Anda di halaman 1dari 40

PERANCANGAN DAN REALISASI ANTENA

Yenniwarti Rafsyam, SST.,M.T


Tujuan dari Bab ini adalah memberikan
pengetahuan dasar tentang antena dan
karakteristik dari antena.

Yenniwarti Rafsyam
Secara umum Sistem Telekomunikasi radio terdiri dari:
perangkat transmitter dan receiver.
Transmitter berfungsi membangkitkan sinyal RF.

Setelah sinyal RF dibangkitkan selanjutnya diradiasikan


melalui ruang bebas menuju receiver.

Yenniwarti Rafsyam
Perangkat yang melakukan proses radiasi ini disebut
Antena.
➢Websters Dictionary :
Antena adalah sebuah alat biasanya logam
yang digunakan untuk memancarkan dan atau
menerima gelombang radio.

➢IEEE :

Yenniwarti Rafsyam
Sarana untuk memancarkan atau menerima
gelombang radio.
Antena Dipole Antena Yagi
(Almunjal) Antena Dipole
Antena Cross Dipole (Diphelxs)
Bunga (CDB, 2018)
Perancangan dan Realisasi Antena

Yenniwarti Rafsyam
Antena Helix 5,8 GHz sebagai penjejak Antena LPDA
unmanned aerial vehicle (uav) (Panji
Antena Kawat (AMOS)
Ibrahim Nurrachmat , 2013)
u / WiFi Frek 5,8 GHz
(Sakinah, 2012)
Yenniwarti Rafsyam
Horn Conical u/
WLAN Frek 2,4 GHz
(Hertati, 2013)

Antena Biconical
Antena Mikrostrip Patch Segitiga dan Array 1x4
Zikra, 2018. Penguat
Bluetooth dg Metode Defected
Ground Structure (DGS)

Yenniwarti Rafsyam
Antena Mikrostrip Patch Circular dan Array 1x4

Alifia, 2018 WLAN

Antena LPDA Bahan Mikrostrip


M. Rafif.
Antena sebagai alat pemancar adalah sebuah transducer
(pengubah), yang digunakan untuk mengubah
gelombang tertuntun di dalam saluran transmisi kabel,
menjadi gelombang yang merambat di ruang bebas, dan
sebagai alat penerima dalam hal ini mengubah
gelombang ruang bebas menjadi gelombang tertuntun,
seperti terlihat pada Gambar 1.1.

Yenniwarti Rafsyam
Gambar 1.1. Sistem Kerja Antena
Sistem Antena
Sistem Antena terdiri dari 3 bagian utama yaitu:
(1) perangkat Kopling, (2) Feeder, (3) Antena
Sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1.2.

Antena

Feeder

Yenniwarti Rafsyam
Tx/Rx

coupling

Gambar 1.2. Sistem Antena


Sistem Antena (Lanjutan)

Saluran transmisi adalah suatu perangkat untuk


mengirimkan atau menuntun sinyal dari suatu titik ke
titik lain dengan redaman sekecil mungkin. Contoh
saluran transmisi tidak hanya kabel koaksial atau
twisted pair tetapi bisa juga berupa pipa atau waveguide.

Kopling berfungsi untuk mengatasi terjadinya

Yenniwarti Rafsyam
kehilangan daya.

Feeder adalah Saluran transmisi yang menghubungkan


antena dengan kopling.
1. Menyesuaikan impedansi jalur transmisi dengan ruang bebas
(free space). Karena merupakan perangkat perantara antara
media kabel dan udara, maka antena harus mempunyai sifat
yang sesuai (match) dengan media kabel pencatunya.

Yenniwarti Rafsyam
2. Mengarahkan radiasi pada arah yang dikehendaki dan
menekan radiasi pada arah yang lain.
Energi Gelombang secara kontinu diradiasikan oleh antena yang
berosilasi pada frekuensi radio.

Hubungan gelombang frekuensi radio pada spektrum


elektromagnetik ditunjukkan pada Gambar 1.3, dimana
gelombang frekuensi radio berdekatan dengan gelombang
frekuensi infra-red (infra merah).

Yenniwarti Rafsyam
Gambar 1.3. Spektrum Elektromagnetik
Hubungan Panjang gelombang (λ), frekuensi (f), dan
kecepatan cahaya (v = c) adalah seperti pada persamaan
1.1. c
= 1.1
f
Dari persamaan 1.1 dapat dilihat bahwa panjang
gelombang tergantung pada kecepatan pada suatu medium.

Yenniwarti Rafsyam
Medium ruang hampa mempunyai besar kecepatan cahaya
seperti ditunjukkan pada pers 1.2.

v= c = 3 x10 8 m/dt 1.2


Contoh perhitungan panjang gelombang.
Untuk frekuensi 3000 MHz, pada ruang hampa hubungan
panjang Gelombang diberikan oleh :

c 3 x 10 8 m s −1
= = 6
= 0,1 m
f 3000 x 10 Hz
Untuk medium yang bukan ruang hampa dengan permitivitas

Yenniwarti Rafsyam
listrik relative atau konstanta dielektrik.εr= 2 maka gelombang
yang sama akan mempunyai kecepatan
sebesar :

dan
Frekuensi Panjang Band
Gelombang
30 - 300 Hz 10 – 1 Mm ELF (Extremely Low
Frequency)
300 - 3000 Hz 1 Mm – 100 km VF (Voice Frequency)
3 - 30 kHz 100 – 10 km VLF(Very Low Frequency)

30 - 300 kHz 10 – 1 km LF (Low Frequency)


300 - 3000 kHz 1 km – 100 m MF (Medium Frequency)

3 - 30 MHz 100 – 10 m HF (High Frequency)


30 - 300 MHz 10 – 1 m VHF (Very High Frequency)

300 – 3000 MHz 1 m – 10 cm UHF (Ultra High


Frequency)
3 - 30 GHz 10 – 1 cm SHF( Super high
Frequency)

Yenniwarti Rafsyam
30 - 300 GHz 1 cm – 1 mm EHF (Extremely High
Frequency)
300 - 3000 GHz 1 mm – 100 μm Submillimeter atau infra
red

Frekuensi Panjang IEEE Radar Band


Gelombang
1 – 2 GHz 30 – 15 cm L
2 – 4 GHz 15 – 7.5 cm S
4 – 8 GHz 7.5 – 3.75 cm C
8 – 12 GHz 3.75 – 2.5 cm X
12 – 18 GHz 2.50 – 1. 67 cm Ku
18 – 27 GHz 1.67 – 1.11 cm K
27 – 40 GHz 1.11cm - 7.5 mm Ka
40 – 300 GHz 7.5 – 1 mm mm
Sifat radiasi dan impedansi dari hambatan suatu
antena banyak dipengaruhi oleh struktur atau
bentuk, ukuran dan bahan pembuatannya.

Yenniwarti Rafsyam
• Muatan yang tidak bergerak, tidak akan
menghasilkan radiasi seperti pada
Gambar 1.4a.

• untuk muatan yang bergerak dengan


kecepatan tetap juga tidak dihasilkan
radiasi seperti pada Gambar 1.4b.

• Jika kecepatan gerakan muatan berubah


untuk setiap waktu maka akan terjadi
radiasi sebagaimana pada Gambar 1.4c

Yenniwarti Rafsyam
• Sedangkan muatan yang bergerak
dengan kecepatan tetap tetapi pada
kawat yang bengkok juga akan terjadi
radiasi. Seperti pada Gambar 1.4d.

• Pada suatu kawat lurus, tetapi


muatannya juga bergerak dengan
kecepatan yang berubah maka juga akan
Gambar 1.4 Radiasi pada
muatan bergerak
terjadi radiasi seperti pada Gambar 1.4e.
Area atau daerah disekitar antena dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu:
1. daerah medan dekat antena yang disebut near
field atau Fresnel zone.
2. daerah medan jauh dari antena disebut Far

Yenniwarti Rafsyam
Field atau Fraunhofer zone.
Batasan antara kedua daerah tersebut dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut dari :

2 2
2L 2D
R= (m).......r = ( m)
 
dimana :

Yenniwarti Rafsyam
L, D = Panjang, diameter (antena) (m)
λ = panjang gelombang (m)
R = r = Jarak antenna (m)

Ref. Simon R. Saunders Antennas and Propagation for Wireless Communication Systems
Edisi kedua hal 62.
Yenniwarti Rafsyam
Gambar 1.5 Area sekitar antena
Yenniwarti Rafsyam
Kinerja dari antena dapat dijelaskan dengan
mendefinisikan berbagai parameter antena berikut:
Parameter Antena yang terdapat pada Karakteristik
Medan Jauh (Far Field) Antena adalah:
1. Pola Radiasi
2. Lebar Berkas (Beamwidth)
3. Polarisasi
4. Direktivitas

Yenniwarti Rafsyam
5. Gain
Parameter antena yang terdapat pada karakeristik medan
dekat (Near Field) antena adalah:
1. Impedansi antena
2. Return Loss
3. VSWR
4. Bandwidth
5. Efisiensi Antena
Pola radiasi dapat didefinisikan sebagai suatu
karakteristik yang menggambarkan sifat radiasi dari
gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh suatu
antena pada daerah medan jauh, yang di ukur pada jarak
yang tetap pada antena tersebut. Radiasi dari suatu
antena akan membentuk pola tertentu yang disebut Pola
Radiasi.

Yenniwarti Rafsyam
Karakteristik ini menunjukkan arah kerja suatu antena
atau sebagai besaran yang menentukan ke arah sudut
mana sebuah antena memancarkan/mendistribusikan
energinya (kepekaan menerima gelombang
elekromagnetik)
1. Omnidireksional adalah pola radiasi yang sama ke segala arah
Pola radiasi omnidireksional dihasilkan oleh antena isotropis.
Antena isotropis merupakan suatu antena yang meradiasikan
daya ke segala arah dengan intensitas yang sama. Antena ini
hanya ada dalam teori, dan sering digunakan untuk referensi
pada saat menggambarkan sifat radiasi dari antena yang
sesungguhnya.

Yenniwarti Rafsyam
Bentuk dua dimensi Bentuk tiga dimensi Bentuk dua
dimensi yang di
contoh: antena yang digunakan pada dapat dari hasil
siaran radio (broadcast) atau pada pengukuran
telepon genggam dilapangan
2. Unidireksional adalah Pola radiasi antenna yang pancaran
dan penerimaannya hanya pada satu arah.
contoh: antena yagi (u/ pesawat televisi), antena helix.

Antena

Yenniwarti Rafsyam
(a) Bentuk 2D (b) Bentuk 3D ( c ) Bentuk 2D Hasil
Pengukuran

3. Bidireksional adalah pola radiasi dua arah, yaitu arah


depan dan belakang antena
Contoh: antena dipole dua kutub

Antena
Contoh Pola radiasi Unidireksional

Yenniwarti Rafsyam
Gambar 1.6 Pola Radiasi Antena dua dimensi
Main lobe atau main beam pada daerah tegak lurus terhadap
antena. Pada bagian tegak lurus pada antena ini (00)
menunjukkan arah pancaran atau penerimaan maksimum dari
antena atau pancaran utama dari pola radiasi suatu antena

Sedangkan Minor lobes (lobe kecil) adalah lobe lain selain


main lobe. Minor lobes (side lobe dan back lobe). Dalam aplikasi,
lobe-lobe kecil ini tidak diinginkan karena menyebabkan
pemborosan energi dan penyebab interferensi utama bila

Yenniwarti Rafsyam
dioperasikan sebagai antena penerima.

Lobe sisi (side lobes) adalah pancaran-pancaran kecil yang dekat


dengan pancaran utama dari pola radiasi antena.

Lobe belakang (back lobe) adalah pancaran yang letaknya


berlawanan dengan pancaran utama dari pola radiasi antena
Untuk menentukan besar
HPBW dapat menggunakan 3
cara seperlti diperlihatkan
pada Gambar 1.7

Yenniwarti Rafsyam
Gambar 1.7 Pola medan
ternormalisasi dua-dimensi
(a). skala linear),
(b) pola pancaran daya dalam
skala linear, dan
(c) pola pancaran daya dalam dB
dari antena array linear 10
Gambar 1.7
element.
Lebar sorotan dari antena disebut dengan Beam Width atau
Half Power Beam Width (HPBW), yaitu lebar sudut pada
setengah daya maksimun yang dapat dipancarkan/diterima
antena. HPBW dapat dinyatakan dengan rumus berikut :

Jika daya mengecil sampai ke 50% dari daya maksimalnya (atau


70,7 % dari intensitas listrik magnetnya), maka berarti
mendapatkan batas untuk wilayah efektif tersebut, ini disebut

Yenniwarti Rafsyam
dengan HPBW. HPBW ditentukan pada saat intensitas medan
menjadi 0,707 pada skala linier dan skala logaritma pada 20 log
0,707 = - 3 dB.

Makin menjauh dari radiasi utama, pancaran antena makin


mengecil, dan sampai pada garis nol, yang artinya kearah sudut
tersebut tak ada pancaran energi sama sekali. Sudut interval
yang dibatasi oleh level nol ke nol ini disebut juga First Null
Beamwidth (FNBW).
Yenniwarti Rafsyam
HPBW = HPBWkiri – HPBWkanan = 3300 – 300 = 600
Antena Under Test (AUT)

Yenniwarti Rafsyam
Gambar 1.8. Set Up Alat Untuk Pengukuran
Pola Radiasi Antena
Hasil Pengukuran

Yenniwarti Rafsyam
Polarisasi dari sebuah antena menginformasikan ke arah mana
medan listrik (E) memiliki orientasi dalam perambatannya.
Jenis-jenis Polarisasi: Linier, Circular (RHCP, LHCP), Ellips

Yenniwarti Rafsyam
CW= Clockwise (searah jarum jam)
CCW = counter clockwise (berlawanan arah jarum jam)

Right Hand Circular Polarization ( RHCP)


Left Hand Circular Polarization (LHCP)
Yenniwarti Rafsyam
Linear ( Horizontal) Linear ( Vertikal )

Gambar 1.9 Polarisasi Antena Linear


Circular RHCP Circular
LHCP

Yenniwarti Rafsyam
Ellips

Gambar 1.10 Polarisasi Circular dan Ellips


Polarisasi Linier
Pada polarisasi linier, arah medan listrik tidak berubah dengan
waktu, yang berubah hanya orientasinya saja (positif-negatif).
Pada Gambar 1.11 menujukkan sebuah gelombang yang
memiliki polarisasi linier yang vertikal. Arah medan listrik
selalu menunjuk ke arah sumbu x positif atau negatif dan arah
medan magnetnya selalu ke sumbu y positif atau negatif.

Aplikasi pemancar radio

Yenniwarti Rafsyam
AM dan telepon seluler
menggunakan gelombang
yang dihasilkan dengan
polarisasi vertikal,
sedangkan pada televisi
menggunakan polarisasi
horizontal.
Gambar 1.11 Polarisasi Linier
(ke arah x/vertikal)
Contoh parameter polarisasi, diamati menggunakan perangkat lunak
CST.

Yenniwarti Rafsyam
Gambar 1.12. Simulasi Polarisasi antena Mikrostrip Yagi-Array 3 Elemen
Polarisasi Circular
Medan listrik dari Gelombang itu melakukan putaran dengan
ujung-ujung dari vektor tersebut terletak pada sebuah selinder
dengan penampang ellips yang merambat sepanjang sumbu
propagasi.

Polarisasi circular digunakan dengan tujuan mengantisipasi


kemungkinan penerimaan sinyal yang tidak diketahui
polarisasinya.

Yenniwarti Rafsyam
Aplikasi Polarisasi circular:
• Pada satelit, sinyal akan mengalami depolarisasi ketika menembus
awan. Polarisasi gelombang akan berubah ke arah yang tidak bisa
diprediksikan, bagi antena yang berpolarisasi circular hal ini tidak
berpengaruh.

• Pada Aplikasi pada Radio Frequency Identification (RFID) biasanya


pemancar/reader menggunakan antena yang berpolarisasi circular
/ellips untuk mengantisipasi posisi dan orientasi bebas dari tag yang
akan di deteksi.
• Polarisasi Ellips.
contoh berpolarisasi ellips:
* Antena helix
* Dua buah antena dipole yang diletakkan saling tegak lurus
dan arus/tegangan yang mencatunya berbeda fasa 90o

Yenniwarti Rafsyam
Gambar 1.13. Simulasi Polarisasi antenna Antena Helix
suatu karakteristik yang menggambarkan seberapa besar
energi dikonsentrasikan pada arah tertentu.
atau Merepresentasikan ‘pengarahan’ antena, di mana
semakin besar direktivitas dapat diartikan bahwa lebar
berkasnya semakin sempit. besar directivity dapat di hitung
menggunakan formula di bawah ini:

Yenniwarti Rafsyam
P Di mana :
D= D = Directivity
Pref P = Daya pada antena yang diukur
Pref = Daya pada antena referensi

Directivity dari dipole 1/2𝜆 adalah


1,64 atau 2,15 dBi

Anda mungkin juga menyukai