PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Makalah ini dibuat untuk menambah nilai pada UTS praktikum pengukuran
listrik yang dimana beda fase ini adalah materi berikutnya untuk praktikum
pengukuran listrik.
Fase adalah penjelasan mengenai suatu tahap yang telah dicapai oleh suatu gerak
berkala, biasanya dengan membandingkan dengan gerak lain yang sejenis dengan
frekuensi sama.
Beda fase adalah pengukuran yang relatif yang terukur antar dua gelombang.
Tidak ada gelombang yang memiliki beda fase yang absolut karena tidak ada referensi
yuniversal dalam pengukuran fase.
1.2
Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
1.3
Tujuan Penulisan
Makalah ini ditulis dengan tujuan, yaitu :
1. Sebagai tugas remidial sekaloigus penambah nilai hasil UTS praktikum
pengukuran listrik.
2. Untuk mengetahui tentang beda fasa
3. Untuk mengetahui beda fasa antar dua gelombang ac
4. Untuk mengetrahui sistem 3 fasa
5. Untuk mengetahui cara mengukur beda fasa
6. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan beda fasa gelombang
BAB 2
ISI
2.1 Beda fasa
Geseran fasa atau beda fasa ini tidak selamanya 90o, tetapi dapat bervariasi.
Misalnya antara dua tegangan bolak-balik yang mempunyai geseran fasa sebesar
30o seperti pada Gambar 3.
Persamaan kedua gelombang tegangan tersebut adalah :
e1 = Em sin t
. . . . . (1)
o
e2 = Em sin (t 30 )
. . . . . (2)
Vektor kedua gelombang tersebut dilukiskan seperti Gambar 4 dengan panjang
yang sama karena harga maksimumnya sama sehingga harga efektifnya juga sama.
Vektor gelombang arus dan tegangan tersebut dilukiskan seperti pada Gambar 6.
Beda fase antara kedua gelombang di atas adalah sekitar 45 derajat, yang A
mendahului gelombang yang B. Contoh-contoh lain untuk gelombang-gelombang
yang memiliki beda fase ditunjukkan pada gambar ini.
Gambar 1
Gambar 2 menunjukkan sepasang gelombang v1 dan v2 pada suatu osiloskop.
Masing-masing volt per div (skala vertikal) menunjukkan nilai 20 V dan masing-masing
time per div (skala horisontal/waktu) menunjukkan 20 s. Tegangan v1 mendahului v2.
Gambarkan diagram fasornya dengan v1 sebagai referensinya. Tentukan persamaan
kedua tegangan tersebut.
6
Gambar 2
Dari foto di atas, magnitudo dari v1 adalah Vm1 = 3 div 20 V/div = 60 V, Vm2 =
40 V. Panjang satu periode adalah T = 6 20 s = 120 s, dan beda fase antara dua
gelombang tersebut adalah satu kotak atau 1 div yang bernilai 20 s (1/6 dari periodenya
= 60o). Dengan memilih v1 sebagai referensinya dan v2 tertinggal, maka diagram
fasornya ditunjukkan pada gambar b. Frekuensi sudutnya adalah = 2/T = 2/(12010 6
s)= 52.36103 rad/s. Oleh karena itu, persamaan kedua tegangan tersebut adalah v1 =
Vm1 sin t = 60 sin (52.36103 t) V dan v2 = 40 sin (52.36103 t 60o) V.
dan V3. sistem 3 fase ini dikenal sebagai sistem yang mempunyai urutan fasa a b c .
sistem tegangan 3 fase dibangkitkan oleh generator sinkron 3 fase.
Hubungan Bintang (Y, wye)
Pada hubungan bintang (Y, wye), ujung-ujung tiap fase dihubungkan menjadi satu dan
menjadi titik netral atau titik bintang. Tegangan antara dua terminal dari tiga terminal a
b c mempunyai besar magnitude dan beda fasa yang berbeda dengan tegangan tiap
terminal terhadapa titik netral. Tegangan Va, Vb dan Vc disebut tegangan fase atau Vf.
PT = 3.Vf.If.cos
Pada hubungan bintang, karena besarnya tegangan saluran adalah 1,73Vfase maka
tegangan perfasanya menjadi Vline/1,73, dengan nilai arus saluran sama dengan arus
fase, IL = If, maka daya total (PTotal) pada rangkaian hubung bintang (Y) adalah:
PT = 3.VL/1,73.IL.cos = 1,73.VL.IL.cos
Dan pada hubung segitiga, dengan besaran tegangan line yang sama dengan tegangan
fasanya, VL = Vfasa, dan besaran arusnya Iline = 1,73Ifase, sehingga arus perfasanya
menjadi IL/1,73, maka daya total (Ptotal) pada rangkaian segitiga adalah:
PT = 3.IL/1,73.VL.cos = 1,73.VL.IL.cos
Dari persamaan total daya pada kedua jenis hubungan terlihat bahwa besarnya daya pada
kedua jenis hubungan adalah sama, yang membedakan hanya pada tegangan kerja dan
arus yang mengalirinya saja, dan berlaku pada kondisi beban yang seimbang.
2. Daya sistem 3 fase pada beban yang tidak seimbang
Sifat terpenting dari pembebanan yang seimbang adalah jumlah phasor dari ketiga
tegangan adalah sama dengan nol, begitupula dengan jumlah phasor dari arus pada ketiga
fase juga sama dengan nol. Jika impedansi beban dari ketiga fase tidak sama, maka
jumlah phasor dan arus netralnya (In) tidak sama dengan nol dan beban dikatakan tidak
seimbang. Ketidakseimbangan beban ini dapat saja terjadi karena hubung singkat atau
hubung terbuka pada beban.
Dalam sistem 3 fase ada 2 jenis ketidakseimbangan, yaitu:
1. Ketidakseimbangan pada beban.
2. ketidakseimbangan pada sumber listrik (sumber daya).
Kombinasi dari kedua ketidakseimbangan sangatlah rumit untuk mencari pemecahan
permasalahannya, oleh karena itu kami hanya akan membahas mengenai
ketidakseimbangan beban dengan sumber listrik yang seimbang.
listrik. Ketidakseimbangan beban pada sistem 3 fase dapat diketahui dengan indikasi
naiknya arus pada salahsatu fase dengan tidak wajar, arus pada tiap fase mempunyai
perbedaan yang cukup signifikan, hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan.
11
12
Keterangan :
Am - amplitudo gelombang
t - frekuensi sudut gelombang dalam satuan radian/detik
(phi) - pergeseran sudut fase (ke kiri atau ke kanan sesuai titik acuan) dalam satuan
derajat atau radian
Jika pendakian positif gelombang melewati sumbu horizontal sebelum t=0 maka
gelombang tersebut bergeser ke kiri atau >0, sehingga fase sudut akan positif.
Sebaliknya, jika pendakian positif gelombang melewati sumbu horizontal setelah t=0
maka gelombang telah bergeser ke kanan sehingga <0, dan sudut fase akan negatif
seperti pada gambar di bawah:
Hubungan Fase Gelombang Sinusoidal
13
Pertama, kita anggap bahwa dua parameter arus bolak-balik, yakni tegangan (V)
dan arus (I) memiliki frekuensi (f) yang sama dalam satuan Hertz. Maka pada setiap titik
waktu kita dapat mengatakan bahwa fase tegangan akan sama dengan fase yang dimiliki
arus. Selanjutnya sudut perputaran dalam suatu periode tertentu akan selalu sama dan
perbedaan fase antara dua parameter (tegangan dan arus) akan selalu sama dengan nol
atau =0. Karena memiliki frekuensi yang sama, maka tegangan dan arus akan mencapai
nilai puncak maksimum dan minimum, serta titik nol dalam satu putaran pada waktu
yang sama meskipun dengan amplitudo yang berbeda. Maka kedua parameter tersebut
dikatakan "sefase".
Sekarang kita anggap bahwa tegangan dan arus memiliki perbedaan fase 30o ( =
30 atau /6 radian). Karena kedua parameter tersebut berputar dengan kecepatan yang
sama dengan kata lain memiliki frekuensi yang sama, maka perbedaan fase di antara
keduanya tidak akan berubah atau konstan pada setiap titik waktu, sehingga perbedaan
fase 30o ini dinyatakan sebagai phi () sebagaimana petunjuk di bawah.
o
14
Gelombang tegangan menyentuh titik 0 tepat pada sumbu horizontal, akan tetapi
pada titik waktu yang sama gelombang arus masih bernilai negatif dan tidak melewati
sumbu horizontal hingga t=30o. Sehingga ada Perbedaan Fase di antara kedua gelombang
karena gelombang arus melalui sumbu horizontal dan mencapai nilai maksimum setelah
tegangan.
Karena kedua gelombang tidak lagi "sefase", maka keduanya telah berbeda fase
dengan nilai yang dinyatakan oleh phi (), dan pada contoh yang kita gunakan adalah
30o. Jadi dapat dikatakan bahwa kedua gelombang saat ini berbeda fase 30 o. Gelombang
arus tertinggal di belakang gelombang tegangan sebesar sudut fase . Sehingga pada
contoh di atas gelombang arus memiliki Fase Ketertinggalan yang dinyatakan ke dalam
persamaan:
Hubungan antara kedua gelombang dan sudut fase yang dihasilkan dapat diukur
pada semua titik di sepanjang sumbu horizontal di mana setiap gelombang melewati
pendakian yang sama pada arah positif dan negatif. Kemampuan untuk menggambarkan
hubungan antara gelombang sinus tegangan dan arus sangatlah penting dan merupakan
bagian dasar dari analisis rangkaian AC.
Gelombang Cosinus
Jadi saat ini kita telah mengetahui bahwa jika sebuah gelombang bergeser ke
kanan atau ke kiri dari titik 0o ketika dibandingkan dengan gelombang sinus yang lain
maka persamaan gelombangnya menjadi Am sin(t ). Tetapi jika gelombang melalui
sumbu horizontal dengan nilai positif pada pendakian menuju 90o atau /2 radian
sebelum garis acuan atau sumbu horizontal, maka gelombang tersebut adalah gelombang
Cosinus dan persamaannya adalah:
Persamaan Cosinus
Gelombang Cosinus, yang disingkat cos sama pentingnya dengan gelombang sinus
dalam ilmu kelistrikan. Gelombang Cosinus memiliki bentuk yang sama dengan
gelombang sinus, tetapi bergeser +90o atau seperempat putaran.
Beda Fase Gelombang Sinus dan Cosinus
Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa gelombang sinus adalah gelombang cosinus
yang telah bergeser sebesar -90o. Pada kasus yang melibatkan gelombang sinus atau
cosinus dengan sebuah sudut selalu menggunakan peraturan berikut :
Hubungan Antara Gelombang Sinus dan Cosinus
16
Dengan menggunakan rumus relasi di atas, kita bisa mengonversi berbagai gelombang
sinusoidal dengan atau tanpa perbedaan fase dari gelombang sinus maupun cosinus atau
sebaliknya.
17
BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Bila dua buah gelombang dengan persamaan = m cos t dan e = Em sin
t dilukiskan secara bersama dalam satu susunan sumbu Cartesius seperti pada Gambar
1, maka terlihat bahwa kedua gelombang tersebut tidak mempunyai nilai harga yang
sama walau pada waktu (saat) yang sama.
Dengan kata lain kedua gelombang tersebut tidak memiliki nilai nol atau nilai
maksimum pada waktu yang bersamaan, walaupun periode ataupun frekuensi kedua
gelombang tersebut sama. Dari gambar kedua gelombang tersebut terlihat bahwa
gelombang flux = m cos t bergeser ke kiri sejauh / 2 radian (90o) atau
seperempat perioda terhadap gelombang tegangan e = Em sin t . Kondisi seperti
tersebut dapat dikatakan bahwa antara flux () dan tegangan (e) terdapat geseran fasa
sebesar / 2 radian atau 90o.
Pengukuran beda fasa dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung dan
dengan model lissajous.
Rumus yang dipakai untuk mencari sudut beda fasa ( ) adalah :
= arc sin Vo / Vin
Dimana , Vo = Xc / (Rpot + Xc) Vin
Xc = 1 / ( 6,28 f C )
18