.
BAB II
PEMBAHASAN
1. PERSIAPAN LAHAN
a. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah menjadi gembur, sehingga
pertumbuhan akar tanaman maksimal. Pengolahan juga akan memperbaiki tekstur tanah. Proses
pengolahan tanah dapat dilakukan dengan menggunakan QUICK Cakar Baja dengan main
rotary Blade J untuk kondisi tanah yang subur dan Blade B untuk kondisi tanah yang keras
dengan kedalaman hasil olahan sekitar 15 cm.
Penanaman
Penanaman dilakukan pada bedengan yang sebelumnya telah dibedengi dan sudah dilubangi
denga jarak tanam 50 x 50 cm. Prose penanaman bibit kubis sebaiknya dilakukan pada waktu
pagi atau pun sore hari. Usahakan saat hendak menanam, bibit kubis yang sudah siap tanam
mempunyai 4 -6 helai daun. Setelah ditanam, lakukan penyiraman secara merata dan teratur.
2. PERTUMBUHAN TANAMAN KOL
Untuk membudidayakan bunga kol, awalnya hanya bisa ditanam di daerah yang memiliki
temperatur minimum 15.50-180 C dan maksimum 240 C dengan kelembaban optimum antara
80-90%.. Tapi dengan diciptakannya kultivar baru yang tahan terhadap temperatur tinggi,
membuat budidaya bunga kol juga dapat dilakukan di dataran rendah (0-200 m dpl) serta
menengah (200-700 m dpl).
Bunga kol lebih menyukai tanah lempung daripada tanah yang liat, tapi bisa toleran pada
tanah berpasir atau liat berpasir. Tanah harus subur, gembur serta mengandung banyak bahan
organik. Unsur hara mikro yang ada pada tanah tidak boleh kekurangan magnesium (Mg),
molibdenum (Mo) dan Boron (Bo). Jika kurang, maka harus dicukupi dari pupuk.
a. Syarat Pertumbuhan
1. Kubis bunga merupakan tanaman sayuran yang berasal dari daerah sub tropis.
2. Di tempat itu kisaran temperatur untuk pertumbuhan kubis bunga yaitu minimum 15.5-18
derajat C dan maksimum 24 derajat C
3. Kelembaban optimum bagi tanaman blumkol antara 80-90%.
4. Dengan diciptakannya kultivar baru yang lebih tahan terhadap temperatur tinggi, budidaya
tanaman kubis bunga juga dapat dilakukan di dataran rendah (0-200 m dpl) dan menengah (200-
700 m dpl).
5. Di dataran rendah, temperatur malam yang terlalu rendah menyebabkan terjadinya sedikit
penundaan dalam pembentukan bunga dan umur panen yang lebih panjang.
6. Tanah lempung berpasir lebih baik untuk budidaya kubis bunga daripada tanah berliat.
Tetapi tanaman ini toleran pada tanah berpasir atau liat berpasir.
7. Kemasaman tanah yang baik antara 5,5-6,5 dengan pengairan dan drainase yang memadai.
8. Tanah harus subur, gembur dan mengandung banyak bahan organik. Tanah tidak boleh
kekurangan magnesium (Mg), molibdenum (Mo) dan Boron (Bo) kacuali jika ketiga unsur hara
mikro tersebut ditambahkan dari pupuk.
9. Di Indonesia, sebenarnya kubis bunga hanya cocok dibudidayakan di daerah pegunungan
berudara sejuk sampai dingin pada ketinggian 1.000-2.000 m dpl.
a. . Pengertian Kompos
Kompos adalah pupuk organik sebagai hasil dari proses biologi oleh aktivitas mikroorganisme
decomposer ( bakteri dan cacing) dalam menguraikan atau dekomposisi bahan organik menjadi
humus.
Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik maupun anaerobik, dengan
atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator pengomposan yang sudah banyak beredar antara
lain PROMI (Promoting Microbes), OrgaDec, SuperDec, ActiComp, BioPos, EM4, Green
Phoskko Organic Decomposer dan SUPERFARM (Effective Microorganism)atau menggunakan
cacing guna mendapatkan kompos (vermicompost). Setiap aktivator memiliki keunggulan
sendiri-sendiri.
Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah dan murah untuk
dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit. Dekomposisi bahan
dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri dengan bantuan udara. Sedangkan
pengomposan secara anaerobik memanfaatkan mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara
dalam mendegradasi bahan organik.
Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan untuk kepentingan
tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk memperbaiki
sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman menjadi lebih tinggi. Kompos
yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat digunakan untuk menguatkan struktur lahan
kritis, menggemburkan kembali tanah pertanian, menggemburkan kembali tanah petamanan,
sebagai bahan penutup sampah di TPA, eklamasi pantai pasca penambangan, dan sebagai media
tanaman, serta mengurangi penggunaan pupuk kimia.
Bahan baku pengomposan adalah semua material orgaengandung karbon dan nitrogen, seperti
kotoran hewan, sampah hijauan, sampah kota, lumpur cair dan limbah industri pertanian. Berikut
disajikan bahan-bahan yang umum dijadikan bahan baku pengomposan.
Aspek Ekonomi :
· Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
· Mengurangi volume/ukuran limbah
· Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
· Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari
sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah
· Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Mikro organisme dekomposer (yang terdiri dari bakteri pengurai, mikroba pengurai lainnya)
yang telah diisolasi yang digunakan untuk mempercepat proses dekomposisi bahan
organik. Contohnya adalah OrgaDec , Stardec , EM-4, Harmony, Fix-up plus, Tricoderma ,MOL
(Mikro Organisme Lokal)
Proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses
pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap
pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah
terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan
meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan
meningkat hingga di atas 50o - 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba
yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu
tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-
mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik
menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan
berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut,
yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan
volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 – 40% dari volume/bobot
awal bahan.
f. Kunci Proses Pembuatan Kompos
1. Memperoleh Campuran Bahan Baku Yang Benar
kombinasi campuran bakan baku yg memiliki C / N rasio = 10 s/d 12. Dari hasil penelitian,
telah diketahui bahwa terdapat 2 (dua) parameter penting dalam menentukan pemilihan bahan
baku, yaitu:
1.Faktor kelembaban Bahan Baku
Kelembaban atau kandungan air sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup mikro-
organisme. Sebagian besar mikroorganisme tidak dapat hidup apabila kekurangan air. Apabila
kelembaban dibawah 40%, proses dekomposisi bahan organik akan melambat. Apabila
kelembaban dibawah 30 persen, proses dekomposisi praktis akan terhenti. Akan tetapi, apabila
kelembaban > 60 persen, maka yang terjadi adalah keadaan anaerob (tanpa oksigen), yang akan
menyebabkan timbulnya aroma tidak sedap (masam).
2. Faktor C / N ratio bahan baku
Seandainya jumlah Nitrogen terlalu sedikit, maka populasi bakteri tidak akan optimal dan proses
dekomposisi kompos akan melambat.Kebalikannya, seandainya jumlah N terlalu banyak, akan
mengakibatkan pertumbuhan mikroba sangat cepat dan ini akan menyebabkan masalah pada
aroma kompos, sebagai akibat dari keadaan anaerobik.
2.7. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Pengomposan
· Hidrat arang (selulosa, hemiselulosa dll) diurai mejadi CO2 & H2O atau CH4 & H2
· Zat putih telur diurai melalui amida-amida, asam2 amino, menjadi amoniak (NH3),
CO2 dan H2O
· Sebagian unsur hara ada yg diikat oleh jasad renik & sebagian lagi dlm keadan bebas (tdk
terikat) yg dpt tersedia bagi tanaman. Namun unsur hara yg terikat jasad renik ini kemudian akan
kembali tersedia bagi tanaman ketika jasad renik tsb mati.
· Ternyata unsur-unsur hara dari senyawa organik akan terbebas menjadi senyawa an-
organik sehingga tersedia di dalam tanah bagi keperluan tanaman.
· Lemak dan lilin diurai menjadi CO2 dan air.
· .
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kol bunga putih merupakan tanaman sayur famili Brassicaceae (jenis kol dengan bunga
putih kecil) berupa tumbuhan berbatang lunak.
Masyarakat di Indonesia menyebut kubis bunga sebagai kol kembang atau blumkol
(berasal dari bahasa Belanda Bloemkool).
Tanaman ini berasal dari Eropa subtropis di daerah Mediterania. Kubis bunga yang
berwarna putih dengan massa bunga yg kompak seperti yg ditemukan saat ini dikembangkan
tahun 1866 oleh Mc.Mohan ahli benih dari Amerika. Diduga kubis bunga masuk ke Indonesia
dari India pada abad ke XIX.
Kol atau kubis merupakan tanaman sayur famili Brassicaceae berupa tumbuhan
berbatang lunak yang dikenal sejak jaman purbakala (2500-2000 SM) dan merupakan tanaman
yang dipuja dan dimuliakan masyarakat Yunani Kuno.
B. Saran
Demikianlah pemaparan makalah ini semoga bermanfaat bagi yang mempelajarinya. Kritik dan
saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA