Oleh :
Achmad Ramadani Dwi Noer S. 185040200111208
Asisten Kelas:
Muhammad Shobar Ibrahim Swasono
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
BUDIDAYA TANPA TANAH
Disetujui Oleh :
BTT 2021
ii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, karena
atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, Laporan Akhir Praktikum Budidaya
Tanpa Tanah yang berjudul “Sistem Hidroponik Kultur Air Wick Tanaman
Kangkung (Ipomoea reptans Poir) dan Kultur Substrat Tanaman Cabai (Capsicum
frutescens L.)” dapat saya selesaikan.
Penyusunan laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang tujuan
yang hendak dicapai dari laporan ini. Dalam pembuatan laporan ini, saya
mengucapkan terima kasih kepada SP, MT., selaku dosen pembimbing kami.
Selain itu, ucapan terima kasih juga kami tujukan kepada asisten kelompok, dan
asisten lapang, serta teman-teman yang telah membantu kami dalam
menyelesiakan laporan ini, sehingga laporan ini dapat kami selesaikan.
Malang, April 2021
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
2. Tanaman Cabai………………………………………….…..……………..4
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
1
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hidroponik merupakan salah satu metode perbanyakan tanaman tanpa
menggunakan media tanah. Biasanya metode ini digunakan untuk mengatasi
kekurangan lahan tanam, terutama di kota-kota besar, dimana lahan. pekarangan
hampir tidak ada lagi (Hidayati et al., 2018). Saat ini teknik penanaman secara
hidroponik semakin berkembang, mulai dari sederhana dalam skala kecilhingga
menggunakan teknik yang modern dalam skala besar (Roidah, 2014). Bertanam
dengan hidroponik memiliki beberapa keuntungan, antara lain tanaman lebih
bersih, terutama sayur-sayuran, tanaman lebih mudah terkontrol, media dapat
diganti dengan arang sekam, sabut kelapa bahkan rock wall (Indrawati et.al.,
2012). Hal terpenting adalah ketersediaan nutrisi, karena dengan nutrisi yang
cukup, tanaman akan tumbuh subur, dengan masa panen yang lebih cepat.
(Suhardjono & Guntoro, 2013).
Kultur hidroponik adalah metode penanaman tanaman tanpa menggunakan
media tumbuh dari tanah. Secara harafiah hidroponik berarti penanaman dalam air
yang mengandung campuran hara. Dalam praktek sekarang ini, hidroponik tidak
terlepas dari penggunaan media tumbuh lain yang bukan tanah sebagai penopang
pertumbuhan tanaman. Maka dari itu perlunya pemahaman tentang Sistem
Hidroponik Kultur Air Wick Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans Poir) dan
Kultur Substrat Tanaman Cabai (Capsicum frutescens L.)” dari budidaya tanaman
secara hidroponik, oleh karena itu dibuat laporan ini untuk mempelajari dan
mencoba menerapkan sistem dan kultur tersebut.
1.2. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum budidaya tanpa tanah ini adalah untuk
mengetahui Sistem Hidroponik Kultur Air Wick Tanaman Kangkung (Ipomoea
reptans Poir) dan Kultur Substrat Tanaman Cabai (Capsicum frutescens L.)”dari
budidaya tanaman secara hidroponik
1.3. Manfaat
Manfaat dari pelaksanaan praktikum budidaya tanpa tanah ini adalah agar
mahasiswa mampu menerapkan Sistem Hidroponik Kultur Air Wick Tanaman
2
Kangkung (Ipomoea reptans Poir) dan Kultur Substrat Tanaman Cabai (Capsicum
frutescens L.)”dari budidaya tanaman secara hidroponik.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans Poir)
Kangkung termasuk ke dalam famili convolvulaceae atau kangkung-
kangkungan. Kangkung merupakan sumber vitamin A, vitamin C dan mineral
seperti zat besi, kalsium, kalium, dan fosfor (Nazaruddin, 2013). Kangkung dapat
berfungsi sebagai obat tidur karena dapat menenangkan saraf. Akarnya digunakan
untuk mengobati penyakit wasir sedangkan zat besi yang terkandung didalamnya
berguna untuk pertumbuhan tubuh. Bagian tanaman kangkung yang paling
penting adalah batang muda dan pucuk-pucuknya sebagai bahan sayur-mayur
(Rukmana, 2014). Menurut Suratman et.al., (2010) tanaman kangkung memiliki
klasifikasi sebagai berikut Kingdom : Plantae (tumbuhan), Subkingdom :
Tracheobionta (berpembuluh), Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji),
Divisio: Magnoliophyta (berbunga), Kelas: Dicotyledone (berkeping dua/dikotil),
Sub kelas: Asteridae, Ordo: Solanales, Familia: Convolvulaceae (suku kangkung-
kangkungan), Genus : IpomoeaSpesies : Ipomoea reptans Poir.
menggunakan wadah yang cukup besar dan atur jarak antar tanaman agar
pertumbuhan tanaman tidak saling mengganggu.
c) NFT (Nutrient Film Technique) System : Sistem ini merupakan cara yang
paling populer dalam istilah hidroponik. Konsepnya sederhana dengan
menempatkan tanaman dalam sebuah wadah atau tabung dimana akarnya
dibiarkan menggantung dalam larutan nutrisi. Sistem ini dapat terus menerus
mengalirkan nutrisi yang terlarut dalam air sehingga tidak memerlukan timer
untuk pompanya. NFT cocok diterapkan pada jenis tanaman berdaun seperti
selada .
d) Aeroponic System : Aeroponikmerupakan suatu cara bercocok tanam sayuran
di udara tanpa penggunaan tanah, nutrisi disemprotkan pada akar tanaman, air
yang berisi larutan hara disemburkan dalam bentuk kabut hingga mengenai
akar tanaman. Akar tanaman yang ditanam menggantung akan menyerap
larutan hara tersebut. Air dan nutrisi disemprotkan menggunakan irigasi
sprinkler. Kecanggihan sistem ini memungkinkan Anda memperoleh hasil
yang baik dan tercepat dibandingkan sistem hidroponik lainnya. Hal ini
disebabkan oleh larutan nutrisi yang diberikan berbentuk kabut langsung
masuk ke akar, sehingga tanaman lebih mudah menyerap nutrisi yang banyak
mengandung oksigen
e) Water Culture System : Dalam sistem hidroponik ini, akar tanaman yang
tersuspensi dalam air yang kaya nutrisi dan udara diberikan langsung ke akar.
Tanaman dapat ditempatkan di rakit dan mengapung di air nutrisi juga.
Dengan sistem hidroponik ini, akar tanaman terendam dalam air dan udara
diberikan kepada akar tanaman melalui pompa akuarium dan diffuser udara.
Semakin gelembung yang lebih baik, tanaman akar akan tumbuh dengan
cepat untuk mengambil air nutrisi.
2.2.2 Kultur substrat
Hidroponik substrat adalah sistem hidroponik yang tidak menggunakan air
sebagai media, namun menggunakan media tanam untuk membantu pertumbuhan
tanaman. Subrat atau media tanam berfungsi sebagai penyedia mineral, nutrisi, air
dan udara bagi pertumbuhan tanaman. Contoh dari substrat yang bisa digunakan
adalah sekam padi, arang, sabut kelapa, hidrogel, arang dll. Budaya substrat
7
mengacu pada sistem budidaya tanpa tanah, media yang digunakan anorganik
(pasir, kerikil, perlite, rockwool, batu vulkanik) atau organik (gambut, kulit kayu,
sabut, beras lambung). Substrat mempertahankan cadangan larutan nutrisi dan
sebagai penyangga dalam interupsi air dan pasokan nutrisi, serta melindungi akar
dari fluktuasi suhu. Beberapa substrat dapat diadopsi sebagai media tumbuh
terutama didasarkan pada retensi air dan dinamika air. Hidroponik substrat,
meliputi:
a) Gravel culture
Gravel culture adalah budidaya tanaman secara hidroponik menggunakan
gravel atau kerikil sebagai media pendukung sistem perakaran tanaman.
b) Sand culture
Sand culture atau Sandponics adalah budidaya tanaman dalam media pasir.
Produksi budidaya tanaman tanpa tanah secara komersial pertama kali
dilakukan dengan menggunakan bedengan pasir yang dipasang pipa irigasi
tetes.
c) Rockwool Culture
Rockwool adalah nama komersial media tanaman utama yang telah
dikembangkan dalam sistem budidaya tanaman tanpa tanah. Bahan ini
besarsal dari bahan batu Basalt yang bersifat Inert yang dipanaskan sampai
mencair, kemudian cairan tersebut di spin (diputar) seperti membuat
aromanis sehingga menjadi benang-benang yang kemudian dipadatkan seperti
kain wool yang terbuat dari rock.
d) Bag culture
Bag culture adalah budidaya tanaman tanpa tanah menggunakan kantong
plastik yang diisi dengan media tanam. Berbagai media tanam dapat dipakai
seperti : serbuk gergaji, kulit kayu, vermikulit, perlit, dan arang sekam. Irigasi
tetes biasanya diganakan dalam sistem ini.
e) Container culture
Container culture biasanya menggunakan wadah seperti PE, PVC, ember
plastik atau pot. Volume kontainer bervariasi dari 12-18 liter dan biasanya
tanaman yang ditanam 1-2 tanaman per kontainer. Kedalaman wadah penting
bagi perkembangan akar dan pertumbuhan tanaman. Kedalaman kontainer
8
tergantung pada tanaman, panjang musim tanam dan jenis substrat. Secara
umum, kedalaman> 20 cm.
f) Hanging bag Technique (Sistem terbuka)
Hanging bag biasanya berbentuk silinder panjang dengan panjang sekitar 1
m, berwarna putih (bagian dalam berwarna hitam) dan tahan UV, terdapat
kantong plastik tebal yang diisi dengan sabut kelapa yang disterilkan.
g) Trough culture (Sistem Parit)
Dalam Trough culture pada sistem terbuka ini, tanaman tumbuh di parit
sempit di atas tanah atau di atas tanah yang dibangun dengan batu bata atau
blok beton.
h) Teknik Pot
Teknik pot mirip dengan Trough culture tetapi pot diisi media tanam. Volume
wadah dan media tumbuh tergantung pada kebutuhan pertumbuhan tanaman.
Pemberian air dan larutn nutrisi seperti Trough culture.
2.4. Nutrisi Hidroponik
Sistem hidroponik tidak menggunakan tanah sebagai media tumbuh, tetapi
diganti dengan media lain seperti arang sekam, cocopeat atau material lain selain
tanah. Media yang digunakan pada metode budidaya hidroponik relatif tidak
mengandung unsur hara, oleh karena itu nutrisi mutlak harus diberikan pada
tanaman melalui pupuk (nutrisi hidroponik). Nutrisi pada budidaya tanaman
hidroponik diberikan dalam bentuk larutan. Pemberian nutrisi pada budidaya
hidroponik dilakukan bersamaan dengan irigasi atau disebut dengan fertigasi.
Komposisi menggunakan garam-garam mineral yang larut dalam air secara
sempurna sehingga tidak menyebabkan drip irigasi tersumbat. Nutrisi hidroponik
adalah pupuk hidroponik yang mengandung semua unsur hara esensial baik unsur
makro maupun mikro. Unsur hara makro adalah hara yang diperlukan tanaman
dalam jumlah banyak, diantaranya: C, H, N, O, S, P, K, Mg, Ca. Sedangkan unsur
hara mikro adalah hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit tetapi harus
tersedia, diantaranya :Fe, Si, Mn, B, Zn, Mo, Cu. Biasanya nutrisi dibuat dari
campuran garam-garam makro dan mikro yang dilarutkan pada kepekatan tertentu,
lalu diaplikasikan dengan frekuensi tertentu (Lingga, 2011). Unsurs hara mikro
karena diperlukan dalam jumlah sedikit biasanya disuply dari
9
tanah. Karena itu dalam sebagian besar budidaya tanaman secara konvensional
(menggunakan tanah) diberikan hanya unsur hara makro N, P, K saja untuk
pemupukan. Susila (2013), jenis unsur makro dan mikro yang diberikan pada
tanaman beserta fungsi antara lain:
1. Nitrogen, memacu pertumbuhan daun dan batang serta membantu
pembentukan akar. Oleh karena itu unsur N sangat penting bagi awal
pertumbuhan tanaman.
2. Fosfor, membantu pembentukan bunga dan buah serta mendorong
pembentukan akar-akar halus/muda.
3. Kalium berfungsi menguatkan tanaman.
4. Kalsium, membantu pertumbuhan ujung-ujung akar
5. Magnesium ikut dalam pembentukan zat hijau daun yang menyebarkan unsur
fosfor kedalam tanaman.
6. Belerang, bersama unsur fosfor dapat mempertinggi kerja unsur lain dan
memproduksi energy.
7. Besi, membentuk klorofil dan enzim pernafasan.
8. Mangan, membentuk klorofil serta membantu akar dalam penyerapan unsur
nitrogen.
9. Borium, membantu pertumbuhan meristem-meristem apikal.
10. Seng, membantu proses pembentukan auxsin.
11. Molibdenum berperan dalam mengikat nitrogen
Komposisi pupuk hidroponik larutan pupuk hidroponik terdiri dari 2 bagian
yaitu bagian A dan bagian B. Adapun kandungannya terdiri dari 9,90% NO3,
0,48% NH4, 4,83% P2O5, 16,50% K2O, 2,83% MgO, 11,48% CaO, 3,81% SO3,
0,013% B, 0,025% Mn, 0,015% Zn, ),002% Cu, 0,003% Mo dan 0,037% Fe, atau
tergantung dari jenis tanamannya, setiap tanaman mempunyai formulasi yang
berbeda-beda. Dalam pembuatan larutan pupuk hidroponik terlebih dahulu dibuat
dua macam larutan stok (larutan stok A dan stok B). Kedua larutan stok tersebut
baru dicampur pada saat akan digunakan. Pembuatan larutan hidroponik tidak
dapat dicampur karena bila kation Ca bertemu dengan anion sulfat akan terjadi
endapan kalsium sulfat sehingga unsur Ca dan S tidak dapat diserap oleh akar.
Tanaman akan menunjukkan defisiensi Ca dan S.
10
Hal ini sejalan dengan penelitian Cendana (2016) bahwa jenis media arang
sekam dapat mempengaruhi tinggi tanaman dan diameter batang sehingga baik
dalam pertumbuhan tanaman cabai merah sedangkan petroganik mengandung C-
Organik yang mempengaruhi tinggi tanaman dan diameter batang. Hal ini
disebabkan karena C-Organik mampu membantu penyerapan unsur hara oleh akar
tanaman sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebiih baik. Arang sekam
memiliki beberapa kandungan yaitu SiO252% dan C 31% yang dapat
memperbaiki sifat fisik media (Isworo, 2018). Penunjang keberhasilan dari sistem
budidaya hidroponik yaitu media yang bersifat poros dan aerasi baik serta nutrisi
yang cukup untuk pertumbuhan tanaman (Perwitasari et.al., 2012).
11
3.3.3. Pemeliharaan
Cara pemeliharaan hidroponik dengan mengawasi dan memperhatikan
nutrisi atau kebutuhan kangkung akan unsur hara dalam bentuk cair. Pastikan
tanaman hidroponik tidak kekurangan nutrisi, terlebih saat kangkung memasuki
usia 2 minggu, maka konsentrasi larutan akan semakin bertambah. Saat itulah
kamu perlu menambah pupuk organik cair yang tadinya hanya 5 ml per 1 liter air
meningkat menjadi 7 – 9 ml per 1 l air. Kamu juga perlu mengganti larutan nutrisi
jika dirasa sudah berbau, lakukan tahapan tersebut secara berulang hingga masa
panen tiba.
3.4 Parameter Pengamatan
Sedangkan jumlah daun tanaman paling tinggi pada penerapan sistem hidroponik
dengan kultur air wick pada tanaman kangkung memiliki jumlah sebanyak 26 helai.
Jumlah daun akan mempengaruhi kuantitas penyerapan cahaya pada
tanaman. Apabila cahaya dan unsur hara tersedia dalam jumlah mencukupi,
mengakibatkan jumlah cabang atau daun yang tumbuh pada suatu tanaman
meningkat. Tanaman akan meningkatkan laju pertumbuhan daunnya supaya bisa
menangkap cahaya secara maksimal sehingga fotosintesis dapat berjalan lancar
(Setyanti, 2013).
Pada seluruh perlakuan memiliki persentase tumbuh 100% pada 1 MST,
kecuali pada penerapan kultur subtrat pada tanaman cabai dengan menggunakan
media tanam arang sekam yang memiliki persentase tumbuh 80% sebanyak 3 kali
ulangan pada saat 1 MST. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ingels (2015) Media
tanam yang tepat merupakan salah satu syarat keberhasilan budidaya tanaman
khususnya budidaya dalam wadah. Keberhasilan pertumbuhan tanaman ditentukan
oleh perkembangan akarnya. Akar tanaman hendaknya berada pada suatu
lingkungan yang mampu memberikan tunjangan struktural, memungkinkan absorbsi
air dan ketersediaan nutrisi yang memadai. Selain itu, media tanam memungkinkan
drainase dan pH yang baik bagi tanaman
Menurut Hartman dan Kester (2013) pasir umumnya digunakan sebagai media
pembibitan, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan sebagai pencampur tanah atau
bahan organik untuk mendapatkan struktur media yang baik. Thompson dan Kelly
(2017) menyatakan bahwa tanah N mendorong pertumbuhan vegetatif dan
merangsang perkembangan batang dan daun. Perkembangan batang dan daun dapat
kita lihat dari tinggi, jumlah cabang dan juga berat basah dan kering daun dan
batang.
18
5. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari pelaksanaan praktikum Budidaya Tanpa
Tanah ini menunjukkan bahwa Sistem Hidroponik Kultur Air Wick Tanaman
Kangkung (Ipomoea reptans Poir) dan Kultur Substrat Tanaman Cabai (Capsicum
frutescens L.) dengan menggunakan media tanam arang sekam mempengaruhi
pertumbuhan pada tanaman tersebut. Berdasarkan hasil dari praktikum dengan
penerapan sistem hidroponik kultur air wick dapat meningkatkan pertumbuhan dan
kualitas pada tanaman kangkung selain media tanam pertumbuhan tanaman ini juga
disebabkan oleh hasil fotosintesis yang dihasilkan untuk pembentukan dan
pertumbuhan sehingga dapat mempengaruhi panjang tanaman dan jumlah daun pada
tanaman tersebut.
19
DAFTAR PUSTAKA
Aatif Hussain, Kaiser Iqbal, Showket Aziem, Prasanto Mahato and A.K. Negi.
2014. A Review On The Science Of Growing Crops Without Soil (Soilless
Culture) – A Novel Alternative For Growing Crops. J Agri Crop Sci. Vol., 7
(11), 833-842.
El-Behairy, Usama Ahmed Aly. 2015. Simple Substrate Culture in Arid Lands.
Intech. Fao. 2013. Good Agricultural Practices For Greenhouse Vegetable
Crops Principles For Mediterranean Climate Areas. Food And Agriculture
Organization Of The United Nations. Roma.
Faisal, M. 2016. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kangkung
(Ipomoea sp) Terhadap Pemberian Pupuk Kandang Sapi dan Pupuk Hantu.
[Skripsi]. Medan : Universitas Medan Area.
Hartman, H.T. and D.E. Kester. 2013. dalam Mustika Aurum, 2005. Pengaruh
Jenis Media Tanam dan Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Setek
Sambang Colok (Aerva sanguinolenta Blume.). Program Studi Agronomi
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Hidayati, N., Rosawanti, P., Yusuf, F., Hanafi, N. 2017. Kajian Penggunaan
Nutrisi Anorganik terhadap Pertumbuhan Kangkung (Ipomoea reptans Poir)
Hidroponik Sistem Wick. Daun: Jurnal Ilmiah Pertanian dan Kehutanan.
4(2):75-81.
Indrawati, R., Indradewa, D., Utami, S.N.H. 2012. Pengaruh Komposisi Media
dan Kadar Nutrisi Hidroponik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tomat
(Lycopersicon esculentum Mill.). Vegetalika. 1(3):1-11.
Ingels, J.E. 2015. Pengaruh Jenis Media Tanam dan Pupuk Kandang Terhadap
PertumbuhanSetek Sambang Colok (Aerva sanguinolenta Blume.). Program
Studi Agronomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Lingga, P. 2011. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Cetakan XXXII.
Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Nazaruddin, 2013. Budidaya dan Pengantar Panen Sayuran Dataran Rendah.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Pardossi A, Carmassi G, Diara C, Incrocci L, Maggini R, Massa D. 2011.
Fertigation and Substrate Management in Closed Soilless Culture.
Departmento di biologia delle painte Agrarie, University of Pisa, Pisa, Italy.
Rukmana, R. 2014. Bertanam Kangkung.Jakarta: Kanisius.
Setyanti, Y. H. 2013. Karakteristik Fotosintetik dan Serapan Fosfor Hijauan Alfalfa
(Medicago sativa) pada Tinggi Pemotongan dan Pemupukan Nitrogen yang
Berbeda. Animal Agriculture, Vol 2 (1).
20
LAMPIRAN