ARTIKEL
ABSTRAK
Sorgum merupakan bahan pangan pokok di negara semi tropis baik di Afrika maupun
Asia. Konsumen sorgum sering diidentikkan dengan masyarakat marginal. Padahal
komoditas ini mempunyai keunggulan komparatif mutu gizi terhadap serealia lainnya.
Sorgum, sebagai bahan pangan pokok tidak hanya menyumbang kalori, tetapi juga
protein, vitamin dan mineral. Sorgum mengandung karbohidrat (±70 persen ), protein
(8-12 persen) setara dengan terigu atau lebih tinggi dibandingkan dengan beras (6-10
persen), dan lemak (2-6 persen) lebih tinggi dibandingkan dengan beras (0,5-1,5 persen)
dan terigu (2 persen). Sorgum mengandung berbagai mineral esensial, seperti P, Mg,
Ca, Fe, Zn, Cu, Mn, Mo dan Cr. Faktor genetik sangat berpengaruh terhadap komposisi
gizi dan kimia dan sifat fungsional. Kendala utama dalam pemanfaatan sorgum sebagai
bahan pangan adalah penyosohan dan kendala ini sudah dapat diatasi. Sorgum sosoh
(beras sorgum) dapat dikonsumsi sebagai mana layaknya nasi, maupun aneka produk
bentuk butiran (brondong/pop soghum, renginang, tape, wajik). Tepung sorgum dapat
sebagai substitusi pendamping tepung beras dan terigu, untuk diolah menjadi aneka
pangan tradisional, cake dan cookies. Saat ini sudah dikembangkan produk sorgum
instan (nasi sorgum instan, bubur dan sereal sarapan).
kata kunci: sorgum, komposisi gizi dan kimia, sifat fungsional, pemanfaatan
ABSTRACT
Sorghum is a kind of staple food in semi-tropical countries both in Africa and Asia.
The consumers of sorghum are often associated with the marginalized communities.
However, this commodity has a comparative advantage in nutrition quality compared to
other cereals. Sorghum contributes not only calories, but also protein, vitamins and
minerals. Sorghum contains carbohydrate (± 70 percent); protein (8-12 percent) which
is equal to that of wheat flour or higher than that of rice (6-10 percent); and fat (2-6
percent) which is higher than that of rice (0.5-1.5 percent) and wheat (2 percent). Sorghum
contains many essential minerals, such as P, Mg, Ca, Fe, Zn, Cu, Mn, Mo and Cr. Genetic
factors affect the nutritional and chemical composition as well as functional properties.
The main problem in the utilization of sorghum as a food ingredient is polishing, which
has already been resolved. Polished sorghum can be consumed as cooked rice, as well
as various snack foods based on grain ingredients (brondong/popped sorghum, renginang,
tape, wajik). Sorghum flour as an alternative food and the substitute of rice and wheat
flour can be processed into a variety of traditional foods, cakes and cookies. Now, some
instant sorghum products (sorgum instant rice, porridge and breakfast cereals) have
already been developed.
keywords:sorghum, nutritional and chemical composition, functional properties, utilization
Karakteristik Mutu Gizi Dan Diversifikasi Pangan Berbasis Sorgum (Sorghum vulgare) (S. Widowati) 375
Tabel 1. Komposisi gizi sorgum dan serealia lain (per 100g, kadar air 12%)
3.2 Protein dan Lemak amino pada protein sorgum dan juwawut dapat
Komponen gizi terbesar kedua di dalam dilihat pada Tabel 2. Mutu protein (prosen
sorgum ialah protein (10,4 persen ). Kadar kasein) sorgum (32,5 persen) setara dengan
protein dipengaruhi oleh faktor genetik dan jagung (32,1persen), dan hanya sedikit
lingkungan. Kadar protein sorgum cukup besar dibawah juwawut (35,7 persen) dan terigu
variasinya, selain varietas kemungkinan karena (38,7 persen). Sedangkan protein beras
komoditas ini ditanam pada kondisi agroklimat merupakan yang terbaik mutunya diantara
yang berbeda. Fluktuasi kadar protein sorgum serealia secara umum, yaitu 79,3 persen.
secara umum juga berpengaruh terhadap Pengolahan sorgum dengan cara pengukusan
komposisi asam amino dari protein sorgum. dapat meningkatkan mutu proteinnya
Mutu protein merupakan fungsi dari komposisi (Mudjisihono, dkk., 1986).
asam amino esensialnya. Kandungan asam
Tabel 2. Komposisi asam amino penyusun protein tepung sorgum dan terigu
Tabel 3. Kandungan mineral dan vitamin sorgum dan serealia lain (per 100g, kadar air 12%)
3.3 Vitamin dan Mineral rendah (1,8 mg/100g). Ini menunjukkan salah
Secara umum sorgum kaya akan vitamin satu keunggulan yang dimiliki sorgum, yang
B kompleks. Diantara vitamin B, kadar tiamin, sangat sesuai untuk mengatasi anemia gizi
riboflavin dan niasin di dalam sorgum besi yang merupakan salah satu defisiensi zat
sebanding dengan jagung (Tabel 3). Kadar gizi yang prevalensinya tinggi. Kadar kalsium
vitamin B, terutama niasin, di dalam sorgum sorgum (25mg/100g) sebanding dengan
sangat bervariasi. Dilaporkan bahwa kadar jagung (26mg/100g). Selain itu sorgum juga
niasin tertinggi ialah 9,16 mg/100g sorgum. mengandung P, Mg, Zn, Cu, Mn, Mo dan Cr
Sorgum Etiopia dengan kadar asam amino berturut-turut sebesar 352; 171; 2,5; 0,44;
Lisin yang tinggi mengandung niasin 10,5 – 1,15; 0,06 dan 0,017 mg/100g biji.
11,5mg/100g, sedangkan secara umum kadar (http://www.blackherbals.com/sorghum_
niasin sorgum hanya berkisar antara 2,9 – and_millet_in_african_nu.htm).
Karakteristik Mutu Gizi Dan Diversifikasi Pangan Berbasis Sorgum (Sorghum vulgare) (S. Widowati) 377
3.4 Pengurangan Kadar Tanin disosoh terlebih dahulu dengan derajat sosoh
Keberadaan tanin didalam biji sorgum 100 %, kemudian direndam dalam larutan 0,3
menyebabkan rasa pahit/sepet sehingga Na 2 CO 3 selama 8 jam, ditiriskan dan
menurunkan preferensi konsumen terhadap dikeringkan lalu digiling menjadi tepung.
produk olahannya. Sebaliknya, tanin dapat Metode ini dapat mereduksi tanin hingga 78
menghambat kecepatan pencernaan persen. Kadar tanin biji sorgum utuh 3,11
karbohidrat, sehingga bagus bagi penderita persen dan setelah diproses seperti diuraikan
diabetis. Tanin terdapat pada seluruh bagian diatas, kadar tanin tepung sorgumdapat turun
biji, terutama kulit bijinya. Tanin merupakan menjadi 0,66 persen. Kadar air biji sorgum
senyawa polifenolik, dapat membentuk dipasaran sekitar 14 persen untuk mencapai
kompleks dengan protein sehingga kondisi yang diinginkan dalam proses
menurunkan mutu dan daya cerna protein. penyosohan, maka biji diperciki/dibasahi
Senyawa polifenolik juga dapat menghambat dengan air, diaduk merata dan didiamkan
aktivitas enzim pencernaan, terutama amilase hingga kadar air 20 ± 1 persen.
dan tripsin (Griffiths dan Moseley, 1980; IV. PEMANFAATAN
Despandhe dan Salunkhe, 1982). Penurunan
Pemanfaatan sorgum menjadi produk
aktivitas enzim amilase tersebut akan
olahan dapat dibagi menjadi dua yaitu :produk
berdampak pada penurunan daya cerna pati.
olahan setengah jadi dan produk olahan jadi.
Thompson dkk., (1984) maupun Mueller-
Produk olahan setengah jadi atau intermediate
Harvey dkk., (1986) memperkuat hasil
product yang dimaksud ialah pengolahan biji
penelitian tersebut, bahwa tanin dapat
sorgum menjadi beras atau dikenal dengan
membentuk senyawa kompleks dengan protein
istilah dhal sorgum, pembuatan tepung dan
maupun pati sehingga kedua komponen
pati sorgum. Sedangkan produk olahan jadi
tersebut menjadi lebih sukar dicerna oleh enzim
ialah hasil olahan yang siap dikonsumsi.
pencernaan. Fakta ini menunjukkan bahwa
meskipun kandungan zat gizi, terutama 4.1 Produk olahan setengah jadi
kandungan protein dan karbohidrat sorgum Beras atau dhal sorgum diperoleh melalui
cukup tinggi, namun nilai gizinya relatif rendah proses penggilingan atau penyosohan biji
karena adanya tanin sebagai antigizi. sorgum hingga kulitnya terpisahkan.
Keberadaan tanin dapat menurunkan daya Penyosohan sorgum merupakan kendala
cerna pati (karbohidrat) maupun protein, khusus yang dihadapi dalam pengolahan
sehingga tingkat absorpsi kedua komponen komoditas ini. Hal ini karena kulit sorgum cukup
gizi tersebut di dalam tubuh rendah atau tidak keras dan susah dihilangkan, tidak seperti kulit
sebanding karbohidrat dan protein tersedia di kedelai yang mudah terkupas. Apabila kulit
dalam biji sorgum. Meskipun demikian, dalam sorgum tidak dihilangkan, terutama pada biji
jumlah terbatas, tanin bermanfaat bagi tubuh yang mempunyai kulit berwarna gelap, maka
karena bersifat antioksidan, tidak cepat lapar rasa produk olahannya akan pahit atau sepet.
dan bagus untuk penderita diabetes. Upaya Cara tradisional pembuatan beras sorgum
m e r e d u k s i ta n i n d i h a r a p k a n d a pa t yaitu membasahi biji dengan air agar
meningkatkan mutu gizi, terutama tingkat teksturnya melunak, kemudian ditumbuk, lalu
absorpsi pati dan protein, serta meningkatkan di tampi untuk menghilangkan kulit bijinya.
palatabilitas atau cita rasa produk sorgum. Cara ini kurang efesien dan banyak biji sorgum
Widowati, dkk., (2009) mengembang yang hancur. Untuk mengatasi kendala
teknologi produksi tepung sorgum rendah tanin. tersebut, dapat digunakan alat penyosoh
Prinsip prosesnya sebagai berikut: biji sorgum abrasif (Widowati, dkk., 2010).
dikondisikan hingga kadar air 20 persen, lalu
Sorgum sosoh (Gambar 1A) dapat lebih lanjut menjadi brem padat (Widowati,
diproses lebih lanjut menjadi tepung (Gambar dkk., 1996). Prinsip pembuatan tape sorgum
1 B). Tepung merupakan bentuk olahan yaitu beras sorgum direndam (12 jam),
setengah jadi yang sangat dianjurkan, karena ditiriskan lalu dikukus setengah matang (30
luwes, mudah dicampur dan difortifikasi untuk menit). Air yang digunakan untuk mengukus
meningkatkan mutu gizinya, awet serta hemat disiramkan pada sorgum ketan setengah
ruang penyimpanan dan distribusi (Widowati matang, aduk-aduk lalu dikukus lagi hingga
dan Damardjati, 2001). Sorgum sosoh juga tanak. Peragian (0,3 persen) dilakukan setelah
dapat diproses menjadi pati. Pati sorgum nasi sorgum dingin, lalu diperam selama 2-3
mempunyai tekstur spesifik dan dapat berfungsi hari. Proses ini dapat dilanjutkan menjadi brem
sebagai pelembut dalam pengolahan aneka padat dengan cara memperpanjang waktu
cake.Namun proses pembuatan pati, yaitu pemeraman, menjadi 4 hari sehingga timbul
ekstraksi basah, memerlukan air yang jauh air tape yang cukup banyak. Tape diperas,
lebih banyak dibandingkan dengan pembuatan diambil sarinya, kemudian dimasak hingga
tepung. kental dan dicetak bulat pipih, kemudian
4.2 Produk olahan jadi dikering anginkan hingga terbentuk brem padat.
Produk olahan jadi atau siap konsumsi Sorgum ketan juga dapat dibuat makanan
dari sorgum dapat dikategorikan menjadi dua kudapan tradisional seperti lemper, wajik,
berdasarkan bentuk bahan bakunya, yaitu: jadah, getas dan bubur. Sorgum jenis ini di
bahan baku berupa biji utuh atau beras sorgum pasar tradisional, terutama di Jawa Tengah
bahan baku berupa tepung sorgum. Produk dan DI Yogyakarta biasa dijual bersama-sama
olahan jadi juga dapat dikelompokkan menjadi dengan tiwul, gatot, ketan dan cenil.
dua yakni : produk basah dan produk kering. b. Produk olahan berbasis tepung
a. Produk olahan berbasis beras sorgum sorgum
Beras sorgum atau dhal secara tradisional Dalam bentuk tepung, sorgum dapat
diolah menjadi nasi, dan dikonsumsi diolah menjadi aneka kue basah dan kue kering
sebagaimana makanan pokok menggunakan serta makanan tradisional. Kue basah yang
lauk-pauk dan sayuran. Dalam pengembangan dimaksud ialah aneka cake dan bolu,
diversifikasi pangan lokal, nasi sorgum juga sedangkan makanan tradisional basah, antara
dapat dikombinasikan dengan bahan sumber lain ialah klepon, jenang, nagasari, dan wingko.
karbohidrat lain menjadi nasi “kasorgung”, Kue kering yang dimaksud ialah aneka cookies,
yaitu nasi yang terbuat dari bahan kasava- kue gapit dan simping. Tepung sorgum
sorgum-jagung. Sorgum ketan (waxy sorghum) berpeluang sebagai substitusi dalam
dapat diolah menjadi tape, dan dapat diproses pembuatan produk makanan berbasis terigu.
Karakteristik Mutu Gizi Dan Diversifikasi Pangan Berbasis Sorgum (Sorghum vulgare) (S. Widowati) 379
Kemampuan substitusinya terhadap terigu c. Produk Sorgum Instan
untuk pembuatan roti mencapai 20-25 persen, Biji sorgum sosoh memiliki tekstur yang
untuk cake 40-50 persen dan kue kering 70- relatif lebih keras dibandingkan dengan serealia
100 persen.. Untuk menghasilkan mie basah lain (beras, gandum). Oleh karena itu dalam
yang baik, penggunaan tepung sorgum dapat pembuatan nasi sorgum memerlukan waktu
mencapai 30 persen. Adanya kemampuan yang lebih lama. Berdasarkan pertimbangan
substitusi tersebut akan menghemat tersebut telah dilakukan serangkaian penelitian
penggunaan dan impor tepung terigu, untuk menghasilkan produk olahan sorgum
kandungan proteinnya juga hampir sama instan (Widowati, dkk., 2009). Hal ini sesuai
dengan terigu, namun lebih tinggi dari tepung dengan pola hidup masyarakat saat ini yang
ubi-ubian (kasava, ubi jalar, gembili, talas) dan ingin serba praktis dan serba cepat.
tepung rimpang (garut dan ganyong). Konsumen menyukai atau mengonsumsi
Tepung sorgum juga bisa diolah menjadi produk pangan yang bersifat instan atau cepat
sirup. Pada prinsipnya, pengolahan dapat saji (ready to use atau ready to eat) dan
dilakukan dengan hidrolisis parsial, dilanjutkan memiliki nilai fungsional bagi kesehatan.
dengan proses netralisasi dan pemekatan Produk olahan sorgum yang memiliki prospek
sampai tingkat tertentu. Hidrolisis pati dapat untuk dikembangkan pada masa mendatang
dipakai katalisator asam, katalisator enzim adalah produk olah berbentuk produk instan,
maupun kombinasi keduanya. Penggunaan antara lain nasi instan, bubur instan atau sejenis
enzim untuk menghidrolis pati, dibutuhkan sereal siap santap yang biasa dikonsumsi
kondisi proses yang lebih mudah, dan untuk sarapan pagi (breakfast cereals), dimana
mengurangi pembentukan hasil sampingan, produk-produk tersebut lebih mudah untuk
sehingga biaya pemurnian menjadi lebih disajikan (ready to serve).
murah. Energi yang dibutuhkan pun lebih Tahapan proses pembuatan nasi sorgum
rendah. Pembuatan sirup secara enzimatis instan yaitu: biji sorgum disosoh, lalu direndam
dilakukan dalam dua tahap, yakni: tahap dalam larutan garam (NaSitrat 1 persen atau
pencairan dan sakharifikasi. Proses pencairan Na2HPO4 0,2 persen) selama 2 jam, dicuci,
adalah suatu proses perubahan granula pati ditiriskan lalu ditanak menggunakan rice cooker
padat menjadi cairan akibat penyerapan air dengan perbandingan sorgum sosoh : air =1
selama gelatinisasi. Sedang sakarifikasi adalah : 3. Setelah matang, nasi sorgum segera
proses pemecahan pati menjadi molekul- dibekukan (suhu -4°C, 24 jam), dithawing (suhu
molekul yang lebih kecil, termasuk senyawa 50°C) dan dikeringkan (suhu 100°C, 2-3 jam),
gula. hingga kadar air maksimal 10%. Karakteristik
Gambar 2. A. Nasi sorgum instan mentah, B. nasi sorgum instan setelah diseduh 5 menit,
dan C nasi sorgum goreng
Gambar 2. A. Serpihan bubur sorgum instan, B. Bubur sorgum yang telah diformulasi dengan
gula dan susu, dan C. bubur sorgum siap diseduh
Prinsip pembuatan bubur sorgum instan protein, vitamin dan mineral yang cukup tinggi.
yaitu : pada awalnya dibuat adonan bubur Selain itu, budidayanya mudah dan dapat
terdiri atas tepung sorgum : tapioka = 80 : 20, dikembangkan di lahan marginal. Rasa sepet
dan 5 persen minyak nabati. Adonan ditambah pada biji sorgum telah dapat diatasi dengan
air 9 bagian, kemudian dimasak hingga menjadi teknik penyosohan yang dikombinasi dengan
bubur, lalu dituangkan dalam alat pengering perendaman dalam larutan garam sodium
drum (drum dryer). Hasil berupa serpihan bikarbonat.
(Gambar 3 A), lalu digiling kasar dan diformulasi Diversifikasi konsumsi sorgum dalam
dengan penambahan susu full cream dan gula, bentuk aneka produk berbasis sorgum sosoh
masing-masing sejumlah 30 dan 40 persen (beras sorgum) dan tepung sorgum serta
(Gambar 3 B dan C). Karakteristik bubur produk sorgum instan diharapkan dapat
sorgum instan yaitu kandungan protein 7,78 meningkatkan ketersediaan pangan. Jadi
persen, karbohidrat 84,5 %, lemak 6,66 persen pengembangan sorgum dapat meningkatkan
serat pangan 9, 07 persen dan daya cerna ketahanan pangan sekaligus mengantisipasi
pati 77,97 persen, serta energi 429 kkal/100 g. kerawanan pangan di masa mendatang.
Karakteristik Mutu Gizi Dan Diversifikasi Pangan Berbasis Sorgum (Sorghum vulgare) (S. Widowati) 381
DAFTAR PUSTAKA Suarni. 2004. Evaluasi Sifat Fisik dan Kandungan
Kimia Biji Sorgum setelah Penyosohan.Jurnal
Deshpande, S.S. and D.K. Salunke. 1982. Stigma XII(1): 88-91.
Interactions of Tannin Acid and Catechin with Thompson, L.U., J.H. Yoon, D.J.A. Jenkins, T.M.S.
Legume Starches. J Food Sci 47:2080-2081. Wolever and A.L. Jenkins. 1984. Relationship
Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI. 1992. between Polyphenol Intake and Blood Glucose
Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta: Response of Normal and Diabetic Individuals.
Bhratara. Am J Clin Nutr 39:745-751.
Griffiths, D.W. and G. Moseley. 1980. The Effect of Widowati, S., D.S. Damardjati dan Y. Marsudiyanto.
Diets Containing Field Beans of High or Low 1996. Pemanfaatan Sorgum sebagai bahan
Polyphenolic Content on The Activity of Baku Industri Brem Padat. Di dalam
Digestive Enzymes in The Intestines Of Rats. Sudaryono, A. Sumantri, N. Saleh, J.A. Beti
J Sci Food Agric 31:255-259. dan A. Winarto (Penyunting). Risalah
Hahn, R.R. 1970. Dry Milling and Production of Simposium Prospek Tanaman Sorgum untuk
Grain Sorghum. Di dalam Wall, J.S. and W.L. Pengembangan Agro-Industri.
Ross (eds) Sorghum Production and Utilization. Widowati, S. 2000. Identifikasi Bahan Makanan
Westport Connecticut, The Avi Publishing Alternatif dan Teknologi Pengolahan nya untuk
Company, Inc. Ketahanan Pangan Nasional. Buletin
Husodo, S.Y. 2002. Membangun Kemandirian di AGROBIOTEK Vol 3(2):45-50.
Bidang Pangan: Suatu Kebutuhan Bagi Widowati, S. dan D.S. Damardjati. 2001. Menggali
Indonesia. Makalah disampaikan pada Seminar Sumberdaya pangan Lokal dalam Rangka
Kemandirian Ekonomi Nasional. Jakarta, 22 Ketahanan Pangan. Majalah PANGAN,
Nopember 2002. BULOG Jakarta.
Mudjisihono, R., S. Widowati, D.S. Damardjati dan Widowati, S., B.A.S. Santosa, S. Lubis, H. Herawati
N. Widaningsih. 1986. Pengaruh Bentuk dan R. Nurdjanah. 2009. Peningkatan Mutu
Olahan terhadap Mutu Protein Biji Sorgum Penyosohan (80%) dengan Kandungan Tanin
(Sorghum vulgare). Media Penelitian Turun Hingga 1% dalam Tepung Sorgum dan
Sukamandi. Pengembangan Produk Sorgum
Mueller-Harvey, I., A.B. McAllan, M.K. Theodorou Instan.Laporan Hasil Penelitian. BB Litbang
and D.E. Beever. 1986. Phenolics in Fibrous Pascapanen Pertanian.
Crop Residues and Plants and Their Effects Widowati, S., B.A.S. Santosa, S. Lubis, H. Herawati
on The Digestion and Utilization of dan R. Nurdjanah. 2010. Reduksi Tanin dalam
Carbohydrates and Proteins in Ruminants. Proses Pembuatan Tepung Sorgum. Makalah
FAO CorporateDocument Repository. Seminar Rutin BB Pascapanen 27 Januari
http://www.fao.org/Wairdocs/ILRI/x459E/x54 2010.
95e07
Onofiok,N.O. and D.O. Nnanyelugo. 1998. Weaning
Foods in West Africa: Nutritional problems and BIODATA PENULIS :
possible solutions. Food and Nutrition Bulletin Sri Widowati adalah seorang peneliti di Balai
Vol 19(1): 26-33. Besar Penelitian dan Pengembangan
Puslitbangtan. 1993. Deskripsi Varietas Unggul Padi Pascapanen Pertanian. Beliau menyelesaikan
dan Palawija. Puslitbang Tanaman Pangan. pendidikan S1 dalam bidang Teknologi Hasil
Bogor. Pertanian di Universitas Gajah Mada tahun
Sirappa, M.P. 2003. Prospek Pengembangan 1983, S2 dalam bidang food technology di
University of New South Wales 1990, dan S3
Sorgum di Indonesia sebagai Komoditas
di bidang food technology di Institut Pertanian
Alternatif untuk Pangan, Pakan dan Industri.
Bogor tahun 2007.
Jurnal Litbang Pertanian 22(4):133-140.