atau Pout
Ap (dB) = 10 log
Yenniwarti Rafsyam
Pin
P.
atau Ap (dB) = 10 log
Pref
dimana :
G = Gain Antena standar sebagai
pembanding power gain biasanya
η = effisiensi antena digunakan antena isotropik
D = Directivity (isotropic radiator) dengan power
P = Daya gain 1 atau 0 dB.
Gain antena (Gt) dapat dihitung dengan menggunakan antena
lain, sebagai antena standar, dalam hal ini sudah memiliki nilai
Gain (Gs), dengan membandingkan daya yang diterima antara
antena standar/referensi (Ps) dan antena yang diukur (Pt),
maka Gain yang diukur dapat dihitung menggunakan pers
(1.3)
Yenniwarti Rafsyam
(1.3)
Yenniwarti Rafsyam
Gambar 1.14a Set Up Antena Gambar 1.14b Set Up Antena
Double Cross Dipole saat Double Cross Dipole saat
menjadi Pemancar menjadi Penerima
Hasil pengujian Gain, saat posisi antena double cross dipole berfungsi
sebagai pengirim diperoleh daya sebesar -29.58 dBm, dan saat posisi antena
double cross dipole berfungsi sebagai penerima diperoleh daya sebesar -30.41
dBm. Maka Gain dapat dihitung:
Impedansi antena adalah impedansi pada terminal antena
atau rasio tegangan terhadap arus pada terminal antena.
Yenniwarti Rafsyam
Radiation resistance proportional adalah besarnya daya yang di
radiasikan oleh antena. Loss resistance/Ohmic resistance proportional
adalah besarnya daya yang diserap oleh bahan antena dan diubah
menjadi panas.
Yenniwarti Rafsyam
Impedansi Input (masukan) penting untuk mencapai kondisi
matching pada saat antena dihubungkan dengan sumber
tegangan, sehingga semua sinyal yang dikirimkan ke antena
akan terpancarkan, dalam hal ini antena berfungsi Sebagai
antena pemancar.
Yenniwarti Rafsyam
Atau pada antena penerima, jika kondisi matching tercapai,
energi yang diterima antena akan bisa dikirimkan ke
receiver.
Untuk memaksimumkan perpindahan daya dari antena ke
penerima, maka impedansi antena haruslah conjugate match
(besarnya resistansi dan reaktansi sama tetapi berlawanan
tanda).
Jika hal ini tidak terpenuhi maka akan terjadi pemantulan energi
yang dipancarkan atau diterima, sesuai dengan persamaan
berikut:
Yenniwarti Rafsyam
Z in − Z o
= Dengan : Zin = Impedansi beban (antena)
Z in + Z o Zo = Impedansi input (sumber)
Yenniwarti Rafsyam
(b). Hasil Pengukuran
Untuk memahami lebih lanjut mengenai besaran refleksi bisa
digunakan rasio gelombang tegangan berdiri yang dikenal
dengan VSWR.
Yenniwarti Rafsyam
VSWR =
1−
(a).Hasil simulasi cst
Yenniwarti Rafsyam
(b). Hasil pengukuran VSWR
BANDWIDTH adalah rentang frekuensi antara frekuensi bawah
dengan frekuensi atas pada suatu gelombang termodulasi yang dibatasi
oleh VSWR atau Return Loss tertentu.
f h − fl
BW = 100 %
fc
Yenniwarti Rafsyam
….untuk jalur sempit / untuk Bandwidth ≤ 100%
fH
BW = ……….untuk jalur lebar/untuk Bandwidth ≥ 100%
fL
VSWR Gain
(dB)
1.5
0
1
-3
f (MHz) f (MHz)
f1 f2 f1
f2
Bandwidth
Yenniwarti Rafsyam
Bandwidth
Yenniwarti Rafsyam
Rumus yang digunakan untuk menghitung efisiensi antenna
adalah:
2
Pr ad atau i .Rr Rr atau Prad
= = 2 = = x100%
Pin
x100%
i ( R r + Re ) Rr + Re Prad + Ploss
Dimana:
Pin = daya input (watt)
i = arus antena (ampere)
Rr = tahanan radiasi (ohm)
Re=Ro = tahanan effective antena (ohm)
Yenniwarti Rafsyam
Prad = Daya radiasi antenna (watt)
Ploss = Daya yang terdisipasi ketika resistansi
d.c muncul (watt).
Yenniwarti Rafsyam
bila antena tersebut digunakan sebagai sebagai penerima , akan
mempunyai kepekaan penerimaan gelombang
elektromagnetik pada arah A 100 kali lebih sensitif dari pada arah
B.
Yenniwarti Rafsyam
# Parameter dasar ini pada umumnya perlu
diketahui pada proses pemasangan suatu
antena dilapangan, sehingga pada saat
pembuatan antena semua parameter harus
Yenniwarti Rafsyam
ditentukan untuk dilampirkan sebagai
spesifikasi dari antena #
Terima Kasih
Yenniwarti Rafsyam