Anda di halaman 1dari 15

Pengaruh Perkembangan Islam terhadap Peradaban Dunia

Disusun oleh kelompok 9 :


1. Ahsani Taqwim (G1A018002)
2. Aldy Angghara (G1A018003)
3. Hamdani (G1A018026)
4. Ismadi Dwi Saputra Hidayat (G1A018081)
5. Muhammad Ahsan Akbar (G1A018040)
6. Muhammad Ilyas Amin ()
7. Muhammad Yudi Setiawan ()
8. Ozi Yazid Rosada (G1A018050)
9. Yayat Maulidan (G1A018078)

Prodi Biologi
Fakultas MIPA Universitas Mataram

Abstrak
Lajunya perkembangan pemikiran Islam sepanjang sejarah karena adanya sikap
terbuka, toleran dan akomodatif kaum muslimin terhadap hegemoni pemikiran dan peradaban
asing, cinta ilmu, budaya akademik, kiprah cendikiawan muslim dalam pemerintahan dan
lembaga sosial kemasyarakatan, berkembangnya aliran yang mengedepankan rasio dan
kebebasan berpikir, meningkatnya kemakmuran negeri-negeri Islam, dan permasalahan yang
dihadapi umat Islam dari masa ke masa semakin kompleks dan memerlukan solusi. Semua
bidang keilmuan dijadikan objek kajian oleh para tokoh pemikir Islam, baik ilmu agama
maupun ilmu umum. Dari perkembangan pemikiran Islam ini berimplikasi pada
perkembangan peradaban Islam di seluruh penjuru dunia Islam. Perkembangan pemikiran
dan peradaban Islam ini ditandai dengan berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan, pada
masa Dinasti Umayah dan Dinasti Abbasiyah dan didukung oleh dinasti-dinasti lainnya
seperti di Cordova Andalusia, Afrika Utara, Turki dan India Islam. Hal ini berdampak
signifikan terhadap kehidupan umat Islam dan berpengaruh kuat terhadap kemajuan
peradaban dunia internasional pada umumnya, dari masa klasik hingga era modern. Dalam
tulisan ini dikaji tentang faktor pendukung perkembangan pemikiran dan peradaban Islam,
proses perkembangan pemikiran dan peradaban Islam sepanjang sejarah, bidang keilmuan
yang dikembangkan dan para tokohnya, dan dampak perkembangan pemikiran dan peradaban
Islam terhadap kehidupan umat Islam dan dunia internasional.

Kata Kunci : Perkembangan Islam, Peradaban dunia


A. Pendahuluan
Istilah “Peradaban Islam” merupakan terjemahan dari kata Arab, yaitu al-
Hadharah al-Islamiyyah. Istilah Arab ini sering juga diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia dengan “kebudayaan Islam”. Padahal, istilah kebudayaan dalam bahasa
arab adalah al-Tsaqafah. Jika kebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam seni, sastra,
religi (agama) dan moral, maka peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi dan
teknologi. Keduanya adalah hasil kerja manusia pada suatu zaman. Namun, dalam
pembicaraan secara umum, peradaban cakupannya lebih luas dan lebih menyeluruh.
Peradaban lebih dekat dengan struktural (kekuasaan), bahkan melingkupinya.
Beberapa definisi tentang peradaban, diantaranya : a. Peradapan adalah suatu
istilah yang digunakan untuk menyebutkan suatu istilah yang digunakan untuk
menyebutkan bagian-bagian atau unsur-unsur suatu kebudayaan yang dianggap
harus maju. b. Peradaban adalah pertumbuhan melalui perkembangan pengetahuan dan
kecakapan sehingga orang memungkinkan memiliki tabiat “Beradab”. c. Peradaban
adalah untuk menunjukkan keadaan beradab artinya memiliki tabiat dan
pengendalian diri. d. Peradaban adalah kemajuan lahir batin yang menyangkut
sopan santun, budi bahasa dan kebudayaan suatu bangsa.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa peradaban adalah segala
tindakan atau tingkah laku seorang atau orang lain terhadap perkembangan sehingga ia
memiliki tabiat “ beradab” dan pengendalian diri terhadap dirinya sendiri untuk
kemajuan lahir dan batin mencangkup sikap sopan dan santun dan budi pekerti dan
bahasa yang baik.
Untuk Peradaban Islam lebih diartikan sebagai peradaban kaum muslimin.
Peradaban islam ialah tauhid yang memberikan identitas yang mengikat semua
bagian-bagian, sehingga menjadikan mereka suatu badan yang integral. Peradaban
Islam merupakan tabiat tingkah laku yang dibangun atas nilai-nilai Islam dan dibawa
oleh kewahyuan Islam sendiri yang mana kemudian dikembangkan oleh masyarakat.
Peradaban Islam adalah kemajuan yang menyangkut sopan santun, budi bahasa, dan
tabiat yang diorentasikan pada Al-Qur’an dan Hadits.
Sejarah perjuangan umat Islam dalam pentas peradaban dunia berlangsung
sangat lama sekira 13 abad, yaitu sejak masa kepemimpinan Rasulullah Saw di
Madinah (622-632M), masa Khulafaur Rasyidin (632-661M), masa Daulah Bani
Umayyah (661-750M) dan masa Daulah Bani Abbasiyah (750-1258 M) sampai
tumbangnya Kekhilafahan Turki Utsmani pada tanggal 28 Rajab tahun 1342 H atau
bertepatan dengan tanggal 3 Maret 1924 M, dimana masa-masa kejayaan dan
puncak keemasannya banyak melahirkan banyak ilmuwan muslim berkaliber
internasional yang telah menorehkan karya-karya luar biasa dan bermanfaat bagi umat
manusia yang terjadi selama kurang lebih 700 tahun dimulai dari abad 6 M sampai
dengan abad 12 M. Pada masa tersebut, kendali peradaban dunia berada pada tangan
umat Islam.
Kontribusi Islam terhadap lahirnya peradaban Islam berskala dunia terutama
dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi sangat besar, maka kemajuan yang dicapai
Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam. Dunia Barat sekarang sejatinya
berterima kasih kepada umat Islam. Puncak pencapaian penguasaan sains dan teknologi
pada zaman kejayaan umat Islam masa lalu terkait erat dengan tegaknya sistem
kekhilafahan, dimana adanya sistem komando yang terintegrasi secara global yang
peranan secara politik sejalan dengan peranan agama.
Demikian Islam telah menorehkan tinta emas pada sejarah kehidupan umat
manusia. Dan sebagaimana Islam yang datang sebagai rahmatan lil ‘alamin, sehingga
Islam mampu berdiri tegak pada setiap masa dan kurun waktu. Realitas spiritual dan
metahistorikal yang mentransformasi kehidupan lahir dan batin dari beragam manusia di
dalam situasi temporal maupun ruang yang berbeda. Dan secara historis Islam telah
memainkan peran yang signifikan dalam perkembangan beberapa aspek pada peradaban
dunia.

B. Bahan dan Metode

C. Hasil

D. Pembahasan

a. Sejarah Perkembangan Pemikiran Islam


Peradaban Islam adalah bagian-bagian dari kebudayaan Islam yang meliputi
berbagai aspek seperti moral, kesenian, dan ilmu pengetahuan, serta meliputi juga
kebudayaan yang memilliki sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem
kenegaraan, dan ilmu pengetahuan yang luas. Dengan kata lain peradaban Islam
bagian dari kebudayaan yang bertujuan memudahkan dan mensejahterakan hidup di
dunia dan di akhirat.
Sejalan dengan pengertian tersebut, Islam dalam menegakkan peradabannya tidak
hanya memandang satu sisi kehidupan dunia dengan pencapaian kebudayaan yang
dapat memajukan peradabannya, akan tetapi juga memperhatikan prinsip pencapaian
kebahagiaan kehidupan akhirat, dengan memberikan ajaran dengan cara berkehidupan
yang bermoral dan santun dalam memandang keberagaman dunia.
Dalam memahami peradaban Islam, amat penting untuk mengingat tidak hanya
keragaman seni dan ilmu pengetahuan, tetapi juga keragaman interpretasi teologis dan
filosofis pada doktrin-doktrin Islam, bahkan pada bidang hukum Islam. Tidak ada
kesalahan yang serius daripada pendapat yang menegaskan bahwa Islam adalah
realitas yang seragam, dan peradaban Islam tidak mengapresiasi ciptaan atau eksistensi
beragam. Meskipun kesan adanya keseragaman sering mendominasi segala hal yang
berkaitan dengan Islam, sisi keragaman di bidang interpretasi agama itu sendiri selalu
ada, sebagaimana juga terdapat aspek beragam pada pemikiran dan kultur Islam. Akan
tetapi, Nabi Muhammad saw sebagai pembawa ajaran Islam, menganggap bahwa
keragaman pendapat para pemikir muslim adalah sebuah karunia Tuhan. Namun
dengan segala keberagamannya tersebut, masih saja terlihat kesatuan yang amat
mengagumkan tetap mempengaruhi peradaban Islam, sebagaimana hal tersebut telah
mempengaruhi agama yang melahirkan peradaban itu, dan membimbing alur
sejarahnya selama berabad-abad.
Demikianlah Islam dengan ajaran suci dan universal sebagaimana yang telah
diwahyukan, mengalami perkembangan dari masa ke masa. Adapun penyebaran Islam
dan torehan peradabannya ke penjuru dunia, tak kan lepas dari metode dan sistem
penyebarannya, mulai dari perdagangan, korespondensi (seperti yang dilakukan
Rasulullah dengan mengirim surat kepada para raja Mesir, Persia, dll.), diplomasi
politik, sampai pada peperangan perebutan kekuasaan dan pendudukan wilayah.
Sedangkan periode penyebaran Islam dan peradabannya yang dimulai sejak masa
Rasulullah saw pada abad ke-6 M hingga saat ini, terdapat masa-masa kejayaan
peradaban Islam yang kemudian diwarisi oleh peradaban dunia. Dan pereodisasi
peradaban Islam tersebut, secara umum terbagi menjadi 3 (tiga) periode, yang antara
lain :
1. Periode klasik
Pada masa ini merupakan masa ekspansi, integrasi dan keemasan Islam. Sebelum
wafatnya Nabi Muhammad saw (632 M), seluruh semenanjung Arabia telah tunduk ke
bahwah kekuasaan Islam, yang kemudian dilanjutkan dengan ekspansi keluar Arabia
pada masa khalifah pertama Abu Bakar ash-Shiddiq, hingga berlanjut pada
kekhalifahan berikutnya.
Pencapaian kemenangan Islam pada masa ini adalah dapat dikuasainya Irak pada
tahun 634 M, yang kemudian meluas hingga Suria, kemudian pada masa Umar bin
Khattab, Islam mampu menguasai Damaskus (635 M) dan tentara Bizantium di daerah
Syiria pun ditaklukkan pada perang Yarmuk (636 M), selanjutnya menjatuhkan
Alexandria (641 M) dan menguasai Mesir dengan tembok Babilonnya pada masa itu.
Dan kekuasaan Islampun meluas hingga Palestina, Syiria, Irak, Persia dan Mesir. Pada
masa khalifah Utsman bin Affan, Tripoli dan Ciprus pun tertaklukkan. Walaupun
setelah itu terjadi keguncangan politik pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib,
hingga wafatnya.
Kekhalifahan berlanjut pada kekuasaan Bani Umayyah, yang pada masa ini
kekuasaan Islam semakin meluas, berawal dti Tunis, Khurasan, Afganistan, Balkh,
Bukhara, Khawarizm, Farghana, Samarkand, Bulukhistan, Sind, Punjab, dan Multan.
Bukan hanya itu, perluasan dilanjutkan ke Aljazair dan Maroko, bahkan telah
membuka jalan ke kawasan Eropa yaitu Spanyol, dan menjadikan Cordova sebagai ibu
kota Islam Spanyol. Lebih ringkasnya, pada masa dinasti ini kekuasaan Islam telah
menguasai Spanyol, Afrika Utara, Syiria, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak,
sebagaian dari Asia Kecil, Persia, Afganistan, Pakistan, Turkmenia, Uzbek, dan Kirgis
(di Asia Tengah).
Sejak kedinastian Bani Umayyah, peradaban Islam mulai menampakkan pamor
keemasannya. Walaupun Bani Umayyah lebih memusatkan perhatiannya pada
kebudayaan Arab. Benih-benih peradaban baru tersebut antara lain perubahan bahasa
administrasi dari bahasa Yunani dan Pahlawi ke bahasa Arab, dengan demikian bahasa
Arab menjadi bahasa resmi yang harus dipelajari, hingga mendorong Imam Sibawaih
menyusun Al-Kitab yang menjadi pedoman dalam tata bahasa Arab.
Pada saat itu pula (± abad ke-7 M), bermunculan sastrawan-sastrawan Islam,
dengan berbagai karya besar antara lain sebuah novel terkenal Laila Majnun yang
ditulis oleh Qais al-Mulawwah. Lain dari pada itu, dengan adanya pusat kegiatan
ilmiah di Kufah dan Basrah, bermunculan ulama bidang tafsir, hadits, fiqh, dan ilmu
kalam.
Pada bidang ekonomi dan pembangunan, Bani Umayyah di bawah pimpinan
Abd al-Malik, telah mencetak alat tukar uang berupa dinar dan dirham. Sedangkan
pembangunan yang dilakukan adalah pembangunan masjid-masjid di Damaskus,
Cordova, dan perluasan masjid Makkah serta Madinah, termasuk al-Aqsa di al-Quds
(Yerussalem), juga pembangunan Monumen Qubbah as-sakhr, juga pembangunan
istana-istana untuk tempat peristirahatan di padang pasir, seperti Qusayr dan al-
Mushatta.
Setelah kekuasaan Bani Umayyah menurun, dan ditumbangkan oleh Bani
Abbasiyah pada tahun 750 H, kembali Islam dengan perkembangan peradabannya
terus menerus bergerak pada kemajuan. Di masa al-Mahdi, perekonomian mengalami
peningkatan dengan konsep perbaikan sistem pertanian dengan irigasi, dan juga
pertambangan emas, perak, tembaga dan lainnya yang juga meningkat pesat. Bahkan
perekonomian menjadi lebih baik setelah dibukanya jalur perdagangan dengan transit
antara timur dan barat, dengan Basrah sebagai pelabuhannya.
Masa selanjutnya pada masa Harun al-Rasyid, kehidupan sosial pun menjadi lebih
mapan dengan dibangunnya rumah sakit, pendidikan dokter, dan farmasi. Hingga
Baghdad pada masa itu mempunyai 800 orang dokter. Dilanjutkan pada masa al-
Makmun yang lebih berkonsenrasi pada pengembangan ilmu pengetahuan, dengan
menerjemahkan buku-buku  kebudayaan Yunani dan Sansekerta, dan berdirinya Baitu-
l-hikmah sebagai pusat kegiatan ilmiahnya. Yang disusul kemudian dengan berdirinya
Universitas Al-Azhar di Mesir. Juga dibangunnya sekolah-sekolah, hingga Baghdad
menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Maka, tak dapat dipungkiri lagi
bahwa masa-masa ini dikatakan sebagai the golden age.
Kemajuan keilmuan dan teknologi Islam mengalami masa kejayaan di masa ini.
Munculnya para ilmuwan, filosof dan cendekiawan Muslim telah mewarnai penorehan
tinta sejarah dunia. Islam bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan dan filsafat yang
mereka pelajari dari buku-buku Yunani, akan tetapi menambahkan ke dalam hasil
penyelidikan yang mereka lakukan sendiri dalam lapangan sains dan filsafat. Tokoh
cendekiawan Muslim yang terkenal adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizmi
sebagai metematikawan yang telah menelurkan aljabar dan algoritma, al-Fazari dan al-
Farghani sebagai ahli astronomi (abad ke VIII), Abu Ali al-Hasan ibnu al-Haytam
dengan teori optika (abad X), Jabir ibnu Hayyan dan Abu Bakar Zakaria ar-Razi
sebagai tokoh kimia yang disegani (abad IX), Abu Raihan Muhammad al-Baituni
sebagai ahli fisika (abad IX), Abu al-Hasan Ali Mas’ud sebagai tokoh geografi (abad
X),  Ibnu Sina sebagai seorang dokter sekaligus seorang filsuf yang sangat
berpengaruh (akhir abad IX), Ibnu Rusyd sebagai seorang filsuf ternama dan terkenal
di dunia filsafat Barat dengan Averroisme, dan juga al-Farabi yang juga seorang filsuf
Muslim.
Selain sains dan filsafat pada masa ini juga bermunculan ulama besar tentang
keagamaan dalam Islam, seperti Imam Muslim, Imam Bukhari, Imam Malik, Imam
Syafi’I, Abu Hanifah, Ahmad bin Hambal, serta mufassir terkenal ath-Thabari,
sejarawan Ibnu Hisyam dan Ibnu Sa’ad. Masih adalagi yang bergerak dalam ilmu
kalam dan teologi, seperti Washil bin Atha’, Ibnu al-Huzail, al-Allaf, Abu al-Hasan al-
Asyari, al-Maturidi, bahkan tokoh tasawuf dan mistisisme seperti, Zunnun al-Misri,
Abu Yazid al-Bustami, Husain bin Mansur al-Hallaj, dan sebagainya. Di dunia sastra
pun mengenalkan Abu al-Farraj al-Asfahani, dan al-Jasyiari yang terkenal melalui
karyanya 1001 malam, yang telah diterjemahkan ke berbagai bahasa di dunia.
2.  Periode pertengahan
Pada periode ini, terdapat periode kemunduran Islam pada sekitar 1250-1500 M.
Yang mana satu demi satu kerajaan Islam jatuh ke tangan Mongol, dan kerajaan Islam
Spanyol pun mampu ditaklukkan oleh  raja-raja Kristen yang bersatu, hingga orang-
orang Islam Spanyol berpindah ke kota-kota di pantai utara Afrika.
Namun dengan demikian, terdapat kebangkitan kembali kedinastian Islam pada
masa 1500-1800 M. Di sana terdapat 3 kerajaan besar, yang menjadi tonggak
bejayanya peradaban Islam yang ke-2. Kerajaan besar tersebut adalah Kerajaan Turki
Usmani, Kerajaan Safawi Persia, dan Kerajaan Mughal di India.
Karajaan Turki Usmani berhasil mengambil alih Bizantium dan menduduki
Konstantinopel (Istambul). Hingga akhirnya kekuasaan Turki Usmani mampu
menguasai Asia Kecil, Armenia, Irak, Syiria, Hijaz, Yaman, Mesir, Libya, Tunis,
Aljazair, Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania.
Sedangkan di tempat lain, Persia Islam bangkit dengan dengan Kerajaan Safawi
(1252 M), dengan dinasti yang berasal dari Azerbaijan Syaikh Saifuddin yang
beraliran Syi’ah. Kekuasaannya menyeluruh hingga seluruh Persia. Dan berbatasan
dengan kekuasaan Usmani di barat dan kerajaan Mughal di kawasan timur.
Kerajaan Mughal di India, yang berdiri pada tahun 1482 M dengan pendirinya
Zahirudin Babur. Kekuasaannya mencakup Afganistan, Lahore, India Tengah, Malwa
dan Gujarat. Di India, bahsa Urdu akhirnya menjadi bahasa kerajaan menggantikan
bahasa Persia. Dan kemajuannya telah membuat beberapa bukti peninggalan sejarah
antara lain, Taj Mahal, Benteng Merah, masjid-masjid, istana-istana, dan gedung-
gedung pemerintahan di Delhi.
Akan tetapi pada masa kemajuan ini, ilmu pengetahuan tidak banyak diberikan
perhatian, namun perhatiannya terhadap seni dalam berbagai bentuk adalah sangat
besar, sehingga kerajaan Usmani mendapatkan julukan the patron of art. Ketiga
kerajaan besar tersebut lebih banyak memperhatikan bidang politik dan ekonomi.
Sedangkan di Barat, mulai menuai kebangkitan dengan melihat jalur yang terbuka ke
pusat rempah-rempah dan bahan-bahan mentah dari daerah Timur Jauh melaui Afrika
Selatan.
Hingga pada Abad ke-17, di eropa mulai mencul negara-negara kuat, bahkan
Rusia mulai maju di bawah Peter Yang Agung. Dan melalui peperangan, Usmani
mengalami kekalahan. Dan Safawi Persia pun ditaklukkan oleh Raja Afghan yang
mempunyai perbedaan faham. Dan kerajaan Mughal India pecah dikarenakan terjadi
pemberontakan dari kaum Hindu, bahkan Inggris pun berperan menguasainya pada
tahun 1857 M.
3.  Periode Modern
Periode ini dikatakan sebagai periode kebangkitan Islam, yang mana dengan
berakhirnya ekspedisi Napoleon di Mesir, telah membuka mata umat Islam akan
kemunduruan dan kelemahannya di samping kemajuan dan kekuasaan Barat. Raja dan
pemuka-pemuka Islam mulai berpikir mencari jalan keluar untuk mengembalikan
keseimbangan kekuatan, yang telah pincang dan membahayakan umat Islam. [6] Sebab
Islam yang pernah berjaya pada masa klasik, kini berbalik menjadi gelap. Bangsa
Barat menjadi lebih maju dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan peradabannya.
Dengan demikian, timbullah pemikiran dan pembaharuan dalam islam yang
disebut dengan modernisasi dalam Islam. Sekian tokoh pembaharu Islam telah
mengeluarkan buah pikirannya guna membuat umat Islam kembali maju sebagaimana
pada periode klasik. Para tokoh tersebut antara lain, Muhammad bin Abdul Wahab di
Arab, Muhammad Abduh, Jamaludin al-Afghani, Muhammad Rasyid Ridha di Mesir,
Sayyid Ahmad Khan, Syah Waliyullah, dan Muhammad Iqbal di India, Sultan
Mahmud II dan Musthafa Kamal di Turki, dan masih banyak lagi yang lainnya.

b. Faktor Pendukung Perkembangan Pemikiran Islam


Perkembangan pemikiran dan peradaban memiliki keterkaitan antara yang satu dengan

lainnya. Perkembangan pemikiran melahirkan peradaban, demikian juga sebaliknya,

perkembangan peradaban dapat melahirkan pemikiran.


Jika dilihat dari segi pemikiran Islam, dapat dinyatakan bahwa perkembangan pemikiran

Islam disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor- faktor tersebut diantaranya ialah: Pertama;

Sebagai usaha untuk memahami atau mengambil istinbath (intisari atau pengajaran) hukum-

hukum agama mengenai hubungan manusia dengan penciptanya dalam masalah ibadah. Juga

hubungan sesama manusia dalam masalah muamalah. Masalah ini menyangkut persoalan

ekonomi, politik, sosial, undang-undang dan lain-lain. Kedua; Sebagai usaha untuk mencari jalan

keluar (solusi) dari berbagai persoalan kemasyarakatan yang belum ada pada zaman Rasulullah

Saw dan zaman sahabat, atau untuk memperbaiki perilaku tertentu berdasarkan ajaran Islam.

Ketiga; Sebagai penyelaras atau penyesuaian antara prinsip-prinsip agama Islam dan ajaran-

ajarannya dengan pemikiran asing (di luar Islam) yang berkembang dan mempengaruhi pola

pemikiran umat Islam. Keempat; Sebagai pertahanan untuk menjaga kemurnian akidah Islam

dengan menolak akidah atau kepercayaan lain yang bertentangan dengan ajaran Islam,

dan menjelaskan akidah Islam yang sebenarnya. Kelima; Untuk menjaga prinsip-prinsip

Islam agar tetap utuh sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw untuk dilaksanakan

oleh umat Islam sepanjang masa hingga akhir zaman.

Perkembangan pemikiran dan peradaban umat Islam mencapai puncak kejayaannya pada

masa Dinasti Abbasiyah. Untuk mencapai kejayaan tersebut, tergambar bahwa strategi dan

aktivitas yang efektif dilakukan oleh para Khalifah Dinasti Abbasiyah adalah: Pertama,

keterbukaan. Jika dibandingkan dengan masa kekhalifahan Umayyah yang sangat

membatasi diri dengan pihak luar, keadaan pemerintah Dinasti Abbasiyah sebaliknya. Bentuk

pemerintahan Dinasti Umayyah lebih menonjol kepada pemerintahan Arab, sedangkan politik

Dinasti Abbasiyah merupakan pemerintahan campuran dari segala bangsa. Kedua,

kecintaan pada ilmu pengetahuan. Pada masa Dinasti Abbasiyah, ilmu pengetahuan Islam

banyak digali oleh para ulama (intelektual) Islam. Sebab para Khalifahnya sangat senang

dengan ilmu pengetahuan. Karena itu dinasti ini sangat besar jasanya dalam memajukan

peradaban Islam di mata dunia. Ketiga, toleran dan akomodatif. Corak kehidupan orang-orang

Abbasiyah lebih banyak meniru tata cara kehidupan bangsa Persia. Pada masa ini kebudayaan

Persia berkembang sangat maju, sebab bangsa Persia mempunyai kedudukan yang baik di

kalangan keluarga istana. Banyak orang Persia yang dipilih untuk mengendalikan pemerintahan

Dinasti Abbasiyah (Yunus Ali Al Muhdar & Bey Arifin, 1983: 135).
Menurut Harun Nasution (1985: 69), ada beberapa faktor yang menyebabkan masa ini

dikenal sebagai masa kejayaan intelektual, di antaranya adalah:

Pertama, banyaknya cendikiawan yang diangkat menjadi pegawai pemerintahan untuk

membantu para khalifah Abbasiyah. Misalnya, al- Mansur banyak mengangkat para cendikiawan

Persia sebagai pegawai pemerintahan, seperti keluarga Barmak, jabatan wazir diberikan kepada

Khalid bin Barmak yang kemudian turun kepada anak dan cucunya. Mereka berasal dari Bactra,

keluarga yang gemar pada ilmu pengetahuan dan filsafat. Di samping sebagai wazir mereka

juga menjadi pendidik anak-anak khalifah.

Kedua, pada masa Khalifah al-Makmun, Muktazilah diakui sebagai maszhab resmi negara.

Muktazilah adalah paham yang menganjurkan kemerdekaan dan kebebasan berpikir kepada

manusia. Aliran ini berkembang dan banyak memajukan gerakan intelektual dengan

mengedepankan ratio dalam penerjemahan ilmu-ilmu dari luar dan memadukannya dengan

ajaran Islam. Namun pada masa Khalifah Mutawakkil kebijakan ini berubah, karena khalifah

mengubah mazhab negara dari Muktazilah kepada Sunni. Walapun demikian, aliran Muktazilah

tetap berjasa besar dalam gerakan intelektual, karena mereka telah membuka cakrawala berpikir,

menggunakan rasio/logika tajam yang sangat dibutuhkan untuk memahami ilmu-ilmu lain

(lihat K.Ali, 1976:473 dan Muntoha dkk, 2002: 55-56).

Ketiga, meningkatnya kemakmuran umat Islam pada masa ini juga menjadi faktor

berkembangnya gerakan pemikiran Islam. Menurut Ibnu Khaldun, ilmu itu ibarat industri,

banyak atau sedikitnya tergantung kepada kemakmuran, kebudayaan dan kemewahan

masyarakat. Kemakmuran Dinasti Abbasiyah ini, diceritakan dalam hikayat Alfu Lailah wa

Lailah (A. Hasjmi, 1993: 48).

Keempat, setelah wilayah Islam konversi dengan Romawi dan Persia, dan penduduknya

menjadi muslim yang taat, maka terjadi asimilasi besar-besaran antara Arab dan `ajam

(non-Arab). Kemudian mereka melahirkan para intelektual yang menjadi pelopor akulturasi

budaya Islam dan lokal. Keturunan indo ini memiliki keistimewaan dalam bentuk tubuh,

kecerdasan akal, kecakapan berusaha, berorganisasi, bersiasat, dan terkemuka dalam segala

bidang kebudayaan (Muntoha dkk, 2002: 36-37). Bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu

mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan memberi saham tertentu dalam

perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Misalnya, pengaruh Persia sangat kuat di bidang

pemerintahan dan berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat dan sastra. Pengaruh India terlihat
dalam bidang kedokteran, ilmu matematika dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani masuk

melalui penerjemahan dalam banyak bidang ilmu, terutama filsafat. Sebagai contoh,

Khalifah al-Mansur memboyong Nubakht al-Zardasyi (ahli astrologi) dari Persia ke Baghdad.

Nubahkt ditempatkan di istana, kemudian berketurunan dan melahirkan sejumlah gubernur,

teolog, penerjemah, dan astronom. Nubakht dan putranya, Abu Sahal, menulis buku tentang

pergerakan bintang dan planet (Ali Akbar Velayati, 2010: 78)

Kelima, kepribadian para khalifah pada awal berkembangnya Dinasti Abbasiyah, seperti

khalifah al-Mansur, Harun al-Rasyid dan al- Makmun adalah sosok pribadi yang sangat mencintai

ilmu pengetahuan, sehingga kebijakannya sangat mendukung kebebasan dan kemajuan gerakan

intelektual.

Keenam, permasalahan yang dihadapi umat Islam semakin kompleks dan

berkembang, sehingga memerlukan pengkajian ilmu pengetahuan di berbagai bidang, baik

ilmu naqli seperti ilmu agama, bahasa, adab dan lainnya, maupun ilmu aqli seperti kedokteran,

mantiq, antariksa dan lainnya yang pengkajiannya telah dimulai dengan metode yang sistematis

(M.Abdul Karim, 2009: 173-175). Sebab, suatu pemikiran akan berkembang jika ada

permasalahan baru yang muncul dan memerlukan solusi.

c. Dampak Perkembangan Pemikiran Islam


Era klasik Islam banyak terjadi kemajuan yang menakjubkan dalam perkembangan
pemikiran. Damaskus dan Baghdad menjadi pusat ilmu pengetahuan dan teknologi,
kemudian menjalar ke kota Kufah dan Basrah di Mesopotamia, Isfahan dan Nisyafur di
Persia, Bukhara dan Samarkand di Transoxiana, Kairo di Mesir, Tunis, Toledo dan
Cordova di Andalusia.
Peradaban Islam maju dan berkembang di semua sektor kehidupan karena ditunjang
oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Baghdad merupakan kota terbesar dan
kosmopolitan yang menjadi perantara antara dunia Mediterania dan Hindu-China di timur.
Kebesaran Baghdad didukung oleh adanya tiga wilayah kekuasaan Islam yang memicu
perkembangan sains dan teknologi ke arah kemajuan, yaitu Timur Tengah Mesir, Pantai
Utara Afrika dan Andalusia. Saat itu, duniaIslam memiliki gaya hidup khas lebih superior dari

dunia Barat yang masih dalam kegelapan (Ali Anwar Yusuf, 2006: 11-12).
Satu contoh perkembangan teknologi pada era keemasan ini adalah pengembangan teknologi

pembuatan kertas. Kertas yang pertama kali ditemukan dan digunakan dengan sangat terbatas oleh

bangsa China berhasil dikembangkan oleh umat Islam pada era Abbasiyah, setelah teknologi

pembuatannya dipelajari melalui para tawanan perang dari China yang berhasil ditangkap pasca

meletusnya Perang Talas yang terjadi pada tahun 751 M antara pasukan Dinasti Abbasiyah dengan

Dinasti Tang dari Cina untuk memperebutkan wilayah Syr Darya, termasuk wilayah Kazakhtan

(http://en.wikipedia.org/wiki/Battle_of_Talas). Setelah itu kaum Muslim berhasil mengembangkan

teknologi pembuatan kertas tersebut dan mendirikan pabrik kertas di Samarkand dan Baghdad.

Hingga tahun 900 M di Baghdad terdapat ratusan percetakan yang mempekerjakan para tukang

tulis dan penjilid untuk membuat buku. Perpustakaan-perpustakaan umum saat itu mulai

bermunculan, termasuk perpustakaan peminjaman buku pertama sepanjang sejarah. Dari Baghdad

teknologi pembuatan kertas kemuddian menyebar hingga Fez dan akhirnya masuk ke Eropa

melalui Andalusia pada abad 13 M (http://en.wikipedia.org/wiki /Islamic_golden_age).

Perkembangan pemikiran Islam pada masa ini tidak hanya berdampak besar pada kemajuan

peradaban di dunia Islam, bahkan sangat berpengaruh ke dunia luar, utamanya Eropa dan

sekitarnya. Gerakan pemikiran Islam ini banyak melahirkan para tokoh pemikir muslim dan bukan

muslim. Para ilmuwan yang bukan muslim juga memainkan peranan penting dalam

menerjemahkan dan mengembangkan karya Kesusasteraan Yunani dan Hindu, serta ilmu zaman

pra-Islam kepada masyarakat Kristen Eropa. Sumbangan mereka ini menyebabkan seorang ahli

filsafat Yunani yaitu Aristoteles terkenal di Eropa.

Sejarah telah membuktikan bahwa kemajuan dunia Islam pada abad pertengahan menjadi

jembatan emas kemajuan Eropa. Bangsa Eropa kala itu belum memiliki peradaban yang maju,

zaman itu dikenal dengan zaman kegelapan. Belum dijumpai daerah-daerah yang menjadi pusat

pencerahan kecuali daerah tertentu saja, itu pun yang ditempati para pendeta yang memahami

bahasa Yunani dan bahasa Latin. Dengan masuknya peradaban Islam ke Eropa, terutama melalui

pintu Spanyol, merubah tatanan baru dan pencerahan terhadap bangsa Eropa dengan sebuah

peradaban baru hingga menapaki masa modern. Karenanya, sulit dipungkiri bahwa kemajuan

Eropa tidak bisa dilepaskan dari kemajuan dunia Islam.

Sebuah bukti sejarah menyatakan bahwa Mesir telah membantu kemajuan peradaban di

Eropa, adapun kota-kota di Eropa seperti: Pisa, Genova, Venezis, Napoli, Firenze memiliki
hubungan dagang dengan Mesir. Kota-kota ini kemudian menjadi lokomotif bangkitnya Eropa

yang dikenal dengan renaissance, serta menjadi cikal bakal peradaban modern di sana.

Bukti lain, di era kebangkitan Eropa, ketika mereka kembali pada ilmu-ilmu Yunani klasik,

mereka menjumpai buku-buku yang telah dimuat dalam khazanah buku muslimin. Buku-buku lain

yang mereka nukilkan adalah ilmu filsafat dan ilmu kedokteran. Buku-buku kedokteran ini

diajarkan di kampus-kampus Eropa sampai abad 18 M, tidak terkecuali Sekolah Salerno yang

dianggap sebagai sekolah kedokteran pertama di Eropa. Buah pikiran Ibnu Sina dan al-Razi

menjadi referensi kuliah kedokteran di Paris. Bahkan teori-teori Ibnu Khaldun yang menjadi

peletak dasar ilmu sosial masih dikenal di kampus-kampus Eropa sampai sekarang (W.

Montgemary Watt, 1997: 2). Ada teori yang menyatakan bahwa sebuah peradaban yang berdiri

pada satu masa tidak lepas dari peradaban yang sudah berkembang sebelumnya.

1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan diatas adalah :

1.      Penyebaran ajaran Islam dan ekspansinya ke berbagai penjuru dunia telah berhasil
membawa kemajuan pada setiap masanya, baik dari segi keagamaan maupun non agama
yang berupa ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.      Para tokoh dan cendekiawan Islam yang telah berhasil mempelajari ilmu-ilmu
Yunani dan Sansekerta, telah memberikan pengembangan yang signifikan pada
bidangnya masing-masing, jauh sebelum para ilmuwan Barat menemukan teori-teori
tentang ilmu pengetahuan.

Dengan demikian telah memberikan bukti bahwa Islam dan peradaban yang telah
dibangunnya pada masa lalu, telah memberikan investasi besar pada pencapaian
peradaban dunia modern saat ini.
2. Daftar Pustaka

Amin, Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, editor : Lihhiati, Ed.1, cet.1 (Jakarta:
Amzah, 2009)

Ansary, Abdou Filali, Pembaharuan Islam : dari mana dan hendak ke mana?, terj.
Machasin, (Bandung : Mizan, 2009)

Hanafi, Hassan, Oksidentalisme : Sikap Kita Terhadap Tradisi Barat, (Jakarta :


Paramadina, 2000)

Hodgson, Marshal G.S, The Venture of Islam, Iman dan Sejarah Peradaban Dunia, (masa
klasik Islam), buku ke-2, Peradaban Kekhalifahan Agung, cet. 1, terj. Mulyadhi
Kartanegara, (Jakarta : Paramadina, 2002)

Karim, M. Abdul, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, cet. 2 (Yogyakarta : Pustaka
Book Publisher, 2009)

Mansur, Peradaban Islam Dalam Lintasan Sejarah, (Yogyakarta : Global Pustaka Utama,
2004)

Nakosteen, Mehdi, Kontribusi Islam Atas Dunia Intelektual Barata, Deskripsi Analisis
Abad Keemasan Islam, terj. Joko S. Kahhar dan Supriyanto Abdullah, cet. 2, (Surabaya :
Risalah Gusti, 2003)

Nasr, Seyyed Hossein, Islam : Agama, Sejarah, dan Peradaban, (Surabaya : Risalah Gusti,
2003)

Anda mungkin juga menyukai