Anda di halaman 1dari 37

Resistor

Kode Gelang Warna


Kode warna pada resistor tetap dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu 4 gelang warna, 5 gelang warna,
dan 6 gelang warna. Hal pertama dalam membaca kode warna resistor adalah menentukan gelang
pertama dan gelang terakhir. Gelang tarkhir merupakan gelang yang memiliki jarak yang lebih lebar
terhadap gelang lain.
Cara menghitung resistor biasanya dimulai dari membaca warna yang berada paling dekat dengan
ujung resistor tersebut. Biasanya dikebanyakan kasus, resistor dibaca dari sebelah kiri ke kanan,
namun ada pula yang sebaliknya. Jadi lihatlah cincin mana yg lebih mendekati ujung si resistor
tersebut.
Terdapat beberapa perbedaan dalam menghitung nilai resistor yg memiliki jumlah cincin sebanyak
4 buah. Untuk resistor yang memiliki 4 buah gelang, maka
- Gelang pertama = digit pertama
- Gelang kedua = digit kedua
- Gelang ketiga = faktor pengali
- Gelang keempat = toleransi

Namun untuk resistor yang memiliki gelang sebanyak 5 atau 6, maka hitung sesuai dengan
urutan.Nah sekarang kita akan masuk ke contoh soal menghitung resistor, agar lebih mudah
dipahami dan dimengerti.
Contoh :
1. Hitunglah berapa nilai resistor yang memiliki gelang-gelang sebagai berikut : Merah, Coklat,
Hitam, Hijau
Jawaban : Merah (digit pertama = 2), Coklat (digit kedua = 1), Hitam (faktor pengali = x1 ), Hijau
(toleransi ± 0,5% )
Jadi nilai resistornya adalah = 21*1 ± 0,5% => 21 Ohm ± 0,5%

2. Hitunglah berapa nilai resistor yang memiliki gelang-gelang sebagai berikut : Jingga, Merah,
Biru, Merah, Perak
Jawaban : Jingga (digit pertama = 3), Merah (digit kedua = 2), Biru (digit ketiga = 6 ), Merah
(faktor pengali x100 ), Perak (toleransi ± 10%)
Jadi nilai resistornya adalah = 326*100 ± 10% => 32600 Ohm ± 10% = 32,6 K Ohm ± 10%
Resistor color code examples
E12 (10%), E24 (5%) and E48 (2%) series resistors.
In the E12 series each succeeding resistor falls within the -/+ 10 % of the previous value. Until
fairly recently, 10% tolerance resistors were the norm, but today, 5% (E24) resistors seem to be the
most commonly used. They still can be found in vintage radios, old amplifiers, etc., but the price of
a 5% resistor is low enough to be the standard component in all of today's electronic circuits.
In precision applications, special, more expensive low-tolerance resistors are used with tolerance
ratings of 2% (E48), 1% or less.

Common values for E12, 10% series resistors:


.1Ω, .12Ω, .15Ω, .18Ω, .22Ω, .27Ω, .33Ω, .39Ω, .47Ω, .56Ω, .68Ω, .82Ω - 0.1Ω to 0.82Ω...
1Ω, 1.2Ω, 1.5Ω, 1.8Ω, 2.2Ω, 2.7Ω, 3.3Ω, 3.9Ω, 4.7Ω, 5.6Ω, 6.8Ω, 8.2Ω - 1ohm to 8.2ohm...
10Ω, 12Ω, 15Ω, 18Ω, 22Ω, 27Ω, 33Ω, 39Ω, 47Ω, 56Ω, 68Ω, 82Ω - 10ohm to 82ohm...
100Ω, 120Ω, 150Ω, 180Ω, 220Ω, 270Ω, 330Ω, 390Ω, 470Ω, 560Ω, 680Ω, 820Ω- 100Ω-820Ω
1k, 1.2k, 1.5k, 1.8k, 2.2k, 2.7k, 3.3k, 3.9k, 4.7k, 5.6k, 6.8k, 8.2k - 1k to 8.2k resistors...
10k, 12k, 15k, 18k, 22k, 27k, 33k, 39k, 47k, 56k, 68k, 82k - 10k to 82k resistors...
100k, 120k, 150k, 180k, 220k, 270k, 330k, 390k, 470k, 560k, 680k, 820k - 100k to 820k...
1M, 1.2M, 1.5M, 1.8M, 2.2M, 2.7M, 3.3M, 3.9M, 4.7M, 5.6M, 6.8M, 8.2M - 1M to 8.2M...
10M, 12M, 15M, 18M, 22M, 27M, 33M, 39M, 47M, 56M, 68M, 82M – 10M to 82M...
100M, 120M, 150M, 180M, 220M, 270M, 330M, 390M, 470M, 560M, 680M, 820M -100M to
820M...
Mengindentifikasi dan Membaca Nilai Kapasitor
Kondensator/Capasitor berfungsi untuk menyimpan energi listrik dalam bentuk muatan listrik.
Kondensator/Capasitor ini merupakan komponen elektronika pasif. Kondensator notasinya biasa
ditulis dengan huruf C.
Banyaknya muatan listrik per detik ditentukan dalam satuan Qoulomb (Q), sedangkan kemampuan
Kondensator/Capasitor menyimpan muatan disebut kapasitansi yang satuannya adalah Farad (F).

Ket :
1 Farad = 1.000.000 uF baca (mikro farad),
1 uF = 1.000 nF baca (nano Farad) dan
1 nF = 1.000 pF baca (piko Farad).

Kondensator/Capasitor terdiri dari dua keping konduktor yang dipisahkan oleh bahan penyekat
yang disebut dengan bahan dielektrik, fungsi zat dielektrik adalah untuk memperbesar kapasitansi.
Jenis kondensator/kapasitor ini diantaranya adalah : keramik, kertas, kaca, mika, polyister dan
elektrolit.

Kondensator juga memiliki Tegangan kerja (working Voltage) yaitu tegangan maksimum yang
diijinkan sehingga kapasitor masih dapat bekerja dengan baik. Contoh tegangan kerja pada
kondensator, apabila pada badan Elco (Condensator Electrolit) tertulis di badannya 220 uF / 25 V,
berarti kondensator ini mempunyai kapasitas menyimpan muatan listrik 220 uF, sedangkan
tegangan listrik maksimal yang diperbolehkan sampai 25 volt, jika dialiri tegangan listrik lebih dari
25 volt, maka elco ini akan rusak (meledak).

Kondensator/Capasitor Non Polar


Kondensator/Capasitor non polar adalah Capasitor yang elektrodanya tanpa memiliki kutup positif
(+) maupun kutup negatif (-) artinya jika pemasangannya terbalik maka Capasitor tetap bekerja.
Contoh Kondensator/Capasitor nonpolar yaitu : Kondensator/Capasitor variable (Varco), Kertas,
Mylar, Polyester, Keramik dsb.
Pada Kapasitor angka yang tertulis di badannya merupakan nilai kapasitansi kapasitor tersebut.
Apabila pada badannya tertulis satu / dua angka maka bisa kita langsung baca kapasitasnya dengan
satuan pF (pico farad).

Contoh, kapasitor keramik diatas tertuliskan dua angka 68, maka kapasitansi kapasitor tersebut
adalah 68 pF. Sedangkan jika ada 3 angka, maka angka pertama dan kedua adalah nilai nominal,
sedangkan angka ketiga adalah faktor pengali.

Pada gambar diatas tertulis angka 104 berarti angka pertama dan kedua menunjukkan nilai yaitu 10
dan angka ketiga angka 4 yang berarti faktor pengali = 10000, nilai kapasitor keramik tersebut
adalah 10 ×10000=100000pF = 100 nF = 0,1 uF , berikut tabel pengali nilai kapasitor :

atau lebih mudahnya lihat gambar berikut :

Angka pertama dan kedua nilai nominal sedangkan angka ketiga banyaknya angka nol. Sehingga
nilai capasitor diatas adalah 10000 pF = 10 nF = 0,01 uF
Untuk kapasitor polyester nilai kapasitansinya bisa diketahui berdasarkan warna seperti pada
resistor.
kapasitor polyester

Kode Warna Kapasitor

Contoh : Pada sebuah kapasitor pada badannya berwarna Coklat, Hitam, Orange. maka nilai
kapasitansi (lihat tabel) condensator tersebut adalah : 103 = 10 x 1000 = 10000 pF = 10nF = 0,01
uF.

Seperti komponen lainnya, besar kapasitansi nominal kondensator ada toleransinya. Nilai toleransi
Kondensator ditentukan dengan kode-kode angka atau huruf tertentu. Dengan tabel di bawah
pemakai dapat dengan mudah mengetahui toleransi kapasitor yang biasanya tertera menyertai nilai
nominal kapasitor. Misalnya jika tertulis 104 X7R, maka kapasitansinya adalah 100nF dengan
toleransi +/-15%. Sekaligus diketahui juga bahwa suhu kerja yang direkomendasikan adalah antara
-55Co sampai +125C.
Tabelnya sebagai berikut :
Tabel Karakteristik Condensator

Tabel Karakteristik Toleransi capasitor

Dari tabel diatas kita bisa tahu, karakteristik kapasitor selain kapasitansi juga tak kalah pentingnya
yaitu tegangan kerja dan temperatur kerja. Tegangan kerja adalah tegangan maksimum yang
diijinkan sehingga kapasitor masih dapat bekerja dengan baik. Misalnya kapasitor 10uF25V, maka
tegangan yang bisa diberikan tidak boleh melebihi 25 volt dc. Umumnya kapasitor-kapasitor polar
bekerja pada tegangan DC dan kapasitor non-polar bekerja pada tegangan AC. Sedangkan
temperatur kerja yaitu batasan temperatur dimana kapasitor masih bisa bekerja dengan optimal.
Misalnya jika pada kapasitor tertulis X7R, maka kapasitor tersebut mempunyai suhu kerja yang
direkomendasikan antara -55Co sampai +125Co. Biasanya spesifikasi karakteristik ini disajikan
oleh pabrik pembuat.

Kondensator/Capasitor Polar
Kondensator/Capasitor Polar elektrodanya mempunyai dua kutup, yakni kutub positif (+) dan kutub
negatif (-). Apabila Capasitor ini dipasang pada rangkaian elektronika, maka pemasangannya tidak
boleh terbalik. Contonya adalah Capasitor elektrolit (elco) dan Tantalum. Nilai kapasitas
maksimum dan kutub –kutubnya sudah tertera pada badan komponen tersebut.
Capasitor elektrolit (elco)

Kondensator Tantalum

Contoh : Elektrolit Kondensator (Elko) dibadannya tertulis 10 µF/ 16V ini berarti kapasitansi dari
elco tersebut adalah 10 µF, sedangkan tegangan kerjanya maksimal 16 Volt, jika elco tersebut
diberi tegangan lebih dari 16 volt elco tersebut akan rusak. Demikian pula dengan condensator
tantalum cara membacanya sama persis dengan elco.

Untuk menentukan kaki kutub (+) dan (-) dari elco maupun tantalum, kita bisa melihat tanda yang
tertera pada badan komponen tersebut, jika pada elco yang ditandai dengan anak panah adalah
kutub negatif (-) sedang pada tantalum kutub positifnya ditandai dengan tanda (+). Tantalum
banyak dipakai saat ini pada peralatan elektronika komputer (misalnya motherboard)

Condensator Tidak Tetap

Condensator Tidak Tetap (Varco)

Kondensator ini dapat kita ubah-ubah nilai kapasitasnya sesuai kebutuhan. Kapasitasnya ada yang
0-30pf, 0-100pf, dll. kondensator jenis ini biasa disebut dengan variable Condensator atau Varco.
FUNGSI KAPASITOR

Fungsi penggunaan kapasitor dalam suatu rangkaian :


- Sebagai kopling antara rangkaian yang satu dengan rangkaian yang lain (pada Power
Supply)
- Sebagai pembangkit frekuensi dalam rangkaian antenna
- Sebagai filter dalam rangkaian Power Supply (PS)
- Untuk menghemat daya listrik pada lampu neon
- Menghilangkan bouncing (loncatan api) bila dipasang pada saklar,
- dan lain-lain

Komponen aktif
adalah komponen-komponen elektronika yang dalam pengoperasiannya memerlukan sumber arus
listrik atau sumber tegangan tersendiri. Yang termasuk komponen aktif antara lain :
- Transistor
- Thyristor
- Triac (Trioda AC Switch)
- Tranducer
- Dioda
- IC (integrated circuit)
- Tabung Vacum

Transistor
Transistor memiliki dua jenis yaitu : Transistor Bipolar dan Transistor Unipolar.
Transistor Bipolar adalah transistor yang memiliki dua persambungan kutub, sedangkan transistor
Unipolar adalah transistor yang hanya memiliki satu buah persambungan kutub.

Transistor bipolar umumnya terdiri dari 3 buah kaki yang masing-masing diberi nama: emitor,
basis dan kolektor. Transistor bipolar memiliki jenis NPN dan PNP. Transistor bipolar dapat di
ibaratkan dengan dua buah dioda. Gambar berikut adalah simbol dari Transistor bipolar.

Untuk mengetahui kaki-kaki transistor lebih mudah dengan melihat manual data book transistor.
Dan untuk mengetahui kaki-kaki transistor dengan menggunakan multitester silakan anda buka link
berikut : Cara Menguji Transistor dengan AVO Meter.

Transistor unipolar adalah FET (Field Effect Transistor) yang terdiri dari JFET kanal N, JFET
kanal P, MOSFET kanal N, dan MOSFET kanal P.
Berikut adalah gambar bentuk fisik dari Transistor ;

Thyristor

Thyristor adalah saklar elektronik. Thyristor disebut juga dengan SCR (Silicon Controlled
Rectifier) yang banyak digunakan dalam peralatan elektronik. Thyristor akan bekerja atau
menghantar arus listrik dari anoda ke katoda jika pada kaki gate diberi arus kearah katoda,
karenanya kaki gate harus diberi tegangan positif terhadap katoda. Pemberian tegangan ini akan
menyulut thyristor, dan ketika tersulut thyristor akan tetap menghantar. SCR akan terputus jika arus
yang melalui anoda ke katoda menjadi kecil atau gate pada SCR terhubung dengan ground.

Gambar diskrit dan simbol SCR ditunjukkan dengan gambar dibawah ini :

Gambar berikut adalah bentuk fisik dari Thyristor / SCR (Silicon Controlled Rectifier) :
Karakteristik Thyristor ditunjukkan pada gambar dibawah ini :

Pada gambar di atas memperlihatkan bahwa thyristor mempunyai 3 keadaan. Pada daerah pertama
(I), terlihat bahwa thyristor berperilaku seperti dioda biasa, dimana keadaan ini, tidak ada arus yang
mengalir sampai dicapainya tegangan reverse (Vr). Sedangkan pada daerah kedua (II), terlihat
bahwa arus yang tetap tidak akan mengalir sampai dicapainya batas tegangan penyalaan (Vbo).
Apabila tegangan mencapai tegangan penyalaan, maka tiba-tiba tegangan akan jatuh menjadi kecil
dan ada arus yang mengalir. Pada saat ini thyristor akan mulai konduksi (menghantar) dan ini
adalah merupakan daerah tiga (III). Arus yang terjadi pada thyristor yang dalam keadaan konduksi
dapat disebut sebagai arus genggam (Ih = Holding Current), arus genggam (Ih) ini mempunyai orde
mA. Untuk membuat thyristor kemballi OFF (tidak menghantar), dapat dilakukan dengan
menurunkan arus thyristor tersebut sedikit dibawah arus genggam (Ih) nya dan thyristor tidak akan
ON (menghantar) kembali sebelum diberi tegangan penyalaan (Vbo).

Triac (Trioda AC Switch)


TRIAC merupakan komponen thyristor dua arah yang sebenarnya terdiri dari dua buah SCR
(Silicon Controlled Rectifier) yang gerbangnya digabungkan menjadi satu atau terhubung paralel,
seperti diperlihatkan pada Gambar berikut :
Bentuk fisik Triac mirip dengan SCR/ Thyristor. Berikut adalah bentuk fisik dari Triac :

Karakteristisk TRIAC hampir sama dengan karakteristik SCR besaran pembatas (arus, tegangan
thermis, dll) maupun besaran arus tegangan (Ih) kecuali batas tegangan reverse yang tidak terdapat
pada TRIAC. Seperti terlihat ada Gambar berikut :

TRIAC banyak digunakan sebagai saklar elektronik untuk tegangan dan arus bolak-
balik. TRIAC mampu memblokir tegangan pada kedua arahnya dan mampu juga mengalirkan arus
pada kedua arahnya.

Lihat gambar tabel diatas. Misalkan TRIAC bekerja pada kwadran I, maka arus akan mengalir dari
T1 ke T2. TRIAC akan lebih baik dan sensitif bila dioperasikan pada kwadran I dan kwadran III,
dengan pulsa dioperasikan pada kwadran I dan kwadran III, dengan pulsa trigger positif atau trigger
negatif. Keadaan yang berbahaya bagi TRIAC adalah pada operasi beban induktif, sebab arus
TRIAC akan nol tetapi VT1-T2 tidak sama dengan nol. Oleh karena itu rangkaian snubber juga
diperlukan untuk membatasi dV/dt saat arus TRIAC sama dengan nol.

Tranducer

Tranducer adalah pengoperasian kerja suatu rangkaian yang lebih mudah diukur atau dikendalikan
oleh besaran listrik, yaitu tegangan dan arus dimana terjadi perubahan dari suatu besaran ke besaran
lainnya. Atau dengan kata lain Transducer adalah sebuah alat yang bila digerakkan oleh energi di
dalam sebuah sitem transmisi, menyalurkan energi dalam bentuk yang sama atau dalam bentuk
yang berlainan ke sistem transmisi kedua”. Transmisi kedua ini bisa listrik, mekanik, kimia, optik
(radiasi) atau termal (panas).

Transduser ini memberikan sebuah sinyal keluaran bila dirangsang oleh sebuah masukan yang
bukan mekanis; sebuah transmistor bereaksi terhadap variasi temperatur; sebuah fotosel bereaksi
terhadap perubahan intensitas cahaya; sebuah berkas elektron terhadap efek-efek magnetik, dan
lain-lain. Namun dalam semua hal, keluaran elektris yang diukur menurut metode standar
memberikan besarnya besaran masukan dalam bentuk ukuran elektris analog.

Contoh yang umum adalah pengeras suara (speaker). Speaker mengubah beragam voltase listrik
yang berupa musik atau pidato, menjadi vibrasi mekanis (mengubah arus listrik menjadi arus
mikanik). Contoh lain adalah mikrofon, yang mengubah suara kita, bunyi, atau energi akustik
menjadi sinyal atau energi listrik.

Potensiometer (Perubahan nilai tahanan karena posisi kontak bergeser), LDR (Light Dependent
Resistance) yaitu resistor yang dapat berubah-ubah nilai resistansinya jika permukaannya terkena
cahaya. Kondisinya ialah jika terkena cahaya nilai resistansinya kecil,sedangkan jika tidak terkena
cahaya (kondisi gelap) maka nilai resistansinya besar. kedua komponen tersebut juga termasuk
dalam transduser tapi Tranducer Pasif.

Yang termasuk Tranducer Aktif contohnya adalah : foto dioda, foto transistor dan lainnya.
komponen ini akan berubah bila ada energi listrik.

Speaker

Microphone

Dioda

Dioda adalah komponen aktif semikonduktor yang terdiri dari persambungan (junction) P-N. Sifat
dioda yaitu dapat menghantarkan arus pada tegangan maju dan menghambat arus pada tegangan
balik. Dioda berasal dari pendekatan kata dua elektroda yaitu anoda dan katoda. Dioda ini hanya
melewatkan arus searah listrik saja (forward), sehingga banyak digunakan sebagai komponen
penyearah arus.
Dalam kehidupan sehari-hari komponen dioda kita asumsikan sebagai sebuah katup (penutup air),
dimana katup tersebut akan terbuka manakala air yang mengalir dari belakang dan katup air akan
tertutup jika dorongan aliran air dari depan katup.

Berdasarkan Fungsinya, dioda dibagi menjadi beberapa Jenis, antara lain :


1. Dioda Penyearah (Dioda Biasa atau Dioda Bridge) yang berfungsi sebagai penyearah arus
AC ke arus DC.
2. Dioda Schottky yang berfungsi sebagai Pengendali
3. Dioda LED yang berfungsi sebagai lampu Indikator ataupun lampu penerangan
4. Dioda Photo yang berfungsi sebagai sensor cahaya
5. Dioda Zener yang berfungsi sebagai pengaman rangkaian dan juga sebagai penstabil
tegangan.
Untuk mengetahui simbol masing-masing jenis dioda silakan lihat : disini. Dibawah ini adalah
gambar bentuk fisik dari berbagai jenis dioda :

Integrated Circuit (IC)


Integrated Circuit atau biasa disebut dengan IC adalah komponen dasar yang terdiri dari resistor,
transistor dan lain-lain. IC adalah komponen yang dipakai sebagai otak peralatan elektronika. lebih
jelasnya tentang IC silakan lihat artikel sebelumnya tentang Pengertian Integrated Circuit (IC)
Bidang Elektronika.

Bentuk Fisik Integrated Circuit (IC)


Tabung Vacum
Tabung Vacum adalah alat elektronika yang biasanya digunakan untuk menguatkan sinyal. Dahulu
digunakan di banyak alat-alat elektronik tetapi kini tabung vakum hanya digunakan dalam aplikasi
Tertentu. Untuk banyak tujuan, tabung vakum telah diganti oleh transistor yang murah dan jauh
lebih kecil, baik sebagai alat terpisah maupun dalam sirkuit terpadu. Pada awal abad ke-21 muncul
kembali kesukaan terhadap tabung vakum, kali ini dalam bentuk tabung mikro field-emitter.

Bentuk Fisik Tabung Vacum

Induktor
Masih ingat aturan tangan kanan pada pelajaran fisika ? Ini cara yang efektif untuk mengetahui arah
medan listrik terhadap arus listrik. Jika seutas kawat tembaga diberi aliran listrik, maka di sekeliling
kawat tembaga akan terbentuk medan listrik. Dengan aturan tangan kanan dapat diketahui arah
medan listrik terhadap arah arus listrik. Caranya sederhana yaitu dengan mengacungkan jari jempol
tangan kanan sedangkan keempat jari lain menggenggam. Arah jempol adalah arah arus dan arah ke
empat jari lain adalah arah medan listrik yang mengitarinya.

Tentu masih ingat juga percobaan dua utas kawat tembaga paralel yang keduanya diberi arus listrik.
Jika arah arusnya berlawanan, kedua kawat tembaga tersebut saling menjauh. Tetapi jika arah
arusnya sama ternyata keduanya berdekatan saling tarik-menarik. Hal ini terjadi karena adanya
induksi medan listrik. Dikenal medan listrik dengan simbol B dan satuannya Tesla (T). Besar
akumulasi medan listrik B pada suatu luas area A tertentu didefinisikan sebagai besar magnetic flux.
Simbol yang biasa digunakan untuk menunjukkan besar magnetic flux ini adalah dan satuannya
Weber (Wb = T.m2). Secara matematis besarnya adalah :

Medan Flux

Lalu bagaimana jika kawat tembaga itu dililitkan membentuk koil atau kumparan. Jika kumparan
tersebut dialiri listrik maka tiap lilitan akan saling menginduksi satu dengan yang lainnya. Medan
listrik yang terbentuk akan segaris dan saling menguatkan. Komponen yang seperti inilah yang
dikenal dengan induktor selenoid.
Dari buku fisika dan teori medan magnet, dibuktikan bahwa induktor adalah komponen yang dapat
menyimpan energi magnetik. Energi ini direpresentasikan dengan adanya
tegangan emf (electromotive force) jika induktor dialiri listrik. Secara matematis tegangan emf
ditulis :

Tegangan emf

Jika dibandingkan dengan rumus hukum Ohm V=RI, maka kelihatan ada kesamaan rumus. Jika R
disebut resistansi dari resistor dan V adalah besar tegangan jepit jika resistor dialiri listrik sebesar I.
Maka L adalah induktansi dari induktor dan E adalah tegangan yang timbul jika induktor di aliri
listrik. Tegangan emf di sini adalah respon terhadap perubahan arus fungsi dari waktu terlihat dari
rumus di/dt. Sedangkan bilangan negatif sesuai dengan hukum Lenz yang mengatakan efek induksi
cenderung melawan perubahan yang menyebabkannya.
Hubungan antara emf dan arus inilah yang disebut dengan induktansi, dan satuan yang digunakan
adalah (H) Henry.
Induktor disebut self-induced
Arus listrik yang melewati kabel, jalur-jalur pcb dalam suatu rangkain berpotensi untuk
menghasilkan medan induksi. Ini yang sering menjadi pertimbangan dalam mendesain pcb supaya
bebas dari efek induktansi terutama jika multilayer. Tegangan emf akan menjadi penting saat
perubahan arusnya fluktuatif. Efek emf menjadi signifikan pada sebuah induktor, karena perubahan
arus yang melewati tiap lilitan akan saling menginduksi. Ini yang dimaksud dengan self-induced.
Secara matematis induktansi pada suatu induktor dengan jumlah lilitan sebanyak N adalah
akumulasi flux magnet untuk tiap arus yang melewatinya :

Induktansi

Induktor selenoida
Fungsi utama dari induktor di dalam suatu rangkaian adalah untuk melawan fluktuasi arus yang
melewatinya. Aplikasinya pada rangkaian dc salah satunya adalah untuk menghasilkan tegangan dc
yang konstan terhadap fluktuasi beban arus. Pada aplikasi rangkaian ac, salah satu gunanya adalah
bisa untuk meredam perubahan fluktuasi arus yang tidak dinginkan. Akan lebih banyak lagi fungsi
dari induktor yang bisa diaplikasikan pada rangkaian filter, tuner dan sebagainya.
Dari pemahaman fisika, elektron yang bergerak akan menimbulkan medan elektrik di sekitarnya.
Berbagai bentuk kumparan, persegi empat, setegah lingkaran ataupun lingkaran penuh, jika dialiri
listrik akan menghasilkan medan listrik yang berbeda. Penampang induktor biasanya berbentuk
lingkaran, sehingga diketahui besar medan listrik di titik tengah lingkaran adalah :

Medan Listrik

Jika dikembangkan, n adalah jumlah lilitan N relatif terhadap panjang induktor l. Secara matematis
ditulis :

Lilitan per-meter

Lalu i adalah besar arus melewati induktor tersebut. Ada simbol yang dinamakan permeability
dan yang disebut permeability udara vakum. Besar permeability tergantung dari bahan inti
(core) dari induktor. Untuk induktor tanpa inti (air winding) = 1.
Jika rumus-rumus di atas di subsitusikan maka rumus induktansi (rumus 3) dapat ditulis menjadi :

Induktansi Induktor
Induktor selenoida dengan inti (core)
L : induktansi dalam H (Henry)
 : permeability inti (core)
o : permeability udara vakum
o = 4 x 10-7
N : jumlah lilitan induktor
A : luas penampang induktor (m2)
l : panjang induktor (m)

Inilah rumus untuk menghitung nilai induktansi dari sebuah induktor. Tentu saja rumus ini bisa
dibolak-balik untuk menghitung jumlah lilitan induktor jika nilai induktansinya sudah ditentukan.
Toroid
Ada satu jenis induktor yang kenal dengan nama toroid. Jika biasanya induktor berbentuk silinder
memanjang, maka toroid berbentuk lingkaran. Biasanya selalu menggunakan inti besi (core) yang
juga berbentuk lingkaran seperti kue donat.

Toroida
Jika jari-jari toroid adalah r, yaitu jari-jari lingkar luar dikurang jari-jari lingkar dalam. Maka
panjang induktor efektif adalah kira-kira :

Keliling lingkaran toroida


Dengan demikian untuk toroida besar induktansi L adalah :
Induktansi Toroida
Salah satu keuntungan induktor berbentuk toroid, dapat induktor dengan induktansi yang lebih
besar dan dimensi yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan induktor berbentuk silinder. Juga
karena toroid umumnya menggunakan inti (core) yang melingkar, maka medan induksinya tertutup
dan relatif tidak menginduksi komponen lain yang berdekatan di dalam satu pcb.
Ferit dan Permeability
Besi lunak banyak digunakan sebagai inti (core) dari induktor yang disebut ferit. Ada bermacam-
macam bahan ferit yang disebut ferromagnetik. Bahan dasarnya adalah bubuk besi oksida yang
disebut juga iron powder. Ada juga ferit yang dicampur dengan bahan bubuk lain
seperti nickel, manganese, zinc (seng) dan magnesium. Melalui proses yang dinamakan kalsinasi
yaitu dengan pemanasan tinggi dan tekanan tinggi, bubuk campuran tersebut dibuat menjadi
komposisi yang padat. Proses pembuatannya sama seperti membuat keramik. Oleh sebab itu ferit ini
sebenarnya adalah keramik.
Ferit yang sering dijumpai ada yang memiliki  = 1 sampai  = 15.000. Dapat dipahami penggunaan
ferit dimaksudkan untuk mendapatkan nilai induktansi yang lebih besar relatif terhadap jumlah
lilitan yang lebih sedikit serta dimensi induktor yang lebih kecil.
Penggunaan ferit juga disesuaikan dengan frekuensi kerjanya. Karena beberapa ferit akan optimum
jika bekerja pada selang frekuensi tertentu. Berikut ini adalah beberapa contoh bahan ferit yang di
pasar dikenal dengan kode nomor materialnya. Pabrik pembuat biasanya dapat memberikan data
kode material, dimensi dan permeability yang lebih detail.

Data Material Ferit


Sampai di sini kita sudah dapat menghitung nilai induktansi suatu induktor. Misalnya induktor
dengan jumlah lilitan 20, berdiameter 1 cm dengan panjang 2 cm serta menggunakan inti ferit
dengan  = 3000. Dapat diketahui nilai induktansinya adalah :
L  5.9 Mh

Selain ferit yang berbentuk silinder ada juga ferit yang berbentuk toroida. Umumnya di pasar
tersedia berbagai macam jenis dan ukuran toroida. Jika datanya lengkap, maka kita dapat
menghitung nilai induktansi dengan menggunakan rumus-rumus yang ada. Karena perlu diketahui
nilai permeability bahan ferit, diameter lingkar luar, diameter lingkar dalam serta luas penampang
toroida. Tetapi biasanya pabrikan hanya membuat daftar indeks induktansi (inductance index) AL.
Indeks ini dihitung berdasarkan dimensi dan permeability ferit. Dengan data ini dapat dihitung
jumlah lilitan yang diperlukan untuk mendapatkan nilai induktansi tertentu. Seperti contoh tabel
ALberikut ini yang satuannya H/100 lilitan..
Tabel AL
Rumus untuk menghitung jumlah lilitan yang diperlukan untuk mendapatkan nilai induktansi yang
diinginkan adalah :

Indeks AL
Misalnya digunakan ferit toroida T50-1, maka dari table diketahui nilai AL = 100. Maka untuk
mendapatkan induktor sebesar 4H diperlukan lilitan sebanyak :
N  20 lilitan

Rumus ini sebenarnya diperoleh dari rumus dasar perhitungan induktansi dimana induktansi L
berbanding lurus dengan kuadrat jumlah lilitan N2. Indeks AL umumnya sudah baku dibuat oleh
pabrikan sesuai dengan dimensi dan permeability bahan feritnya.
Permeability bahan bisa juga diketahui dengan kode warna tertentu. Misalnya abu-abu, hitam,
merah, biru atau kuning. Sebenarnya lapisan ini bukan hanya sekedar warna yang membedakan
permeability, tetapi berfungsi juga sebagai pelapis atau isolator. Biasanya pabrikan menjelaskan
berapa nilai tegangan kerja untuk toroida tersebut.
Contoh bahan ferit toroida di atas umumnya memiliki permeability yang kecil. Karena bahan ferit
yang demikian terbuat hanya dari bubuk besi (iron power). Banyak juga ferit toroid dibuat dengan
nilai permeability yang besar. Bahan ferit tipe ini terbuat dari campuran bubuk besi dengan bubuk
logam lain. Misalnya ferit toroida FT50-77 memiliki indeks AL = 1100.
Kawat tembaga
Untuk membuat induktor biasanya tidak diperlukan kawat tembaga yang sangat panjang. Paling
yang diperlukan hanya puluhan sentimeter saja, sehingga efek resistansi bahan kawat tembaga dapat
diabaikan. Ada banyak kawat tembaga yang bisa digunakan. Untuk pemakaian yang profesional di
pasar dapat dijumpai kawat tembaga dengan standar AWG (American Wire Gauge). Standar ini
tergantung dari diameter kawat, resistansi dan sebagainya. Misalnya kawat tembaga AWG32
berdiameter kira-kira 0.3mm, AWG22 berdiameter 0.7mm ataupun AWG20 yang berdiameter kira-
kira 0.8mm. Biasanya yang digunakan adalah kawat tembaga tunggal dan memiliki isolasi.
Penutup
Sayangnya untuk pengguna amatir, data yang diperlukan tidak banyak tersedia di toko eceran.
Sehingga terkadang dalam membuat induktor jumlah lilitan yang semestinya selalu berbeda dengan
hasil perhitungan teoritis. Kawat tembaga yang digunakan bisa berdiameter berapa saja, yang pasti
harus lebih kecil dibandingkan diameter penampang induktor. Terkadang pada prakteknya untuk
membuat induktor sendiri harus coba-coba dan toleransi induktansinya cukup besar. Untuk
mendapatkan nilai induktansi yang akurat ada efek kapasitif dan resistif yang harus diperhitungkan.
Karena ternyata arus yang melewati kawat tembaga hanya dipermukaan saja. Ini yang dikenal
dengan istilah efek kulit (skin effect). Ada satu tip untuk membuat induktor yang baik, terutama
induktor berbentuk silinder. Untuk memperoleh nilai “Q” yang optimal panjang induktor sebaiknya
tidak lebih dari 2x diameter penampangnya. Untuk toroid usahakan lilitannya merata dan rapat.

Arus dan Tegangan Listrik Bolak-balik


Arus dan tegangan bolak-balik (AC) yaitu arus dan tegangan yang besar dan arahnya berubah
terhadap waktu secara periodik.

A. Nilai Efektif, Nilai Maksimum dan Nilai Rata-rata


Nilai efektif adalah nilai yang ditunjukkan oleh voltmeter/amperemeter.
Sedangkan Nilai maksimum adalah nilai yang ditunjukkan oleh osiloskop. hubungan jenis nilai
tersebut adalah sebagai berikut :

Keterangan :
Vm = tegangan maksimal (V)
Vef = tegangan efektif (V)
Im = arus maksimal (A)
Ief = arus efektif (A)
Vr = tegangan rata-rata (V)
Ir = arus rata-rata (A)
Grafik Hubungan antara Tegangan (V) dan Arus (I)
a. Grafik Rangkaian Resesif
Yang termasuk rangkaian resesif adalah rangkaian resesif murni (R) dan rangkaian RLC saat nilai
XL=XC (saat terjadi resonansi).

b. Grafik rangkaian Induktif


Terjadi dalam rankaian LC atau RLC saat XL>XC. Tegangan (V) mendahului arus (I) maka grafik
V bergeser ke kiri :

atau dengan kata lain arus (I) terlambat terhadap tegangan (V) maka grafik I bergeser ke kanan :

c. Grafik rangkaian Kapasitif


Terjadi dalam rangkaian LC atau RLC saat XL<XC. Tegangan (V) terlambat terhadap arus (I) maka
grafik V bergeser ke kanan :
atau dengan kata lain arus (I) mendahului tegangan (V) maka grafik I bergeser ke kiri :
Jenis-jenis Komponen Elektronika beserta
Fungsi dan Simbolnya

Jenis-jenis Komponen Elektronika beserta Fungsi dan Simbolnya – Peralatan Elektronika


adalah sebuah peralatan yang terbentuk dari beberapa Jenis Komponen Elektronika dan masing-
masing Komponen Elektronika tersebut memiliki fungsi-fungsinya tersendiri di dalam sebuah
Rangkaian Elektronika. Seiring dengan perkembangan Teknologi, komponen-komponen
Elektronika makin bervariasi dan jenisnya pun bertambah banyak. Tetapi komponen-komponen
dasar pembentuk sebuah peralatan Elektronika seperti Resistor, Kapasitor, Transistor, Dioda,
Induktor dan IC masih tetap digunakan hingga saat ini.
Jenis-jenis Komponen Elektronika
Berikut ini merupakan Fungsi dan Jenis-jenis Komponen Elektronika dasar yang sering digunakan
dalam Peralatan Elektronika beserta simbolnya.

A. Resistor
Resistor atau disebut juga dengan Hambatan adalah Komponen Elektronika Pasif yang berfungsi
untuk menghambat dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian Elektronika. Satuan Nilai
Resistor atau Hambatan adalah Ohm (Ω). Nilai Resistor biasanya diwakili dengan Kode angka
ataupun Gelang Warna yang terdapat di badan Resistor. Hambatan Resistor sering disebut juga
dengan Resistansi atau Resistance.
Jenis-jenis Resistor diantaranya adalah :
1. Resistor yang Nilainya Tetap
2. Resistor yang Nilainya dapat diatur, Resistor Jenis ini sering disebut juga dengan Variable
Resistor ataupun Potensiometer.
3. Resistor yang Nilainya dapat berubah sesuai dengan intensitas cahaya, Resistor jenis ini
disebut dengan LDR atau Light Dependent Resistor
4. Resistor yang Nilainya dapat berubah sesuai dengan perubahan suhu, Resistor jenis ini
disebut dengan PTC (Positive Temperature Coefficient) dan NTC (Negative Temperature
Coefficient)
Gambar dan Simbol Resistor :

B. Kapasitor (Capacitor)
Kapasitor atau disebut juga dengan Kondensator adalah Komponen Elektronika Pasif yang dapat
menyimpan energi atau muatan listrik dalam sementara waktu. Fungsi-fungsi Kapasitor
(Kondensator) diantaranya adalah dapat memilih gelombang radio pada rangkaian Tuner, sebagai
perata arus pada rectifier dan juga sebagai Filter di dalam Rangkaian Power Supply (Catu Daya).
Satuan nilai untuk Kapasitor (Kondensator) adalah Farad (F)

Jenis-jenis Kapasitor diantaranya adalah :


1. Kapasitor yang nilainya Tetap dan tidak ber-polaritas. Jika didasarkan pada bahan
pembuatannya maka Kapasitor yang nilainya tetap terdiri dari Kapasitor Kertas, Kapasitor
Mika, Kapasitor Polyster dan Kapasitor Keramik.
2. Kapasitor yang nilainya Tetap tetapi memiliki Polaritas Positif dan Negatif, Kapasitor
tersebut adalah Kapasitor Elektrolit atau Electrolyte Condensator (ELCO) dan Kapasitor
Tantalum
3. Kapasitor yang nilainya dapat diatur, Kapasitor jenis ini sering disebut dengan Variable
Capasitor.
Gambar dan Simbol Kapasitor :

C. Induktor (Inductor)
Induktor atau disebut juga dengan Coil (Kumparan) adalah Komponen Elektronika Pasif yang
berfungsi sebagai Pengatur Frekuensi, Filter dan juga sebagai alat kopel (Penyambung). Induktor
atau Coil banyak ditemukan pada Peralatan atau Rangkaian Elektronika yang berkaitan dengan
Frekuensi seperti Tuner untuk pesawat Radio. Satuan Induktansi untuk Induktor adalah Henry (H).

Jenis-jenis Induktor diantaranya adalah :


1. Induktor yang nilainya tetap
2. Induktor yang nilainya dapat diatur atau sering disebut dengan Coil Variable.
3. Gambar dan Simbol Induktor :

D. Dioda (Diode)
Diode adalah Komponen Elektronika Aktif yang berfungsi untuk menghantarkan arus listrik ke satu
arah dan menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. Diode terdiri dari 2 Elektroda yaitu Anoda
dan Katoda.
Berdasarkan Fungsi Dioda terdiri dari :
1. Dioda Biasa atau Dioda Penyearah yang umumnya terbuat dari Silikon dan berfungsi
sebagai penyearah arus bolak balik (AC) ke arus searah (DC).
2. Dioda Zener (Zener Diode) yang berfungsi sebagai pengamanan rangkaian setelah tegangan
yang ditentukan oleh Dioda Zener yang bersangkutan. Tegangan tersebut sering disebut
dengan Tegangan Zener.
3. LED (Light Emitting Diode) atau Diode Emisi Cahaya yaitu Dioda yang dapat
memancarkan cahaya monokromatik.
4. Dioda Foto (Photo Diode) yaitu Dioda yang peka dengan cahaya sehingga sering digunakan
sebagai Sensor.
5. Dioda Schottky (SCR atau Silicon Control Rectifier) adalah Dioda yang berfungsi sebagai
pengendali .
6. Dioda Laser (Laser Diode) yaitu Dioda yang dapat memancar cahaya Laser. Dioda Laser
sering disingkat dengan LD.
Gambar dan Simbol Dioda:

E. Transistor
Transistor merupakan Komponen Elektronika Aktif yang memiliki banyak fungsi dan merupakan
Komponen yang memegang peranan yang sangat penting dalam dunia Elektronik modern ini.
Beberapa fungsi Transistor diantaranya adalah sebagai Penguat arus, sebagai Switch (Pemutus dan
penghubung), Stabilitasi Tegangan, Modulasi Sinyal, Penyearah dan lain sebagainya. Transistor
terdiri dari 3 Terminal (kaki) yaitu Base/Basis (B), Emitor (E) dan Collector/Kolektor (K).
Berdasarkan strukturnya, Transistor terdiri dari 2 Tipe Struktur yaitu PNP dan NPN. UJT (Uni
Junction Transistor), FET (Field Effect Transistor) dan MOSFET (Metal Oxide Semiconductor
FET) juga merupakan keluarga dari Transistor.
Gambar dan Simbol Transistor :

F. IC (Integrated Circuit)
IC (Integrated Circuit) adalah Komponen Elektronika Aktif yang terdiri dari gabungan ratusan
bahkan jutaan Transistor, Resistor dan komponen lainnya yang diintegrasi menjadi sebuah
Rangkaian Elektronika dalam sebuah kemasan kecil. Bentuk IC (Integrated Circuit) juga
bermacam-macam, mulai dari yang berkaki 3 (tiga) hingga ratusan kaki (terminal). Fungsi IC juga
beraneka ragam, mulai dari penguat, Switching, pengontrol hingga media penyimpanan. Pada
umumnya, IC adalah Komponen Elektronika dipergunakan sebagai Otak dalam sebuah Peralatan
Elektronika. IC merupakan komponen Semi konduktor yang sangat sensitif terhadap ESD (Electro
Static Discharge).

Sebagai Contoh, IC yang berfungsi sebagai Otak pada sebuah Komputer yang disebut sebagai
Microprocessor terdiri dari 16 juta Transistor dan jumlah tersebut belum lagi termasuk komponen-
komponen Elektronika lainnya.
Gambar dan Simbol IC (Integrated Circuit) :

G. Saklar (Switch)
Saklar adalah Komponen yang digunakan untuk menghubungkan dan memutuskan aliran listrik.
Dalam Rangkaian Elektronika, Saklar sering digunakan sebagai ON/OFF dalam peralatan
Elektronika.
Gambar dan Simbol Saklar (Switch) :
Pengertian dan Fungsi Induktor beserta Jenis-jenisnya

Pengertian dan Fungsi Induktor beserta jenis-jenisnya – Selain Resistor dan Kapasitor, Induktor
juga merupakan komponen Elektronika Pasif yang sering ditemukan dalam Rangkaian Elektronika,
terutama pada rangkaian yang berkaitan dengan Frekuensi Radio. Induktor atau dikenal juga dengan
Coil adalah Komponen Elektronika Pasif yang terdiri dari susunan lilitan Kawat yang membentuk
sebuah Kumparan. Pada dasarnya, Induktor dapat menimbulkan Medan Magnet jika dialiri oleh
Arus Listrik. Medan Magnet yang ditimbulkan tersebut dapat menyimpan energi dalam waktu yang
relatif singkat. Dasar dari sebuah Induktor adalah berdasarkan Hukum Induksi Faraday.
Kemampuan Induktor atau Coil dalam menyimpan Energi Magnet disebut dengan Induktansi yang
satuan unitnya adalah Henry (H). Satuan Henry pada umumnya terlalu besar untuk Komponen
Induktor yang terdapat di Rangkaian Elektronika. Oleh Karena itu, Satuan-satuan yang merupakan
turunan dari Henry digunakan untuk menyatakan kemampuan induktansi sebuah Induktor atau Coil.
Satuan-satuan turunan dari Henry tersebut diantaranya adalah milihenry (mH) dan microhenry
(µH). Simbol yang digunakan untuk melambangkan Induktor dalam Rangkaian Elektronika adalah
huruf “L”.
Simbol Induktor
Berikut ini adalah Simbol-simbol Induktor :
Nilai Induktansi sebuah Induktor (Coil) tergantung pada 4 faktor, diantaranya adalah :
- Jumlah Lilitan, semakin banyak lilitannya semakin tinggi Induktasinya
- Diameter Induktor, Semakin besar diameternya semakin tinggi pula induktansinya
- Permeabilitas Inti, yaitu bahan Inti yang digunakan seperti Udara, Besi ataupun Ferit.
- Ukuran Panjang Induktor, semakin pendek inductor (Koil) tersebut semakin tinggi
induktansinya.
-

Jenis-jenis Induktor (Coil)


Berdasarkan bentuk dan bahan inti-nya, Induktor dapat dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya
adalah :
- Air Core Inductor – Menggunakan Udara sebagai Intinya
- Iron Core Inductor – Menggunakan bahan Besi sebagai Intinya
- Ferrite Core Inductor – Menggunakan bahan Ferit sebagai Intinya
- Torroidal Core Inductor – Menggunakan Inti yang berbentuk O Ring (bentuk Donat)
- Laminated Core Induction – Menggunakan Inti yang terdiri dari beberapa lapis lempengan
logam yang ditempelkan secara paralel. Masing-masing lempengan logam diberikan
Isolator.
- Variable Inductor – Induktor yang nilai induktansinya dapat diatur sesuai dengan
keinginan. Inti dari Variable Inductor pada umumnya terbuat dari bahan Ferit yang dapat
diputar-putar.
-
Fungsi Induktor (Coil) dan Aplikasinya
Fungsi-fungsi Induktor atau Coil diantaranya adalah dapat menyimpan arus listrik dalam medan
magnet, menapis (Filter) Frekuensi tertentu, menahan arus bolak-balik (AC), meneruskan arus
searah (DC) dan pembangkit getaran serta melipatgandakan tegangan.
Berdasarkan Fungsi diatas, Induktor atau Coil ini pada umumnya diaplikasikan :
1. Sebagai Filter dalam Rangkaian yang berkaitan dengan Frekuensi
2. Transformator (Transformer)
3. Motor Listrik
4. Solenoid
5. Relay
6. Speaker
7. Microphone
Induktor sering disebut juga dengan Coil (Koil), Choke ataupun Reaktor.
Cara Menggunakan Multimeter / Multitester

Cara Menggunakan Multimeter – Multimeter adalah alat yang berfungsi untuk mengukur
Voltage (Tegangan), Ampere (Arus Listrik), dan Ohm (Hambatan/resistansi) dalam satu unit.
Multimeter sering disebut juga dengan istilah Multitester atau AVOMeter (singkatan dari Ampere
Volt Ohm Meter). Terdapat 2 jenis Multimeter dalam menampilkan hasil pengukurannya yaitu
Analog Multimeter (AMM) dan Digital Multimeter (DMM).
Sehubungan dengan tuntutan akan keakurasian nilai pengukuran dan kemudahan pemakaiannya
serta didukung dengan harga yang semakin terjangkau, Digital Multimeter (DMM) menjadi lebih
populer dan lebih banyak dipergunakan oleh para Teknisi Elektronika ataupun penghobi
Elektronika.
Dengan perkembangan teknologi, kini sebuah Multimeter atau Multitester tidak hanya dapat
mengukur Ampere, Voltage dan Ohm atau disingkat dengan AVO, tetapi dapat juga mengukur
Kapasitansi, Frekuensi dan Induksi dalam satu unit (terutama pada Multimeter Digital).
Beberapa kemampuan pengukuran Multimeter yang banyak terdapat di pasaran antara lain :
1. Voltage (Tegangan) AC dan DC satuan pengukuran Volt
2. Current (Arus Listrik) satuan pengukuran Ampere
3. Resistance (Hambatan) satuan pengukuran Ohm
4. Capacitance (Kapasitansi) satuan pengukuran Farad
5. Frequency (Frekuensi) satuan pengukuran Hertz
6. Inductance (Induktansi) satuan pengukuran Henry
7. Pengukuran atau Pengujian Dioda
8. Pengukuran atau Pengujian Transistor

Bagian-bagian penting Multimeter


Multimeter atau multitester pada umumnya terdiri dari 3 bagian penting, diantanya adalah :
1. Display
2. Saklar Selektor
3. Probe
Gambar dibawah ini adalah bentuk Multimeter Analog dan Multimeter Digital beserta bagian-
bagian pentingnya.

Cara Menggunakan Multimeter untuk Mengukur Tegangan, Arus


listrik dan Resistansi
Berikut ini cara menggunakan Multimeter untuk mengukur beberapa fungsi dasar Multimeter
seperti Volt Meter (mengukur tegangan), Ampere Meter (mengukur Arus listrik) dan Ohm Meter
(mengukur Resistansi atau Hambatan)

Cara Mengukur Tegangan DC (DC Voltage)


1. Atur Posisi Saklar Selektor ke DCV
2. Pilihlah skala sesuai dengan perkiraan tegangan yang akan diukur. Jika ingin mengukur 6
Volt, putar saklar selector ke 12 Volt (khusus Analog Multimeter)
**Jika tidak mengetahui tingginya tegangan yang diukur, maka disarankan untuk memilih
skala tegangan yang lebih tinggi untuk menghindari terjadi kerusakan pada multimeter.
3. Hubungkan probe ke terminal tegangan yang akan diukur. Probe Merah pada terminal
Positif (+) dan Probe Hitam ke terminal Negatif (-). Hati-hati agar jangan sampai terbalik.
4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter.
Cara Mengukur Tegangan AC (AC Voltage)
1. Atur Posisi Saklar Selektor ke ACV
2. Pilih skala sesuai dengan perkiraan tegangan yang akan diukur. Jika ingin mengukur 220
Volt, putar saklar selector ke 300 Volt (khusus Analog Multimeter)
**Jika tidak mengetahui tingginya tegangan yang diukur, maka disarankan untuk memilih
skala tegangan yang tertinggi untuk menghindari terjadi kerusakan pada multimeter.
3. Hubungkan probe ke terminal tegangan yang akan diukur. Untuk Tegangan AC, tidak ada
polaritas Negatif (-) dan Positif (+)
4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter.
3. Cara Mengukur Arus Listrik (Ampere)
Atur Posisi Saklar Selektor ke DCA
Pilih skala sesuai dengan perkiraan arus yang akan diukur. Jika Arus yang akan diukur adalah
100mA maka putarlah saklar selector ke 300mA (0.3A). Jika Arus yang diukur melebihi skala yang
dipilih, maka sekering (fuse) dalam Multimeter akan putus. Kita harus menggantinya sebelum kita
dapat memakainya lagi.
Putuskan Jalur catu daya (power supply) yang terhubung ke beban,
Kemudian hubungkan probe Multimeter ke terminal Jalur yang kita putuskan tersebut. Probe Merah
ke Output Tegangan Positif (+) dan Probe Hitam ke Input Tegangan (+) Beban ataupun Rangkaian
yang akan kita ukur. Untuk lebih jelas, silakan lihat gambar berikut ini.
Baca hasil pengukuran di Display Multimeter

Cara Mengukur Resistor (Ohm)


1. Atur Posisi Saklar Selektor ke Ohm (Ω)
2. Pilih skala sesuai dengan perkiraan Ohm yang akan diukur. Biasanya diawali ke tanda “X”
yang artinya adalah “Kali”. (khusus Multimeter Analog)
3. Hubungkan probe ke komponen Resistor, tidak ada polaritas, jadi boleh terbalik.
4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter. (Khusus untuk Analog Multimeter,
diperlukan pengalian dengan setting di langkah ke-2)
Cara Menentukan Jenis Transistor NPN dan PNP dengan
Digital Multimeter
Cara Menentukan Jenis Transistor NPN dan PNP dengan Digital Multimeter – Transistor
adalah salah satu Komponen Semikonduktor yang sering digunakan dalam rangkaian Elektronika.
Transistor memiliki berbagai fungsi yang dibutuhkan oleh suatu rangkaian elektronika. Fungsi-
fungsi tersebut diantaranya seperti sebagai Penguat, penyearah, Switch, Mixer dan Stabilisator.
Pada umumnya, Transistor dapat dibagikan menjadi dua jenis yaitu Transistor Bipolar dan
Transistor FET. Kedua jenis Transistor tersebut sama-sama memiliki tiga kaki terminal namun
memiliki nama yang berbeda. Transistor Bipolar menggunakan nama Kaki Terminal Basis (B),
Kolektro (K), Emitor (E) sedangkan Transistor FET menggunakan nama Kaki Terminal Gate (G),
Drain (D) dan Source (S). Transistor NPN dan Transistor PNP yang akan kita bahas pada artikel ini
merupakan jenis Transistor yang digolongkan sebagai Transistor Bipolar, yaitu Transistor yang
memiliki dua polaritas dalam membawa arus listrik.

Cara Menentukan Jenis Transistor NPN dan PNP dengan Digital Multimeter
Transistor NPN dan Transistor PNP memiliki bentuk fisik yang hampir sama dan sangat sulit untuk
dibedakan tanpa menggunakan alat ukur atau Multimeter, terkecuali kita mendapatkan datasheet
Transistor tersebut berdasarkan kode yang tercetak di badan Transistor yang bersangkutan. Pada
artikel ini, kita akan membahas bagaimana mengetahui jenis Transistor NPN dan PNP dengan
menggunakan Digital Multimeter.
Sebelum kita memulai, kita perlu mengetahui posisi kaki terminal Basis, Kolektor dan Emitor
Transistor tersebut. Berikut ini beberapa referensi tata letak kaki terminal Transistor yang umum
digunakan oleh berbagai rangkaian elektronika. Tata letak Transistor tersebut berdasarkan Bentuk
Paket Transistornya :
Pada prinsipnya, di internal sebuah transistor terdiri dari dua buah dioda, jika jenis Transistornya
adalah PNP maka di internal transistor tersebut terdiri dari sebuah dioda PN pada terminal Emitor-
Basis dan satu lagi adalah dioda NP pada terminal Basis-Kolektor. Dengan prinsip tersebut, kita
dapat dengan mudah membedakan jenis transistor NPN ataupun PNP dengan menggunakan
pengukuran Mode Dioda pada Digital Multimeter.
Baca juga : Fungsi Transistor dan Struktur Dasar Transistor.
Pada Mode Dioda tersebut, layar Multimeter akan menampilkan tegangan tertentu ketika probe
merah (positif) dihubungkan ke terminal Anoda dan probe hitam (negatif) pada terminal Katoda.
Sebaliknya, layar Multimeter akan menampilkan ‘NOL’ apabila probe merah (positif) dihubungkan
ke terminal Katoda dan probe hitam (negatif) ke terminal Anoda.
Baca juga : Fungsi Dioda dan Cara Mengukurnya.
Setelah mengetahui Posisi Kaki terminal Transistor dan prinsip dasar sebuah transistor, mari kita
mulai mempersiapkan komponen Transistor yang akan kita uji dan Digital Multimeter sebagai
pengujinya.

Langkah-langkah untuk menentukan jenis Transistor NPN


Berikut ini adalah langkah-langkah untuk menentukan Transistor NPN :
1. Atur posisi saklar pada mode Dioda.
2. Hubungkan Probe Merah (+) pada terminal Basis Transistor.
3. Hubungkan Probe Hitam (-) pada terminal Emitor Transistor. Layar Multimeter akan
menunjukan nilai tegangan tertentu.
4. Pindahkan Probe Hitam (-) pada terminal Kolektor Transistor. Layar Multimeter akan
menunjukan nilai tegangan tertentu.
5. Jika langkah ke-3 dan ke-4 menunjukan nilai tegangan tertentu, maka Transistor tersebut
dapat dipastikan adalah Transistor jenis NPN.
Emitor = Semikonduktor Tipe N = Katoda pada Dioda.
Basis = Semikonduktor Tipe P = Anoda pada Dioda.
Kolektor = Semikonduktor Tipe N = Katoda pada Dioda.
Langkah-langkah untuk menentukan jenis Transistor PNP
1. Berikut ini adalah langkah-langkah untuk menentukan Transistor PNP :
2. Atur posisi saklar pada mode Dioda
3. Hubungkan Probe Hitam (-) pada terminal Basis Transistor.
4. Hubungkan Probe Merah (+) pada terminal Emitor Transistor. Layar Multimeter akan
menunjukan nilai tegangan tertentu.
5. Pindahkan Probe Merah (+) pada terminal Kolektor Transistor. Layar Multimeter akan
menunjukan nilai tegangan tertentu.
6. Jika langkah ke-3 dan ke-4 menunjukan nilai tegangan tertentu, maka Transistor tersebut
dapat dipastikan adalah Transistor jenis PNP.
Emitor = Semikonduktor Tipe P = Anoda pada Dioda.
Basis = Semikonduktor Tipe N = Katoda pada Dioda.
Kolektor = Semikonduktor Tipe P = Anoda pada Dioda.

Pada dasarnya, Pengujian diatas menggunakan prinsip pengujian dioda pada sebuah transistor yaitu
jika Probe Merah (Positif) dihubungkan ke Anoda dan Probe Hitam (Negatif) dihubungkan ke
Katoda maka multimeter akan menunjukan nilai tegangan tertentu. Sebaliknya, jika Probe Merah
pada Katoda dan Probe Hitam pada Anoda maka multimeter tidak akan menunjukan adanya
tegangan.

Anda mungkin juga menyukai