Anda di halaman 1dari 10

Naskah diterima : 1 Nopember 2010 Revisi Pertama : 17 Nopember 2010 Revisi : Terakhir 24 Nopember 2010

ARTIKEL

Karakteristik Mutu Gizi Dan Diversifikasi Pangan


Berbasis Sorgum (Sorghum vulgare)
S. Widowati
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
Jl. Tentara Pelajar No 12, Bogor. Telp. 0251-8321762

ABSTRAK
Sorgum merupakan bahan pangan pokok di negara semi tropis baik di Afrika maupun
Asia. Konsumen sorgum sering diidentikkan dengan masyarakat marginal. Padahal
komoditas ini mempunyai keunggulan komparatif mutu gizi terhadap serealia lainnya.
Sorgum, sebagai bahan pangan pokok tidak hanya menyumbang kalori, tetapi juga
protein, vitamin dan mineral. Sorgum mengandung karbohidrat (±70 persen ), protein
(8-12 persen) setara dengan terigu atau lebih tinggi dibandingkan dengan beras (6-10
persen), dan lemak (2-6 persen) lebih tinggi dibandingkan dengan beras (0,5-1,5 persen)
dan terigu (2 persen). Sorgum mengandung berbagai mineral esensial, seperti P, Mg,
Ca, Fe, Zn, Cu, Mn, Mo dan Cr. Faktor genetik sangat berpengaruh terhadap komposisi
gizi dan kimia dan sifat fungsional. Kendala utama dalam pemanfaatan sorgum sebagai
bahan pangan adalah penyosohan dan kendala ini sudah dapat diatasi. Sorgum sosoh
(beras sorgum) dapat dikonsumsi sebagai mana layaknya nasi, maupun aneka produk
bentuk butiran (brondong/pop soghum, renginang, tape, wajik). Tepung sorgum dapat
sebagai substitusi pendamping tepung beras dan terigu, untuk diolah menjadi aneka
pangan tradisional, cake dan cookies. Saat ini sudah dikembangkan produk sorgum
instan (nasi sorgum instan, bubur dan sereal sarapan).
kata kunci: sorgum, komposisi gizi dan kimia, sifat fungsional, pemanfaatan
ABSTRACT
Sorghum is a kind of staple food in semi-tropical countries both in Africa and Asia.
The consumers of sorghum are often associated with the marginalized communities.
However, this commodity has a comparative advantage in nutrition quality compared to
other cereals. Sorghum contributes not only calories, but also protein, vitamins and
minerals. Sorghum contains carbohydrate (± 70 percent); protein (8-12 percent) which
is equal to that of wheat flour or higher than that of rice (6-10 percent); and fat (2-6
percent) which is higher than that of rice (0.5-1.5 percent) and wheat (2 percent). Sorghum
contains many essential minerals, such as P, Mg, Ca, Fe, Zn, Cu, Mn, Mo and Cr. Genetic
factors affect the nutritional and chemical composition as well as functional properties.
The main problem in the utilization of sorghum as a food ingredient is polishing, which
has already been resolved. Polished sorghum can be consumed as cooked rice, as well
as various snack foods based on grain ingredients (brondong/popped sorghum, renginang,
tape, wajik). Sorghum flour as an alternative food and the substitute of rice and wheat
flour can be processed into a variety of traditional foods, cakes and cookies. Now, some
instant sorghum products (sorgum instant rice, porridge and breakfast cereals) have
already been developed.
keywords:sorghum, nutritional and chemical composition, functional properties, utilization

PANGAN, Vol. 19 No. 4 Desember 2010: 373-382 373


I. PENDAHULUAN pengembangan komoditas lain. Pada dasa
etahanan pangan yang sangat bergantung warsa terakhir ini, sangat terasa beban
K pada satu komoditas, yaitu beras
mengandung resiko bahwa kecukupan pangan
ketergantungan pada beras. Berdasarkan
kenyataan tersebut, sudah saatnya komoditas
bagi kebutuhan pangan rumah tangga dan non-beras dikaji lebih dalam peluang
nasional akan rapuh (Husodo, 2002). pengembangannya. Sorgum merupakan salah
Indonesia sebagai negara kepulauan yang satu komoditas yang berpeluang untuk
memiliki beragam ekosistem, akan sangat dikembangkan sebagai pendamping beras.
cocok bila bahan pangan pokok penduduknya Sorgum merupakan bahan pangan pokok di
beranekaragam, karena akan memudahkan beberapa negara semi tropis di Asia maupun
penyediaan sesuai potensi daerah atau spesifik Afrika dan merupakan andalan sumber
lokasi. Dengan kata lain, masyarakat dapat karbohidrat, protein, vitamin dan mineral jutaan
tercukupi dengan bahan pangan yang penduduk marginal di wilayah tersebut. Bahkan
diproduksi dan tersedia di wilayahnya. Untuk sorgum telah dikonsumsi dari usia dini, sebagai
mencapai hal tersebut, perlu dukungan makanan sapihan (Onofiok dan Nnanyelugo,
pengembangan budidaya dan pengolahan 1998).
komoditas spesifik lokasi. Kenyataannya saat
Tanaman sorgum berasal dari pantai
ini, tumpuan pangan kita hanya pada satu
selatan Lautan Tengah, merupakan tanaman
komoditas, yaitu beras. Sayangnya perhatian
terhadap pengembangan komoditas sumber yang kuat pertumbuhannya dengan rata-rata
karbohidrat non-beras masih sangat kurang. ketinggian 100-180 cm. Tanaman sorgum mirip
Padahal, bahan pangan sumber karbohidrat dengan jagung. Di Indonesia, biji sorgum
lokal sebagai pendamping beras sangat dikenal dengan berbagai nama daerah, antara
banyak ragamnya, antara lain sorgum lain yaitu jagung pari, cantel, gandum, oncer
(Widowati, 2000; Widowati dan Damardjati, (Jawa), jagung cetrik, gandrung, gandrum,
2001). degem, kumpay (Sunda), wataru hamu
Sorgum (Sorghum vulgare) merupakan (Sumba), sela (Flores), bata (Bugis), jagung
komoditas serealia yang belum banyak garai, gandum (Minangkabau).
dikonsumsi masyarakat Indonesia. Padahal II. KULTIVASI SORGUM
nilai gizi sorgum tidak kalah dengan beras. 2.1 Jenis Sorgum
Bahkan sorgum mengandung protein (8-12
persen) setara dengan terigu atau lebih tinggi Jenis sorgum diantaranya ditentukan
dibandingkan dengan beras (6-10 persen), berdasarkan warna bijinya. Kulit biji sorgum
dan kandungan lemaknya (2-6 persen) lebih terdiri atas 3 bagian, yaitu kulit luar (epicarp),
tinggi dibandingkan dengan beras (0,5-1,5 kulit lapis kedua (mesocarp) dan kulit lapis
persen) (Widowati, dkk., 2010). Produktivitas ketiga (pericarp). Bagian luar (epicarp)
sorgum cukup tinggi (2,5-6,0 ton/ha) dan dapat merupakan lapisan lilin yang sangat tipis (4-
dibudidayakan di segala jenis tanah, termasuk 8 persen dari bobot biji), berfungsi melindungi
di lahan marginal (Puslitbang Tanaman bagian dalam terhadap kekeringan. Bagian ini
Pangan, 1993). Namun di tingkat petani mengandung zat warna (pigment) yang
produktivitas sorgum masih jauh dibawah menentukan warna biji sorgum, yaitu putih
potensi hasil penelitian, yaitu antara 0,37-1,80 hingga sawo matang tua, bahkan ada yang
ton/ha (Sirappa, 2003). Kenyataan ini berwarna hitam. Biji sorgum yang berwarna
merupakan peluang sekaligus tantangan agar tua, banyak mengandung tanin sehingga tidak
produktivitas sorgum ditingkat petani dapat disukai burung, jadi mengurangi kehilangan
meningkat hingga mendekati hasil yang hasil (losses) dilapang. Kulit lapisan kedua
diperoleh pada penelitian. (mesocarp) dan lapisan ketiga (pericarp)
Superioritas beras yang telah terdekat dengan endosperma mengandung
membudaya, seakan-akan menutup peluang sedikit karbohidrat tetapi tidak mengandung

374 PANGAN, Vol. 19 No. 4 Desember 2010: 373-382


minyak (Hahn, 1970). Dalam proses buah dengan tangkainya. Bila sudah kering
pembuatan tepung, seluruh kulit biji sorgum lalu diikat seperti padi lokal. Penyimpanan
harus dihilangkan. dirumah dilakukan di lumbung atau di dapur
2.2 Persyaratan Tumbuh (di para-para di atas tungku atau disisipkan di
bilik). Penyimpanan di dapur bertujuan agar
Komoditas ini dapat tumbuh dimana saja,
biji sorgum awet, tidak di serang serangga
bahkan di daerah kering yang tanaman lain
hama. Pada kebun yang luas, perontokan
susah tumbuh, dan biasanya dibudidayakan
dilakukan di lapangan secara manual (digebot)
oleh petani kecil, tanpa aplikasi pemupukan.
atau menggunakan alat perontok. Selanjutnya
Tanaman sorgum dapat tumbuh dengan baik
biji dijemur sampai kadar air 14 persen.
di seluruh daerah tropis maupun sub tropis.
Sorgum memiliki daya adaptasi yang tinggi III. KOMPOSISI GIZI BIJI SORGUM
terhadap iklim panas dan kering dibandingkan Komposisi zat gizi sorgum secara umum
dengan jenis tanaman pangan sumber tidak jauh berbeda dengan serealia lain, seperti
karbohidrat lainnya. Tanaman ini dapat tumbuh jagung, beras, dan gandum. Namun, komoditas
dan berproduksi di daerah-daerah yang hanya ini mengandung zat anti gizi, yaitu tanin yang
memiliki curah hujan (hanya 400 mm/th). Di menyebabkan rasa sepet (terutama pada
daerah yang subur dan curah hujannya lebih sorgum yang mempunyai kulit biji berwarna
tinggi, produktivitasnya meningkat. Ketahanan tua) sehingga kurang disukai. Pengolahan
terhadap kekeringan ditunjukkan dengan angka dengan cara menghilangkan kulit biji sorgum
kebutuhan air relatif sebagai berikut: jagung (Suarni, 2004), kombinasi penyosohan dan
(100 persen), sorgum (90 persen), padi (190 perendaman dalam sodium bikarbonat
persen), kedelai (180 persen) dan kentang (Widowati, dkk., 2010) dapat menurunkan
(170 persen). Tanaman ini bisa tumbuh di kadar tanin dan meningkatkan mutu gizinya.
tanah-tanah berat hingga tanah yang banyak 3.1 Karbohidrat
mengandung pasir.
Pati merupakan bentuk cadangan
2.3 Panen dan Penanganan Pascapanen karbohidrat utama di dalam sorgum, yang
Sorgum terdiri atas amilosa yaitu polimer glukosa rantai
Panen dilakukan bila biji sudah masak lurus (tanpa cabang) dan amilopektin yaitu
optimal. Dilapangan, kondisi masak optimal polimer glukosa yang memiliki cabang. Daya
dapat diketahui dengan mengambil beberapa cerna pati, yang menunjukkan kemampuan
biji sorgum, lalu digigit. Bila biji waktu digigit pati dihidrolisis oleh enzim pankreatik,
terasa keras dan terasa tepungnya, maka biji menentukan kandungan energi tersedia pada
sorgum dianggap sudah cukup tua. Biji yang serealia. Pengolahan biji-bijian seperti
sudah tua tapi tidak segera dipanen, akan pengukusan, pengolahan bertekanan, flaking,
turun mutunya. Hal ini karena biji mudah puffing, atau pengecilan ukuran pati akan
tumbuh di malainya apabila kelembaban udara meningkatkan daya cerna pati sorgum. Tabel 1
dikebun cukup tinggi. Selain itu, hasil panen menunjukkan kandungan zat gizi sorgum dan
makin menurun karena dimakan burung. Tanda beberapa serealia lain. Kandungan karbohidrat
saat panen lainnya yaitu daun mulai mengering sorgum sedikit lebih rendah (70,7 persen )
dari bawah keatas. Kadar air biji pada saat dibandingkan serealia lain, dan yang paling
panen rata-rata 20 persen, namun di daerah tinggi ialah beras pecah kulit (76,0 persen).
yang kering bisa mencapai 16 persen. Untuk Kadar pati sorgum berkisar antara 56-73
memudahkan perontokan, malai buah dipotong persen , dengan rata-rata 69,5 persen. Pati
dengan tangkai malainya cukup panjang (20- sorgum terdiri atas amilosa (20-30 persen)
30 cm) agar memudahkan pemegangannya. dan amilopektin (70-80 persen), kadar
Pada kebun sorgum yang tidak luas, ini dipengaruhi oleh faktor genetik dan
petani biasanya langsung menjemur malai lingkungan.

Karakteristik Mutu Gizi Dan Diversifikasi Pangan Berbasis Sorgum (Sorghum vulgare) (S. Widowati) 375
Tabel 1. Komposisi gizi sorgum dan serealia lain (per 100g, kadar air 12%)

Sumber: Direktorat Gizi, Dep. Kes. RI (1992)

3.2 Protein dan Lemak amino pada protein sorgum dan juwawut dapat
Komponen gizi terbesar kedua di dalam dilihat pada Tabel 2. Mutu protein (prosen
sorgum ialah protein (10,4 persen ). Kadar kasein) sorgum (32,5 persen) setara dengan
protein dipengaruhi oleh faktor genetik dan jagung (32,1persen), dan hanya sedikit
lingkungan. Kadar protein sorgum cukup besar dibawah juwawut (35,7 persen) dan terigu
variasinya, selain varietas kemungkinan karena (38,7 persen). Sedangkan protein beras
komoditas ini ditanam pada kondisi agroklimat merupakan yang terbaik mutunya diantara
yang berbeda. Fluktuasi kadar protein sorgum serealia secara umum, yaitu 79,3 persen.
secara umum juga berpengaruh terhadap Pengolahan sorgum dengan cara pengukusan
komposisi asam amino dari protein sorgum. dapat meningkatkan mutu proteinnya
Mutu protein merupakan fungsi dari komposisi (Mudjisihono, dkk., 1986).
asam amino esensialnya. Kandungan asam

Tabel 2. Komposisi asam amino penyusun protein tepung sorgum dan terigu

Sumber : Suarni, 2004

376 PANGAN, Vol. 19 No. 4 Desember 2010: 373-382


Kadar asam glutamat tepung sorgum 4,9mg/100g. Selain itu sorgum juga
(1,39-1,58 persen) jauh lebih rendah di mengandung vitamin B6 (0,5mg/100g), folasin
bandingkan dengan terigu (3,83 persen). (0,02mg/100g), asam pantotenat
Meskipun asam glutamat bukan termasuk (1,25mg/100g) dan biotin (0,042mg/100g).
asam amino esensial, namun sangat
Beberapa varietas yang mempunyai
berpengaruh terhadap sifat sensori produk
endosperm kuning mengandung ß-karoten
olahan, terutama dari segi rasa gurihnya. Hal
yang merupakan pro vitamin A dan bagus
ini ditunjukkan dengan hasil uji organoleptik
untuk kesehatan mata. Isolat karotenoid
dari roti tawar. Sebalik nya, sorgum
mengandung asam amino leusin (1,31-1,39 sorgum terdiri atas lutein, zeasantin dan ß-
persen) yang lebih tinggi dibandingkan dengan karoten. Kadar ß-karoten pada sorgum berkisar
terigu (0,88 persen). a n ta r a 0 – 0 , 0 9 7 m g / 1 0 0 g . S o r g u m
mengandung vitamin larut lemak (vitamin D,
Sorgum mengandung 3,1 persen lemak,
E dan K) dalam jumlah kecil, namun tidak
berarti lebih tinggi dibandingkan dengan
gandum (2 persen) dan beras pecah kulit (2,7 mengandung vitamin C.
persen), namun masih lebih rendah Komposisi mineral pada sorgum dan
dibandingkan dengan jagung (4,6 persen) serealia lain dapat dilihat pada Tabel 3. Sorgum
(Tabel 1). Lemak sorgum terdiri atas tiga fraksi, kaya akan zat besi, yaitu 5,4mg/100g atau
yaitu fraksi netral (86,2 persen), glikolipid (3,1 paling tinggi dibandingkan dengan serealia
persen) dan fosfolipid (0,7 persen). lain, dan beras mengandung zat besi paling

Tabel 3. Kandungan mineral dan vitamin sorgum dan serealia lain (per 100g, kadar air 12%)

Sumber: Direktorat Gizi, Dep. Kes. RI (1992)

3.3 Vitamin dan Mineral rendah (1,8 mg/100g). Ini menunjukkan salah
Secara umum sorgum kaya akan vitamin satu keunggulan yang dimiliki sorgum, yang
B kompleks. Diantara vitamin B, kadar tiamin, sangat sesuai untuk mengatasi anemia gizi
riboflavin dan niasin di dalam sorgum besi yang merupakan salah satu defisiensi zat
sebanding dengan jagung (Tabel 3). Kadar gizi yang prevalensinya tinggi. Kadar kalsium
vitamin B, terutama niasin, di dalam sorgum sorgum (25mg/100g) sebanding dengan
sangat bervariasi. Dilaporkan bahwa kadar jagung (26mg/100g). Selain itu sorgum juga
niasin tertinggi ialah 9,16 mg/100g sorgum. mengandung P, Mg, Zn, Cu, Mn, Mo dan Cr
Sorgum Etiopia dengan kadar asam amino berturut-turut sebesar 352; 171; 2,5; 0,44;
Lisin yang tinggi mengandung niasin 10,5 – 1,15; 0,06 dan 0,017 mg/100g biji.
11,5mg/100g, sedangkan secara umum kadar (http://www.blackherbals.com/sorghum_
niasin sorgum hanya berkisar antara 2,9 – and_millet_in_african_nu.htm).

Karakteristik Mutu Gizi Dan Diversifikasi Pangan Berbasis Sorgum (Sorghum vulgare) (S. Widowati) 377
3.4 Pengurangan Kadar Tanin disosoh terlebih dahulu dengan derajat sosoh
Keberadaan tanin didalam biji sorgum 100 %, kemudian direndam dalam larutan 0,3
menyebabkan rasa pahit/sepet sehingga Na 2 CO 3 selama 8 jam, ditiriskan dan
menurunkan preferensi konsumen terhadap dikeringkan lalu digiling menjadi tepung.
produk olahannya. Sebaliknya, tanin dapat Metode ini dapat mereduksi tanin hingga 78
menghambat kecepatan pencernaan persen. Kadar tanin biji sorgum utuh 3,11
karbohidrat, sehingga bagus bagi penderita persen dan setelah diproses seperti diuraikan
diabetis. Tanin terdapat pada seluruh bagian diatas, kadar tanin tepung sorgumdapat turun
biji, terutama kulit bijinya. Tanin merupakan menjadi 0,66 persen. Kadar air biji sorgum
senyawa polifenolik, dapat membentuk dipasaran sekitar 14 persen untuk mencapai
kompleks dengan protein sehingga kondisi yang diinginkan dalam proses
menurunkan mutu dan daya cerna protein. penyosohan, maka biji diperciki/dibasahi
Senyawa polifenolik juga dapat menghambat dengan air, diaduk merata dan didiamkan
aktivitas enzim pencernaan, terutama amilase hingga kadar air 20 ± 1 persen.
dan tripsin (Griffiths dan Moseley, 1980; IV. PEMANFAATAN
Despandhe dan Salunkhe, 1982). Penurunan
Pemanfaatan sorgum menjadi produk
aktivitas enzim amilase tersebut akan
olahan dapat dibagi menjadi dua yaitu :produk
berdampak pada penurunan daya cerna pati.
olahan setengah jadi dan produk olahan jadi.
Thompson dkk., (1984) maupun Mueller-
Produk olahan setengah jadi atau intermediate
Harvey dkk., (1986) memperkuat hasil
product yang dimaksud ialah pengolahan biji
penelitian tersebut, bahwa tanin dapat
sorgum menjadi beras atau dikenal dengan
membentuk senyawa kompleks dengan protein
istilah dhal sorgum, pembuatan tepung dan
maupun pati sehingga kedua komponen
pati sorgum. Sedangkan produk olahan jadi
tersebut menjadi lebih sukar dicerna oleh enzim
ialah hasil olahan yang siap dikonsumsi.
pencernaan. Fakta ini menunjukkan bahwa
meskipun kandungan zat gizi, terutama 4.1 Produk olahan setengah jadi
kandungan protein dan karbohidrat sorgum Beras atau dhal sorgum diperoleh melalui
cukup tinggi, namun nilai gizinya relatif rendah proses penggilingan atau penyosohan biji
karena adanya tanin sebagai antigizi. sorgum hingga kulitnya terpisahkan.
Keberadaan tanin dapat menurunkan daya Penyosohan sorgum merupakan kendala
cerna pati (karbohidrat) maupun protein, khusus yang dihadapi dalam pengolahan
sehingga tingkat absorpsi kedua komponen komoditas ini. Hal ini karena kulit sorgum cukup
gizi tersebut di dalam tubuh rendah atau tidak keras dan susah dihilangkan, tidak seperti kulit
sebanding karbohidrat dan protein tersedia di kedelai yang mudah terkupas. Apabila kulit
dalam biji sorgum. Meskipun demikian, dalam sorgum tidak dihilangkan, terutama pada biji
jumlah terbatas, tanin bermanfaat bagi tubuh yang mempunyai kulit berwarna gelap, maka
karena bersifat antioksidan, tidak cepat lapar rasa produk olahannya akan pahit atau sepet.
dan bagus untuk penderita diabetes. Upaya Cara tradisional pembuatan beras sorgum
m e r e d u k s i ta n i n d i h a r a p k a n d a pa t yaitu membasahi biji dengan air agar
meningkatkan mutu gizi, terutama tingkat teksturnya melunak, kemudian ditumbuk, lalu
absorpsi pati dan protein, serta meningkatkan di tampi untuk menghilangkan kulit bijinya.
palatabilitas atau cita rasa produk sorgum. Cara ini kurang efesien dan banyak biji sorgum
Widowati, dkk., (2009) mengembang yang hancur. Untuk mengatasi kendala
teknologi produksi tepung sorgum rendah tanin. tersebut, dapat digunakan alat penyosoh
Prinsip prosesnya sebagai berikut: biji sorgum abrasif (Widowati, dkk., 2010).
dikondisikan hingga kadar air 20 persen, lalu

378 PANGAN, Vol. 19 No. 4 Desember 2010: 373-382


Gambar 1. A. Sorgum sosoh, B. Tepung sorgum

Sorgum sosoh (Gambar 1A) dapat lebih lanjut menjadi brem padat (Widowati,
diproses lebih lanjut menjadi tepung (Gambar dkk., 1996). Prinsip pembuatan tape sorgum
1 B). Tepung merupakan bentuk olahan yaitu beras sorgum direndam (12 jam),
setengah jadi yang sangat dianjurkan, karena ditiriskan lalu dikukus setengah matang (30
luwes, mudah dicampur dan difortifikasi untuk menit). Air yang digunakan untuk mengukus
meningkatkan mutu gizinya, awet serta hemat disiramkan pada sorgum ketan setengah
ruang penyimpanan dan distribusi (Widowati matang, aduk-aduk lalu dikukus lagi hingga
dan Damardjati, 2001). Sorgum sosoh juga tanak. Peragian (0,3 persen) dilakukan setelah
dapat diproses menjadi pati. Pati sorgum nasi sorgum dingin, lalu diperam selama 2-3
mempunyai tekstur spesifik dan dapat berfungsi hari. Proses ini dapat dilanjutkan menjadi brem
sebagai pelembut dalam pengolahan aneka padat dengan cara memperpanjang waktu
cake.Namun proses pembuatan pati, yaitu pemeraman, menjadi 4 hari sehingga timbul
ekstraksi basah, memerlukan air yang jauh air tape yang cukup banyak. Tape diperas,
lebih banyak dibandingkan dengan pembuatan diambil sarinya, kemudian dimasak hingga
tepung. kental dan dicetak bulat pipih, kemudian
4.2 Produk olahan jadi dikering anginkan hingga terbentuk brem padat.
Produk olahan jadi atau siap konsumsi Sorgum ketan juga dapat dibuat makanan
dari sorgum dapat dikategorikan menjadi dua kudapan tradisional seperti lemper, wajik,
berdasarkan bentuk bahan bakunya, yaitu: jadah, getas dan bubur. Sorgum jenis ini di
bahan baku berupa biji utuh atau beras sorgum pasar tradisional, terutama di Jawa Tengah
bahan baku berupa tepung sorgum. Produk dan DI Yogyakarta biasa dijual bersama-sama
olahan jadi juga dapat dikelompokkan menjadi dengan tiwul, gatot, ketan dan cenil.
dua yakni : produk basah dan produk kering. b. Produk olahan berbasis tepung
a. Produk olahan berbasis beras sorgum sorgum
Beras sorgum atau dhal secara tradisional Dalam bentuk tepung, sorgum dapat
diolah menjadi nasi, dan dikonsumsi diolah menjadi aneka kue basah dan kue kering
sebagaimana makanan pokok menggunakan serta makanan tradisional. Kue basah yang
lauk-pauk dan sayuran. Dalam pengembangan dimaksud ialah aneka cake dan bolu,
diversifikasi pangan lokal, nasi sorgum juga sedangkan makanan tradisional basah, antara
dapat dikombinasikan dengan bahan sumber lain ialah klepon, jenang, nagasari, dan wingko.
karbohidrat lain menjadi nasi “kasorgung”, Kue kering yang dimaksud ialah aneka cookies,
yaitu nasi yang terbuat dari bahan kasava- kue gapit dan simping. Tepung sorgum
sorgum-jagung. Sorgum ketan (waxy sorghum) berpeluang sebagai substitusi dalam
dapat diolah menjadi tape, dan dapat diproses pembuatan produk makanan berbasis terigu.

Karakteristik Mutu Gizi Dan Diversifikasi Pangan Berbasis Sorgum (Sorghum vulgare) (S. Widowati) 379
Kemampuan substitusinya terhadap terigu c. Produk Sorgum Instan
untuk pembuatan roti mencapai 20-25 persen, Biji sorgum sosoh memiliki tekstur yang
untuk cake 40-50 persen dan kue kering 70- relatif lebih keras dibandingkan dengan serealia
100 persen.. Untuk menghasilkan mie basah lain (beras, gandum). Oleh karena itu dalam
yang baik, penggunaan tepung sorgum dapat pembuatan nasi sorgum memerlukan waktu
mencapai 30 persen. Adanya kemampuan yang lebih lama. Berdasarkan pertimbangan
substitusi tersebut akan menghemat tersebut telah dilakukan serangkaian penelitian
penggunaan dan impor tepung terigu, untuk menghasilkan produk olahan sorgum
kandungan proteinnya juga hampir sama instan (Widowati, dkk., 2009). Hal ini sesuai
dengan terigu, namun lebih tinggi dari tepung dengan pola hidup masyarakat saat ini yang
ubi-ubian (kasava, ubi jalar, gembili, talas) dan ingin serba praktis dan serba cepat.
tepung rimpang (garut dan ganyong). Konsumen menyukai atau mengonsumsi
Tepung sorgum juga bisa diolah menjadi produk pangan yang bersifat instan atau cepat
sirup. Pada prinsipnya, pengolahan dapat saji (ready to use atau ready to eat) dan
dilakukan dengan hidrolisis parsial, dilanjutkan memiliki nilai fungsional bagi kesehatan.
dengan proses netralisasi dan pemekatan Produk olahan sorgum yang memiliki prospek
sampai tingkat tertentu. Hidrolisis pati dapat untuk dikembangkan pada masa mendatang
dipakai katalisator asam, katalisator enzim adalah produk olah berbentuk produk instan,
maupun kombinasi keduanya. Penggunaan antara lain nasi instan, bubur instan atau sejenis
enzim untuk menghidrolis pati, dibutuhkan sereal siap santap yang biasa dikonsumsi
kondisi proses yang lebih mudah, dan untuk sarapan pagi (breakfast cereals), dimana
mengurangi pembentukan hasil sampingan, produk-produk tersebut lebih mudah untuk
sehingga biaya pemurnian menjadi lebih disajikan (ready to serve).
murah. Energi yang dibutuhkan pun lebih Tahapan proses pembuatan nasi sorgum
rendah. Pembuatan sirup secara enzimatis instan yaitu: biji sorgum disosoh, lalu direndam
dilakukan dalam dua tahap, yakni: tahap dalam larutan garam (NaSitrat 1 persen atau
pencairan dan sakharifikasi. Proses pencairan Na2HPO4 0,2 persen) selama 2 jam, dicuci,
adalah suatu proses perubahan granula pati ditiriskan lalu ditanak menggunakan rice cooker
padat menjadi cairan akibat penyerapan air dengan perbandingan sorgum sosoh : air =1
selama gelatinisasi. Sedang sakarifikasi adalah : 3. Setelah matang, nasi sorgum segera
proses pemecahan pati menjadi molekul- dibekukan (suhu -4°C, 24 jam), dithawing (suhu
molekul yang lebih kecil, termasuk senyawa 50°C) dan dikeringkan (suhu 100°C, 2-3 jam),
gula. hingga kadar air maksimal 10%. Karakteristik

Gambar 2. A. Nasi sorgum instan mentah, B. nasi sorgum instan setelah diseduh 5 menit,
dan C nasi sorgum goreng

380 PANGAN, Vol. 19 No. 4 Desember 2010: 373-382


nasi sorgum instan terpilih yaitu rendemen V. PENUTUP
61,88 persen, densitas kamba 0,49 g/ml; Walaupun potensi bahan pangan alternatif
derajad putih 61,54. Kadar air nasi sorgum di Indonesia cukup besar dan beragam, tetapi
instan ini adalah 8,84 persen, sedangkan di dalam pengembangannya bukanlah hal
bahan kering meliputi protein 11 persen, lemak yang mudah. Banyak kendala yang cukup
0,69 persen, abu 0,22 persen , karbohidrat mendasar. Di samping kendala teknis dan
88,09 persen, amilosa 28,38 persen, serat pembiayaan, ada juga kendala budaya sosial
pangan larut 3,3 persen, serat pangan tidak dan psikologis berupa pandangan bahwa beras
larut 6,51 persen, tanin 0,65 dan daya cerna merupakan makanan bergengsi (superior food)
pati 61,91 persen. Nasi sorgum instan sedang sorgum, jagung dan umbi-umbian,
inimengandung energi sebesar 403 kkal/100 merupakan makanan inferior (inferior food),
g. Nasi sorgum instan (Gambar 2.A) dapat sementara gandum adalah bahan pangan
disajikan dengan cara diseduh dengan air impor.
mendidih dalam tempat tertutup selama kurang Sorgum merupakan bahan pangan
lebih 5 menit, siap disantap (Gambar 2.B). pendamping beras yang mempunyai
Nasi sorgum yang telah diseduh tersebut juga keunggulan komparatif terhadap serealia lain,
bisa dibuat nasi sorgum goreng (Gambar 2.C) seperti jagung, juwawut gandum dan bahkan
atau nasi kuning dan nasi uduk. beras. Komoditas ini mempunyai kandungan

Gambar 2. A. Serpihan bubur sorgum instan, B. Bubur sorgum yang telah diformulasi dengan
gula dan susu, dan C. bubur sorgum siap diseduh

Prinsip pembuatan bubur sorgum instan protein, vitamin dan mineral yang cukup tinggi.
yaitu : pada awalnya dibuat adonan bubur Selain itu, budidayanya mudah dan dapat
terdiri atas tepung sorgum : tapioka = 80 : 20, dikembangkan di lahan marginal. Rasa sepet
dan 5 persen minyak nabati. Adonan ditambah pada biji sorgum telah dapat diatasi dengan
air 9 bagian, kemudian dimasak hingga menjadi teknik penyosohan yang dikombinasi dengan
bubur, lalu dituangkan dalam alat pengering perendaman dalam larutan garam sodium
drum (drum dryer). Hasil berupa serpihan bikarbonat.
(Gambar 3 A), lalu digiling kasar dan diformulasi Diversifikasi konsumsi sorgum dalam
dengan penambahan susu full cream dan gula, bentuk aneka produk berbasis sorgum sosoh
masing-masing sejumlah 30 dan 40 persen (beras sorgum) dan tepung sorgum serta
(Gambar 3 B dan C). Karakteristik bubur produk sorgum instan diharapkan dapat
sorgum instan yaitu kandungan protein 7,78 meningkatkan ketersediaan pangan. Jadi
persen, karbohidrat 84,5 %, lemak 6,66 persen pengembangan sorgum dapat meningkatkan
serat pangan 9, 07 persen dan daya cerna ketahanan pangan sekaligus mengantisipasi
pati 77,97 persen, serta energi 429 kkal/100 g. kerawanan pangan di masa mendatang.

Karakteristik Mutu Gizi Dan Diversifikasi Pangan Berbasis Sorgum (Sorghum vulgare) (S. Widowati) 381
DAFTAR PUSTAKA Suarni. 2004. Evaluasi Sifat Fisik dan Kandungan
Kimia Biji Sorgum setelah Penyosohan.Jurnal
Deshpande, S.S. and D.K. Salunke. 1982. Stigma XII(1): 88-91.
Interactions of Tannin Acid and Catechin with Thompson, L.U., J.H. Yoon, D.J.A. Jenkins, T.M.S.
Legume Starches. J Food Sci 47:2080-2081. Wolever and A.L. Jenkins. 1984. Relationship
Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI. 1992. between Polyphenol Intake and Blood Glucose
Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta: Response of Normal and Diabetic Individuals.
Bhratara. Am J Clin Nutr 39:745-751.
Griffiths, D.W. and G. Moseley. 1980. The Effect of Widowati, S., D.S. Damardjati dan Y. Marsudiyanto.
Diets Containing Field Beans of High or Low 1996. Pemanfaatan Sorgum sebagai bahan
Polyphenolic Content on The Activity of Baku Industri Brem Padat. Di dalam
Digestive Enzymes in The Intestines Of Rats. Sudaryono, A. Sumantri, N. Saleh, J.A. Beti
J Sci Food Agric 31:255-259. dan A. Winarto (Penyunting). Risalah
Hahn, R.R. 1970. Dry Milling and Production of Simposium Prospek Tanaman Sorgum untuk
Grain Sorghum. Di dalam Wall, J.S. and W.L. Pengembangan Agro-Industri.
Ross (eds) Sorghum Production and Utilization. Widowati, S. 2000. Identifikasi Bahan Makanan
Westport Connecticut, The Avi Publishing Alternatif dan Teknologi Pengolahan nya untuk
Company, Inc. Ketahanan Pangan Nasional. Buletin
Husodo, S.Y. 2002. Membangun Kemandirian di AGROBIOTEK Vol 3(2):45-50.
Bidang Pangan: Suatu Kebutuhan Bagi Widowati, S. dan D.S. Damardjati. 2001. Menggali
Indonesia. Makalah disampaikan pada Seminar Sumberdaya pangan Lokal dalam Rangka
Kemandirian Ekonomi Nasional. Jakarta, 22 Ketahanan Pangan. Majalah PANGAN,
Nopember 2002. BULOG Jakarta.
Mudjisihono, R., S. Widowati, D.S. Damardjati dan Widowati, S., B.A.S. Santosa, S. Lubis, H. Herawati
N. Widaningsih. 1986. Pengaruh Bentuk dan R. Nurdjanah. 2009. Peningkatan Mutu
Olahan terhadap Mutu Protein Biji Sorgum Penyosohan (80%) dengan Kandungan Tanin
(Sorghum vulgare). Media Penelitian Turun Hingga 1% dalam Tepung Sorgum dan
Sukamandi. Pengembangan Produk Sorgum
Mueller-Harvey, I., A.B. McAllan, M.K. Theodorou Instan.Laporan Hasil Penelitian. BB Litbang
and D.E. Beever. 1986. Phenolics in Fibrous Pascapanen Pertanian.
Crop Residues and Plants and Their Effects Widowati, S., B.A.S. Santosa, S. Lubis, H. Herawati
on The Digestion and Utilization of dan R. Nurdjanah. 2010. Reduksi Tanin dalam
Carbohydrates and Proteins in Ruminants. Proses Pembuatan Tepung Sorgum. Makalah
FAO CorporateDocument Repository. Seminar Rutin BB Pascapanen 27 Januari
http://www.fao.org/Wairdocs/ILRI/x459E/x54 2010.
95e07
Onofiok,N.O. and D.O. Nnanyelugo. 1998. Weaning
Foods in West Africa: Nutritional problems and BIODATA PENULIS :
possible solutions. Food and Nutrition Bulletin Sri Widowati adalah seorang peneliti di Balai
Vol 19(1): 26-33. Besar Penelitian dan Pengembangan
Puslitbangtan. 1993. Deskripsi Varietas Unggul Padi Pascapanen Pertanian. Beliau menyelesaikan
dan Palawija. Puslitbang Tanaman Pangan. pendidikan S1 dalam bidang Teknologi Hasil
Bogor. Pertanian di Universitas Gajah Mada tahun
Sirappa, M.P. 2003. Prospek Pengembangan 1983, S2 dalam bidang food technology di
University of New South Wales 1990, dan S3
Sorgum di Indonesia sebagai Komoditas
di bidang food technology di Institut Pertanian
Alternatif untuk Pangan, Pakan dan Industri.
Bogor tahun 2007.
Jurnal Litbang Pertanian 22(4):133-140.

382 PANGAN, Vol. 19 No. 4 Desember 2010: 373-382

Anda mungkin juga menyukai