OLEH :
KELOMPOK : 2
NAMA : ASNITA
: AMINAH
DOSEN PEMBIMBING :
ABDUL GHANI, LC.,M.A.
i
KATA PENGANTAR
Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Abdul Ghani, LC.,M.A, yang
telah membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga kami
ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga
kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca
guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
Kesimpulan ................................................................................................ 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kondisi dimana suatu kebudayaan itu lebih kuat dibandingkan yang lain
terhadap dominasi yang kuat terhadap yang lemah. Istilah Ibnu Khaldun,
“masyarakat yang ditaklukan, cenderung meniru penakluknya”.
Hal demikan terjadi pada peradaban Islam ketika Islam menjadi kuat
dan dominan pada abad pertengahan, masyarakat Eropa cenderung meniru
“berkiblat ke dunia Islam”. Tetapi ketika kebudayaan Barat yang kuat dan
dominan maka proses peniruan itu juga terjadi. Terbukti ketika kebangkitan
Barat dan melemahnya politik Islam, para ilmuwan Muslim belajar berbagai
disiplin ilmu ke Barat (SPI, 2005).
Banyak diantara kita yang mengaku agama Islam tapi tidak pernah
tahu akan Islam,tidak pernah tahu bagaimana Islam , bahkan seperti apa Islam
itu berkembang. Bahkan Dikalangan sejarawan terdapat perbedaan tentang
saat di mulai nya sejarah Islam. Oleh karena itu penting bagi kita sebagai umat
islam mengenal perkembangan islam dari periode ke periode islam sebagai
upaya kecintaan dan eksistensi diri kita sebagai seorang muslim.Dan hal inilah
yang menjadi latar belakang masalah pembuatan makalah ini yang secara
detail akan dibahas pada bab selanjutnya.
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas dapat diambil manfaat sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian pendekatan dalam Studi Islam
2. Untuk mengetahui pendekatan Interdispliner dalam studi Islam
3. Untuk mengetahui berbagai macam karakteristik pendekatan
interdispliner
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Dengan demikan jelas bahwa kedatangan Islam dalam kehidupan
manusia khusunya bangsa Arab dan umumnya seluruh umat manusia
mempunyai makna yang tinggi bagi peradaban umat manusia. Yaitu
mengangkat hak kemanusiaan yang tinggi, cita-cita yang luhur, dan
menanamkan semangat Islam yang memperteguh kesetian manusia terhadap
tugas dan kewajibanya sebagai wakil Allah di muka bumi atau Khalifatullah.
Menurut H.A.R Gibb, bahwa Islam sesungguhnya lebih dari sekedar Agama,
Ia adalah peradaban yang sempurna. Karena yang menjadi pokok kekuatan
dan sebab timbulnya kebudayaan adalah Agama Islam, kebudayaan yang
ditimbulkannya dinamakan kebudayaan atau peradaban Islam (Abuddin Nata,
2006).
4
Berbagai masalah yang dihadapi umat Islam, di diskusikan di masjid.
Baik itu persoalan Individual maupun Sosial. Masjid juga digunakan
untuk tempat menerima serta menjamu tamu negara yang berkunjung
ke kaum muslim. Bahkan juga digunakan sebagai penginapan bagi para
musyafir dan juga tempat perawatan bagi pejuang-pejuang yang luka
di medan jihad (Aditya L.P, 2012).
b. Membangun Ukhuwah Islamiyah
Istilah kata ukhuwah berakar dari kata kerja akha. Makna
ukhuwah menurut Imam Hasan Al Banna: Ukhuwah Islamiyah adalah
keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah (Aang.
F, 2005).
Makna realitas dari Ukhuwah Islamiyah adalah ketika itu Nabi
Muhammad saw mempersaudarakan antara golongan Muhajirin
dengan golongan Anshar. Dengan demikian diharapkan terjalin
persaudaraan dan rasa kekeluargaan yang tinggi dikalangan kaum
muslimin. Persaudaraan tersebut terjalin berdasarkan agama atau
ideologi yang menggantikan persaudaraan sedarah atau biologis
(Abuddin Nata, 2006).
Diantara unsur-unsur pokok dari Ukhuwah adalah rasa cinta
dan kasih sayang. Dari tingkatan cinta yang terendah ditunjukan
dengan husnudzon yang menggambarkan bersihnya hati dari sifat
hasad benci, dan dengki.
c. Membangun hubungan dengan non Islam
Ketika menjadi kepala negara di Madinah. Rasulullah saw
tidak hanya memimpin kaumnya sendiri yang beragama Islam. Tetapi
disana juga terdapat kaum Yahudi dan orang arab yang masih
menganut agama nenek moyang mereka. Stabilitas negara sangat
dibutuhkan disituasi seperti itu. Beliau mengadakan ikatan perjanjian
dengan mereka. Yaitu dengan dibuatnya piagam yang menjamin
kebebasan beragama bagi orang-orang selain Islam serta dijamin
keselamatannya. Setiap masyarakat memiliki hak tertentu dalam
bidang politik dan keagamaan (Abuddin Nata, 2006).
5
Kemerdekaan setiap golonganpun terjamin dengan diadakan
perjanjian tersebut. Mereka diwajibkan bersama-sama untuk saling
menjaga negeri Madinah dari ancaman atau serangan dari luar. Ini yang
disebut dengan kemerdekaan dan keadilan dalam pemerintahan yang
sebenarnya. Ini semua dapat terwujud dikarenakan datangnya Islam
sebagai Agama yang rahmatal lil’ālamîn (Badri Yatim, 1997).
Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam.
Islam secara definisi adalah “damai”, “selamat” dan “menyerahkan
diri”. Definisi Islam yang demikian sering dirumuskan dengan istilah
“Islam agama rahmatal lil’ālamîn” (agama yang mengayomi seluruh
alam). Ini berarti bahwa Islam bukan untuk menghapus semua agama
yang sudah ada. Islam menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk
saling menghormati. Islam menyadari bahwa keragaman umat manusia
dalam agama dan keyakinan adalah kehendak Allah, karena itu tak
mungkin disamakan (Syamsul A.N, 2008).
6
2.3.1 Fase Umum, Harun Nasution dalam buku Islam Ditinjau dari
Berbagai Aspeknya membagi sejarah Islam ke dalam tiga periode besar
berikut:
1. Periode Klasik (650‒1250) Periode Klasik merupakan periode
kejayaan Islam yang dibagi ke dalam dua fase, yaitu:
a. Fase ekspansi (perluasan wilayah), integrasi, (650‒1000),
b. Fase disintegrasi (perpecahan wilayah/kelompok) (1000‒1250).
2. Periode Pertengahan (1250‒1800) Periode Pertengahan merupakan
periode kemunduran Islam yang dibagi ke dalam dua fase, yaitu:
a. Fase kemunduran (1250‒1500 M), dan
b. Fase munculnya ketiga kerajaan besar (1500‒1800), yang dimulai
dengan zaman kemajuan (1500‒1700 M) dan zaman kemunduran
(1700‒1800).
3. Periode Modern (1800‒dan seterusnya) Periode Modern merupakan
periode kebangkitan umat Islam yang ditandai dengan munculnya para
pembaharu Islam (Abuddin Nata, 2006).
1) Periode Klasik
Periode Klasik merupakan masa kemajuan, keemasan dan kejayaan
Islam dan dibagi ke dalam dua fase. Pertama, adalah fase ekspansi, integrasi
dan pusat kemajuan (650 – 1000 M). Di masa inilah daerah Islam meluas
melalui Afrika utara sampai ke Spanyol di belahan Barat dan melalui Persia
sampai ke India di belahan Timur. Daerah-daerah itu tunduk kepada
kekuasaan Islam. Di masa ini pulalah berkembang dan memuncak ilmu
pengetahuan, baik dalam bidang agama maupun umum dan kebudayaan
serta peradaban Islam. Di masa inilah yang menghasilkan ulama-ulama
besar, seperti Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i dan Imam Ibn
Hambal dalam bidang Fiqh. Imam al-Asya’ri, Imam al-Maturidi, Wasil ibn
‘Ata’ , Abu Huzail, Al-Nazzam dan Al-Jubba’i dalam bidang Teologi.
Zunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami dan al-Hallaj dalam bidang
Tasawuf. AlKindi, al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Miskawaih dalam bidang
7
Falsafat. Ibn Hayyam, al-Khawarizmi, al-Mas’udi dan alRazi dalam bidang
Ilmu Pengetahuan, dan lain-lainnya (Syamsuddin Nasution, 2007).
Kedua, fase disintegrasi (1000 – 1250 M). Di masa ini keutuhan umat
Islam dalam bidang politik mulai pecah. Kekuasaan khalifah menurun dan
akhirnya Baghdad dapat dirampas dan dihancurkan oleh Hulagu Khan di
tahun 1258 M. Khalifah sebagai lambang kesatuan politik umat Islam
hilang.
Pada kurun waktu itu, terdapat dua kerajaan besar, yaitu Kerajaan
Umayyah atau sering disebut Daulah Umayyah dan Kerajaan Abbasiyah yang
sering disebut Daulah Abbasiyah (Armai Arief, 2002).
Pada masa Bani Umayyah, perkembangan Islam ditandai dengan
meluasnya wilayah kekuasaan Islam dan berdirinya bangunan-bangunan
sebagai pusat dakwah Islam. Kemajuan Islam pada masa ini meliputi: bidang
politik, keagamaan, ekonomi, ilmu bangunan (arsitektur), sosial, dan bidang
militer (Armai Arief, 2002).
Sementara perkembangan Islam pada masa Bani Abbasiyah ditandai
dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan. Kemajuan Islam pada
masa ini meliputi bidang ilmu pengetahuan, ekonomi, ilmu bangunan
(arsitektur), sosial, dan bidang militer (Armai Arief, 2002).
Tentu saja kemajuan umat Islam baik pada masa Bani Umayyah
maupun Bani Abbasiyah terjadi tidak secara tiba-tiba. Akan tetapi, ada
penyebabnya, yaitu disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal antara lain:
1. Konsistensi dan istiqamah umat Islam kepada ajaran Islam,
2. Ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk maju,
3. Islam sebagai rahmat seluruh alam,
4. Islam sebagai agama dakwah sekaligus keseimbangan dalam
menggapai kehidupan duniawi dan ukhrawi (Armai Arief, 2002).
8
Pengaruh Persia pada saat itu sangat penting di bidang pemerintahan.
Selain itu, mereka banyak berjasa dalam perkembangan ilmu filsafat
dan sastra. Adapun pengaruh Yunani masuk melalui berbagai macam
terjemah dalam banyak bidang ilmu, terutama filsafat (Armai Arief,
2002).
2. Gerakan Terjemah
Pada masa Periode Klasik, usaha penerjemahan kitab-kitab
asing dilakukan dengan giat sekali. Pengaruh gerakan terjemahan
terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum terutama di
bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia, dan sejarah (Yatimin
Abdullah, 2006).
Selain faktor tersebut di atas, kejayaan Islam ini disebabkan
pula oleh adanya gerakan ilmiah atau etos keilmuan dari para ulama
yang ada pada Periode Klasik tersebut, antara lain seperti berikut
(Yatimin Abdullah, 2006).
Melaksanakan ajaran al-Qur’ān secara maksimal, di mana
banyak ayat dalam al-Qur’ān yang menyuruh agar kita menggunakan
akal untuk berpikir (Yatimin Abdullah, 2006).
Melaksanakan isi hadis, di mana banyak hadis yang
menyuruh kita untuk terus-menerus menuntut ilmu, meskipun harus
ke negeri Cina. Bukan hanya ilmu agama yang dicari, tetapi ilmu-
ilmu lain yang berhubungan dengan kehidupan manusia di dunia ini
(Yatimin Abdullah, 2006).
Mengembangkan ilmu agama dengan berijtihad, ilmu
pengetahuan umum dengan mempelajarai ilmu filsafat Yunani.
Maka, pada saat itu banyak bermunculan ulama fiqh, tauhid (kalam),
tafsir, hadis, ulama bidang sains (ilmu kedokteran, matematika, optik,
kimia, fisika, geografi), dan lain-lain. Ulama yang berdiri sendiri
serta menolak untuk menjadi pegawai pemerintahan (Yatimin
Abdullah, 2006).
9
Dari gerakan-gerakan tersebut di atas, muncullah tokoh-
tokoh Islam yang memiliki semangat berijtihad dan mengembangkan
berbagai ilmu pengetahuan, antara lain:
a) Ilmu Filsafat
1) Al-Kindi (809‒873 M),
2) Al Farabi (wafat tahun 916 M),
3) Ibnu Bajah (wafat tahun 523 H),
4) Ibnu Thufail (wafat tahun 581 H),
5) Ibnu Shina (980‒1037 M),
6) Al-Ghazali (1085‒1101 M),
7) Ibnu Rusd (1126‒1198 M.
a. Bidang Kedokteran
1) Jabir bin Hayyan (wafat 778 M),
2) Hurain bin Ishaq (810‒878 M),
3) Thabib bin Qurra (836‒901 M),
4) Ar-Razi atau Razes (809‒873 M).
b) Bidang Matematika
1) Umar Al-Farukhan,
2) Al-Khawarizmi.
c) Bidang Astronomi
1) Al-Farazi: pencipta Astro lobe
2) Al-Gattani/Al-Betagnius
3) Al-Farghoni atau Al-Fragenius
d) Bidang Seni Ukir Badr dan Tariff (961‒976 M) Ilmu
Tafsir
1) Ibnu Jarir ath Tabary,
2) Ibnu Athiyah al-Andalusy (wafat 147 H),
3) As Suda, Muqatil bin Sulaiman (wafat 150 H),
4) Muhammad bin Ishak dan lain-lain.
e) Ilmu Hadis
1) Imam Bukhori (194‒256 H),
10
2) Imam Muslim (wafat 231 H),
3) Ibnu Majah (wafat 273 H),
4) Abu Daud (wafat 275 H),
5) At-Tarmidzi, dan lain-lain (Yatimin Abdullah, 2006).
2) Periode Pertengahan
Periode pertengahan juga dibagi ke dalam dua fase. Pertama, fase
kemunduran (1250 – 1500 M). Di masa ini desentralisasi dan disintegrasi
bertambah meningkat. Perbedaan antara Sunni dan Syi’ah dan juga antara
Arab dan Persia bertambah nyata kelihatan. Dunia Islam terbagi dua.
Bagian Arab yang terdiri dari Arabia, Irak, Suria, Palestina, Mesir dan
Afrika utara berpusat di Mesir. Bagian Persia yang terdiri dari Balkan,
Asia kecil, Persia dan Asia tengah berpusat di Iran. Kebudayaan Persia
mendesak kebudayaan Arab. Pada fase ini, di kalangan umat Islam
semakin meluas pendapat bahwa pintu ijtihat tertutup. Demikian juga
tarekat dengan pengaruh negatifnya. Perhatian pada ilmu pengetahuan
kurang sekali. Umat Islam di Spanyol dipaksa masuk Kristen atau keluar
dari daerah itu (Syamsuddin Nasution, 2007).
Kedua, fase tiga kerajaan besar (1500 – 1700 M) dan masa
kemunduran (1700 – 1800 M). Tiga kerajaan besar tersebut adalah
kerajaan Usmani di Turki, kerajaan Safawi di Persia dan kerajaan Mughal
di India. Kejayaan Islam pada tiga kerajaan besar ini terlihat dalam bentuk
arsitek sampai sekarang dapat dilihat di Istambul, Iran dan Delhi. Perhatian
pada ilmu pengetahuan kurang sekali. Masa kemunduran, Kerajaan Safawi
dihancurkan oleh serangan-serangan bangsa Afghan. Kerajaan Mughal
diperkecil oleh pukulan-pukulan raja-raja India. Kerajaan Usmani terpukul
di Eropa. Umat Islam semakin mundur dan statis. Pada masa itu, Eropa
bertambah kaya dan maju. Penjajahan Barat dengan kekuatan yang
dimilikinya meningkat ke dunia Islam. Akhirnya Napoleon menduduki
Mesir di tahun 1748 M. Saat itu Mesir adalah salah satu pusat peradaban
Islam yang terpenting (Syamsuddin Nasution, 2007).
11
3) Periode Modern
Periode modern (1800 – sekarang) merupakan zaman kebangkitan
umat Islam. Jatuhnya Mesir ke tangan Barat menginsafkan dunia Islam
akan kelemahannya dan menyadarkan umat Islam bahwa di Barat telah
timbul peradaban baru yang lebih tinggi dan merupakan ancaman bagi
umat Islam. Raja-raja dan para pemuka Islam mulai memikirkan
bagaimana meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam kembali. Dengan
demikian, keadaan menjadi berbalik seratus delapan puluh derajat. Kalau
di periode klasik, orang Barat yang kagum melihat kebudayaan dan
peradaban umat Islam, tetapi di periode modern umat Islam yang heran
melihat kebudayaan dan kemajuan Barat. Karena umat Islam heran
melihat alat-alat ilmiah seperti teleskop, mikroskop, alat-alat untuk
percobaan kimiawi, dan dua set alat percetakan dengan huruf Latin, Arab
dan Yunani yang dibawa serta oleh Napoleon. Jadi, di periode modern ini,
timbullah pemikiran-pemikiran, ide-ide mengapa umat Islam lemah,
mundur, dan bagaimana mengatasinya, dan perlu adanya pembaharuan
dalam Islam (Syamsuddin Nasution, 2007).
12
3) Periode Sejarah Kekhalifahan Rasyidin
Periode ini dimulai sejak tahun 632 M hingga 661 M. Pada masa itu terjadi
penaklukan-penaklukan Islam di Persia, Syam (Syiria), Mesir, dan lain-lain.
Pada periode sejarah Kekhalifahan Rasyidin manusia betul-betul berada
dalam manhaj (kaidah) Islam yang benar.
13
di kawasan Eropa Timur. Pada saat itu, Hongaria, Beograd, Albania,
Yunani, Romania, Serbia, dan Bulgaria berhasil ditaklukkan. Pemerintahan
ini juga mampu melebarkan kekuasaannya ke kawasan timur wilayah Islam.
Salah satu goresan sejarah paling agung yang berhasil dilakukan oleh
pemerintahan Utsmaniyah adalah ditaklukkannya Konstantinopel (yang
merupakan ibukota Imperium Romawi). Namun pada masa akhir
pemerintahan Turki, kaum kolonial berhasil menaburkan benih pemikiran
nasionalisme. Pemikiran ini kemudian menjadi pemicu hancurnya
pemerintahan Islam serta terkoyak-koyaknya kaum muslimin menjadi
negeri-negeri kecil yang lemah dan terbelakang.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
15
Dari uraian di atas dapat dilihat perjalanan sejarah naik turunnya
peradaban Islam mulai dibentuk pada masa Nabi, mengalami pertumbuhan di
masa Daulah Umaiyah Suria, dan masa puncak di masa Dinasti Abbasiyah
Baghdad dan Dinasti Umayah Spanyol, serta memasuki masa kemundurannya
pada periode pertengahan, hal itu menimbulkan kesadaran bagi umat Islam
untuk kembali bangkit di periode modern.
16
DAFTAR PUSTAKA
Nata, A. 2006. Metodologi Studi Islam, cet. X : Raja Grafindo Persada. Jakarta.
17