Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun laporan Praktikum
pengukuran besaran listrik ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam laporan ini kami
membahas mengenai mengukur 3 beban lampu pijar secara seri dan pararel dan menghitung
daya, arus, dan tegangan yang masuk, serta beban tersebut mengukur dengan mengunakan
LCR meter.
Praktikum ini kami laksanakan untuk meneliti berapa besar arus, tegangan, dan daya
pada 3 beban lampu itu sendiri, dan juga mengukur cos RLC mengunakan LCR meter pada
beban 3 lampu tersebut.
Laporan ini dibuat dari berbagai sumber dan kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan yang mendasar pada laporan ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan laporan praktikum
ini.
Surabaya, 25 November 2014

Kelompok 10

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
DAFTAR ISI

..........................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN
..........................................................................
......
B. DASAR TEORI
.................................................................................. ......
C. ALAT & BAHAN
................................................................................... ......
D. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
.......................................
E. GAMBAR RANGKAIAN
.......................................................................
F. LANGKAH KERJA
..............................................................................
......

BAB II

3
3
12
12
12
13

ISI

G. TABEL DATA PERCOBAAN


..............................................................
H. ANALISIS DATA
............................................................................... ........
I. DISKRIPTIF
....................................................................................
BAB III

14
15
16

PENUTUP

J. KESIMPULAN
K. FOTO PRAKTIKUM
L. TUGAS
M. DAFTAR PUSTAKA
N. LAMPIRAN

....................................................................................
.................................................................
..................
....................................................................................
................................................................................. .......
...........................................................................................

17
18
19
25
26

A. TUJUAN
1. Mengetahui pengukuran daya dan faktor daya arus bolak-balik dengan berbagai
jenis beban.
2. Mengetahui prinsip kerja alat ukur wattmeter 1 phasa, cos phi () meter,
ampermeter, voltmeter, dan LCR meter
B. DASAR TEORI
Banyaknya energi listrik yang digunakan oleh suatu alat listrik setiap satuan
waktu disebut daya listrik (P).

Daya nyata (p) merupakan daya listrik yang digunakan untuk keperluan
menggerakkan mesin-mesin listrik atau peralatan lainnya.
Di satu fasa :
P = V I Cos

Daya semu (s) merupakan daya listrik yang melalui suatu penghantar transmisi
atau distribusi . Daya ini merupakan hasil perkalian antara tegangan dan arus yang
melalui penghantar .

S = V I
Keterangan :

S = Daya semu

(VA)

V= Tegangan

(volt)

I= Arus

(ampere)

Daya reaktif (Q) merupakan selisih antara daya semu yang masuk pada
penghantar dengan daya aktif pada penghantar itu sendiri, dimana daya ini terpakai
untuk daya mekanik dan panas. Daya reaktif dipengaruhi faktor daya.
Q = V I Sin
Keterangan :

Q = Daya reaktif (VAR)

Dari penjelasan ketiga macam daya diatas dikenal juga sebagai segitiga daya
dimana definisi umum dari segitiga daya adalah suatu hubungan antara daya nyata ,
daya semu dan daya reaktif yang dapat dilihat hubungannya pada gambar bentuk
segitiga berikut :

Gambar1.segitiga daya

ZZCHVVJJHHVJHCSBJBKVXKJKVBC V CHBCJMBCV MCBNVZKJ


Gambar 2. Rangkaian arus bolak balik I dengan impedansi Z dan tegangan.
Impedansi Z dalam hal ini dapat terdiri dari berbagai jenis beban resistif,
induktif, kapasitif ataupun kombinasi dari ketiga jenis beban sehingga sebuah
impedansi Z yang memiliki karakteristik gabungan dari karakteristik berbagai jenis
beban yang menyusunnya.
Yang dimaksud dengan karakteristik beban adalah jenis daya yang diserapnya,
sifat arus dan tegangannya yang bila digabungkan dengan jenis beban yang berbeda
dapat terbentuk karakteristik yang lebih baik maupun lebih buruk (jika dilihat dari sudut
pandang yang berbeda-beda).
Pada pengukuran daya, ada juga yang dikenal dengan faktor daya, yaitu
perbandingan antara daya aktif (Watt) dengan daya semu (VA), atau cosinus sudut
antara daya aktif dan daya semu.
Cos = p / s

` Pada perhitungan daya semu sesuai persamaan (1) di atas, nilai arus
berupa operasi matematika konjugasi, ditandakan dengan lambang (*).
Persamaan tersebut menyatakan bahwa sudut yang terbentuk antara tegangan dan
arus merupakan pengurangan antara sudut yang dibentuk oleh tegangan dengan sudut
yang dibentuk oleh arus tersebut. Ilustrasinya sebagai berikut :

= 1 - 2
S =VI*
= V 1. - 2
S = V I 1. - 2

.
4

Pada praktikum ini, untuk pengukuran nilai arus, tegangan, daya, serta faktor
daya digunakan alat ukur analog, yang mana rangkaian di dalamnya terdiri dari
kumparan tetap dan kumparan berputar.Nilai besaran listrik hasil pengukuran
ditunjukkan oleh jarum penunjuk. Sedangkan untuk menghitung besar tahanan pada
lampu pijar digunakan alat ukur digital LCR meter.

Gambar 2. Alat ukur LCR Meter

Kombinasi voltmeter amperemeter. Rangkaian ini tepat sama dengan


rangkaian pengukuran tahanan

Gambar 3. Skema pengukuran voltmeter-ampermeter


Daya yang diserap oleh beban sebenarnya adalah :

P = VL
Daya yang digunakan beban hasil pengukuran meter-meter adalah :

P = V
Kesalahan yang terjadi pada gambar (a) voltmeter mengukur tegangan VL dan
tegangan amperemeter, sedang pada gambar (b) arus yang terukur adalah IL dan arus
voltmeter.

Pengukuran Daya Rangkaian AC


Pengukuran daya rangkaian AC dapat dilakukan menggunakan kombinasi volt meter
dan amper meter yang dikombinasikan. Secara teori daya rangkaian AC merupakan daya
rata-rata pada rangkaian listrik tersebut. Dalam arus bolak-balik daya yang ada setiap saat
berubah sesuai dengan waktu.
Daya dalam arus bolak-balik merupakan daya rata-ratanya. Jika sedang dalam kondisi
steady state, daya yang ada pada saat itu dirumuskan : Dimana :
P = merupakan harga daya saat itu,
V = tegangan
I = arus
1. Metode 3 voltmeter
Metode ini membutuhkan 3 buah voltmeter yang dirangkai seperti berikut:

Gambar 4. Skema pengukuran 3 voltmeter dan vektor diagram

Dari vektor diagram dapat dilihat bahwa :


V 12 = V 22+V 32 + 2V2V3 Cos
V2 = I R
Factor daya (Cos ) =

V 12V 22V 32
2 V 2V 3

Cos

V 12V 22V 32
2 I RV 3

I V3 Cos

V 1 V 2 V 3
2R

= Daya yang diserap beban

2. Metode 3 Amperemeter
Metode ini membutuhkan 3 buah Ampermeter yang dirangkai seperti berikut:

Gambar 5. Skema pengukuran 3 amperemeter dan vektor diagram


I 12=I 2 2+ I 32 + 2 I2 I3 Cos
I2 = V / R
Factor daya (Cos) =

I 12I 22I 32
2I 2I 3

I 12I 22I 33
Cos = (
)R
2V I 3
V I3 Cos

I 12I 22I 32
) R = Daya yang diserap beban
2

Dalam sistem listrik arus bolak-balik, jenis beban dapat diklasifikasikan menjadi 3
macam, yaitu :
1. Beban resistif (R)
2. Beban induktif (L)
3. Beban kapasitif (C)
1. Beban Resistif (R)
Beban resistif (R) yaitu beban yang terdiri dari komponen tahanan ohm saja (resistance),
seperti elemen pemanas (heating element) dan lampu pijar. Beban jenis ini hanya
mengkonsumsi beban aktif saja dan mempunyai faktor daya sama dengan satu. Tegangan dan
arus sefasa. Persamaan daya sebagai berikut :
P= VI
Dengan :
P = daya aktif yang diserap beban (watt)
V = tegangan yang mencatu beban (volt)
I = arus yang mengalir pada beban (A)

Gambar 6. Rangkaian Resistif Gelombang AC

Gambar 7. Grafik Arus dan Tegangan Pada Beban Resistif

2. Beban Induktif (L)


Beban induktif (L) yaitu beban yang terdiri dari kumparat kawat yang dililitkan pada
suatu inti, seperti coil, transformator, dan solenoida. Beban ini dapat mengakibatkan
pergeseran fasa (phase shift) pada arus sehingga bersifat lagging. Hal ini disebabkan oleh
energi yang tersimpan berupa medan magnetis akan mengakibatkan fasa arus bergeser
menjadi tertinggal terhadap tegangan. Beban jenis ini menyerap daya aktif dan daya reaktif.
Persamaan daya aktif untuk beban induktif adalah sebagai berikut :

P = VI cos
Dengan :
P = daya aktif yang diserap beban (watt)
V = tegangan yang mencatu beban (volt)
I = arus yang mengalir pada beban (A)
= sudut antara arus dan tegangan

Gambar 8. Rangkaian Induktif Gelombang AC

Gambar 9. Grafik Arus dan Tegangan Pada Beban Induktif

Untuk menghitung besarnya rektansi induktif (XL), dapat digunakan rumus :

Dengan :
XL = reaktansi induktif
F = frekuensi (Hz)
L = induktansi (Henry)
3. Beban Kapasitif (C)
Beban kapasitif (C) yaitu beban yang memiliki kemampuan kapasitansi atau
kemampuan untuk menyimpan energi yang berasal dari pengisian elektrik (electrical
discharge) pada suatu sirkuit. Komponen ini dapat menyebabkan arus leading terhadap
tegangan. Beban jenis ini menyerap daya aktif dan mengeluarkan daya reaktif. Persamaan
daya aktif untuk beban induktif adalah sebagai berikut :

P = VI cos
Dengan :
P = daya aktif yang diserap beban (watt)
V= tegangan yang mencatu beban (volt)
I = arus yang mengalir pada beban (A)
= sudut antara arus dan tegangan

10

Gambar 10. Rangkaian Kapasitif Gelombang AC

Gambar 11. Grafik Arus dan Tegangan Pada Beban Kapasitif

Untuk menghitung besarnya rektansi kapasitif (XC), dapat digunakan rumus dengan :

XL = reaktansi kapasitif
f = frekuensi
C = kapasitansi (Farad)

11

C. ALAT DAN BAHAN

Ampermeter AC 1 - 5 A
Voltmeter AC 0 - 600 V
Wattmeter
Cos phi meter - LCR meter
Beban resistif - Beban induktif
Beban kapasitif
3 Lampu pijar 100 Watt / 220 volt
Sumber tegangan AC 220 V
Kabel - kabel penghubung

[A]
[V]
[W]

D. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


1. Periksalah terlebih dahulu semua komponen aktif maupun pasif sebelum
digunakan!
2. Bacalah dan pahami petunjuk pratikum
3. Pastikan tegangan keluaran catu daya sesuai yang dibutuhkan.
4. Dalam menyusun rangkaian, perhatikan letak kaki-kaki komponen.
5. Sebelum catu daya dihidupkan, hubungi dosen pendamping untuk mengecek
kebenaran pemasangan rangkaian.
6. Kalibrasi terlebih dahulu alat ukur yang akan digunakan.
7. Dalam menggunakan meter kumparan putar, mulailah dari batas ukur yang besar. Bila
simpangan terlalu kecil dan masih di bawah batas ukur yang lebih rendah, turunkan
batas ukur.
8. Hati-hati dalam penggunaan peralatan praktikum!

E. Gambar Rangkaian

Gambar 12. Skema rangkaian lampu pijar seri (Gambar A)

12

Gambar 13. Skema rangkaian lampu pijar paralel(Gambar B)

F. LANGKAH KERJA
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Menyiapkan alat dan bahan percobaan.


Mengukur daya dan faktor daya berbagai jenis beban
Menyusun rangkaian percobaan seperti digambar
Memasang kombinasi beban menggunakan set beban
Memasukkan saklar S sumber AC
Mengukur dan mencatat besar V, I, P dan pf menggunakan amperemeter , multimeter ,
cos phi meter.
7. Mengukur nilai tahanan lampu pijar
8. Memasukkan lampu pijar ke fitting lampu
9. Menghubungkan probe LCR meter dengan kutub pada fitting lampu
10. Mengukur dan mencatat besar tahanan lampu pijar

G. TABEL DATA PERCOBAAN

13

BEBAN

RANGKAIAN SERI

RANGKAIAN PARAREL

L1
=100W/220V

VR1
V

=70 IR1=242 mA VR1 =220 V IR1 = 1 A

L2
=100W/220V

VR2
V

=80 IR2=242 mA VR2 =220 V IR2 = 1 A

L3
=100W/220V

VR3=70 V

IR3=242 mA VR3 =220 V IR3 = 0.9 A

SERI

PARAREL

COS R

1/0

1/0

COS RL

0.66 / 40

0.98 / 12

COS RC

0.78 / 40

0.98 / 12

COS RLC

0.97 / 12

0.98 / 11

DAYA SERI

FREKUENSI
49.8 Hz

2 Watt

DAYA
PARAREL

15 Watt

Pf COS PHI
1

14

H. ANALISIS DATA
Perhitungan daya pada masing-masing beban lampu resistif :
Table Pada RANGKAIAN SERI yang belum di hitung daya :
BEBAN
L1 = 100 W/220 V
L2 = 100 W/220 V
L3 = 100 W/220 V
P=VI
L1 = VR1 * IR1
= 70 * 242
= 16.9 Watt

RANGKAIANSERI
VR1 = 70 V
VR2 = 80 V
VR3 = 70 V

IR1 = 242 mA
IR1 = 242 mA
IR1 = 242 mA

L2 = VR2 * IR2
= 80 * 242
= 19.3 Watt

L3 = VR3 * IR3
= 70 * 242
= 16.9 Watt

Table pada RANGKAIAN SERI yang sudah di hitung daya :


BEBAN
L1 = 100 W/220 V
L2 = 100 W/220 V
L3 = 100 W/220 V

RANGKAIANSERI
VR1 = 70 V
IR1 = 242 mA
VR2 = 80 V
IR1 = 242 mA
VR3 = 70 V
IR1 = 242 mA

DAYA
16.9 Watt
19.3 Watt
16.9 Watt

Table Pada RANGKAIAN PARAREL yang belum di hitung daya :


BEBAN
L1 = 100 W/220 V
L2 = 100 W/220 V
L3 = 100 W/220 V
P=VI
L1 = VR1 * IR1
= 220 * 1
= 220 Watt

RANGKAIANSERI
VR1 = 220 V
VR2 = 220 V
VR3 = 220 V

IR1 = 1 A
IR1 = 1 A
IR1 = 0.9 A

L2 = VR2 * IR2
= 220 * 1
= 220 Watt

L3 = VR3 * IR3
= 220 * 0.9
= 198 Watt

Table pada RANGKAIAN PARAREL yang sudah di hitung daya :


BEBAN
L1 = 100 W/220 V
L2 = 100 W/220 V
L3 = 100 W/220 V
FREKUENSI
49.8 Hz

RANGKAIANSERI
VR1 = 220 V
IR1 = 1 A
VR2 = 220 V
IR1 = 1 A
VR3 = 220 V
IR1 = 0.9 A

DAYA
220 Watt
220 Watt
198 Watt

Pf COS PHI
1

I. DISKRIPTIF

15

Pada percobaan ini kelompok kami menggunakan 3 Bola lampu pijar beban masingmasing sebesar 100 W/220 V . Pada percobaan kali ini kita merangkai beban lampu pijar
rangkaian secara seri dan parallel.
Rangkaian seri
Pada rangkaian seri ini kelompok kami merangkai 3 buah lampu pijar secara
berderet seperti barisan di skema percobaan diatas (Gambar A) . Setelah itu kita
mencoba mengukur tegangan pada setiap bola lampu yang sudah dialiri arus AC
menggunakan AVO meter dengan pengukuran di switch arus AC di alat ukur. Pada
tegangan VR1 kita mendapati besar tegangan 70 Volt di bola lampu pijar no.1 .Dan
juga kita mengukur arusnya dan hasil tersebut yaitu 242 mA di IR1. Selanjutnya
kelompok kami mencoba mengukur tegangan di bola lampu pijar no.2 , VR2
menghasilkan 80 Volt dan IR2 mendapati hasil yang sama dengan IR1 sebesar 242
mA . Dan untuk yang terakhir untuk lampu ke 3 juga mendapati hasil VR3 70 volt dan
juga mendapati hasil yang sama IR3 242 mA . Dari pengukuran ketiga bola lampu
pijar tersebut ternyata teori tentang hambatan berbanding lurus dengan beban dan
dirangkaian seri pun sama . Seperti perhitungan arus dan tegangan , ketika
pengukuran arus di beban seri yang kita dapati adalah hasil yang sama IR1 = IR2 =
IR3 = 242 mA . Dan ketika di tegangan perhitungan tidak ada yang sama VR1 VR2
VR3 .
Rangkaian Paralel
Pada rangkaian paralel ini kelompok kami merangkai 3 buah lampu pijar
secara paralel seperti pada skema percobaan diatas (gambar B). Setelah itu kita
mencoba mengukur tegangan dan arus dirangkaian tersebut sama halnya seperti
dirangkaian seri. Untuk tegangan VRI di rangkaian paralel menghasilkan hasil sebesar
220 Volt . Untuk rangkaian paralel ini kita mendapati pengukuran tegangan yang sama
di beban VR1 ,VR2 dan VR3 = 220 volt . Disamping mengukur tegangan kita juga
mengukur arus tiap beban . Arus yang didapat ternyata tidak sama tiap bola lampu
pijarnya . Hasil yang didapat pada IR1 adalah 1 Ampere , IR2 1 Ampere serta yang
IR3 adalah 0.9 Ampere . Jadi pada rangkaian Paralel ini dapat disimpulkan bahwa
pengukuran tegangan adalah sama satu sama lain nilainya , VR1 = VR2 = VR3 .
Sedangkan di pengukuran arus pada rangkaian tidak sama , IR1 IR2 IR3 .
Pada percobaan daya satu fasa ini kita juga mengukur besar frekuensi seri
mendapati hasil sebesar 49.8 Hz, dan mengukur besar frekuensi shunt yaitu 49.6 Hz.
Bukan hal itu saja yang kita ukur , tetapi kita juga mengukur besaran Cos phi nya
sebesar 1 dengan menggunakan Cos phi meter . Dari dasar teori sudah dijelaskan
bahwa bila ketika pengukuran pf = 1 berarti disebut Beban Resistif. Beban resistif
mempunyai persamaan Daya P = V I . Jadi kita bisa menghitung besar daya tiap beban
lampu pijar tersebut . Di rangkaian seri kita mendapati 3 hasil perhitungan Daya
sebesar P1 = 16.9 Watt , P2 = 19.3 Watt dan P3 = 16.9 Watt .Di rangkaian seri ini juga
mendapati hasil nyala lampu agak redup karena pembagian tegangan yang tidak sama
dan daya yang sedikit . Sedangkan di rangkaian paralel juga mendapati 3 hasil Daya
16

P1 = 220 Watt, P2 = 220 Watt dan P3 = 198 Watt . Dari rangkaian ini juga
menghasilkan perbedaan dari rangkaian seri yaitu pada nyala lampunya yang sangat
terang karena tegangan yang melewati lampu pijar sama besarnya dengan dayanya.

J. KESIMPULAN
-

Dari hasil percobaan ini kelompok kami dapat ditarik kesimpulan bahwa jika sebuah
rangkaian yang di ukur dengan berbagai metode atau cara pengukuran untuk mencari
nilai daya rata-rata, maka hasil yang didapatkan akan sama dari metode tersebut
begitupun sebaliknya. Dari keadaan ini dapat terjadi perbedaan nilai daya antara
rangkaian paralel dan rangkaian seri.
Pada percobaan daya satu fasa ini di rangkaian seri didapat hasil bahwa Tegangan
antar lampu yang dipasang seri tidak sama satu sama lain V1 V2 V3, tapi yang
sama pada rangkaian seri ini adalah arus yang melewati lampu pijarnya I1 = I2 = I3.
Dirangkaian ini nyala lampu agak redup karena pembagian daya yang relatif sedikit .

Pada percobaan daya satu fasa ini di rangkaian paralel didapat hasil bahwa tegangan
antar lampu yang dipasang paralel sama dengan yang lain V1 = V2 = V3 , dan
sebaliknya untuk arus berbeda tiap lampunya I1 I2 I3 . Dirangkaian ini nyala
lampu sangat terang karena pembagian daya pada setiap lampu sangat besar.

Pada percobaan daya satu fasa ini terdapat beban resistif dimana hasil dari
pengukuran cos phi meter adalah pf = 1 dan mempunyai persamaan Daya P = V I

17

K. FOTO PRAKTEK DAN LAIN-LAIN


Rangkaian seri :

Rangkaian pararel

18

L. TUGAS
1. Catat besaran Tegangan dan Arus pada masing-masing beban ?
2. Hitung daya dari masing-masing beban dari data ampermeter, voltmeter serta cos phi
meter? kemudian bandingkan dengan data yang dihasilkan pada pembacaan Wattmeter?
3. Hitung besar kesalahan dari alat ukur ? (e = M - T)
Dimana : M adalah harga yang didapatkan dari pengukuran T adalah harga sebenarnya e
adalah kesalahan dari alat ukur
4. Hitung impedansi lampu TL dan pijar ?
5. Apa pengaruh dari perubahan kapasitansi dan induktansi terhadap power factor ?
6. Plot cos phi vs I untuk masing - masing beban ?
7. Jelaskan prinsip kerja Wattmeter 1 dan 3 fasa?
8. Bagaimanakah cos phi yang diinginkan para pelanggan PLN (rumah tangga dan
industri) dan cos phi yang diinginkan PLN ?
9. Bagaimanakah cara untuk mencapai optimasi antara masing - masing pihak tersebut
diatas ?
10. Terangkan apa yang anda ketahui tentang kapasitor bank ?
11. Terangkan apa yang dimaksud dengan daya reaktif ?
12. Buat kesimpulan dari percobaan ini ?
JAWAB :
1. Besar Tegangan dan Arus
BEBAN
RANGKAIAN SERI

RANGKAIAN PARAREL

L1=100W/220V

VR1 = 70 V

IR1 = 242 mA

VR1 = 220 V

IR1 = 1 A

L2 =100W/220V

VR2 = 80 V

IR2 = 242 mA

VR2 = 220 V

IR2 = 1 A

L3 =100W/220V

VR3 = 70 V

IR3 = 242 mA

VR3 = 220 V

IR3 = 0.9 A

2. Daya pada tiap rangkaian.


Rangkaian seri
BEBAN
L1 = 100 W/220 V
L2 = 100 W/220 V
L3 = 100 W/220 V
Rangkaian pararel

RANGKAIANSERI
VR1 = 70 V
IR1 = 242 mA
VR2 = 80 V
IR1 = 242 mA
VR3 = 70 V
IR1 = 242 mA

DAYA
16.9 Watt
19.3 Watt
16.9 Watt

BEBAN
L1 = 100 W/220 V
L2 = 100 W/220 V
L3 = 100 W/220 V

RANGKAIANSERI
VR1 = 220 V
IR1 = 1 A
VR2 = 220 V
IR1 = 1 A
VR3 = 220 V
IR1 = 0.9 A

DAYA
220 Watt
220 Watt
198

Tt

3. (e = M - T)
Dimana :
19

M
T
e

: adalah harga yang didapatkan dari pengukuran


: adalah harga sebenarnya
: adalah kesalahan dari alat ukur
Rangkaian Lampu Seri
e=MT

Tegangan
Arus

VR1 = 70,3 V (M) , T = 70 V , e = 70,3 70 = 0,3


VR2 = 80,2 V (M) , T = 80 V , e = 80,2 80 = 0,2
VR3 = 70,3 V (M) , T = 70 V , e = 70,3 70 = 0,3
IR1 = 242,2 mA (M) , T = 242 mA , e = 242,2 380 = 0,2
IR2 = 242,3 mA (M) , T = 242 mA , e = 242,3 380 = 0,3
IR3 = 242,2 mA (M) , T = 242 mA , e = 242,2 380 = 0,2
Rangkaian lampu parallel

Tegangan
Arus
Frekuensi

VR1 = 220,2 V (M) , T = 220 V , e = 220,2 220 = 0,2


VR2 = 220,1 V (M) , T = 220 V , e = 220,1 220 = 0,1
VR3 = 220.3 V (M) , T = 220 V , e = 220,3 220 = 0,3
IR1 = 1,1 A (M) , T = 2 A , e = 1,1 2 = 0,9
IR2 = 1,08 A (M) , T = 1 A , e = 1,08 1 = 0,8
IR3 = 0.9 A (M) , T = 1 A , e = 0.9 1 = 0.1
f = 49,6 Hz (M) , T = 50.0 Hz , e = 49,6 50.0 = 0,4

4. Impedansi dalam hal ini dapat terdiri dari berbagai jenis beban resistif, induktif,
kapasitif ataupun kombinasi dari ketiga jenis beban sehingga sebuah impedansi yang
memiliki karakteristik gabungan dari karakteristik berbagai jenis beban yang
menyusunnya. Pada percobaan ini kita hanya melakukan di lampu pijar dengan hanya
beban resistif aja . kita mendapat hasil beban resistifnya sebesar Pf = 1 pada pengukuran
cos phi meter .
5. Penyebab utama Faktor Daya suatu sistim jaringan listrik mejadi rendah adalah
beban induktif . Pada sebuah rangakaian induktif murni , arus akan tertinggal sebesar
90 terhadap tegangan , perbedaan yang besar pada sudut fase antara arus dan
tegangan ini akan menyebabkan faktor daya mendekati nilai nol . Umumnya , semua
rangkaian listrik memiliki sifat Kapasitansi dan Induktansi ( kecuali rangkaian
resonanasi atau rangkaian tuning dimana reaktansi induktif = reaktansi kapasitif ( Xc
= XL ) , sehingga rangkaian menjadi bersifat resistif ) , karena sifat Kapasitansi dan
Induktansi beban pada sebuah rangkaian listrik akan menyebabkan perbedaan sudut
fase ( ) antara arus dan tegangan sehingga menimbulkan faktor daya.
6. kita mengukur besaran Cos phi nya sebesar 1 dengan menggunakan Cos phi meter .
Dari dasar teori sudah dijelaskan bahwa bila ketika pengukuran pf = 1 berarti disebut
Beban Resistif . Di praktikum ini kita tidak melakukan beban kapasitif dan induktif .
7.

Wattmeter satu fasa


20

Secara luas dalam pengukuran daya, wattmeter tipe Elektrodinamometer dapat


dipakai untuk mengukur daya searah (DC) maupun daya bolak-balik (AC) untuk
setiap bentuk gelombang tegangan dan arus dan tidak terbatas pada gelombang sinus
saja. Wattmeter tipe elektrodinamometer terdiri dari satu pasang kumparan yaitu
kumparan tetap yang disebut kumparan arus dan kumparan berputar yang disebut
dengan kumparan tegangan, sedangkan alat penunjuknya akan berputar melalui suatu
sudut, yang berbanding lurus dengan hasil perkalian dari arus-arus yang melalui
kumparan-kumparan tersebut. Gambar dibawah menunjukkan susunan wattmeter satu
fasa .

8.
9.
Gambar 14, Diagram Rangkaian Wattmeter satu fasa

Wattmeter tiga fasa

Sistem fasa banyak, memerlukan pemakaian dua atau lebih wattmeter. Kemudian daya
nyata total diperoleh dengan menjumlahkan pembacaan masing-masing wattmeter secara
aljabar. Teorema Blondel menyatakan bahwa daya nyata dapat diukur dengan mengurangi
satu elemen wattmeter dan sejumlah kawat-kawat dalam setiap fasa banyak, dengan
persyaratan bahwa satu kawat dapat dibuat common terhadap semua rangkaian potensial.
Gambar 9 menunjukkan sambungan dua wattmeter untuk pengukuran konsumsi daya
oleh sebuah beban tiga fasa yang setimbang yang dihubungkan secara delta. Kumparan
arus wattmeter 1 dihubungkan dalam jaringan A, dan kumparan tegangan dihubungkan
antara (jala-jala, line) A dan C. Kumparan arus wattmeter 2 dihubungkan dalam jaringan B
, dan kumparan tegangannya antara jaringan B dan C. Daya total yang dipakai oleh beban
setimbang tiga fasa sama dengan penjumlahan aljabar dari kedua pembacaan wattmeter.
Diagram fasor gambar 4-5 menunjukkan tegangan tiga fasa VAC, VCB, VBA dan arus
tiga fasa IAC, ICB dan IBA. Beban yang dihubungkan secara delta dan dihubungkan
secara induktif dan arus fasa ketinggalan dari tegangan fasa sebesar sudut.

21

L1

L2

L3

Gambar 15. Diagram Rangkaian Wattmeter 3 fasa

Gambar16. Wattmeter 1 fasa dan 3 fasa

22

8. Karena karakteristik dari alat listrik yg dipakai oleh rumah berbeda-beda, seperti
pemakaian Watt motor listrik ditentukan dengan = Volt x Ampere x cos phi. Umumnya
motor listrik ( AC, pompa listrik, dan alat2 listrik yg mengandung motor) faktor efisiensi /
cos phinya adalah dibawah 1 , dalam contoh ini misalnya 0,75. Dalam sebuah industri
pabrik Cos phi yang cocok adalah 0,95 . Nilai Cos yang digunakan PLN adalah sebesar
0.8.
9. Untuk mengoptimalisasinya adalah jika cos phi semakin mendekati 1 (satu) maka I (arus)
akan semakin kecil, dengan semakin kecil arus maka kita dapat menghemat pemakaian
daya PLN. Untuk menjadikan nilai cos phi mendekati angka satu dapat dilakukan dengan
penambahan kapasitor. Besarnya nilai kapasitor tergantung dari nilai cos phi awal ditempat
rumah.
10. Kapasitor Bank merupakan peralatan listrik yang mempunyai sifat kapasitif yang terdiri
sekumpulan beberapa kapasitor yang disambung secara parallel untuk mendapatkan
kapasitas kapasitif tertentu. Besaran parameter yang sering dipakai adalah KVAR
(Kilovolt ampere reaktif) meskipun pada kapasitor sendiri tercantum besaran kapasitansi
yaitu Farad atau microfarad.
Kapasitas kapasitor dari ukuran 5 KVar sampai 60 Kvar. Dari tegangan kerja 230 V sampai
525 Volt. Kapasitor ini mempunyai sifat listrik yang kapasitif (leading). Sehingga
mempunyai sifat mengurangimenghilangkan terhadap sifat induktif (leaging).
Fungsi utama dari kapasitor bank yaitu sebagai penyeimbang beban induktif, Seperti yang
kita ketahui beban listrik terdiri dari beban reaktif (R), induktif (L) dan capasitif(C).
Dimana peralatan listrik yang sering digunakan dan dijumpai memiliki karakteristik
induktif, sehingga untuk menyeimbangkan karakteristik beban tersebut perlu digunakan
kapasitor yang berperan sebagai beban kapasitif. Berikut ini adalah beberapa kegunaan
dari kapasitor bank:

Memeperbaiki Power Factor (faktor daya)

Mensuply daya reaktif sehingga mamaksimalkan penggunaan daya komplek


(KVA)

Mengurangi jatuh tegangan (Voltage drop)

Menghindari kelebihan beban transformer

Memberikan tambahan daya tersedia

Menghindari kenaikan arus/suhu pada kabel

Menghemat daya / efesiensi

23

mengawetkan instalasi & Peralatan Listrik

Kapasitor bank juga mengurangi rugi rugi lainnya pada instalasi listrik

11. Daya reaktif (Q) merupakan selisih antara daya semu yang masuk pada penghantar
dengan daya aktif pada penghantar itu sendiri, dimana daya ini terpakai untuk daya
mekanik dan panas. Daya reaktif dipengaruhi faktor daya

Q = V I Sin

Keterangan :

Q = Daya reaktif (VAR)

12.
Pada percobaan daya satu fasa ini di rangkaian seri didapat hasil bahwa Tegangan
antar lampu yang dipasang seri tidak sama satu sama lain V1 V2 V3, tapi yang
sama pada rangkaian seri ini adalah arus yang melewati lampu pijarnya I1 = I2 = I3.
Dirangkaian ini nyala lampu agak redup karena pembagian daya yang relatif sedikit .
Pada percobaan daya satu fasa ini di rangkaian paralel didapat hasil bahwa tegangan
antar lampu yang dipasang paralel sama dengan yang lain V1 = V2 = V3 , dan
sebaliknya untuk arus berbeda tiap lampunya I1 I2 I3 . Dirangkaian ini nyala
lampu sangat terang karena pembagian daya pada setiap lampu sangat besar.
Pada percobaan daya satu fasa ini terdapat beban resistif dimana hasil dari
pengukuran cos phi meter adalah pf = 1 dan mempunyai persamaan Daya P = V I

24

M. DAFTAR PUSTAKA
http://dunia-listrik.blogspot.com/2009/01/sistem-3-fasa.html
http://elektronika-dasar.web.id/teori-elektronika/pengukuran-daya-rangkaianac/
https://www.scribd.com/doc/138086651/Laporan-Pengukuran-Daya-1-Fasa
http://noviamalinda.blogspot.com/2011/12/makalah-pengukuran-daya.html
http://www.invertertaiwan.com/2014/03/definisi-listrik-1-fasa-3-fase.html
http://www.academia.edu/8339208/MODUL_PRAKTIKUM_PENGUKURAN_BES
ARAN_LITRIK
http://ibnubahrulrama.blogspot.com/2013/10/blog-post.html
http://ibnubahrulrama.blogspot.com/2013/10/blog-post.html

25

N. LAMPIRAN

26

Anda mungkin juga menyukai