Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

BUDIDAYA TANPA TANAH

“Sistem Hidroponik Kultur Air Wick Tanaman Kangkung


(Ipomoea reptans Poir) dan Kultur Substrat Tanaman
Cabai (Capsicum frutescens L.)”

Oleh :
Achmad Ramadani Dwi Noer S. 185040200111208

Asisten Kelas:
Muhammad Shobar Ibrahim Swasono

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
BUDIDAYA TANPA TANAH

Nama : Achmad Ramadani Dwi Noer S


Kelas : D

Disetujui Oleh :

Koordinator Asisten, Asisten Kelas,

BTT 2021

Rizko Kurniawan Muhammad Shobar Ibrahim Swasono


NIM. 196040200111014 NIM. 196040200111021

ii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, karena
atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, Laporan Akhir Praktikum Budidaya
Tanpa Tanah yang berjudul “Sistem Hidroponik Kultur Air Wick Tanaman
Kangkung (Ipomoea reptans Poir) dan Kultur Substrat Tanaman Cabai (Capsicum
frutescens L.)” dapat saya selesaikan.
Penyusunan laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang tujuan
yang hendak dicapai dari laporan ini. Dalam pembuatan laporan ini, saya
mengucapkan terima kasih kepada SP, MT., selaku dosen pembimbing kami.
Selain itu, ucapan terima kasih juga kami tujukan kepada asisten kelompok, dan
asisten lapang, serta teman-teman yang telah membantu kami dalam
menyelesiakan laporan ini, sehingga laporan ini dapat kami selesaikan.
Malang, April 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii


DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
1. PENDAHULUAN........................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Tujuan.................................................................................................... 1
1.3. Manfaat .................................................................................................. 1
2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 2
2.1. Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans Poir) ........................................... 2
2.2. Tanaman Cabai (Capsicum frutescens L.)............................................... 3
2.3. Sistem Hidroponik ................................................................................. 4
2.4. Nutrisi Hidroponik ................................................................................. 8
2.5. Pengaruh Media Tanam Kultur Substrat Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Cabai (Capsicum frutescens L.) ............................................. 10
3. BAHAN DAN METODE ............................................................................. 11
3.1 Waktu dan Tempat.................................................................................... 11
3.2 Alat dan Bahan ......................................................................................... 11
3.3. Metode Pelaksanaan ................................................................................ 11
3.4 Parameter Pengamatan .............................................................................. 12
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 13
4.1 Kondisi Umum ......................................................................................... 13
4.2 Parameter Pertumbuhan ........................................................................... 13
4.3. Pembahasan Umum ................................................................................ 16
5. KESIMPULAN ............................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 19
LAMPIRAN ..................................................................................................... 21

iv
DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman


1. Tanaman Kangkung …………………………………….…..……………2

2. Tanaman Cabai………………………………………….…..……………..4

v
DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman


1. Pengaruh Sistem Hidroponik Kultur Air Wick Terhadap Panjang Tanaman
Kangkung………………………………………………………………..…13
2. Pengaruh Kultur Subtrat Terhadap Panjang Tanaman Cabai………….….14
3. Pengaruh Sistem Hidroponik Kultur Air Wick Terhadap Jumlah Daun
Tanaman Kangkung………………………………………………….....….14
4. Pengaruh Kultur Subtrat Terhadap Jumlah Daun Tanaman Cabai………...15
5. Persentase Tumbuh Tanaman Kangkung………………………...………...15
6. Persentase Tumbuh Tanaman Kangkung………………………...………...16

vi
DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman


1. Logbook Kegiatan + Dokumentasi Kultur air………………………… 21
2. Logbook Kegiatan + Dokumentasi Kultur Subtrat……………………..23

vii
1

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hidroponik merupakan salah satu metode perbanyakan tanaman tanpa
menggunakan media tanah. Biasanya metode ini digunakan untuk mengatasi
kekurangan lahan tanam, terutama di kota-kota besar, dimana lahan. pekarangan
hampir tidak ada lagi (Hidayati et al., 2018). Saat ini teknik penanaman secara
hidroponik semakin berkembang, mulai dari sederhana dalam skala kecilhingga
menggunakan teknik yang modern dalam skala besar (Roidah, 2014). Bertanam
dengan hidroponik memiliki beberapa keuntungan, antara lain tanaman lebih
bersih, terutama sayur-sayuran, tanaman lebih mudah terkontrol, media dapat
diganti dengan arang sekam, sabut kelapa bahkan rock wall (Indrawati et.al.,
2012). Hal terpenting adalah ketersediaan nutrisi, karena dengan nutrisi yang
cukup, tanaman akan tumbuh subur, dengan masa panen yang lebih cepat.
(Suhardjono & Guntoro, 2013).
Kultur hidroponik adalah metode penanaman tanaman tanpa menggunakan
media tumbuh dari tanah. Secara harafiah hidroponik berarti penanaman dalam air
yang mengandung campuran hara. Dalam praktek sekarang ini, hidroponik tidak
terlepas dari penggunaan media tumbuh lain yang bukan tanah sebagai penopang
pertumbuhan tanaman. Maka dari itu perlunya pemahaman tentang Sistem
Hidroponik Kultur Air Wick Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans Poir) dan
Kultur Substrat Tanaman Cabai (Capsicum frutescens L.)” dari budidaya tanaman
secara hidroponik, oleh karena itu dibuat laporan ini untuk mempelajari dan
mencoba menerapkan sistem dan kultur tersebut.
1.2. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum budidaya tanpa tanah ini adalah untuk
mengetahui Sistem Hidroponik Kultur Air Wick Tanaman Kangkung (Ipomoea
reptans Poir) dan Kultur Substrat Tanaman Cabai (Capsicum frutescens L.)”dari
budidaya tanaman secara hidroponik
1.3. Manfaat
Manfaat dari pelaksanaan praktikum budidaya tanpa tanah ini adalah agar
mahasiswa mampu menerapkan Sistem Hidroponik Kultur Air Wick Tanaman
2

Kangkung (Ipomoea reptans Poir) dan Kultur Substrat Tanaman Cabai (Capsicum
frutescens L.)”dari budidaya tanaman secara hidroponik.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans Poir)
Kangkung termasuk ke dalam famili convolvulaceae atau kangkung-
kangkungan. Kangkung merupakan sumber vitamin A, vitamin C dan mineral
seperti zat besi, kalsium, kalium, dan fosfor (Nazaruddin, 2013). Kangkung dapat
berfungsi sebagai obat tidur karena dapat menenangkan saraf. Akarnya digunakan
untuk mengobati penyakit wasir sedangkan zat besi yang terkandung didalamnya
berguna untuk pertumbuhan tubuh. Bagian tanaman kangkung yang paling
penting adalah batang muda dan pucuk-pucuknya sebagai bahan sayur-mayur
(Rukmana, 2014). Menurut Suratman et.al., (2010) tanaman kangkung memiliki
klasifikasi sebagai berikut Kingdom : Plantae (tumbuhan), Subkingdom :
Tracheobionta (berpembuluh), Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji),
Divisio: Magnoliophyta (berbunga), Kelas: Dicotyledone (berkeping dua/dikotil),
Sub kelas: Asteridae, Ordo: Solanales, Familia: Convolvulaceae (suku kangkung-
kangkungan), Genus : IpomoeaSpesies : Ipomoea reptans Poir.

Gambar 1. Tanaman Kangkung


3

Batang tanaman berbentuk bulat panjang, berbuku-buku, banyak


mengandung air (herbaceous), dan berlubang-lubang. Perakaran tanaman
kangkung berpola perakaran tunggang dan cabang akarnya menyebar kesemua
arah (Rukmana, 2014). Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku
batang dan di ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi
percabangan baru. Bentuk daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan
daun sebelah atas berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah
berwarna hijau muda. Bentuk bunga kangkung umumnya berbentuk “terompet”
dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah lembayung. Sedangkan buah
kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir biji. Bentuk
buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam jika sudah tua
dan hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10 mm, dan umur
buah kangkung tidak lama. Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau tegak bulat.
Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping dua. Pada
jenis kangkung darat biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan tanaman
secara generatif (Faisal, 2016)
2.2. Tanaman Cabai (Capsicum frutescens L.)
Cabai (Capsicum frutescens L.) merupakan tanaman yang bersasal
daribenua Amerika.Tanaman ini cocok dikembangkan di daerah tropis terutama
sekitarkhatulistiwa dan tumbuh baik di dataran rendah dengan ketinggian 0-500
meter dpl,akan tetapicabai rawit bisa tumbuh baik padaketinggian 1000 meter
dpl.Produktivitas tanamancabaiakan berkurangpada tempat yang terlalu
tinggi.Tanaman cabai merupakan tanaman yang menyerbuk sendiri,persilangan
antarvarietas secara alami sangat mungkin terjadi di lapangyang dapat
menghasilkan ras-ras cabai baru dengan sendirinya (Cahyono, 2013).
Beberapasifat tanaman cabaiyang dapat digunakan untuk membedakan
antarvarietas di antaranya adalahpercabangan tanaman, perbungaan tanaman,
ukuran ruas,dan tipe buahnya (Prajnanta,2010). Berdasarkan sistematika
(taksonomi) Capsicum frutescens L. diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom:
Plantae, Divisi: Spermatophyta, Kelas: Dicotyledonae, Ordo: Solanales, Famili:
Solanaceae, Genus:Capsicum, Spesies: Capsicum frutescens L.
4

Gambar 2. Tanaman Cabai


Cabai rawit juga memiliki banyak varietas, diantaranya adalah cabai
mini,cabai cengek/ceplik (rawit putih), cabai cengis (rawit hijau). Tinggi tanaman
cabairawit umumnya dapat mencapai 150 cm. Daunnya lebih pendek dan
menyempit.Posisi bunga tegak dengan mahkota bunga berwarna kuning
kehijauan. Panjangbuahnya dari tangkai hingga ujung buah hanya mencapai 3,7-
5,3 cm. Bentuk buahnyakecil dengan warna biji umumnya kuning kecoklatan
(Setiadi, 2017). Pemanenan pertama cabai rawit dapat dilakukan setelah tanaman
berumur 4 bulan dengan selang waktu satu sampai dua minggu sekali.Tanaman
cabai rawit dapat hidup 2 sampai 3 tahun.Di dataran tinggi, tanaman cabairawit
masih bisa berbuah hanya saja periodepanennya lebih sedikit dibanding dataran
rendah. Cabai rawit yang dibudidayakan diIndonesia sangat beragam. Secara
umum, masyarakat mengenal cabai rawit putih dancabairawit hijau, akan
tetapisetiap tempat memiliki macam cabai yang berbeda-beda (Cahyono,2013).
2.3. Sistem Hidroponik
Sistem hidroponik dapat diklasifikasikan menurut teknik yang digunakan.
Sebuah teknik hidroponik mengacu pada metode penerapan pemberian larutan
nutrisi ke akar tanaman. Hidroponik berdasarkan sistem irigasinya dikelompokkan
menjadi :
a) Sistem terbuka dimana larutan hara tidak digunakan kembali, misalnya pada
hidroponik dengan penggunaan irigasi tetes drip irrigation atau trickle
irrigation,
5

b) Sistem tertutup, dimana larutan hara dimanfaatkan kembali dengan cara


resirkulasi.
Sedangkan berdasarkan penggunaan media atau substrat dapat
dikelompokkan menjadi 2 yaitu Substrate System dan Bare Root System/Liquid.
Pada hidroponik bare root system, beberapa perbedaan alasan dalam suplai
nutrisi ke seluruh jaringan tanaman pada berbagai pertumbuhan tanaman dan
perbedaan tingkat serapan hara dan kualitas air irigasi, larutan nutrisi dan larutan
air harus sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut. Pemberian nutrisi dan air
yang tepat sehingga sistem ini dapat menyediakan nutrisi sesuai dengan
kebutuhan dan menghindari leaching nutrisi dan konsentrasi garam yang
berlebihan dan elemen non esensial (misalnya natrium) pada akar. Hidroponik
juga dikategorikan dalam hal pengelolaan irigasi larutan sebagai sistem open
loop (sistem loop terbuka) dan closed loop (sistem loop tertutup).
2.2.1 Kultur air
Diantara budidaya tanaman tanpa tanah, kultur air adalah budidya tanaman
yang menurut definisi merupakan sistem hidroponik yang sebenarnya. Kultur air
juga sering disebut true hydroponics, nutri culture, atau bare root system.
Hidroponik liquid atau hidroponik irigasi disebut juga dengan bare root system
atau sistem akar telanjang. Bare root system adalah sistem hidroponik yang tidak
menggunakan media tanam untuk membantu pertumbuhan tanaman, meskipun
block rockwool biasanya dipakai diawalpertanaman (Ardeni, 2010). Sitem ini
meliputi:
a) Wick System : Wick system merupakan teknik yang paling sederhana dan
populer digunakan oleh para pemula. Sistem ini termasuk pasif dan nutrisi
mengalir ke dalam media pertumbuhan dari dalam wadah menggunakan
sejenis sumbu. Wick sistem hidroponik bekerja dengan baik untuk tanaman
dan tumbuhan kecil. Sistem hidroponik ini tidak bekerja dengan baik untuk
tanaman yang membutuhkan banyak air.
b) Ebb & Flow System : Sebuah media tumbuh ditempatkan di dalam sebuah
wadah yang kemudian diisi oleh larutan nutrisi. Kemudian nutrisi
dikembalikan ke dalam penampungan, dan begitu seterusnya. Sistem ini
memerlukan pompa yang dikoneksikan ke timer. Pastikan Anda
6

menggunakan wadah yang cukup besar dan atur jarak antar tanaman agar
pertumbuhan tanaman tidak saling mengganggu.
c) NFT (Nutrient Film Technique) System : Sistem ini merupakan cara yang
paling populer dalam istilah hidroponik. Konsepnya sederhana dengan
menempatkan tanaman dalam sebuah wadah atau tabung dimana akarnya
dibiarkan menggantung dalam larutan nutrisi. Sistem ini dapat terus menerus
mengalirkan nutrisi yang terlarut dalam air sehingga tidak memerlukan timer
untuk pompanya. NFT cocok diterapkan pada jenis tanaman berdaun seperti
selada .
d) Aeroponic System : Aeroponikmerupakan suatu cara bercocok tanam sayuran
di udara tanpa penggunaan tanah, nutrisi disemprotkan pada akar tanaman, air
yang berisi larutan hara disemburkan dalam bentuk kabut hingga mengenai
akar tanaman. Akar tanaman yang ditanam menggantung akan menyerap
larutan hara tersebut. Air dan nutrisi disemprotkan menggunakan irigasi
sprinkler. Kecanggihan sistem ini memungkinkan Anda memperoleh hasil
yang baik dan tercepat dibandingkan sistem hidroponik lainnya. Hal ini
disebabkan oleh larutan nutrisi yang diberikan berbentuk kabut langsung
masuk ke akar, sehingga tanaman lebih mudah menyerap nutrisi yang banyak
mengandung oksigen
e) Water Culture System : Dalam sistem hidroponik ini, akar tanaman yang
tersuspensi dalam air yang kaya nutrisi dan udara diberikan langsung ke akar.
Tanaman dapat ditempatkan di rakit dan mengapung di air nutrisi juga.
Dengan sistem hidroponik ini, akar tanaman terendam dalam air dan udara
diberikan kepada akar tanaman melalui pompa akuarium dan diffuser udara.
Semakin gelembung yang lebih baik, tanaman akar akan tumbuh dengan
cepat untuk mengambil air nutrisi.
2.2.2 Kultur substrat
Hidroponik substrat adalah sistem hidroponik yang tidak menggunakan air
sebagai media, namun menggunakan media tanam untuk membantu pertumbuhan
tanaman. Subrat atau media tanam berfungsi sebagai penyedia mineral, nutrisi, air
dan udara bagi pertumbuhan tanaman. Contoh dari substrat yang bisa digunakan
adalah sekam padi, arang, sabut kelapa, hidrogel, arang dll. Budaya substrat
7

mengacu pada sistem budidaya tanpa tanah, media yang digunakan anorganik
(pasir, kerikil, perlite, rockwool, batu vulkanik) atau organik (gambut, kulit kayu,
sabut, beras lambung). Substrat mempertahankan cadangan larutan nutrisi dan
sebagai penyangga dalam interupsi air dan pasokan nutrisi, serta melindungi akar
dari fluktuasi suhu. Beberapa substrat dapat diadopsi sebagai media tumbuh
terutama didasarkan pada retensi air dan dinamika air. Hidroponik substrat,
meliputi:
a) Gravel culture
Gravel culture adalah budidaya tanaman secara hidroponik menggunakan
gravel atau kerikil sebagai media pendukung sistem perakaran tanaman.
b) Sand culture
Sand culture atau Sandponics adalah budidaya tanaman dalam media pasir.
Produksi budidaya tanaman tanpa tanah secara komersial pertama kali
dilakukan dengan menggunakan bedengan pasir yang dipasang pipa irigasi
tetes.
c) Rockwool Culture
Rockwool adalah nama komersial media tanaman utama yang telah
dikembangkan dalam sistem budidaya tanaman tanpa tanah. Bahan ini
besarsal dari bahan batu Basalt yang bersifat Inert yang dipanaskan sampai
mencair, kemudian cairan tersebut di spin (diputar) seperti membuat
aromanis sehingga menjadi benang-benang yang kemudian dipadatkan seperti
kain wool yang terbuat dari rock.
d) Bag culture
Bag culture adalah budidaya tanaman tanpa tanah menggunakan kantong
plastik yang diisi dengan media tanam. Berbagai media tanam dapat dipakai
seperti : serbuk gergaji, kulit kayu, vermikulit, perlit, dan arang sekam. Irigasi
tetes biasanya diganakan dalam sistem ini.
e) Container culture
Container culture biasanya menggunakan wadah seperti PE, PVC, ember
plastik atau pot. Volume kontainer bervariasi dari 12-18 liter dan biasanya
tanaman yang ditanam 1-2 tanaman per kontainer. Kedalaman wadah penting
bagi perkembangan akar dan pertumbuhan tanaman. Kedalaman kontainer
8

tergantung pada tanaman, panjang musim tanam dan jenis substrat. Secara
umum, kedalaman> 20 cm.
f) Hanging bag Technique (Sistem terbuka)
Hanging bag biasanya berbentuk silinder panjang dengan panjang sekitar 1
m, berwarna putih (bagian dalam berwarna hitam) dan tahan UV, terdapat
kantong plastik tebal yang diisi dengan sabut kelapa yang disterilkan.
g) Trough culture (Sistem Parit)
Dalam Trough culture pada sistem terbuka ini, tanaman tumbuh di parit
sempit di atas tanah atau di atas tanah yang dibangun dengan batu bata atau
blok beton.
h) Teknik Pot
Teknik pot mirip dengan Trough culture tetapi pot diisi media tanam. Volume
wadah dan media tumbuh tergantung pada kebutuhan pertumbuhan tanaman.
Pemberian air dan larutn nutrisi seperti Trough culture.
2.4. Nutrisi Hidroponik
Sistem hidroponik tidak menggunakan tanah sebagai media tumbuh, tetapi
diganti dengan media lain seperti arang sekam, cocopeat atau material lain selain
tanah. Media yang digunakan pada metode budidaya hidroponik relatif tidak
mengandung unsur hara, oleh karena itu nutrisi mutlak harus diberikan pada
tanaman melalui pupuk (nutrisi hidroponik). Nutrisi pada budidaya tanaman
hidroponik diberikan dalam bentuk larutan. Pemberian nutrisi pada budidaya
hidroponik dilakukan bersamaan dengan irigasi atau disebut dengan fertigasi.
Komposisi menggunakan garam-garam mineral yang larut dalam air secara
sempurna sehingga tidak menyebabkan drip irigasi tersumbat. Nutrisi hidroponik
adalah pupuk hidroponik yang mengandung semua unsur hara esensial baik unsur
makro maupun mikro. Unsur hara makro adalah hara yang diperlukan tanaman
dalam jumlah banyak, diantaranya: C, H, N, O, S, P, K, Mg, Ca. Sedangkan unsur
hara mikro adalah hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit tetapi harus
tersedia, diantaranya :Fe, Si, Mn, B, Zn, Mo, Cu. Biasanya nutrisi dibuat dari
campuran garam-garam makro dan mikro yang dilarutkan pada kepekatan tertentu,
lalu diaplikasikan dengan frekuensi tertentu (Lingga, 2011). Unsurs hara mikro
karena diperlukan dalam jumlah sedikit biasanya disuply dari
9

tanah. Karena itu dalam sebagian besar budidaya tanaman secara konvensional
(menggunakan tanah) diberikan hanya unsur hara makro N, P, K saja untuk
pemupukan. Susila (2013), jenis unsur makro dan mikro yang diberikan pada
tanaman beserta fungsi antara lain:
1. Nitrogen, memacu pertumbuhan daun dan batang serta membantu
pembentukan akar. Oleh karena itu unsur N sangat penting bagi awal
pertumbuhan tanaman.
2. Fosfor, membantu pembentukan bunga dan buah serta mendorong
pembentukan akar-akar halus/muda.
3. Kalium berfungsi menguatkan tanaman.
4. Kalsium, membantu pertumbuhan ujung-ujung akar
5. Magnesium ikut dalam pembentukan zat hijau daun yang menyebarkan unsur
fosfor kedalam tanaman.
6. Belerang, bersama unsur fosfor dapat mempertinggi kerja unsur lain dan
memproduksi energy.
7. Besi, membentuk klorofil dan enzim pernafasan.
8. Mangan, membentuk klorofil serta membantu akar dalam penyerapan unsur
nitrogen.
9. Borium, membantu pertumbuhan meristem-meristem apikal.
10. Seng, membantu proses pembentukan auxsin.
11. Molibdenum berperan dalam mengikat nitrogen
Komposisi pupuk hidroponik larutan pupuk hidroponik terdiri dari 2 bagian
yaitu bagian A dan bagian B. Adapun kandungannya terdiri dari 9,90% NO3,
0,48% NH4, 4,83% P2O5, 16,50% K2O, 2,83% MgO, 11,48% CaO, 3,81% SO3,
0,013% B, 0,025% Mn, 0,015% Zn, ),002% Cu, 0,003% Mo dan 0,037% Fe, atau
tergantung dari jenis tanamannya, setiap tanaman mempunyai formulasi yang
berbeda-beda. Dalam pembuatan larutan pupuk hidroponik terlebih dahulu dibuat
dua macam larutan stok (larutan stok A dan stok B). Kedua larutan stok tersebut
baru dicampur pada saat akan digunakan. Pembuatan larutan hidroponik tidak
dapat dicampur karena bila kation Ca bertemu dengan anion sulfat akan terjadi
endapan kalsium sulfat sehingga unsur Ca dan S tidak dapat diserap oleh akar.
Tanaman akan menunjukkan defisiensi Ca dan S.
10

2.5. Pengaruh Media Tanam Kultur Substrat Terhadap Pertumbuhan


dan Hasil Tanaman Cabai (Capsicum frutescens L.)
Kultur substrat merupakan suatu media tanpa menggunakan tanah, namun
dapat menggunakan media padat lain seperti arang sekam, pasir, petroganik dan
cocopeat yang dapat dijadikan pada tanaman tersebut tumbuh dan berkembang
seperti halnya menggunakan media tanah sedangkan kultur larutan nutrisi yaitu
media yang menggunakan media air yang sudah disediakan hidroponik sistem
rakit apung (Onggoet et.al., 2017). Arang sekam merupakan salah satu media
yang dapat digunakan untuk budidaya secara hidroponik. Arang sekam mudah
diperoleh dan harganya relatif murah. Pasir merupakan media tanam yang
digunakan sebagai pengganti tanah. Pasir juga memiliki pori-pori yang berukuran
besar (makro) dan sebagai bahan organik yang mempunyai sifat menahan air
untuk memperbaiki sifat tanah (Putra et.al. 2013). Selain pasir bahan organik yang
bisa digunakan sebagai media hidroponik adalah petroganik yang dijadikan
sebagai media tanam campuran. Petroganik merupakan bahan campuran yang
sudah diolah menjadi efektif dan efisien (Sulistioet et.al., 2018).

Hal ini sejalan dengan penelitian Cendana (2016) bahwa jenis media arang
sekam dapat mempengaruhi tinggi tanaman dan diameter batang sehingga baik
dalam pertumbuhan tanaman cabai merah sedangkan petroganik mengandung C-
Organik yang mempengaruhi tinggi tanaman dan diameter batang. Hal ini
disebabkan karena C-Organik mampu membantu penyerapan unsur hara oleh akar
tanaman sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebiih baik. Arang sekam
memiliki beberapa kandungan yaitu SiO252% dan C 31% yang dapat
memperbaiki sifat fisik media (Isworo, 2018). Penunjang keberhasilan dari sistem
budidaya hidroponik yaitu media yang bersifat poros dan aerasi baik serta nutrisi
yang cukup untuk pertumbuhan tanaman (Perwitasari et.al., 2012).
11

3. BAHAN DAN METODE


3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum ini dilakukan mulai bulan Maret- April 2021 setiap hari pukul
13.20 – 16.25 WIB di rumah Achmad Ramadani Dwi Noer S Kec. Pakis Kab.
Malang

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam Sistem Hidroponik Kultur Air Wick Tanaman
Kangkung (Ipomoea reptans Poir) dan Kultur Substrat Tanaman Cabai
(Capsicum frutescens L.)”diantaranya Cetok yang mempunyai fungsi untuk
memindahkan arang sekam, Baki berfungsi untuk tempat penyemaian, netpot
tempat tanaman kangkung yang sudah siap akan ditransplating, kain flannel
sebagai sumbu, dan baskom untuk penyimpanan air (kultur air sistem wick) dan
alat untuk kultur subtrat polybag tempat tanman cabai yang sudah siap untuk
dipindahkan, baki tempat untuk penyemaian, alat tulis untuk mencatat
perkembangan tanaman saat pengamatan Sedangkan bahan yang diperlukan ialah
arang sekam, Nutrisi A B mix, air dan biji kangkung dan cabai.

3.3. Metode Pelaksanaan


3.3.1. Penyemaian
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam penyemaian ialah
mempersiapkan tempat yang akan digunakan untuk budidaya tanaman kangkung.
Persiapan tempat persemaian dilakukan dengan membersikan baki, setelah
dibersikan isi baki dengan arang sekam setelah itu mulai masukkan biji kedalam
media tanam simpan baki dan tutupi selama semalam, setelah itu letakkan baki
ditempat yang ada sinar matahari agar terkena sinar matahari. Pengukuran pH juga
dilakukan pada awal agar dapat mengetahui tingkat derajat keasaman tanah
sehingga dapat melakukan tindakan yang perlu dilakukan agar keasaman media
tanam sesuai dengan syarat tumbuh yang diperlukan. Jika sudah tumbuh daun
sejati, pindahkan ke wadah yang lebih besar.
3.3.2. Pemindahan (Transplanting)
Tuangkan larutan nutrisi hidroponik ke dalam baskom hingga mengenai
permukaan netpot dan benih. larutan nutrisi cukup sampai sumbu. Kemudian
kamu dapat meletakkan benih yang baru tumbuh di area yang terkena sinar
matahari.
12

3.3.3. Pemeliharaan
Cara pemeliharaan hidroponik dengan mengawasi dan memperhatikan
nutrisi atau kebutuhan kangkung akan unsur hara dalam bentuk cair. Pastikan
tanaman hidroponik tidak kekurangan nutrisi, terlebih saat kangkung memasuki
usia 2 minggu, maka konsentrasi larutan akan semakin bertambah. Saat itulah
kamu perlu menambah pupuk organik cair yang tadinya hanya 5 ml per 1 liter air
meningkat menjadi 7 – 9 ml per 1 l air. Kamu juga perlu mengganti larutan nutrisi
jika dirasa sudah berbau, lakukan tahapan tersebut secara berulang hingga masa
panen tiba.
3.4 Parameter Pengamatan

3.4.1 Panjang Tanaman


Panjang tanaman diukur dengan cara mengukur panjang tanaman dari
pangkal batang sampai pada titik tumbuh tanaman dengan menggunakan
penggaris. Pengukuran panjang tanaman dilakukan mulai 1 MST.

3.4.2 Jumlah daun


Perhitungan jumlah daun dilakukan dengan mengitung daun yang telah membuka
sempurna dan masih aktif melakukan fotosintesis. Pengukuran jumlah daun
dilakukan mulai 2 MST.

3.4.3 Presentase tumbuh


Perhitungan presentase tumbuh tanaman dilakukan pada 1 MST dengan
menghitung jumlah tanaman yang hidup kemudian dibandingkan dengan jumlah
seluruh tanaman. Presentase tumbuh tanaman dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
Presentase tumbuh = x 100%
13

4. Hasil dan Pembahasan


4.1 Kondisi Umum
Kondisi disekeliling lingkungan praktikum dikelilingi banyak tanaman hias
lain dan tanaman sayuran. pada saat terjadi hujan deras semut mulai berpindah ke
dalam polybag hal ini terjadi disetiap air menggenangi tanah di lingkungan tersebut
namun tidak begitu berpengaruh pada kondisi tanaman disamping itu tanaman juga
terserang hama kutu putih sehingga kehadiran semut cukup menguntungkan
dikarenakan semut secara tidak langsung sebagai pengendali bertambahnya jumlah
populasi kutu putih (Agensi Hayati).
4.2 Parameter Pertumbuhan
4.2.1 Panjang Tanaman
4.2.1.1 Panjang Tanaman Kangkung
Panjang tanaman Kangkung merupakan salah satu parameter pertumbuhan
tanaman yang dapat menunjukkan pengaruh dari penerapan Sistem Hidroponik
Kultur Air Wick dengan menggunakan media tanam arang sekam dengan 9 ulangan.
Pengamatan ini dilakukan dari 1 MST sampai 5 MST. Berikut ini adalah data
pengaruh panjang tanaman dalam pengaplikasian Sistem Hidroponik Kultur Air
Wick dengan menggunakan media tanam arang sekam:
Tabel 1. Pengaruh Sistem Hidroponik Kultur Air Wick dengan menggunakan media
tanam arang sekam Terhadap Panjang Tanaman
Panjang Tanaman (cm) pada Umur Tanaman (MST)
Ulangan
1 2 3 4 5
1 39 43 49 56 60
2 33 38 42 48 54
3 35 41 46 52 57
4 22 28 31 39 45
5 19 24 30 37 41
6 17 22 25 31 38
7 42 46 51 58 62
8 31 37 43 49 61
9 27 30 34 40 48
14

4.2.1.2 Panjang Tanaman Cabai


Panjang tanaman Cabai merupakan salah satu parameter pertumbuhan
tanaman yang dapat menunjukkan pengaruh dari penerapan Sistem Hidroponik
Kultur Air Wick dengan menggunakan media tanam arang sekam dengan 9 ulangan.
Pengamatan ini dilakukan dari 1 MST sampai 5 MST. Berikut ini adalah data
pengaruh panjang tanaman dalam pengaplikasian Kultur Substrat Tanaman Cabai
(Capsicum frutescens L.)” dengan menggunakan media tanam arang sekam:
Tabel 2. Pengaruh Kultur Substrat Tanaman dengan menggunakan media tanam
arang sekam Terhadap Panjang Tanaman
Panjang Tanaman (cm) pada Umur Tanaman (MST)
Ulangan
1 2 3 4 5
1 2 3 4 7 9
2 1 1 4 6 8
3 3 4 6 9 11
4 3 5 5 7 10
5 2 5 5 6 9

4.2.2 Jumlah Daun Tanaman


4.2.2.1 Jumlah Daun Tanaman Kangkung

Pola pertumbuhan tanaman kangkung dari berbagai macam perlakuan dapat


dilihat pada jumlah daun tanaman setiap minggunya. Pengamatan juga dilakukan
dengan menghitung jumlah daun umur tanaman 1-5 MST. Berikut ini adalah data
pengaruh terhadap jumlah daun pada tanaman kangkung sistem hidroponik kultur air
wick dengan menggunakan media tanam arang sekam:
Tabel 3. Pengaruh Sistem Hidroponik Kultur Air Wick dengan menggunakan media
tanam arang sekam Terhadap Jumlah Daun
Jumlah Daun pada Umur Tanaman (MST)
Ulangan
1 2 3 4 5
1 7 12 18 20 23
2 4 9 13 18 19
3 5 10 16 19 21
4 2 8 10 12 16
5 1 4 7 10 14
6 1 3 5 8 13
7 8 12 19 24 26
8 6 10 18 21 24
9 4 8 14 19 21
15

4.2.2.2 Jumlah Daun Tanaman Cabai

Pertumbuhan tanaman kangkung dari berbagai macam perlakuan dapat


dilihat pada jumlah daun tanaman setiap minggunya. Pengamatan juga dilakukan
dengan menghitung jumlah daun umur tanaman 1-5 MST. Berikut ini adalah data
pengaruh terhadap jumlah daun pada Kultur Substrat Tanaman Cabai dengan
menggunakan media tanam arang sekam:
Tabel 4. Pengaruh Kultur Substrat Tanaman dengan menggunakan media tanam
arang sekam Terhadap Jumlah Daun
Jumlah Daun pada Umur Tanaman (MST)
Ulangan
1 2 3 4 5
1 2 4 6 7 8
2 1 1 3 7 8
3 3 4 6 9 9
4 2 2 4 6 8
5 2 4 4 7 9

4.2.3 Persentase Tumbuh


4.2.3.1 Persentase Tumbuh Tanaman Kangkung

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, didapatkan data persentase tumbuh


tanaman kangkung yang berbeda pada penerapan sistem hidroponik kultur air wick.
Pengamatan persentase tumbuh dilakukan pada saat 1 MST. Berikut ini adalah tabel
pengamatan persentase tumbuh tanaman kangkung.
Tabel 5. Persentase Tumbuh Tanaman Kangkung
Ulangan Persentase Tumbuh (1 MST)
1 100%
2 100%
3 100%
4 100%
5 100%
6 100%
7 100%
8 100%
9 100%
16

4.2.3.2 Persentase Tumbuh Tanaman Cabai


Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, didapatkan data persentase tumbuh
tanaman kangkung yang berbeda pada penerapan kultur subtract pada tanaman cabai.
Pengamatan persentase tumbuh dilakukan pada saat 1 MST. Berikut ini adalah tabel
pengamatan persentase tumbuh tanaman cabai.
Tabel 6. Persentase Tumbuh Tanaman cabai
Ulangan Persentase Tumbuh (1 MST)
1 100%
2 80%
3 100%
4 80%
5 80%

4.2 Pembahasan Umum


Hasil pengamatan yang diperoleh dari panjang tanaman dengan penerapan
sistem hidroponik kultur air wick pada tanaman kangkung dengan kultur subtrat
pada tanaman cabai memiliki panjang tanaman yang berbeda. Data tersebut
diperoleh dari pengamatan setiap minggunya, bahwa dari pengamatan tersebut setiap
minggu panjang tanaman mengalami peningkatan. Pada penerapan sistem kultur
subtat pada tanaman cabai memiliki panjang tanaman paling rendah pada 5 MST
pada ulangan kedua yaitu hanya 8 cm, sedangkan panjang tanaman paling tinggi
pada penerapan sistem hidroponik dengan kultur air wick pada tanaman kangkung
memiliki panjang 62 cm.
Hasil pengamatan yang diperoleh dari jumlah daun pada penerapan sistem
hidroponik kultur air wick pada tanaman kangkung dengan kultur subtrat pada
tanaman cabai memiliki jumlah daun yang berbeda. Data tersebut diperoleh dari
pengamatan setiap minggunya, bahwa dari pengamatan tersebut setiap minggu
jumlah daun mengalami peningkatan. Pada penerapan sistem kultur subtat pada
tanaman cabai memiliki jumlah daun paling rendah pada 5 MST rata-rata memiliki
jumlah daun 8 helai.
17

Sedangkan jumlah daun tanaman paling tinggi pada penerapan sistem hidroponik
dengan kultur air wick pada tanaman kangkung memiliki jumlah sebanyak 26 helai.
Jumlah daun akan mempengaruhi kuantitas penyerapan cahaya pada
tanaman. Apabila cahaya dan unsur hara tersedia dalam jumlah mencukupi,
mengakibatkan jumlah cabang atau daun yang tumbuh pada suatu tanaman
meningkat. Tanaman akan meningkatkan laju pertumbuhan daunnya supaya bisa
menangkap cahaya secara maksimal sehingga fotosintesis dapat berjalan lancar
(Setyanti, 2013).
Pada seluruh perlakuan memiliki persentase tumbuh 100% pada 1 MST,
kecuali pada penerapan kultur subtrat pada tanaman cabai dengan menggunakan
media tanam arang sekam yang memiliki persentase tumbuh 80% sebanyak 3 kali
ulangan pada saat 1 MST. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ingels (2015) Media
tanam yang tepat merupakan salah satu syarat keberhasilan budidaya tanaman
khususnya budidaya dalam wadah. Keberhasilan pertumbuhan tanaman ditentukan
oleh perkembangan akarnya. Akar tanaman hendaknya berada pada suatu
lingkungan yang mampu memberikan tunjangan struktural, memungkinkan absorbsi
air dan ketersediaan nutrisi yang memadai. Selain itu, media tanam memungkinkan
drainase dan pH yang baik bagi tanaman
Menurut Hartman dan Kester (2013) pasir umumnya digunakan sebagai media
pembibitan, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan sebagai pencampur tanah atau
bahan organik untuk mendapatkan struktur media yang baik. Thompson dan Kelly
(2017) menyatakan bahwa tanah N mendorong pertumbuhan vegetatif dan
merangsang perkembangan batang dan daun. Perkembangan batang dan daun dapat
kita lihat dari tinggi, jumlah cabang dan juga berat basah dan kering daun dan
batang.
18

5. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari pelaksanaan praktikum Budidaya Tanpa
Tanah ini menunjukkan bahwa Sistem Hidroponik Kultur Air Wick Tanaman
Kangkung (Ipomoea reptans Poir) dan Kultur Substrat Tanaman Cabai (Capsicum
frutescens L.) dengan menggunakan media tanam arang sekam mempengaruhi
pertumbuhan pada tanaman tersebut. Berdasarkan hasil dari praktikum dengan
penerapan sistem hidroponik kultur air wick dapat meningkatkan pertumbuhan dan
kualitas pada tanaman kangkung selain media tanam pertumbuhan tanaman ini juga
disebabkan oleh hasil fotosintesis yang dihasilkan untuk pembentukan dan
pertumbuhan sehingga dapat mempengaruhi panjang tanaman dan jumlah daun pada
tanaman tersebut.
19

DAFTAR PUSTAKA

Aatif Hussain, Kaiser Iqbal, Showket Aziem, Prasanto Mahato and A.K. Negi.
2014. A Review On The Science Of Growing Crops Without Soil (Soilless
Culture) – A Novel Alternative For Growing Crops. J Agri Crop Sci. Vol., 7
(11), 833-842.
El-Behairy, Usama Ahmed Aly. 2015. Simple Substrate Culture in Arid Lands.
Intech. Fao. 2013. Good Agricultural Practices For Greenhouse Vegetable
Crops Principles For Mediterranean Climate Areas. Food And Agriculture
Organization Of The United Nations. Roma.
Faisal, M. 2016. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kangkung
(Ipomoea sp) Terhadap Pemberian Pupuk Kandang Sapi dan Pupuk Hantu.
[Skripsi]. Medan : Universitas Medan Area.
Hartman, H.T. and D.E. Kester. 2013. dalam Mustika Aurum, 2005. Pengaruh
Jenis Media Tanam dan Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Setek
Sambang Colok (Aerva sanguinolenta Blume.). Program Studi Agronomi
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Hidayati, N., Rosawanti, P., Yusuf, F., Hanafi, N. 2017. Kajian Penggunaan
Nutrisi Anorganik terhadap Pertumbuhan Kangkung (Ipomoea reptans Poir)
Hidroponik Sistem Wick. Daun: Jurnal Ilmiah Pertanian dan Kehutanan.
4(2):75-81.
Indrawati, R., Indradewa, D., Utami, S.N.H. 2012. Pengaruh Komposisi Media
dan Kadar Nutrisi Hidroponik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tomat
(Lycopersicon esculentum Mill.). Vegetalika. 1(3):1-11.
Ingels, J.E. 2015. Pengaruh Jenis Media Tanam dan Pupuk Kandang Terhadap
PertumbuhanSetek Sambang Colok (Aerva sanguinolenta Blume.). Program
Studi Agronomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Lingga, P. 2011. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Cetakan XXXII.
Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Nazaruddin, 2013. Budidaya dan Pengantar Panen Sayuran Dataran Rendah.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Pardossi A, Carmassi G, Diara C, Incrocci L, Maggini R, Massa D. 2011.
Fertigation and Substrate Management in Closed Soilless Culture.
Departmento di biologia delle painte Agrarie, University of Pisa, Pisa, Italy.
Rukmana, R. 2014. Bertanam Kangkung.Jakarta: Kanisius.
Setyanti, Y. H. 2013. Karakteristik Fotosintetik dan Serapan Fosfor Hijauan Alfalfa
(Medicago sativa) pada Tinggi Pemotongan dan Pemupukan Nitrogen yang
Berbeda. Animal Agriculture, Vol 2 (1).
20

Singh S, Singh BS. 2012. Hydroponics – A technique for cultivation of vegetables


and medicinal plants. In. Proceedings of 4th Global conference on
Horticulture for Food, Nutrition and Livelihood Options Bhubaneshwar,
Odisha, India. p.220.
Srilanka Departement of Agriculture. 2013. Hydroponic. Ministry of Agriculture.
Srilanka.
Suhardjono, H. & Guntoro, W. 2013. Pengaruh Komposisi Nutrisi Hidroponik
dan Varietas terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakchoy (Brassica
chinensis L.) yang Ditanam secara Hidroponik. Agritrop: Jurnal Ilmu-Ilmu
Pertanian (Journal of Agricultural Science). 11(1):73-77.
Suratman, Priyanto D, dan Setyawan AD. 2010. Analisis Keragaman Genus
Ipomoea Berdasarkan Karakter Morfologi. Biodiversitas1:72-79.
Susila, A. D. 2013. Sistem Hidroponik. Bahan Ajar Mata Kuliah Dasar Dasar
Hortikultura. Modul V. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Thompson, H.C. and W.C. Kelly. 2017. Vegetable Crops . 5th ed. Mc Graw Hill
Book Co. Inc. New York.
21

LAMPIRAN

Lampiran 1. Logbook Kultur Air

No. Hari, Tanggal Deskripsi Kegiatan Dokumentasi


1. Senin, 25 Maret Menyipkan alat dan bahan untuk
2021 penyemaian
Alat : Cetok, Baki, dan Air
Bahan : Arang sekam, dan biji
kangkung

2. Selasa, 26 Maret Melakukan Penyemaian biji


2021 kangkung.
Cara penyemaian, sebelum biji
ditanam direndam terlebih dahulu
dengan air hangat, kemudian biji
Disemai
3. Jumat, 02 April Pencampuran Nutrisi A B Mix
2021 dengan air, lalu melakukan
transplanting tanaman kangkung
ke net pot dan pemberian sumbu.

4. Jumat, 08 April Pengamatan pertumbuhan tanaman


2021 kangkung, dengan mengukur
tinggi tanaman kangkung
22

5. Jum’at 16 April Melakukan perawatan tanaman


2021 kangkung dengan cara mengaduk
larutan a b mix, dan melakukan
pengamatan dengan menghitung
jumlah daun dan warna pada
tanaman kangkung
23

Lampiran 2. Logbook Kultur Subtrat

No. Hari, Tanggal Deskripsi Kegiatan Dokumentasi


1 Senin, 25 Maret Menyipkan alat dan bahan untuk
2021 penyemaian
Alat : Cetok, Baki, dan Air
Bahan : Arang sekam, dan biji
cabai

2 Selasa, 26 Maret Melakukan Penyemaian biji kangkung


2021 Cara penyemaian, sebelum biji ditanam
biji dicuci dahulu dengan air
bersih, lalu biji mualai disemai

3 Jumat, 02 April Pengamatan pertumbuhan bibit cabai


2021

4 Jumat, 08 April Pengamatan pertumbuhan tanaman


2021 cabai, dengan mengukur tinggi
tanaman cabai
24

5 Jum’at 16 April Pengamatan tanaman cabai dengan


2021 mengukur tinggi tanamn cabai,
setelah diamati selama satu minggu
tanaman cabai menunjukkan
adanya pertambahan tinggi pada
tanaman cabai

Anda mungkin juga menyukai