Anda di halaman 1dari 39

TERJEMAHAN

BAB 3 – MODULATOR LEBAR PULSA

BAB 4 – DEMODULATOR LEBAR PULSA

OLEH:

KELOMPOK 2

1. Aisyah Khairani 061930330545


2. Deni Rizky Sidik 061930330060
3. Devi Silvia Maharani 061930330547
4. Dinah Zahidah 061930330069
5. Putri Nadya Randhini 061930330064
6. Rif’at Rahmi Mahirah 061930330554
Kelas : 4 TB

Mata Kuliah : Praktek Elektronika Telekomunikasi 2

Dosen Pembimbing : Sarjana, S.T., M.Kom.

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK TELEKOMUNIKASI

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

PALEMBANG

2021
BAB 3

MODULATOR LEBAR PULSA

3-1: Tujuan Kurikulum


1. Untuk mengimplementasikan modulator lebar pulsa dengan menggunakan
µA741.
2. Untuk memahami karakteristik dan rangkaian dasar LM555.
3. Untuk mengimplementasikan modulator lebar pulsa dengan menggunakan
LM555.
4. Untuk mengukur dan menganalisis rangkaian modulasi lebar pulsa.

3-2: Teori Kurikulum


Modulasi lebar pulsa (PWM) adalah metode modulasi antara digital dan
analog, yang dapat digunakan untuk memproses transmisi data digital dan analog.
Amplitudo modulator lebar pulsa tetap, tetapi lebar pulsa akan divariasikan dan
dikendalikan oleh amplitudo sinyal audio input. Jika kita mengontrol variasi waktu
dari level listrik, maka ini berarti kita dapat mengontrol lebar pulsa. Ketika amplitudo
sinyal audio semakin besar, maka lebar pulsa akan menjadi lebar; di samping itu.
ketika amplitudo audio semakin kecil, maka lebar pulsa akan menjadi sempit. Oleh
karena itu, PWM dapat diterapkan dalam kecepatan putaran motor yang cepat dan
lambat, kuat dan lemahnya sumber cahaya bola lampu dan sebagainya. Hubungan
antara sinyal audio dan sinyal modulasi lebar pulsa ditunjukkan pada gambar 3-1.

Secara umum, modulasi gelombang pulsa dapat diklasifikasikan sebagai


modulasi amplitudo pulsa (PAM), modulasi posisi pulsa (PPM), modulasi lebar pulsa
(PWM) dan sebagainya. Tabel 3-1 menunjukkan perbandingan antara masing-masing
modulasi dan gambar 3-2 menunjukkan diagram karakteristik keluaran modulasi PAM,
PPM dan PWM.
Gambar 3-3 adalah rangkaian osilasi gelombang persegi, lebar pulsa sinyal
output dikendalikan oleh tegangan terminal input R2, C2 dan Vin (+). Penguat
operasional µA741 adalah komparator dalam rangkaian ini. Tegangan referensi Vin (+)
terminal input (pin 3) ditentukan oleh resistor R1 dan resistor variabel VR1. R2 dan C2
dibangun menjadi jalur muatan/pengosongan. Ketika tidak ada suplai sinyal ke
terminal input sinyal audio, jika kita mengatur VR1, maka tegangan operasi terminal
input Vin (+) akan berubah, yang berarti tegangan referensi komparator akan berubah,
dengan demikian sinyal output dari lebar pulsa juga akan berubah.

Gambar 3-1. Bentuk gelombang sinyal dari sinyal audio dan sinyal PWM.

Tabel 3-1. Perbandingan antara tiga jenis modulasi yang berbeda.

Amplitudo
Jenis Modulasi Fitur Lebar Pulsa Interval Pulsa
Pulsa
Amplitudo
pulsa akan
bervariasi
PAM Bervariasi Lebar konstan Tidak berubah
dengan
amplitudo
sinyal input.
Posisi pulsa
akan bervariasi
Amplitudo
PPM dengan Lebar konstan Bervariasi
konstan
amplitudo
sinyal input.
Lebar pulsa
akan bervariasi
Amplitudo
PWM dengan Bervariasi Tidak berubah
konstan
amplitudo
sinyal input.

Gambar 3-2. Diagram karakteristik keluaran modulasi PAM, PPM, dan PWM.
Gambar 3-3. Diagram rangkaian PWM dengan menggunakan µA741.

Gambar 3-4. Diagram bentuk gelombang pengisian dan pengosongan µA741.


Jika VR1 tetap, berarti tegangan operasi terminal input Vin (+) adalah tetap.
Jika sinyal audio dimasukkan ke terminal input sinyal audio, maka tegangan sinyal
audio akan menambah tegangan operasi terminal input Vin (+). Dengan mengikuti
jalur pengisian dan pengosongan R2 dan C2, tegangan operasi Vin (-) akan berubah
juga, seperti yang ditunjukkan pada gambar 3-4. Namun, ketika kita mengubah titik
bias dengan menyetel resistor variabel VR1, kita dapat mengubah level dan lebar
gelombang persegi keluaran Vin (+) dan Vin (-) secara bersamaan. Pada saat ini,
tegangan referensi komparator akan divariasikan dan dikendalikan oleh tegangan
sinyal audio. Oleh karena itu, sinyal output dari lebar pulsa juga akan berubah
sehubungan dengan tegangan sinyal audio input. Kemudian sinyal modulasi lebar
pulsa dihasilkan.

Diagram rangkaian multivibrator astabil LM555 ditunjukkan pada gambar


3-5. Pada gambar 3-4, rangkaian dapat dibagi menjadi 5 bagian penting. Kelima
bagian ini adalah (1) komparator bawah, (2) komparator atas, (3) flip-flop (FF), (4)
transistor pelepasan, dan (5) penggerak keluaran. Jika terminal tegangan terkontrol
(pin 5) tidak memasukkan sinyal apapun, maka tegangan referensi komparator atas
adalah 2Vcc / 3 dan tegangan referensi komparator bawah adalah Vcc / 3. Jika kita
menambahkan tegangan terkontrol ke terminal tegangan kontrol (pin 5), tegangan
referensi komparator dapat dikontrol secara eksternal. Ketika terminal tegangan
terkontrol tidak digunakan, maka terminal tegangan terkontrol dapat dihubungkan
dengan kapasitor 0,01 µF ke ground untuk menghindari gangguan kebisingan.
Gambar 3-5. Diagram rangkaian multivibrator astabil LM555.

Gambar 3-5 adalah diagram rangkaian multivibrator astabil dengan


menggunakan IC LM555. Sinyal keluaran dari rangkaian ini adalah gelombang
persegi. Frekuensi osilasi ditentukan oleh R1, R2 dan C1. Waktu pengisian (t1)
kapasitor C1 adalah 0,693 x (R1 + R2) x C1; waktu pengosongan (t2) kapasitor C1
adalah 0,693 x R2 x C1. Jadi periode T adalah waktu pengisian t1 ditambah waktu
pengosongan t2 sama dengan 0,693 x (R1 + 2 x R2) x C1.

Gambar 3-6 menunjukkan bentuk gelombang keluaran multivibrator astabil


LM555 pada titik yang berbeda.
Gambar 3-7 adalah diagram rangkaian multivibrator monostabil dengan
menggunakan IC LM555. Ketika input pemicu berubah dari tinggi (+12 V) ke rendah
(0 V), terminal output akan menghasilkan pulsa. Lebar pulsa T ini di tentukan oleh R1
x C1, sebenarnya kira-kira 1,1 x R1 x C1. Jika R1 = 10 kΩ dan C1 = 0,01 µF, maka
lebar pulsa adalah sekitar 110 µs. Jika frekuensi kurang dari 9,1 kHz pada terminal
input sinyal pemicu (pin 2), (lihat bentuk gelombang multivibrator astabil pada
gambar 3-6), maka outputnya akan menjadi sinyal pulsa siklus kerja 50%. Sinyal
audio dimasukkan oleh terminal tegangan yang dikendalikan. Oleh karena itu, ini
akan menghasilkan sinyal PWM.

Gambar 3-8 adalah diagram rangkaian PWM dengan menggunakan dua buah
IC LM555, dimana U1 adalah multivibrator astabil dan U2 adalah multivibrator
monostabil. Dengan menggabungkan kedua bagian ini, kita akan mendapatkan
rangkaian PWM. Multivibrator monostabil (U2) membutuhkan pulsa pemicu dari
terminal keluaran (pin 3) multivibrator astabil (U1), sinyal audio di input pada
tegangan terkontrol (pin 5) dari multivibrator monostabil (U2). Sinyal PWM
dikeluarkan pada terminal keluaran (pin 3) dari multivibrator monostabil.
Gambar 3-6. Bentuk gelombang keluaran multivibrator astabil LM555 pada
titik yang berbeda.
Gambar 3-7. Diagram rangkaian multivibrator monostabil dengan
menggunakan IC LM555.

Gambar 3-8. Diagram rangkaian PWM dengan menggunakan dua buah IC


LM555.
3-3: Item Eksperimen
Percobaan 1: Modulator Lebar Pulsa µA741
1. Lihat gambar 3-3 atau gambar DCS3-1 pada modul DCT-17600-02, biarkan J1
rangkaian terbuka, itu berarti R1 tidak digunakan.
2. Sesuaikan resistor variabel VR1, sehingga tegangan terminal input Vin (+)
menjadi 0 V. Kemudian biarkan J1 menjadi hubung singkat, itu berarti biarkan
R1 digunakan.
3. Pada terminal input frekuensi sinyal audio (Audio I/P), masukkan bentuk
gelombang dengan amplitudo 3 V dan frekuensi 500 Hz.
4. Dengan menggunakan osiloskop, amati bentuk gelombang sinyal terminal
input dan output sinyal audio (pin 6). Kemudian catat hasil pengukuran pada
tabel 3-2.
5. Biarkan J1 menjadi rangkaian terbuka, kemudian rekam sinyal input audio.
Sesuaikan VR1 sehingga tegangan Vin (+) terminal input adalah 6 V.
6. Biarkan J1 menjadi korsleting. Itu berarti R1 digunakan. Kemudian masukkan
terminal sinyal audio ke sinyal audio asli.
7. Dengan menggunakan osiloskop, amati bentuk gelombang sinyal dari terminal
input dan output sinyal audio (pin 6). Kemudian catat hasil yang diukur pada
tabel 3-2.
8. Biarkan J1 menjadi rangkaian terbuka, artinya R1 tidak digunakan dan rekam
sinyal input audio. Sesuaikan VR1, sehingga tegangan Vin (+) terminal input
adalah -6 V.
9. Biarkan J1 menjadi korsleting. Kemudian masukkan sinyal audio asli ke
terminal input sinyal audio.
10. Dengan menggunakan osiloskop, amati bentuk gelombang sinyal dari terminal
input dan output sinyal audio (pin 6). Kemudian catat hasil yang diukur pada
tabel 3-2.
11. Biarkan J1 menjadi sirkuit terbuka dan rekam sinyal input audio. Sesuaikan
VR1, sehingga tegangan Vin (+) terminal input adalah 0 V, kemudian biarkan
J1 menjadi rangkaian terbuka.
12. Ubah amplitudo sinyal audio menjadi 5 V. Yang lainnya tetap sama. Ulangi
langkah 4 hingga langkah 10 kemudian catat hasil yang diukur pada tabel 3-3.

Percobaan 2: Modulator Lebar Pulsa LM555


1. Lihat gambar 3-8 atau gambar DCS3-2 pada modul DCT-17600-02.
2. Dengan menggunakan osiloskop, amati titik uji TP3 dan bentuk gelombang
sinyal keluaran. Pada saat yang sama, sesuaikan resistor variabel VR1 hingga
sinyal gelombang persegi dari titik uji TP3 membedakan level tegangan.
Sinyal gelombang persegi keluaran memiliki lebar pulsa yang berbeda, (yaitu
siklus kerja yang berbeda).
3. Pada terminal input sinyal audio (Audio I/P), masukan gelombang persegi
dengan amplitudo 2,5 V dan frekuensi 1 kHz. Kemudian catat hasil
pengukuran pada tabel 3-4.
4. Dengan menggunakan osiloskop, amati bentuk gelombang sinyal keluaran dari
debit kapasitor TP1, titik kritis TP2, sinyal pemicu TP3, titik dari kapasitor
pelepasan TP4, dan PWM O/P.
5. Dengan menggunakan osiloskop dan beralih ke saluran DC, amati pada bentuk
gelombang sinyal keluaran dan catat hasil yang diukur pada tabel 3-5.
6. Ubah sinyal input menjadi gelombang segitiga. Yang lainnya tetap sama,
ulangi langkah 5.
7. Ubah sinyal input menjadi gelombang sinusoidal. Yang lainnya tetap sama,
ulangi langkah 5.
8. Ubah amplitudo sinyal input menjadi 1,5 V. Yang lain tetap sama, ulangi
langkah 6 hingga langkah 7, lalu catat hasil pengukuran pada tabel 3-6.
9. Ulangi langkah 3 hingga langkah 5, kemudian catat hasil pengukuran pada
tabel 3-7.
3-4: Hasil Pengukuran

Tabel 3-2. Hasil Pengukuran Modulator Lebar Pulsa 𝛍𝐀𝟕𝟒𝟏.


(𝐕𝐦 = 3 V , 𝒇𝒎 = 500 Hz)
Tegangan Bias DC pada Gelombang Sinyal Gelombang Sinyal
Vin (+) Masukan Keluaran

0V

6V

-6 V
Tabel 3-3. Hasil Pengukuran Modulator Lebar Pulsa 𝛍𝐀𝟕𝟒𝟏.
(𝑽𝒎 = 5 V , 𝒇𝒎 = 500 Hz)
Tegangan Bias DC pada Gelombang Sinyal Gelombang Sinyal
Vin (+) Masukan Keluaran

0V

6V

-6 V
Tabel 3-4. Hasil Pengukuran Modulator Lebar Pulsa LM555.
(𝑽𝒎 = 2.5 V , 𝒇𝒎 = 1 KHz)
Sinyal Masukan Gelombang Sinyal Masukan

Gelombang Persegi

Gelombang Segitiga

Gelombang Sinusoidal
Tabel 3-5. Hasil Pengukuran Modulator Lebar Pulsa LM555.
(𝑽𝒎 = 2.5 V , 𝒇𝒎 = 1 KHz Gelombang Persegi)
Titik Pengujian Gelombang Sinyal Keluaran

TP1

TP2

TP3

TP4

PWM

O/P
Tabel 3-5. Hasil Pengukuran Modulator Lebar Pulsa LM555.
(𝑽𝒎 = 2.5 V , 𝒇𝒎 = 1 KHz Gelombang Segitiga)
Titik Pengujian Gelombang Sinyal Keluaran

TP1

TP2

TP3

TP4

PWM

O/P
Tabel 3-5. Hasil Pengukuran Modulator Lebar Pulsa LM555.
(𝑽𝒎 = 2.5 V , 𝒇𝒎 = 1 KHz Gelombang Sinusoidal)
Titik Pengujian Gelombang Sinyal Keluaran

TP1

TP2

TP3

TP4

PWM

O/P
Tabel 3-6. Hasil Pengukuran Modulator Lebar Pulsa LM555.
(𝑽𝒎 = 1.5 V , 𝒇𝒎 = 1 KHz)
Sinyal Masukan Gelombang Sinyal Masukan

Gelombang Persegi

Gelombang Segitiga

Gelombang Sinusoidal
Tabel 3-7. Hasil Pengukuran Modulator Lebar Pulsa LM555.
(𝑽𝒎 = 1.5 V , 𝒇𝒎 = 1 KHz Gelombang Persegi)
Titik Pengujian Gelombang Sinyal Keluaran

TP1

TP2

TP3

TP4

PWM

O/P
Tabel 3-7. Hasil Pengukuran Modulator Lebar Pulsa LM555.
(𝑽𝒎 = 1.5 V , 𝒇𝒎 = 1 KHz Gelombang Segitiga)
Titik Pengujian Gelombang Sinyal Keluaran

TP1

TP2

TP3

TP4

PWM

O/P
Tabel 3-7. Hasil Pengukuran Modulator Lebar Pulsa LM555.
(𝑽𝒎 = 1.5 V , 𝒇𝒎 = 1 KHz Gelombang Sinusoidal)
Titik Pengujian Gelombang Sinyal Keluaran

TP1

TP2

TP3

TP4

PWM

O/P
3-5: Diskusi Masalah
1. Apa fungsi dari VR1 pada gambar 3-3 dan gambar 3-8?
2. Jika kapasitor C6 kita ubah menjadi 0,1 µF pada gambar 3-8 dan yang lain
tetap sama. Apakah keluaran masih menunjukkan bentuk gelombang PWM?
Mengapa?
3. Untuk polaritas tegangan keluaran, apa perbedaan sinyal PWM antara
percobaan 1 dan percobaan 2?
BAB 4

DEMODULATOR LEBAR PULSA

4-1: Tujuan Kurikulum


1. Untuk memahami teori operasi demodulator lebar pulsa.
2. Untuk memahami teori pengoperasian demodulator lebar pulsa PWM ke PAM.
3. Untuk memahami teori pengoperasian demodulator lebar pulsa PWM ke PPM.
4. Untuk merancang dan mengimplementasikan produk detektor lebar pulsa
demodulator.

4-2: Teori Kurikulum


Dalam bab 3, kita menggunakan osilator gelombang persegi dan
multivibrator monostabil untuk menghasilkan sinyal PWM. Sinyal termodulasi ini
digunakan untuk mengirimkan data digital dan analog. Amplitudo dari sinyal PWM
tetap konstan, tetapi lebar pulsa akan divariasikan oleh amplitudo audio input sinyal.
Bab ini bertujuan untuk memperkenalkan metode demodulasi sinyal PWM dan sinyal
PWM yang dihasilkan sesuai dengan multivibrator monostabil pada bab 3.
Ada banyak jenis demodulator lebar pulsa, kita akan memperkenalkan
demodulator PWM umum dalam bab ini. Jenis pertama adalah membiarkan sinyal
diubah menjadi sinyal PAM (modulasi amplitudo pulsa), kemudian melalui filter lolos
rendah (low-pass filter) dan demodulasi. Jika ada tiga pulsa PWM berturut-turut yang
mendekati satu sama lain seperti yang ditunjukkan pada gambar 4-1(a), kemudian
masukkan pulsa ini ke dalam integrator dan tegangan sirkuit ambang. Ketika pulsa
muncul, maka akan mulai berintegrasi dan menghasilkan jalan sampai pulsa terakhir
muncul. Jadi, tinggi tanjakan sebanding dengan lebar pulsa, tanjakan dipertahankan
pada waktu puncak maksimum, setelah waktu yang ditentukan, tegangan akan
kembali ke nol tegangan. Kemudian itu akan menghasilkan sinyal Vb seperti yang
terlihat pada gambar 4-1(b). Demodulator perlu menghasilkan amplitudo tetap dan
lebar pulsa sinyal yang sama, lalu jumlahkan sinyal pulsa ini dengan sinyal Vb dari
gambar 4-1(b), akhirnya kita mendapatkan sinyal Vc seperti yang ditunjukkan pada
gambar 4-1(c). Biarkan sinyal Vc melewati rangkaian pembatas jika sinyal lebih
tinggi dari tegangan referensi Vth. Hasilnya ditunjukkan pada gambar 4-1(d), yang
merupakan sinyal PAM. Akhirnya biarkan sinyal PAM lewat melalui filter low-pass
untuk mendapatkan sinyal demodulasi PWM.

Jenis kedua adalah membiarkan sinyal PWM dikonversi menjadi sinyal PPM
(modulasi posisi pulsa), seperti yang ditunjukkan pada gambar 4-2. Pada gambar 4-2,
kita dapat memperoleh sinyal PPM dengan membedakan sinyal PWM. Kemudian, itu
akan menghasilkan pulsa PPM tepi negatif di tepi positif pulsa PWM sampai ujung
pulsa PWM tepi negatif. Pada saat yang sama, setel ulang pulsa tepi positif hingga
titik dari pulsa yang diakhiri, yaitu sinyal PPM (1) pada gambar 4-2. Selanjutnya kita
menggunakan dioda untuk menghilangkan pulsa tepi negatif dari sinyal PPM (1),
maka kita memperoleh sinyal PPM (2). Jika kita membiarkan sinyal ini melewati
multivibrator monostabil, yang dapat menyediakan bandwidth tetap dengan
gelombang persegi sinyal, maka kita dapat memperoleh sinyal PPM khas seperti yang
ditunjukkan pada PPM (3) pada gambar 4-2. Akhirnya, biarkan sinyal PPM melewati
timer sempit dan flip-flop R-S dengan efek pemicu tepi, kemudian pada port output,
kita dapat memperoleh sinyal PWM yang di demodulasi.

Jenis lain dari demodulator PWM adalah detektor produk. Diagram blok dan
bentuk gelombang sinyal demodulator PWM detektor produk ditunjukkan pada
gambar 4-3. Biarkan sinyal PWM dan input sinyal pembawa menuju ke detektor
produk, sementara itu, biarkan sinyal PWM dan sinyal pembawa menjadi positif atau
negatif secara bersamaan. Maka terminal keluaran detektor produk akan menerima
sinyal pulsa Va, dan mengirim sinyal Va ke filter low-pass untuk mendapatkan
demodulasi sinyal PWM.
Gambar 4-4 adalah diagram sirkuit internal MC1496. Transistor Q5 dan Q6
adalah pembeda. Mereka digunakan untuk mengaktifkan penguat diferensial ganda,
yang dibentuk oleh Q1, Q2, Q3, dan Q4. Q5 dan Q6 juga dapat digunakan untuk
mengontrol kapasitas arus penguat diferensial ganda. Transistor Q7 dan Q8 adalah
sumber arus. Mereka memasok arus konstan ke Q5 dan Q6. Kita dapat
menghubungkan resistor antara pin 2 dan pin 3 untuk mengontrol penguatan seluruh
rangkaian.
(a) Bentuk gelombang sinyal PWM.

(b) Bentuk gelombang setelah di proses oleh integrator dan rangkaian ambang
tegangan.

(c) Bentuk gelombang sinyal keluaran Vb dengan sinyal pulsa.

(d) Bentuk gelombang sinyal PAM.

Gambar 4-1. Diagram sinyal PWM ke PAM.


(a) Diagram rangkaian dari PWM ke PPM.

(b) Bentuk gelombang PWM ke PPM.

Gambar 4-2. Diagram rangkaian dan bentuk gelombang PWM ke PPM.


Gambar 4-3. Blok diagram bentuk gelombang sinyal detektor produk
demodulator PWM.

Sinyal termodulasi PWM di input melalui pin 1 dan pin 4. Sinyal pembawa
di input melalui pin 8 dan pin 10. Arus bias penguat ditentukan oleh resistor eksternal,
yang biasanya terhubung ke basis Q7 dan Q8 di pin 5. Ini karena detektor memiliki
dua terminal output (pin 6 dan pin 12), jadi kita dapat membiarkan salah satu terminal
output menjadi keluaran detektor. Kemudian output lain dapat digunakan sebagai
kontrol gain otomatis (AGC).
Gambar 4-4. Diagram sirkuit internal dari MC1496.

Gambar 4-4 adalah diagram rangkaian demodulator PWM dengan


menggunakan detektor produk MC1496, yang sebelumnya diperkenalkan pada bab 3.
Ada dua buah op-amp U1 dan U2 dalam rangkaian, tujuannya adalah untuk mengatur
level tegangan sinyal PWM dan sinyal pembawa sehingga MC1496 dapat beroperasi
dengan benar. Sinyal input aktual biasanya antara 300 mVpp hingga 1400 mVpp. Jika
PWM sinyal lebih tinggi dari 300 mVpp, maka detektor produk beroperasi di wilayah
linier. R7 digunakan untuk mengontrol penguatan MC1496. Kapasitor C1, C2, C4,
C5, dan C9 adalah koplingnya kapasitor, yang digunakan untuk memblokir sinyal DC
dan membiarkan sinyal AC lewat. VR1 dan VR2 digunakan untuk mengatur
penguatan U1 dan U2. VR3 digunakan untuk mengubah rentang sinyal input PWM.
Dalam percobaan ini, sinyal keluaran MC1496 adalah sinyal pulsa, biarkan sinyal
pulsa ini lewat melalui U4, C11, C12, R11, R12, dan R13 yang merupakan low-pass
filter orde kedua untuk mendapatkan sinyal demodulasi PWM.
Gambar 4-5 adalah diagram rangkaian demodulator PWM produk yang
terdeteksi atau demodulator PWM sinkron. Implementasinya sangat sederhana, yang
hanya membutuhkan multiplier IC dan beberapa op-amp. Secara praktis, ini sulit
untuk mendapatkan pembawa sinkron sinyal, oleh karena itu, kita memerlukan
beberapa sirkuit sinkron atau fase terkunci ekstra. Gambar 4-1 menunjukkan metode
demodulasi PWM ke PAM atau disebut demodulator PWM asinkron. Sejak sirkuit ini
tidak memerlukan sinyal sinkron, oleh karena itu, kita dapat menyimpan sirkuit
fase-terkunci, ini adalah teknik demodulasi yang lain.

Gambar 4-4. Diagram rangkaian demodulator PWM dengan menggunakan


MC1496.
4-3: Item Eksperimen
Percobaan 1: Demodulator PWM
1. Lihat gambar 4-5 atau gambar DCT4-1 pada modul DCT-17600-02.
2. Dalam percobaan ini, sinyal PWM termodulasi dihasilkan oleh modulator
PWM pada gambar 3-8. Pada saat ini, amplitudo terminal input sinyal audio
adalah 1.5 V dan frekuensi masukan 700 Hz.
3. Pada gambar 3-8, terminal keluaran multivibrator astabil (yaitu, pin 3 U1
LM555, titik uji TP3) terhubung ke terminal input sinyal pembawa (Carrier
I/P).
4. Pada gambar 3-8, terminal keluaran multivibrator monostabil (yaitu, pin 3 dari
U2 LM555) terhubung ke terminal input sinyal PWM (PWM I/P).
5. Sesuaikan VR1 untuk meminimalkan distorsi sinyal keluaran U1 (µA741).
6. Sesuaikan VR2 dan VR3 sampai kita mendapatkan sinyal yang di demodulasi
dengan benar.
7. Dengan menggunakan osiloskop, amati pada sinyal input PWM, sinyal
pembawa (carrier), sinyal keluaran U1 (titik uji TP1), sinyal keluaran U2 (titik
uji TP2), sinyal keluaran MC1496 pin 10 (titik uji TP3), sinyal keluaran
MC1496 pin 1 (titik uji TP4), sinyal keluaran MC1496 pin 12 (titik uji TP5),
sinyal masukan filter lolos rendah (titik uji TP6) dan demodulasi sinyal PWM
(Audio O/P). Terakhir, catat hasil pengukuran pada tabel 4-1.
8. Lihat gambar 3-8, ubah frekuensi sinyal audio input menjadi 500 Hz dan yang
lainnya tetap sama.
9. Ulangi langkah 5 hingga langkah 7 dan catat hasil pengukuran pada tabel 4-2.
4-4: Hasil Pengukuran

Tabel 4-1. Hasil Pengukuran Demodulator PWM


(𝑽𝒎 = 1.5 V , 𝒇𝒎 = 700 Hz)
Titik Pengujian Gelombang Sinyal Keluaran

Terminal Input
Sinyal Pembawa

PWM
O/P

TP1
Tabel 4-1. Hasil Pengukuran Demodulator PWM
(𝑽𝒎 = 1.5 V , 𝒇𝒎 = 700 Hz)
Titik Pengujian Gelombang Sinyal Keluaran

TP2

TP3

TP4
Tabel 4-1. Hasil Pengukuran Demodulator PWM
(𝑽𝒎 = 1.5 V , 𝒇𝒎 = 700 Hz)
Titik Pengujian Gelombang Sinyal Keluaran

TP5

TP6

Audio O/P
Tabel 4-2. Hasil Pengukuran Demodulator PWM
(𝑽𝒎 = 1.5 V , 𝒇𝒎 = 500 Hz)
Titik Pengujian Gelombang Sinyal Keluaran

Terminal Input
Sinyal Pembawa

PWM
O/P

TP1
Tabel 4-2. Hasil Pengukuran Demodulator PWM
(𝑽𝒎 = 1.5 V , 𝒇𝒎 = 500 Hz)
Titik Pengujian Gelombang Sinyal Keluaran

TP2

TP3

TP4
Tabel 4-2. Hasil Pengukuran Demodulator PWM
(𝑽𝒎 = 1.5 V , 𝒇𝒎 = 500 Hz)
Titik Pengujian Gelombang Sinyal Keluaran

TP5

TP6

Audio O/P
4-5: Diskusi Masalah
1. Apa fungsi dari VR1 dan VR2 pada gambar 4-5?
2. Apa fungsi dari VR3 pada gambar 4-5?
3. Lihat gambar 3-8, jika kita mengatur frekuensi sinyal audio ke nilai minimum,
maka, berapa nilai komponen yang harus diubah pada gambar 4-5?

Anda mungkin juga menyukai