Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH AGAMA

KONTRIBUSI ISLAM DALAM PENGEMBANGAN


PERADABAN DUNIA

DISUSUN OLEH :
Romy Apriansyah Ysf (061840411743)
Sania Okta Narega (061840411744)

PRODI TEKNIK ENERGI


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Pendidikan Agama Islam dengan judul “
Kontribusi Islam dalam Pengembangan Peradaban Dunia ”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah yang telah kami buat
ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Palembang, 13 Desember 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

► BAB I ( PENDAHULUAN )

 1.1 Latar Belakang


 1.2 Rumusan Masalah
 1.3 Tujuan

► BAB II ( TINJAUAN PUSTAKA )

 2.1 Pengertian Peradaban Islam

► BAB III ( PEMBAHASAN )

 3.1 Menelusuri Pertumbuhan dan Perkembangan Agama Islam


 3.2 Faktor Penyebab Kemajuan dan Kemunduran Peradaban Islam
 3.3 Menggali sumber Historis, Sosiologis, Filosofis dan Teologis Kontribusi Islam
bagi Peradaban dunia

► BAB IV ( PENUTUP )

 4.1 KESIMPULAN

► DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah telah membuktikan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan di dunia modern


menjadi fakta sejarah yang tak terbantahkan.Bahkan bermula dari dunia Islamlah ilmu
pengetahuan mengalami transmisi (penyebaran, penularan), dimensi dan poliferasi
(pengembangan) ke dunia Barat yang sebelumnya diliputi oleh masa gelap (Dark Ages)
mendorong munculnya zaman renaissance atau enlightenment (pencerahan) di Eropa.

Melalui dunia Islam lah mereka mendapat akses untuk mendalamidan


mengembangkan ilmu pengetahuan modern. Menurut Gore barton, ketika dunia Barat sudah
cukup masak untuk merasakan perlunya ilmu pengetahuan yang lebih dalam, perhatiannya
pertama-tama tidak ditujukan kepada sumber-sumber Yunani, melainkan kepada sumber-
sumber Arab (Islam).

Islam juga hadir di tengah kerasnya peradaban jahiliyah.Akan tetapi, untuk


selanjutnya Islam mampu bermetamorfosa menyebar hampir ke seluruh penjuru dunia.
Dalam perkembangan peradaban dunia memang Islam tidak bisa dilepaskan dari
perkembangannya sejak dari zaman Rasulullah SAW sampai sekarang pun, islam banyak
memberi kontribusi terhadap dunia. Dari zaman Rasulullah SAW, Islam merubah peradaban
yang ada di Jazirah Arab dan sampai sekarang kita masih dapat merasakan nikmat dari
perubahan peradaban yang dibawa Islam. Ajaran Islam yang telah tersebar ke berbagai
penjuru dunia selama berabad-abad tentunya meninggalkan tinta emas dan torehan positif
berupa khasanah keilmuan bagi peradaban dunia, meskipun tidak ada lagi kekuasaan Islam
secara mutlak.

Secara historis, Islam telah memainkan peran yang signifikan dalam perkembangan
beberapa aspek pada peradaban dunia.Begitupun setelah selesai masa kenabian yang ditutup
dengan wafatnya Rasulullah SAW, perkembangan dan pemikiran peradaban Islam dalam
sejarahnya telah menunjukkan berbagai varian.Islam dalam ekspansinya, tidak hanya
mengambil keuntungan materi dari daerah yang dapat dikuasai, melainkan ikut membangun
dan memajukan peradaban yang ada dan tetap toleran terhadap budaya lokal yang ada.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Kontribusi Islam dalam pengembangan peradaban dunia?


2. Apa saja faktor penyebab kemajuan dan kemunduran peradaban islam?
3. Bagaimana sumber historis, sosiologis, filosofis, dan teologis kontribusi islam
bagi peradaban dunia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Kontribusi Islam dalam pengembangan peradaban dunia.
2. Untuk mengetahui faktor penyebab kemajuan dan kemunduran peradaban islam.
3. Untuk mengetahui sumber historis, sosiologis, filosofis, dan teologis kontribusi
Islam dalam peradaban dunia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Peradaban Islam

Istilah “peradaban Islam” merupakan terjemahan dari kata Arab, yaitu al- Hadharah
al-Islamiyyah. Istilah Arab ini sering juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan
“kebudayaan Islam”. Padahal, istilah kebudayaan dalam bahasa arab adalah al-Tsaqafah. Di
Indonesia, sebagaimana juga di Arab dan Barat, masih banyak orang yang mensinonimkan
dua kata : “kebudayaan” (Arab/al-tsaqafah dan culture/Inggris) dengan “peradaban”
(civilization/Inggris dan al-hadharah/Arab) sebagai istilah baku kebudayaan. Dalam
perkembangan ilmu antropologi sekarang, kedua istilah itu dibedakan.Kebudayaan adalah
bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat.Sedangkan, manifestasi-
manifestasi kemajuan tekhnis dan teknologis lebih berkaitan dengan peradaban.Kalau
kebudayaan lebih banyak di reflesikan dalam seni, sastra, religi (agama) dan moral, maka
peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi dan teknologi.
Beberapa definisi tentang peradaban, diantaranya :
a. Peradaban adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebutkan suatu istilah yang
digunakan untuk menyebutkan bagian-bagian atau unsur-unsur suatu kebudayaan yang
dianggap harus maju, dan indah.
b. Peradaban adalah pertumbuhan melalui perkembangan pengetahuan dan kecakapan
sehingga orang memungkinkan memiliki tabiat “Beradab”.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa peradaban adalah segalah
tindakan atau tingkah laku seorang atau orang lain terhadap perkembangan sehingga ia
memiliki tabiat “ beradab” dan pengendalian diri terhadap dirinya sendiri untuk kemajuan
lahir dan batin mencangkup sikap sopan dan santun dan budi pekerti dan bahasa yang baik.
Untuk Peradaban Islam lebih diartikan sebagai peradaban kaum muslimin, tetapi jika
atribut Islam terdapat pencapaian ini dititik bulatkan kepada Islam sebagaigama yang
dominan pada masa itu.Peradaban islam ialah tauhid yang memberikan identitas yang
mengikat semua bagian-bagian, sehingga menjadikan mereka suatu badan yang
integral.Peradaban Islam merupakan tabiat tingkah laku yang dibangun atas nilai-nilai Islam
dan dibawa oleh kewahyuan Islam sendiri yang mana kemudian di kembangkan oleh
masyarakat.Peradaban Islam adalah kemajuan yang menyangkut sopan santun, budi bahasa,
dan tabiat yang diorentasikan pada Al-Qur’an dan Hadits.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Menelusuri Pertumbuhan dan Perkembangan Peradaban Islam

Peradaban Islam adalah bagian-bagian dari kebudayaan Islam yang meliputi berbagai
aspek seperti moral, kesenian, dan ilmu pengetahuan, serta meliputi juga kebudayaan yang
memilliki sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan, dan ilmu
pengetahuan yang luas.Dengan kata lain peradaban Islam bagian dari kebudayaan yang
bertujuan memudahkan dan mensejahterakan hidup di dunia dan di akhirat.
Dalam memahami peradaban Islam, amat penting untuk mengingat tidak hanya
keragaman seni dan ilmu pengetahuan, tetapi juga keragaman interpretasi teologis dan
filosofis pada doktrin-doktrin Islam, bahkan pada bidang hukum Islam. Tidak ada kesalahan
yang serius daripada pendapat yang menegaskan bahwa Islam adalah realitas yang seragam,
dan peradaban Islam tidak mengapresiasi ciptaan atau eksistensi beragam. Meskipun kesan
adanya keseragaman sering mendominasi segala hal yang berkaitan dengan Islam, sisi
keragaman di bidang interpretasi agama itu sendiri selalu ada, sebagaimana juga terdapat
aspek beragam pada pemikiran dan kultur Islam. Akan tetapi, Nabi Muhammad saw sebagai
pembawa ajaran Islam, menganggap bahwa keragaman pendapat para pemikir Muslim adalah
sebuah karunia Tuhan.Namun dengan segala keberagamannya tersebut, masih saja terlihat
kesatuan yang amat mengagumkan tetap mempengaruhi peradaban Islam, sebagaimana hal
tersebut telah mempengaruhi agama yang melahirkan peradaban itu, dan membimbing alur
sejarahnya selama berabad-abad.
Demikianlah Islam dengan ajaran suci dan universal sebagaimana yang telah
diwahyukan, mengalami perkembangan dari masa ke masa. Adapun penyebaran Islam dan
torehan peradabannya ke penjuru dunia, tak kan lepas dari metode dan sistem penyebarannya,
mulai dari perdagangan, korespondensi (seperti yang dilakukan Rasulullah dengan mengirim
surat kepada para raja Mesir, Persia, dll.), diplomasi politik, sampai pada peperangan
perebutan kekuasaan dan pendudukan wilayah.
Sedangkan periode penyebaran Islam dan peradabannya yang dimulai sejak masa
Rasulullah saw pada abad ke-6 M hingga saat ini, terdapat masa-masa kejayaan peradaban
Islam yang kemudian diwarisi oleh peradaban dunia. Harun Nasution membagi sejarah islam
menjadi tiga periode, yaitu periode klasik (650-1250 M), periode pertengahan (1250-1800 M)
dan periode modern (1800 M-sekarang). Pada masing-masing periode terdapat perbedaan
dimensi yang khas yang tampil dalam setiap perkembangannya.
Periode klasikmerupakan masa ekspansi, integrasi dan keemasan Islam. Sebelum
wafatnya Nabi Muhammad SAW (632 SM) , seluruh semenanjung Arabia telah tunduk
terhadap kekuasaan Islam. Rasulullah SAW mengajarkan kepada masyarakat Arab Jahiliyah
tentang Islam, bahwa Islamlah merupakan jalan keluar bagi kerusakan akidah atau tauhid
masyarakat Arab, Islam mengajarkan menyembah hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Konsep tauhid inilah yang kemudian dijadikan cikal-bakal dari lahirnya integrasi umat
manusia.Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW selanjutnya dikembangkan oleh
para sahabat. Ekspansi keluar Arabia pertama dilakukan pada masa khalifah pertama Abu
Bakar ash- Shiddiq, hingga berlanjut pada kekhalifaan berikutnya.
Pencapaian kemenangan Islam pada masa ini adalah dapat dikuasainya Irak pada
tahun 634 M, yang kemudian meluas hingga Suria, kemudian pada masa Umar bin Khattab,
Islam mampu menguasai Damaskus (635 M) dan tentara Bizantium di daerah Syiria pun
ditaklukkan pada perang Yarmuk (636 M), selanjutnya menjatuhkan Alexandria (641 M) dan
menguasai Mesir dengan tembok Babilonnya. Dan kekuasaan Islampun meluas hingga
Palestina, Syiria, Irak, Persia dan Mesir. Pada masa khalifah Utsman bin Affan, Tripoli dan
Ciprus pun tertaklukkan. Walaupun setelah itu terjadi keguncangan politik pada masa
kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, hingga wafatnya.
Kekhalifahan berlanjut pada kekuasaan Bani Umayyah, yang pada masa ini
kekuasaan Islam semakin meluas, berawal di Tunis, Khurasan, Afganistan, Balkh, Bukhara,
Khawarizm, Farghana, Samarkand, Bulukhistan, Sind, Punjab, dan Multan. Bukan hanya itu,
perluasan dilanjutkan ke Aljazair dan Maroko, bahkan telah membuka jalan ke kawasan
Eropa yaitu Spanyol, dan menjadikan Cordova sebagai ibu kota Islam Spanyol. Lebih
ringkasnya, pada masa dinasti ini kekuasaan Islam telah menguasai Spanyol, Afrika Utara,
Syiria, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak, sebagaian dari Asia Kecil, Persia, Afganistan,
Pakistan, Turkmenia, Uzbek, dan Kirgis (di Asia Tengah).
Sejak kedinastian Bani Umayyah, peradaban Islam mulai menampakkan pamor
keemasannya. Walaupun Bani Umayyah lebih memusatkan perhatiannya pada kebudayaan
Arab. Benih-benih peradaban baru tersebut antara lain perubahan bahasa administrasi dari
bahasa Yunani dan Pahlawi ke bahasa Arab, dengan demikian bahasa Arab menjadi bahasa
resmi yang harus dipelajari, hingga mendorong Imam Sibawaih menyusun Al-Kitab yang
menjadi pedoman dalam tata bahasa Arab.
Pada saat itu pula (± abad ke-7 M), bermunculan sastrawan-sastrawan Islam, dengan
berbagai karya besar antara lain sebuah novel terkenal Laila Majnun yang ditulis oleh Qais
al-Mulawwah. Lain dari pada itu, dengan adanya pusat kegiatan ilmiah di Kufah dan Basrah,
bermunculan ulama bidang tafsir, hadits, fiqh, dan ilmu kalam.Pada bidang ekonomi dan
pembangunan, Bani Umayyah di bawah pimpinan Abd al-Malik, telah mencetak alat tukar
uang berupa dinar dan dirham. Sedangkan pembangunan yang dilakukan adalah
pembangunan masjid-masjid di Damaskus, Cordova, dan perluasan masjid Makkah serta
Madinah, termasuk al-Aqsa di al-Quds (Yerussalem), juga pembangunan Monumen Qubbah
as-sakhr, juga pembangunan istana-istana untuk tempat peristirahatan di padang pasir,
seperti Qusayr dan al-Mushatta.
Setelah kekuasaan Bani Umayyah menurun, dan ditumbangkan oleh Bani Abbasiyah
pada tahun 750 H, kembali Islam dengan perkembangan peradabannya terus menerus
bergerak pada kemajuan. Di masa al-Mahdi, perekonomian mengalami peningkatan dengan
konsep perbaikan sistem pertanian dengan irigasi, dan juga pertambangan emas, perak,
tembaga dan lainnya yang juga meningkat pesat. Bahkan perekonomian menjadi lebih baik
setelah dibukanya jalur perdagangan dengan transit antara timur dan barat, dengan Basrah
sebagai pelabuhannya.
Masa selanjutnya pada masa Harun al-Rasyid, kehidupan sosial pun menjadi lebih
mapan dengan dibangunnya rumah sakit, pendidikan dokter, dan farmasi. Hingga Baghdad
pada masa itu mempunyai 800 orang dokter. Dilanjutkan pada masa al-Makmun yang lebih
berkonsenrasi pada pengembangan ilmu pengetahuan, dengan menerjemahkan buku-buku
kebudayaan Yunani dan Sansekerta,dan berdirinya Baitu-l-hikmah sebagai pusat kegiatan
ilmiahnya. Yang disusul kemudian dengan berdirinya Universitas Al-Azhar di Mesir. Juga
dibangunnya sekolah-sekolah, hingga Baghdad menjadi pusat kebudayaan dan ilmu
pengetahuan. Maka, tak dapat dipungkiri lagi bahwa masa-masa ini dikatakan sebagai the
golden age.
Kemajuan keilmuan dan teknologi Islam mengalami masa kejayaan di masa ini.
Munculnya para ilmuwan, filosof dan cendekiawan Muslim telah mewarnai penorehan tinta
sejarah dunia. Islam bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan dan filsafat yang mereka
pelajari dari buku-buku Yunani, akan tetapi menambahkan ke dalam hasil penyelidikan yang
mereka lakukan sendiri dalam lapangan sains dan filsafat. Tokoh cendekiawan Muslim yang
terkenal adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizmi sebagai metematikawan yang telah
menelurkan aljabar dan algoritma, al-Fazari dan al-Farghani sebagai ahli astronomi (abad ke
VIII), Abu Ali al-Hasan ibnu al-Haytam dengan teori optika (abad X), Jabir ibnu Hayyan dan
Abu Bakar Zakaria ar-Razi sebagai tokoh kimia yang disegani (abad IX), Abu Raihan
Muhammad al-Baituni sebagai ahli fisika (abad IX), Abu al-Hasan Ali Mas’ud sebagai tokoh
geografi (abad X), Ibnu Sina sebagai seorang dokter sekaligus seorang filsuf yang sangat
berpengaruh (akhir abad IX), Ibnu Rusyd sebagai seorang filsuf ternama dan terkenal di
dunia filsafat Barat dengan Averroisme, dan juga al-Farabi yang juga seorang filsuf Muslim.
Selain sains dan filsafat pada masa ini juga bermunculan ulama besar tentang
keagamaan dalam Islam, seperti Imam Muslim, Imam Bukhari, Imam Malik, Imam Syafi’i,
Abu Hanifah, Ahmad bin Hambal, serta mufassir terkenal ath-Thabari, sejarawan Ibnu
Hisyam dan Ibnu Sa’ad. Masih adalagi yang bergerak dalam ilmu kalam dan teologi, seperti
Washil bin Atha’, Ibnu al-Huzail, al-Allaf, Abu al-Hasan al-Asyari, al-Maturidi, bahkan
tokoh tasawuf dan mistisisme seperti, Zunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami, Husain bin
Mansur al-Hallaj, dan sebagainya. Di dunia sastra pun mengenalkan Abu al-Farraj al-
Asfahani, dan al-Jasyiari yang terkenal melalui karyanya 1001 malam, yang telah
diterjemahkan ke berbagai bahasa di dunia.
Periode pertengahan, pada periode ini, terdapat periode kemunduran Islam pada
sekitar 1250-1500 M. Yang mana satu demi satu kerajaan Islam jatuh ke tangan Mongol, dan
kerajaan Islam Spanyol pun mampu ditaklukkan oleh raja-raja Kristen yang bersatu, hingga
orang-orang Islam Spanyol berpindah ke kota-kota di pantai utara Afrika.
Namun dengan demikian, terdapat kebangkitan kembali kedinastian Islam pada masa
1500-1800 M. Di sana terdapat 3 kerajaan besar, yang menjadi tonggak berjayanya peradaban
Islam yang ke-2. Kerajaan besar tersebut adalah Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Safawi
Persia, dan Kerajaan Mughal di India.
Karajaan Turki Usmani berhasil mengambil alih Bizantium dan menduduki
Konstantinopel (Istambul). Hingga akhirnya kekuasaan Turki Usmani mampu menguasai
Asia Kecil, Armenia, Irak, Syiria, Hijaz, Yaman, Mesir, Libya, Tunis, Aljazair, Bulgaria,
Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania.
Sedangkan di tempat lain, Persia Islam bangkit dengan dengan Kerajaan Safawi (1252
M), dengan dinasti yang berasal dari Azerbaijan Syaikh Saifuddin yang beraliran Syi’ah.
Kekuasaannya menyeluruh hingga seluruh Persia. Dan berbatasan dengan kekuasaan Usmani
di barat dan kerajaan Mughal di kawasan timur.
Kerajaan Mughal di India, yang berdiri pada tahun 1482 M dengan pendirinya
Zahirudin Babur. Kekuasaannya mencakup Afganistan, Lahore, India Tengah, Malwa dan
Gujarat. Di India, bahasa Urdu akhirnya menjadi bahasa kerajaan menggantikan bahasa
Persia. Dan kemajuannya telah membuat beberapa bukti peninggalan sejarah antara lain, Taj
Mahal, Benteng Merah, masjid-masjid, istana-istana, dan gedung-gedung pemerintahan di
Delhi.
Akan tetapi pada masa kemajuan ini, ilmu pengetahuan tidak banyak diberikan
perhatian, namun perhatiannya terhadap seni dalam berbagai bentuk adalah sangat besar,
sehingga kerajaan Usmani mendapatkan julukan the patron of art. Ketiga kerajaan besar
tersebut lebih banyak memperhatikan bidang politik dan ekonomi. Sedangkan di Barat, mulai
menuai kebangkitan dengan melihat jalur yang terbuka ke pusat rempah-rempah dan bahan-
bahan mentah dari daerah Timur Jauh melaui Afrika Selatan.
Hingga pada Abad ke-17, di Eropa mulai muncul negara-negara kuat, bahkan Rusia
mulai maju di bawah kepemimpinan Peter Yang Agung. Dan melalui peperangan, Usmani
mengalami kekalahan. Dan Safawi Persia pun ditaklukkan oleh Raja Afghan yang
mempunyai perbedaan paham. Dan kerajaan Mughal India pecah dikarenakan terjadi
pemberontakan dari kaum Hindu, bahkan Inggris pun berperan menguasainya pada tahun
1857 M.
Periode modern, periode ini dikatakan sebagai periode kebangkitan Islam, yang mana
dengan berakhirnya ekspedisi Napoleon di Mesir, telah membuka mata umat Islam akan
kemunduruan dan kelemahannya di samping kemajuan dan kekuasaan Barat. Raja dan
pemuka-pemuka Islam mulai berpikir mencari jalan keluar untuk mengembalikan
keseimbangan kekuatan, yang telah pincang dan membahayakan umat Islam. Sebab Islam
yang pernah berjaya pada masa klasik, kini berbalik menjadi gelap. Bangsa Barat menjadi
lebih maju dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan peradabannya.
Dengan demikian, timbullah pemikiran dan pembaharuan dalam Islam yang disebut
dengan modernisasi dalam Islam. Sekian tokoh pembaharu Islam telah mengeluarkan buah
pikirannya guna membuat umat Islam kembali maju sebagaimana pada periode klasik. Para
tokoh tersebut antara lain, Muhammad bin Abdul Wahab di Arab, Muhammad Abduh,
Jamaludin al-Afghani, Muhammad Rasyid Ridha di Mesir, Sayyid Ahmad Khan, Syah
Waliyullah, dan Muhammad Iqbal di India, Sultan Mahmud II dan Musthafa Kamal di Turki,
dan masih banyak lagi yang lainnya.

3.2 Faktor Penyebab Kemajuan dan Kemunduran Peradaban Islam


Dinamika peradaban Islam dipengaruhi oleh konteks social, politik, budaya, dan
agama yang melekat di dalamnya. Peradaban islam pada masa awal/klasik, pertengahan,
sampai modern memiliki nuansa atau dimensi peradaban yang berbeda satu sama lain. Masa
kejayaan Bani Abbasiyah terjadi pada masa Khalifah Harun Al-Rasyid dan anaknya Al –
Ma’mun. Pada masanya ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umun berkembang
peast.Perkembangan ilmu agama meliputi pembukaan sejumlah bidang agama yaitu, fikih,
tafsir, hadis, kalam dan tasawuf. Adapun bidang ilmu pengetahuan umum antara lain filsafat,
ilmu kedoktern, ilmu astronomi, farmasi, geografi, sejarah, dan bahasa.
Kemajuan ini disebabkan pada orientasi peradaban yang diarahkan pada kemajuan
ilmu pengetahuan, dan bukan pada ekspansi perluasan wilayah.kemajuan islam pada masa ini
ditentukan oleh 2 faktor, yaitu terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa
lain yang telah mengalami perkembangan ilmu pengetahuan dan adanya gerakan
penerjemahan buku-buku kebudayaan Yunani ke dalam bahasa Arab. Keterbukaan islam
terhadap peradaban bangsa lain membuat Islam semakin maju dan tinggi dalam hal
peradaban.
Sedangkan kemunduran peradaban islam ditandai dengan adanya disintegrasi dan
perpecahan dikalangan umat yang menyebabkan Islam mundur dari pentas atau panggung
peradaban dunia. Di Spanyol, kehancuran Islam sebagaimana dikutip Badri yatim, ada
beberapa factor penyebbnya antara lain adanya konflik penguasa Islam dengan penguasa
Kristen, tidak adanya ideology pemersatu, kesulitan ekonomi, tidak jelasnya system peralihan
kekuasaan , dan letaknya yang terpencil dari pusat wilayah dunia Islam yang lain.

3.3 Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Filosofis dan Teologis Kontribusi Islam bagi
Peradaban Dunia

a. Menggali Sumber Historis


Banyak peradaban yang hancur (mati) karena “bunuh diri” bukan karena benturan
dengan kekuatan luar. Peradaban hancur karena peradaban di atas nilai-nilai spiritualitas yang
kokoh.
Berbeda dengan peradaban lainnya, peradaban saat itu tumbuh berkembang dan dapat
tersebar dengan cepat dikarenakan peradaban Islam memiliki kekuatan spiritualitas. Umat
Islam kala itu bekerja keras untuk melahirkan peradaban baru dengan semangat spiritual
tinggi untuk membangun reruntuhan peradaban lama. Oleh karena itu, aspek spiritual
memainkan peran sentral dalam mempertahankan eksistensi peradaban Islam.
Apabila kita menengok pemerintahan Islam secara umum, para khalifah dari Bani
Umayyah seperti Abu Hasyim Khalid ibn Yazid merintis penerjemah karya-karya Yunani di
Syiria. Juga ketika masa Bani Abbasiyah memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kegiatan
intelektual bergerak cepat. Khalifah Al-Ma’mun mendirikan pusat riset dan penerjemah di
Baghdad, yang ia beri nama Bait al-Hikmah pada tahun 830 M. Banyak penerjemah handal
yang ahli menerjemahkan dan banyak dari mereka adalah non-muslim, seperti Tsabit ibn
Qurrah Al-Harrani yang berasal dari Sabean di Harran. Menurut Margaret Smith adanya
kepercayaan (agama) yang berada ternyata tidak menghalangi mereka untuk bekerja sama,
karena para penguasa Islam memiliki visi yang maju ke depan dan lebih mengutamakan
profesionalisme.
Gerakan penerjemahan ini menghasilkan banyak sarjana, seperti, sarjana kimia Jabir
ibn Hayyan Al-Azdi Ath-Thusi Ash-Shuff (721-815) yang mengharumkan istana Khalifah
Harun Al Rasyid; sarjana yang memiliki prestasi Islam dan Barat yang mendaoat julukan
“Galennya Arab”, filsuf muslim pertama yang menguasai filsafat Yunani, Al-Kindi (801-866)
dan masih banyak lagi tokoh Islam yang memiliki prestasi gemilang dari berbagai bidang
ilmu.

b. Menggali Sumber Sosiologis

Sebelum peradaban Islam, ilmu pengetahuan memang telah ada, namun sifat dan
semangatnya sangat nasionalistis dan parokialistis, dengan ketertutupan masing-masing
bangsa dari pengaruh luar karena masing-masing bangsa dari pengaruh luar karen merasa
paling benar. Para peneliti modern tentang sejarah ilmu pengetahuan berselisih pendapat
tentang nilai orisinalitas konstribusi dan peranan orang-orang muslim. Betrand Russel,
misalnya, cenderung meremehkan tingkat orisinalitas konstribusi Islam di bidang filsafat,
namun tetap mengisyaratkan adanya tingkat orisinalitas yang tinggi di bidang matematika
dan ilmu kimia. Menurutnya, meskipun kemampuan filsafat orang-orang Islam tidak dapat
diremehkan tetapi kemampuan orang-orang Islam itu hanyalah pemindah (transmitter) dari
Yunani Kuno ke Eropa Barat.
Teradapat dua pendapat mengenai sumbangan peradaban Islam terhadap filsafat dan
ilmu pengetahuan yang terus berkembang hingga saat ini. Pendapat pertama mengatakan,
“Bahwa orang Eropa belajar filsafat dari filsuf Yunani seperti Aristoteles, melalui kitab-kitab
yang disalin oleh St. Agustine (354-430 M), yang kemudian diteruskan oleh Anicius Manlius
Boethius (480-524 M) dan John Scotus.” Pendapat kedua menyatakan , “Bahwa orang Eropa
belajar filsafat orang-orang Yunani dari buku-buku filsafat Yunani yang telah diterjemahkan
ke dalam bahasa Arab oleh filsuf Islam seperti Al-Kindi dan Al-Farabi.” Terhadap pendapat
pertama Hoesin (1961) dengan tegas menolaknya. Alasan yang dikemukakan Hoesin salinan
buku filsafat Aristoteles seperti Isagoge, Catageroies, dan Porphyry telah dimusnahkan oleh
pemerintah Romawi bersamaan dengana eksekusi mati terhadap Boethius, yang dianggap
telah menyebarkan ajaran yang dilarang oleh negara. Selanjutnya dikatakan bahwa
seandainya kitab-kitab terjemahan Boethius menjadi su,ber perkembangan ilmu filsafat dan
pengetahuan di Eropa, maka John Salisbury, seorang guru besar filsafat di Universitas Paris,
tidak akan menyalin kembali buku Organon karangan Aristoteles dari terjemahan-terjemahan
berbahasa Arab, yang telah dikerjakan oleh filsuf Islam. Setelah zaman Aristoteles, sejarah
tidak mencatat generasi penerus hingga munculnya Al-Kindi pada tahun 801 M. Al-Kindi
banyak belajar dari kitab-kitab filsafat karangan Plato dan Aristoteles. Oleh Raja Al-Ma’mun
dan Raja Harun Al-Rasyid pada zaman Abbasiyah, Al-Kindi diperintahkan untuk menyalin
karya Plato dan Aristoteles tersebut ke dalam bahasa Arab.

c. Menelusuri Sumber Filsofis dan Teologis

Semangat para filsuf dan ilmuwan Islam untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tidak
lepas dari semangat ajaran Islam, yang menganjurkan para pemeluknya belajar segala hal,
sebagaimana perintah Allah SWT. Dalam Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad. Ini menjadi
dasar teologis yakni dengan melakukan pengkajian yang lebih sistematis akan sumber-
sumber ajaran agama dan pengahargaan yang lebih baik, namun tetap kritis kepada warisan
kultural umat, dan pemahaman yang lebih tepat akan tuntutan zaman yang semakin
berkembang secara cepat. Secara filosofis, Islam memiliki semangat membangun peradaban
yang oleh Nabi Muhammad diterjemahkan dalam bentuk “Masyarakat Madani” atau
“Masyarakat Medinah” sebagai civil society kala rasul hidup dan terus membangun
kerjasama dengan masyarakat Medinah yang majemuk, dan berhasil membentuk “common
platform” atau kalimat pemersatu (kalimatun sawa).
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Peradaban Islam adalah bagian-bagian dari kebudayaan Islam yang meliputi berbagai
aspek seperti moral, kesenian, dan ilmu pengetahuan, serta meliputi juga kebudayaan yang
memilliki sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan, dan ilmu
pengetahuan yang luas.Dengan kata lain peradaban Islam bagian dari kebudayaan yang
bertujuan memudahkan dan mensejahterakan hidup di dunia dan di akhirat.
Sedangkan periode penyebaran Islam dan peradabannya yang dimulai sejak masa Rasulullah
saw pada abad ke-6 M hingga saat ini, terdapat masa-masa kejayaan peradaban Islam yang
kemudian diwarisi oleh peradaban dunia. Harun Nasution membagi sejarah islam menjadi
tiga periode, yaitu periode klasik (650-1250 M), periode pertengahan (1250-1800 M) dan
periode modern (1800 M-sekarang). Pada masing-masing periode terdapat perbedaan dimensi
yang khas yang tampil dalam setiap perkembangannya.
Periode klasik merupakan masa ekspansi, integrasi dan keemasan Islam.Kemajuan
keilmuan dan teknologi Islam mengalami masa kejayaan di masa ini. Munculnya para
ilmuwan, filosof dan cendekiawan Muslim telah mewarnai penorehan tinta sejarah dunia.
Islam bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan dan filsafat yang mereka pelajari dari buku-
buku Yunani, akan tetapi menambahkan ke dalam hasil penyelidikan yang mereka lakukan
sendiri dalam lapangan sains dan filsafat.
Periode pertengahan, pada periode ini, terdapat periode kemunduran Islam pada
sekitar 1250-1500 M. Yang mana satu demi satu kerajaan Islam jatuh ke tangan Mongol, dan
kerajaan Islam Spanyol pun mampu ditaklukkan oleh raja-raja Kristen yang bersatu, hingga
orang-orang Islam Spanyol berpindah ke kota-kota di pantai utara Afrika.
Periode modern, periode ini dikatakan sebagai periode kebangkitan Islam, yang mana
dengan berakhirnya ekspedisi Napoleon di Mesir, telah membuka mata umat Islam akan
kemunduruan dan kelemahannya di samping kemajuan dan kekuasaan Barat. Raja dan
pemuka-pemuka Islam mulai berpikir mencari jalan keluar untuk mengembalikan
keseimbangan kekuatan, yang telah pincang dan membahayakan umat Islam. Sebab Islam
yang pernah berjaya pada masa klasik, kini berbalik menjadi gelap. Bangsa Barat menjadi
lebih maju dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan peradabannya.
DAFTAR PUSTAKA

Abu Khalil, Syauqi. 2002. Harun Al Rasyid, Pemimpin dan Raja yang Mulia.
Jakarta: Pustaka Azzam.

Al-Sharqawi, Effat. 1986. Filsafat Kebudayaan Islam. Bandung: Penerbit Pustaka.


Koentjaraningrat. 1985. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:
Gramedia.

Zarkasyi, Hamid Fahmy. 2007. Membangun Peradaban Islam. Makalah Workshop


Pemikiran Ideologis, Forum Ukhuwwah Islamiyah, Daerah Istimewa Yogyakarta, 15
April.

https://www.slideshare.net/iinxsolihin12/contoh-makalah-agama-tentang-peradaban-
islam?from_action=save

Anda mungkin juga menyukai