Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN

PRAKTEK ANTENA DAN PROPAGASI


JOB 1
PENGUKURAN GAIN ANTENA STANDAR

Oleh :

Nama :Theresia Enim Agusdi


Nim : 061640351561
Kelas : 6 TE A
Kelompok :4
Partner : 1. Banu Putri Pratiwi
2. Elpin Romansyah
3. Esti Marfuah
4. Nadila Savira Makarau

Intruktur : Ir. Jon Endri, M.T

LABORATORIUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
2019
JOB 1

I. JUDUL : Pengukuran Gain Antena Standar

II. TUJUAN :

1. Mengetahui/ memahami cara pengukuran gain antena


2. Mengetahui besaran gain antena standar
3. Mengamati perubahan gain terhadap variasi panjang elemen antena

III. PERANGKAT/ ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN :

1. 2 set antena standar


2. 1 buah RF signal generator
3. 1 buah RF amplifier
4. 1 buah powersupply
5. 2 buah RF spectrumanalyzer
6. Kabel-kabel dan konektor-konektor
7. Alat- alat pendukung lainnya :
a. Mistar panjang/ meteran
b. Selotip/ plester/ lak ban
c. Obeng/ tang/ cutter

IV. TEORI PENDUKUNG :

4.1 Antena Standar

Antena standar merupakan antena pabrikan/ antena yang dibuat pabrik


yang telah melalui pengujian laboratorium dan bisa digunakan sebagai referensi
untuk mengukur antena-antena praktis hasil desain.

Antena standar ini didesain berupa antena open dipole λ/2. Dimana antena
ini mempunyai gain matematis 2,15 dB.
Gambar 1. Antena Standar (open dipole)

Keterangan :

1 : panjang elemen antena ( λ/2)

a : jarak/spasi kutub elemen

b : panjang masing-masing potongan elemen antena

4.2 Gain Antena

Gain antena merupakan perbandingan daya output terhadap daya input


antena. Pada antena transmitter daya output adalah daya radiasi efektif yang
dipancarkan/ ditransmisikan antena, sedangkan daya input adalah daya listrik
yang diterima antena dari pesawat transmitter (daya transmitter).
Gambar 2. Gambaran gain pada antena trasmitter

Gain adalah perbandingan Pret terhadap PT . Jika Pret dan PT dalam satuan watt
maka :

G=P ret /PT .................................................................................... 1 )

Dimana : G ; gain antena (tanpa satuan)

Jika Pret dan PT dalam satuan dBm maka ;

G=P ret −PT .................................................................................... 2 )

Dimana : G ; gain antena (dB)

Pada antena receiver daya output antena adalah daya listrik yang
dihasilkan antena untuk diberikan kepada pesawat receiver (daya input pesawat
receiver), sedangkan daya input adalah daya radiasi effektif yang ditangkap antena
dari udara bebas.
Gambar 3. Gambaran gain pada antena receiver

Gain adalah perbandingan P R terhadap Prer . Jika P R dan Prer dalam satuan watt
maka ;

G=P R / Prer .................................................................................... 3 )

Dimana : G ; gain antena (tanpa satuan)

Jika P R dan Prer dalam satuan dBm maka ;

G=P R−P rer .................................................................................... 4 )

Dimana : G ; gain antena (dB)

4.3 Pengukuran Gain

Pada pengukuran antena, antena yang akan diukur dioperasikan sebagai


antena receiver sedangkan pada transmitter selalu digunakan antena standar.
Antena receiver ( standar
Antena trasmitter
dan yang akan diukur )
(standar)

Tinggi antena (relatif)

RF
Jarak antena Tx– Rx (relatif)
TX SA

RX
RF

SA Gambar 4. Diagram dasar pengukuran antena

Secara matematis transfer daya dari pesawat transmitter ke pesawat


receiver dapat dirumuskan :

PR = PT + GT–LP + GR ................................................................. 5 )

Dimana :

PR : daya input pesawat receiver/ daya output antena receiver (dBm)

PT : daya outputtransmitter/ daya input antena transmitter (dBm)

GT : gain antena transmitter/ standar ( 2,15 dB )

LP : rugi-rugi lintasan propagasi ( dB )

GR : gain antena receiver ( dB )

Menghitung gain antena yang akan diukur adalah dengan cara


membandingkan hasil pengukuran antena tersebut dengan hasil pengukuran
antena standar.
Perhitungan gain hasil pengukuran terserbut dapat dirumuskan :

GR = GR standar+( PR - PR standar ).................................................... 6 )

Dimana :

GR : gain antena yang di ukur (dB)

GRstandar:gain antena standar (2,15 dB)

PR : daya output antena yang diukur ( dBm )

PRstandar : daya output antena standar ( dBm )

V. PROSEDUR PENGUKURAN

1. Siapkan 2 (dua) set antena standar


2. Siapkan perangkat/ alat- alat ukur
3. Buat rangkaian pengukuran seperti gambar berikut, dengan
ketentuan :
Instalasi : vertikal – vertikal
Frekuensi : 250 MHz

Antena receiver ( standar


Antena trasmitter
dan yang akan diukur )
(standar)

3 atau 4 meter

PS

RF
30 atau 40 meter
RF Amp SA

RF
RF
SG
SA
4. hidupkan RF spectrumanalyzer, dengan ketentuan :

Pada posisi transmitter :

Frekuensi center : 250 MHz

Span : 1 MHz

Rev level : 20 dBm

Pada posisi receiver :

Frekuensi center : 250 MHz

Span : 1 MHz

Rev level : - 20 dBm

5. hidupkan RF signal generator, dengan ketentuan :

Frekuensi : 250 MHz

Amplitudo output : 3 dBm

6. Hidupkan RF amplifier dengan memberi teg. Catu s/d 20 volt dc

7. Amati dan catat hasil pengukuran pada spectrumanalyzer sisi

transmitter (PT )

8. Amati dan catat hasil pengukuran padaspectrumanalyzer sisi receiver

(PR standar)

9. Ganti antena receiver dengan variasi panjang elemen 3λ/4 dan λ/4

Amati dan catat hasil pengukuran spectrumanalyzer untuk masing-masing


variasi panjang elemen tersebut (PR)

10. Lakukan pengukuran seperti butir 7, 8 dan 9 untuk instalasi vertikal-


horizontal
VI. DATA HASIL PENGUKURAN

Dibuat data hasil pengukuran seperti tabel berikut :

Tabel data hasil percobaan

Frekuensi PRstandar PR (dBm)


No Instalasi PT (dBm)
(MHz) (dBm) 3λ/4 λ/4

1. Vertikal-Vertikal 250 13 -55,51 -59,28 -59,25

2. Vertikal-Horizontal 250 13 -55,45 -61,94 -61,15

VII. TUGAS

1. Hitung gain antena untuk masing-masing variasi panjang elemen !


2. Buat tabel hasil perhitungan !
3. Buat analisa hasil pengukuran untuk masing-msing variasi panjang elemen
antena baik pada instalasi vertikal-vertikal maupun instalasi vertikal-
horizontal !

VIII. PENYELESAIAN TUGAS

1. Perhitungan gain antenna

a. Instalasi vertikal-vertikal.
- λ/2 (Standar)
GRST = 2,15 (referensi)
- 3λ/4
GR= GRstandar + (PR - PRstandar)
= 2,15 + (-59,28 – (-55,51))
= -1,62dB
- λ/4

GR= GRstandar + (PR - PRstandar)


= 2,15 + (-59,25 – (-55,51)
= -1,59dB

b. Instalasi vertikal-horizontal.

- λ/2 (Standar)
GRST = 2,15 (referensi)
- 3λ/4
GR=GRstandar + (PR - PRstandar)
= 2,15 + (-61,94– (-55,45)
= -4,34dB
- λ/4

GR=GRstandar + (PR - PRstandar)


= 2,15 + (-61,15– (-55,45)
= -3,55dB

2. Tabel hasil perhitungan

Frekuensi GR standar GR (dB)


No Instalasi
(MHz) (dB) 3λ/4 λ/4

1. Vertikal-Vertikal 250 2.15 -1,62 -1,59

2. Vertikal-Horizontal 250 2.15 -4,34 -3,55

3. Analisa

a. Instalasi vertikal-vertikal

Pada percobaan ini telah dilakukan pengukuran gain antena dengan posisi
instalasi berbentuk vertikal baik itu di sisi pemancar (transmitter) maupun di sisi
penerima (receiver). Adapun 3 jenis antena yang akan digunakan pada bagian
penerima (receiver) yaitu antena standar (λ/2), antena 3λ/4 dan antena λ/4. Untuk
sisi pemancar (transmitter) frekuensi diatur sebesar 200 MHz dengan referensi
level 20 dBm. Ketika sudah diatur, maka dapat diamati pada spektrum analyzer
berapa daya yang dipancarkan oleh antena transmitter yaitu sebesar 6 dBm.
Selanjutnya dilakukan pengamatan daya untuk antena standar (λ/2) pada antena
penerima (receiver). Dengan mengamati spektrum analyzer, kita dapat mengamati
berapa daya yang diterima oleh antena receiver. Pada kondisi ini, daya yang
muncul pada spektrum analyzer selalu berubah-ubah tetapi kita mengambil daya
maksimum yang diterima oleh antena receiver yaitu -47,1 dBm. Di bagian
penerima, daya yang dihasilkan bernilai negatif karena sinyal yang berada pada
sisi penerima (receiver) nilainya selalu kecil, oleh karena itulah dilakukan
pengukuran gain di bagian penerima. Selanjutnya dilakukan pengukuran gain
pada antena 3λ/4, dengan mengamati spektrum analyzer maka daya maksimum
yang diterima antena adalah -59,28 dBm. Kemudian untuk antena λ/4, daya
maksimum yang diterima antena adalah -59,25 dBm.

Setelah melakukan pengamatan, maka dilakukan perhitungan untuk


mengetahui berapa gain yang dimiliki antena tersebut. Dapat dilihat pada tabel
perhitungan bahwa untuk antena standar (λ/2), gain yang diperoleh adalah 2,15
dB. Sedangkan untuk antena 3λ/4, gain yang diperoleh adalah -1,62 dB dan untuk
antena λ/4 gain yang diperoleh adalah -1,59 dB. Apabila dilihat dari hasil
perhitungan, seharusnya nilai gain itu bernilai positif. Akan tetapi, pada hasil
perhitungan menunjukkan sebaliknya yaitu bernilai negatif. Ini artinya bahwa
pada antena di sisi penerima (receiver) mengalami redaman (attenuasi) yang
dikarenakan adanya polarisasi. Polarisasi ini menyebabkan timbulnya sidelobe
sehingga mengurangi nilai gain. Hal ini pun dapat dilihat pada tabel pengukuran
dimana menurut instruktur selisih nilai daya antara antena standar dengan antena
3λ/4 dan λ/4 adalah 1 atau 2 dBm, sedangkan setelah dilakukan pengamatan
perbedaanya sekitar 4 dBm. Jadi, hal ini bisa menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan nilai gain pada antena penerima bernilai negatif. Selain itu, ada
beberapa faktor yang menyebabkan antena mengalami redaman yaitu antena yang
digunakan bermasalah (desain yang tidak sempurna), human error (kesalahan
yang disebabkan oleh praktikan dimana pada saat melakukan pengukuran tidak
akurat atau pada saat pemasangan antena tidak pas berbentuk vertikal), dan alat
ukur yang bermasalah (dikarenakan sudah tidak presisi lagi). Diluar faktor-faktor
yang disebutkan tadi, ada juga faktor lain yang mendukung terjadinya
ketidakakuratan data yaitu adanya noise dari udara yang selalu ada karena
pengukuran dilakukan di ruangan terbuka dan juga perubahan cuaca yang selalu
berubah-ubah.

b. Instalasi vertikal-horizontal

Sama seperti sebelumnya, percobaan kali ini juga dilakukan untuk


mengukur gain antena, hanya saja untuk posisi instalasi berbentuk horizontal di
sisi penerima (receiver) sedangkan di sisi pemancar (transmitter) berbentuk
vertikal. Adapun 3 jenis antena yang akan digunakan pada bagian penerima
(receiver) yaitu antena standar (λ/2), antena 3λ/4 dan antena λ/4. Untuk sisi
pemancar (transmitter) frekuensi diatur sebesar 250 MHz dengan referensi level
20 dBm. Ketika sudah diatur, maka dapat diamati pada spektrum analyzer berapa
daya yang dipancarkan oleh antena transmitter yaitu sebesar 13 dBm. Selanjutnya
dilakukan pengamatan daya pada sisi penerima (receiver) untuk antena standar
(λ/2). Dengan mengamati spektrum analyzer, kita dapat mengamati berapa daya
yang diterima oleh antena receiver. Pada kondisi ini, daya yang muncul pada
spektrum analyzer selalu berubah-ubah tetapi kita mengambil daya maksimum
yang diterima oleh antena receiver yaitu -55,45dBm. Di bagian penerima, daya
yang dihasilkan bernilai negatif karena sinyal yang berada pada sisi penerima
(receiver) nilainya selalu kecil, oleh karena itulah dilakukan pengukuran gain di
bagian penerima. Selanjutnya dilakukan pengukuran gain pada antena 3λ/4,
dengan mengamati spektrum analyzer maka daya maksimum yang diterima antena
adalah -61,94dBm. Kemudian untuk antena λ/4, daya maksimum yang diterima
antena adalah -61,15 dBm.

Setelah melakukan pengamatan, maka dilakukan perhitungan untuk


mengetahui berapa gain yang dimiliki antena tersebut. Dapat dilihat pada tabel
perhitungan bahwa untuk antena standar (λ/2), gain yang diperoleh adalah 2,15
dB. Sedangkan untuk antena 3λ/4, gain yang diperoleh adalah -4,34 dB dan untuk
antena λ/4 gain yang diperoleh adalah -3,55 dB. Apabila dilihat dari hasil
perhitungan, sama seperti percobaan sebelumnya yaitu nilai gain bernilai negatif.
Ini artinya bahwa pada antena di sisi penerima (receiver) mengalami redaman
(attenuasi) yang dikarenakan adanya polarisasi. Polarisasi ini menyebabkan
timbulnya sidelobe sehingga mengurangi nilai gain. Hal ini pun dapat dilihat pada
tabel pengukuran dimana menurut instruktur selisih nilai daya antara antena
standar dengan antena 3λ/4 dan λ/4 adalah 1 atau 2 dBm, sedangkan setelah
dilakukan pengamatan perbedaanya sekitar 6dBm. Jadi, hal ini bisa menjadi salah
satu faktor yang menyebabkan nilai gain pada antena penerima bernilai negatif.
Selain itu, ada beberapa faktor yang menyebabkan antenna mengalami redaman
yaitu antena yang digunakan bermasalah (desain yang tidak sempurna), human
error (kesalahan yang disebabkan oleh praktikan dimana pada saat melakukan
pengukuran tidak akurat atau pada saat pemasangan antena tidak pas berbentuk
horizontal), dan alat ukur yang bermasalah (dikarenakan sudah tidak presisi lagi).
Diluar faktor-faktor yang disebutkan tadi, ada juga faktor lain yang mendukung
terjadinya ketidakakuratan data yaitu adanya noise dari udara yang selalu ada
karena pengukuran dilakukan di ruangan terbuka dan juga perubahan cuaca yang
selalu berubah-ubah.

Dari dua percobaan posisi antena yang telah dilakukan, praktikan telah
membandingkan menurut dari hasil yang didapatkan. Untuk penggunaan antena
dengan posisi vertikal, gelombang yang dipancarkan menjadi lebih rapat atau
sempit yang dibuktikan dengan hasil daya yang diterima oleh antena receiverlebih
besar sehingga memiliki jangkauan daya yang lebih jauh. Sedangkan untuk
penggunaan antena dengan posisi horizontal, gelombang yang dipancarkan
menjadi lebar sehingga daya yang dihasilkan lebih kecil.

Anda mungkin juga menyukai