DOSEN PEMBIMBING :
KELAS 1E
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, baik, dari segi materi maupun penulisannya. Selain itu dalam penulisan ini
pun tidak terlepas dari bantuan banyak pihak segingga makalah ini dapat terselesaikan.
Oleh karena itu, Kami semua dengan senang hati dan tangan terbuka menerima
segala bentuk masukan, saran bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak
yang berguna bagi seluruh pembaca.
ii
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................2
A. Apa maksud kebudayaan dan peradaban dalam Islam?............................2
B. Kapan umat Islam mengalami puncak kejayaan dalam peradaban
Apa saja buktinya? Sebutkan ilmuan Muslim dan karyanya?...................3
C. Mengapa kini umat Islam tertinggal dalam menguasai teknologi dan
peradaban?.................................................................................................4
D. Apa fungsi masjid di masa Nabi saw?.......................................................5
E. Apa saja bentuk budaya Islam yang masuk budaya Indonesia…..............6
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Ajaran islam adalah ajaran yang paling sempurna bagi seluruh umat. Karena
ajaran islam mengajarkan umatnya tidak hanya berbuat untuk dunia tapi juga berbuat
untuk akherat, supaya mencapai kebahagiaan dunia akherat yang dijanjikan Allah
SWT dalam Al- Quran. Nabi Muhammad yang menjadi tuntunan manusia dalam
berbuat, untuk mencapai tujuan hidup manusia.
Di dalam ajaran islam terdapat hukum yang berasal dari beberapa sumber hukum
islam yang telah ditetapkan dan sudah tidak diragukan lagi kebenarannya. Walaupun
masih ada beberapa perbedaan pendapat antara beberapa para ulama, islam memberi
kebebasan umatnya dalam memilih hukum yang ada dengan tidak menyimpang dari
sumber hukum islam yang paling murni dari Allah SWT yaitu Al-Qur’an. Hukum
dalam agama islam terbagi ke dalam lima jenis, yaitu: wajib (harus), sunnah, haram,
mubah dan makruh. Hukum tersebut berasal dari tiga sumber yaitu: Al-Qur’an, Al-
Hadist dan Ijtihad.
2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa maksud kebudayaan dan peradaban dalam Islam?
2. Kapan umat Islam mengalami puncak kejayaan dalam peradaban? Apa saja
buktinya? Sebutkan ilmuan Muslim dan karyanya!
3. Mengapa kini umat Islam tertinggal dalam menguasai teknologi dan peradaban?
4. Apa fungsi masjid di masa Nabi Saw?
5. Apa saja bentuk budaya Islam yang masuk ke budaya Indonesia?
3. TUJUAN
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan,
pemahaman dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua.Khususnya dalam kehidupan
beragama. Mengetahui arti dinul islam, tujuan dinul islam, ciri ciri dinul islam,
kerangka atau hal yang terkandung dalam dinul islam serta apa saja yang dapat
membatalkan keislaman seseorang.
1
BAB II
PEMBAHASAN
MATERI 1
Secara harfiah "kebudayaan" berasal dari kata "budi" dan "daya" ditambah awalan "ke"
dan akhiran "an". Budi berarti akal dan daya berarti kekuatan. Dengan demikian kebudayaan
Islam berarti segala sesuatu yang dihasilkan oleh kekuatan akal manusia. Sedangkan
peradaban berasal dari kata arab "adab" berarti bernilai tinggi. Dengan demikian peradaban
Islam adalah kebudayaan Islam yang bernilai tinggi. Jadi, peradaban Islam adalah
“sekumpulan pandangan tentang kehidupan menurut sudut pandang Islam”. Atau dengan
pengertian yang lain, peradaban Islam adalah pencapaian hasil budi kaum muslimin dalam
sejarah. Istilah peradaban ini sering dipakai untuk menunjukkan pendapat dan penilaian kita
terhadap perkembangan kebudayaan.
Adapun yang menjadi orientasi kebudayaan di dunia Islam adalah perbedaan antara alam
kosmis, transendental, tatanan keduniaan, serta kemungkinan untuk mengatasi ketegangan
yang inheren dalam perbedaan ini berdasarkan ketaatan sepenuhnya pada Tuhan dan kegiatan
keduniaan –terutama sekali, kegiatan politik dan militer; unsur universirtas yang kuat dalam
definisi tentang komunitas Islam; pemberian akses otonom bagi seluruh warga komunitas
untuk memperoleh atribut-atribut tatanan transendental dean keselamatan (salvation) melaljui
ketaatan terhadap Tuhan; cita-cita ummah, komunitas politik-keagamaan dari setiap
pemeluknya, dan gambaran mengenai penguasa sebagai penegak cita-cita Islam, mengenai
kemurnian ummah, dan kehidupan komunitas.
2
Berangkat dari pengertian “Peradaban Islam” di atas maka berbeda dengan Islam yang
skaral, tetap dan abadi, peradaban Islam betapapun besar dan hebatnya, adalah bersifat profan,
berkembang dan tidaklah suci. Peradaban Islam, tetaplah seperti peradaban lain, yakni tidak
bebas dari kelemahan. Namun demikian, seiring dengan pasang surutnya sebuah peradaban,
peradaban Islam pun pernah mengalami masa-masa kejayaan meskipun kemudian mengalami
masa kemunduran. Jika pada zaman Abbasiyah umat Islam mampu menjadi sumber ilmu
pengetahuan serta menjadi kiblat dunia, termasuk Barat, maka saat ini umat Islam hanya
menjadi konsumen dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan masyarakat
Barat. Peradaban baratlah yang saat ini memberikan kontribusi besar bagi kehidupan manusia
secara umum dan bahkan cenderung menghegemoni peradaban lainnya, termasuk Islam.
3
MATERI 2
Kapan Umat Islam Mengalami Puncak Kejayaan dalam Peradaban? Apa Saja Buktinya
dan Sebutkan Ilmuan Muslim serta Karyanya?
4
3. Periode Daulat Abbasiyah (132H/750M s.d. 656H/1258 M)
Masa Kedaulatan Abbasiyah berlangsung selama 508 tahun. Periode pertama Daulat
Abbasiyah lebih memprioritaskan pada penekanan pembinaan peradaban dan kebudayaan
Islam.Masa Kedaulatan Abbasiyah merupakan pencapaian cemerlang di dunia Islam pada
bidang sains, teknologi dan filsafat. Masa sepuluh Khalifah pertama dari Daulat Abbasiyah
merupakan masa kejayaan (keemasan) peradaban Islam.Periode ini juga berhasil menyiapkan
landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam.
Pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama juga lahir para imam mazhab hukum
yang empat hidup Imam Abu Hanifah (700-767 M); Imam Malik (713-795 M); Imam Syafi'i
(767-820 M) dan Imam Ahmad bin Hanbal (780-855 M). Pencapaian prestasi yang gemilang
sebagai implikasi dari gerakan terjemahan yang dilakukan pada zaman Daulat Abbasiah
sangat jelas terlihat pada lahirnya para ilmuwan 63 muslim yang mashur dan berkaliber
internasional seperti : Al-Biruni (fisika, kedokteran); Jabir bin Hayyan (Geber) pada ilmu
kimia; Al-Khawarizmi (Algorism) pada ilmu matematika; Al-Kindi (filsafat); Al-Farazi, Al-
Fargani, Al-Bitruji (astronomi); Abu Ali Al-Hasan bin Haythami pada bidang teknik dan
optik; Ibnu Sina (Avicenna) yang dikenal dengan Bapak Ilmu Kedokteran Modern; Ibnu
Rusyd (Averroes) pada bidang filsafat; Ibnu Khaldun (sejarah, sosiologi).
Kejayaan Islam Masa Dinasti Abbasiyah Dinasti Abbasiyah adalah suatu dinasti (Bani
Abbas) yang menguasai daulat (negara) Islamiah pada masa klasik dan pertengahan Islam.
Lahirlah pada masa itu sekian banyak penyair, pujangga, ahli bahasa, ahli sejarah, ahli
hukum, ahli tafsir, ahli hadits, ahli filsafat, thib, ahli bangunan dan sebagainya. Periode
pertama Daulat Abbasiyah lebih memprioritaskan pada penekanan pembinaan peradaban dan
kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Di era ini, telah lahir ilmuwan-ilmuwan Islam
dengan berbagai penemuannya yang mengguncang dunia.
5
Dinasti Abbasiyiah membawa Islam ke puncak kejayaan. Saat itu, dua pertiga bagian
dunia dikuasai oleh kekhalifahan Islam. Beberapa ilmuwan muslim lainnya pada masa Daulat
Abbasiyah yang karyanya diakui dunia di antaranya:
1) Al-Razi (guru Ibnu Sina), berkarya dibidang kimia dan kedokteran, menghasilkan 224
judul buku, 140 buku tentang pengobatan, diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin. Bukunya
yang paling masyhur adalah Al-Hawi Fi ‘Ilm At Tadawi (30 jilid, berisi tentang jenis-jenis
penyakit dan upaya penyembuhannya). Buku-bukunya menjadi bahan rujukan serta
panduan dokter di seluruh Eropa hingga abad 17. AlRazi adalah tokoh pertama yang
membedakan antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang
menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di
tangan Ibnu Sina;
2) Al-Battani (Al-Batenius), seorang astronom. Hasil perhitungannya tentang bumi
mengelilingi pusat tata surya dalam waktu 365 hari, 5 jam, 46 menit, 24 detik, mendekati
akurat. Buku yang paling terkenal adalah Kitab Al Zij dalam bahasa latin: De Scienta
Stellerum u De Numeris Stellerumet Motibus, dimana terjemahan tertua dari karyanya
masih ada di Vatikan;
3) Al Ya’qubi, seorang ahli geografi, sejarawan dan pengembara. Buku tertua dalam sejarah
ilmu geografi berjudul Al Buldan (891), yang diterbitkan kembali oleh Belanda dengan
judul Ibn Waddih qui dicitur al-Ya’qubi historiae;
4) Al Buzjani (Abul Wafa). Ia mengembangkan beberapa teori penting di bidang
matematika (geometri dan trigonometri). Bermula dari dunia Islamlah ilmu pengetahuan
mengalami transmisi (penyebaran, penularan), diseminasi dan proliferasi (pengembangan)
ke dunia Barat yang sebelumnya 64 diliputi oleh masa ‘the Dark Ages’ mendorong
munculnya zaman renaissance atau enlightenment (pencerahan) di Eropa.
Dunia Barat sekarang sejatinya berterima kasih kepada umat Islam. Akan tetapi pada
kenyataannya pihak Barat (non-Muslim) telah sengaja menutup-nutupi peran besar atas jasa
para pejuang dan ilmuwan muslim tersebut yang pada akhirnya terabaikan bahkan sampai
terlupakan.
6
MATERI 3
Mengapa Kini Umat Islam Tertinggal dalam Menguasai Teknologi dan Peradaban?
Dalam dekade ini telah dirasakan oleh hampir seluruh umat manusia di belahan bumi.
Suatu realitas yang juga tidak dapat dipungkiri bahwa bangsa Barat telah banyak menguasai
bermacam sektor kehidupan, seperti ekonomi, industri, teknologi, dan ilmu pengetahuan
bahkan juga politik. Amerika misalnya, telah menguasai berbagai sektor kebutuhan manusia,
mulai dari industri makanan, kosmetik, farmasi, industri hiburan, transportasi, komunikasi,
media massa sampai pada industri persenjataan, dan pertahanan.“Sejalan dengan
kemajuannya Barat juga telah melahirkan orang-orang yang penuh vitalitas, berdisiplin tinggi,
menghargai waktu, rasional dan menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia,” papar Prof Dr. M
Hasbi Amiruddin.
Menurut Prof Hasbi, kemajuan Barat yang mengagumkan banyak bangsa sekarang ini
sebenarnya baru dimulai sejak abad-abad 16 yang secara tahap demi tahap terus berkembang
dan dapat mengalahkan bangsa yang menyumbangkan kemajuannya yaitu umat Islam. Tidak
semua orang menyadari bahwa Islam sesungguhnya berperan penting dalam menumbuhkan
tradisi keilmuan dan peradaban Barat. “Hal ini karena memang kenyataannya negeri-negeri
Islam sekarang di mana-mana sedang terpuruk, miskin, dan ketertinggalan,” katanya.
Semenjak meninggalkan semangat ijtihad, lanjut Prof Hasbi yang juga Ketua Pusat Kajian
Persia UIN Ar-Raniri, umat Islam telah mengalami kemunduran dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi sampai sekarang. Dalam pandangan Muhammad Al-Ghazali,
kemunduran umat Islam di masa kontemporer ini ada hubungannya dengan kecenderungan
mereka meninggalkan Al-Quran, atau seperti tradisi selama ini umat Islam mempergunakan
Al-Quran hanya sebagai bacaan ritual saja.
Awal gerakan keilmuan kaum muslimin adalah bermula dari Madinah, ketika Al-
Quran sudah mulai memberitakan berbagai hal tentang Tuhan, alam dan manusia. Karena itu
sudah pasti yang menjadi sumber ilmu pengetahuan pertama sekali bagi umat Islam adalah
Al-Quran dan Hadits Nabi Muhammad saw. Di masjid Madinah inilah pertama sekali orang-
orang Hijas mengenal istilah guru dan murid, duduk di lingkaran pelajaran, menghafal, dan
mencatat apa yang didengar dari guru. “Demikianlah selanjutnya pengajaran ilmu-ilmu Islam
itu berkembang ke daerah lain seperti ke Iraq. Awalnya berkembang hanya di dua tempat saja
yaitu Basrah dan Kufah, tetapi setelah didirikan Baghdad sebagai ibu kota, banyak bangsa-
bangsa yang belajar ke kota tersebut. Baru setelah empat kota ini berkembang ke Rey,
Khorasan, (Iran) dan negeri-negeri lain,” kata Prof Hasbi.
7
Pada masa ini pula muncul tokoh-tokoh ilmuwan Islam, misalnya dalam bidang agama
di kenal seperti Abu Hanifah, Malik, Syafi’i, dan Hanbali dalam bidang hukum Islam. Asy
’ari, Al-Maturidi, Wasil bin Ata’, Abu Huzail Al-Nazam dalam bidang teologi. Zunnun Al-
Misri, Abu Yazid Al-Bustami dan Al-Halaj dalam Tasawuf. Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina,
Ibnu Maskawih dalam bidang Filsafat. Ibnu Hisyam Ibnu Hayyan, Al-Khawarizmi, Al-Mas
’udi, Al-Razi dalam bidang ilmu Pengetahuan.
Berkembangnya ilmu sains dalam kalangan umat Islam ketika itu ada hubungannya
dengan ilmu teologi yang mereka anut yaitu teologi sunatullah. Sunatullah maknanya adalah
hukum alam, yang di Barat disebut natural lawas. Teologi sunatullah menempatkan
kedudukan akal pada tempatnya. Kebebasan manusia dalam berpikir yang hanya terikat
dengan ajaran-ajaran dasar Alquran dan hadis nabi saja. Keyakinan pada teologi seperti ini
membuat umat Islam akrab dengan ilmu-ilmu kealaman dan suka berusaha untuk menemukan
sesuatu yang baru. Sains dan teknologi adalah sesuatu yang netral. Sains itu bisa digunakan
untuk kepentingan yang baik atau buruk. Misalnya pengetahuan tentang atom bisa digunakan
untuk menciptakan bom nuklir dan bisa juga untuk menyembuhkan kanker. Ilmu genetika
bisa untuk mengembangkan pertanian di dunia ke tiga yang sedang berkembang. Tidak jarang
juga dengan penguasaan ilmu genetika ada yang merasa telah dapat menyaingi Tuhan.
“Di situlah perannya agama, seperti agama Islam. Ketika umat Islam telah yakin
bahwa agama Islam diturunkan oleh Allah dalam rangka menciptakan rahmatan lil `alamin,
maka tidak ada ciptaan-ciptaan yang dapat merusakkan diciptakan. Ketika umat Islam telah
yakin penyebab pertama adalah Tuhan, maka tidak pernah lagi merasa dia dapat menyaingi
Tuhan,” tutup Prof Hasbi.
8
Pola berpikir demikian, kata Ma’ruf, merupakan hambatan perkembangan peradaban
saat ini. “Karena itu, saya tidak ingin umat Islam, ikut dalam arus berpikir sempit, seperti
fenomena yang muncul belakangan ini,” kata Ma’ruf. Ma’ruf mencontohkan, cara berpikir
sempit yang nyata saat ini, salah satunya tidak percaya dengan Covid-19 dan teori-teori
konspirasi tentang sesuatu hal tanpa mencoba untuk memahami fenomena dengan akal sehat
dan memanfaatkan ilmu pengetahuan. Karena itu, sebaiknya cara berpikir yang dikedepankan
umat saat ini yakni cara berpikir yang dikedepankan Rasulullah, moderat, dinamis, namun
tetap dalam koridor manhaji dan tidak ekstrim. Ia meyakini pola pikir seperti itu akan
membawa umat kembali berjaya saat zaman kejayaan Islam sebelumnya.
Dengan demikian cara berpikir Islami itu tidak tekstual dan tidak liberal,” Karena itu,
Ma’ruf mendorong umat Islam memperkuat cara berpikir wasathiyah secara Istiqamah.
Menurut dia, peran masjid pun penting yakni sebagai tempat paling baik untuk melakukan
penguatan cara berpikir wasathiyah tersebut. “Karena tidak ada umat Islam yang lepas dari
pengaruh masjid. Sehingga dalam jangka panjang hal itu bisa menjadi embrio membangun
kembali peradaban Islam dan menjadikan umat Islam sebagai umat terbaik (Khaira Ummah),”
katanya.
9
MATERI 4
Ketika Rasulullah Saw. berhijrah ke Madinah, langkah pertama yang beliau lakukan
adalah membangun masjid kecil yang berlantaikan tanah, dan beratapkan pelepah kurma. Dari
sana beliau membangun masjid yang besar, membangun dunia ini, sehingga kota tempat
beliau membangun itu benar-benar menjadi Madinah, (seperti namanya) yang arti harfiahnya
adalah 'tempat peradaban', atau paling tidak, dari tempat tersebut lahir benih peradaban baru
umat manusia.
Masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah saw adalah Masjid Quba', kemudian
disusul dengan Masjid Nabawi di Madinah. Terlepas dari perbedaan pendapat ulama tentang
masjid yang dijuluki Allah sebagai masjid yang dibangun atas dasar takwa (QS Al-Tawbah
[9]: 108), yang jelas bahwa keduanya Masjid Quba dan Masjid Nabawi dibangun atas dasar
ketakwaan, dan setiap masjid seharusnya memiliki landasan dan fungsi seperti itu. Itulah
sebabnya mengapa Rasulullah Saw meruntuhkan bangunan kaum munafik yang juga mereka
sebut masjid, dan menjadikan lokasi itu tempat pembuangan samph dan bangkai binatang,
karena di bangunan tersebut tidak dijalankan fungsi masjid yang sebenarnya, yakni
ketakwaan.
Al-Quran melukiskan bangunan kaum munafik itu sebagai berikut, dan (di antara
orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan
kemudharatan (pada orang Mukmin) dan karena kekafiran-(nya), dan untuk memecah belah
antara orang-orang Mukmin, serta menunggu/mengamat-amati kedatangan orang-orang yang
memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu (QS Al-Tawbah [9]: 107). Masjid Nabawi di
Madinah telah menjabarkan fungsinya sehingga lahir peranan masjid yang beraneka ragam.
Sejarah mencatat tidak kurang dari sepuluh peranan yang telah diemban oleh Masjid Nabawi,
yaitu sebagai:
1) Tempat ibadah (shalat, zikir).
2) Tempat konsultasi dan komunikasi (masalah ekonomi-sosial budaya).
3) Tempat pendidikan.
4) Tempat santunan sosial.
5) Tempat latihan militer dan persiapan alat-alatnya.
6) Tempat pengobatan para korban perang.
7) Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa.
8) Aula dan tempat menerima tamu.
9) Tempat menawan tahanan, dan pusat penerangan atau pembelaan agama.
10
1. Sebagai tempat ibadah.
Fungsi masjid yang paling utama adalah sebagai tempat ibadah umat Muslim kepada
Allah. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya masjid-masjid ini tidak dibenarkan
untuk sedikitpun dari air kencing dan kotoran liannya. Masjid ini hanyalah untuk zikir
kepada Allah, sholat, dan membaca Alquran.” (HR. Imam Muslim no 1163 dan no. 687)
2. Sebagai tempat pendidikan.
Fungsi masjid dimaksimalkan menjadi tempat untuk majelis ta’lim, halaqah, dan
madrasah. Majelis ta’lim adalah pertemuan yang digunakan untuk kegiatan belajar
mengajar. Halaqah adalah cara belajar mengajar yang dilakukan kelompok kecil dengan
membuat lingkaran, sedangkan madrasah adalah tempat belajar.
3. Sebagai tempat sosial kemasyarakatan.
Ketika hijrah, Rasulullah membangun masjid untuk menjalin solidaritas antara kaum
Muhajirin dan Anshor. Masjid tersebut kini dikenal sebagai Masjid Nabawi. Fungsinya
saat itu sebagai Islamic Center, di mana segala permasalahan sosial yang dihadapi
masyarakat dapat diadukan kepada Rasulullah
4. Sebagai tempat urusan politik.
Fungsi masjid dalam aspek urusan politik juga dilakukan oleh Rasulullah. Pada
zaman Rasululllah, masjid digunakan sebagai tempat pelaksanaan urusan kenegaraan
seperti tempat melaksanakan pengesahan atau pembaiatan para khalifah dan tempat
musyawarah negara.
5. Sebagai tempat urusan ekonomi negara dan masyarakat.
Pada zaman Rasulullah, masjid digunakan sebagai tempat manajemen finansial dan
perbendaharaan harta kaum Muslim yang digunakan untuk meringankan ekonomi para
jamaahnya. Suhari Umar dalam buku Pendidikan Masyarakat Berbasis Masjid
menjelaskan, Rasulullah menjadikan Masjid Nabawi sebagai baitul maal dan kantor pusat
negara sekaligus tempat berdiamnya beliau.
6. Sebagai tempat aman umat Muslim.
Rasulullah SAW menjadikan masjid sebagai tempat untuk menjaga keamanan
Madinah terhadap musuh-musuh dari luar. Rasulullah melarang setiap Muslim untuk
membawa senjata untuk tujuan kekerasan atau peperangan di sekitar Madinah. Pada saat
itu, kesiapan dan persiapan militer juga dilaksanakan di masjid. Saat akan berperang, umat
Muslim juga berkumpul di masjid. Dari sinilah, Rasulullah menjamin keamanan
masyarakat di sekitarnya.
11
Agaknya masjid pada masa silam mampu berperan sedemikian luas, disebabkan antara
lain oleh:
1) Keadaan masyarakat yang masih sangat berpegang teguh kepada nilai, norma, dan jiwa
agama.
2) Kemampuan pembina-pembina masjid menghubungkan kondisisosial dan kebutuhan
masyarakat dengan uraian dan kegiatan masjid.
Manifestasi pemerintahan terlaksana di dalam masjid, baik pada pribadi-pribadi
pemimpin pemerintahan yang menjadi imam/khatib maupun di dalam ruangan-ruangan
masjid yang dijadikan tempat-tempat kegiatan pemerintahan dan syura (musyawarah).
Bersamaan dengan perkembangan zaman, terjadi ekses-ekses dimana bisnis dan urusan
duniawi lebih dominan dalam pikiran dibanding ibadah meski di dalam masjid, dan hal ini
memberikan inspirasi kepada Umar bin Chattab untuk membangun fasilitas di dekat masjid,
dimana masjid lebih diutamakan untuk hal-hal yang jelas makna ukhrawinya, sementara
untuk berbicara tentang hal-hal yang lebih berdimensi duniawi, Umar membuat ruang khusus
di samping masjid. Itulah asal usulnya sehingga pada masa sejarah Islam klasik (hingga
sekarang), pasar dan sekolahan selalu berada di dekat masjid.
Apabila masjid dituntut berfungsi membina umat, tentu sarana yang dimilikinya harus
tepat, menyenangkan dan menarik semua umat, baik dewasa, kanak-kanak, tua, muda, pria,
wanita, yang terpelajar maupun tidak, sehat atau sakit, serta kaya dan miskin. Di dalam
Muktamar Risalatul Masjid di Makkah pada 1975, hal ini telah didiskusikan dan disepakati,
bahwa suatu masjid baru dapat dikatakan berperan secara baik apabila memiliki ruangan, dan
peralatan yang memadai untuk:
1) Ruang shalat yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
2) Ruang-ruang khusus wanita yang memungkinkan mereka keluar masuk tanpa
bercampur dengan pria baik digunakan untuk shalat, maupun untuk Pendidikan
Kesejahteraan Keluarga (PKK).
3) Ruang pertemuan dan perpustakaan.
4) Ruang poliklinik, dan ruang untuk memandikan dan mengkafankan mayat.
5) Ruang bermain, berolahraga, dan berlatih bagi remaja.
Semua hal di atas harus diwarnai oleh kesederhanaan fisik bangunan, namun harus
tetap menunjang peranan masjid ideal termaktub.
12
MATERI 5
Menurut para ahli kebudayaan, cakupan budaya adalah spiritual (pengalaman rohani),
intelektual (wawasan keilmuan), sikap artistik (rasa keindahan) yang dihasilkan oleh
masyarakat, termasuk tradisi, kebiasaan, adat, moral, hukum dan hubungan sosial. Dari
pemaparan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kebudayaan Islam adalah
spiritual,intelektual, sikap artistik, tradisi, kebiasaan, adat, moral, hukum, dan hubungan sosial
yang dihasilkan oleh Nabi Muhammad saw. dan masyarakat Islam dari waktu ke waktu. Dari
uraian tersebut jika kita bahasakan dalam istilah sehari-hari yang sudah biasa kita kenal, maka
bentuk atau wujud kebudayaan Islam itu dapat berupa sebagai berikut.
1. Bidang politik dan pemerintahan.
Pola kepemimpinan dalam Islam baik ketika rasulullah masih hidup maupun
ketika beliau sudah meninggal terus berkembang, hal ini melandasi dasar keimanan
seseorang terhadap Allah dan rasulnya. Corak kepemimpinan pada masa
Khullafaaurrasyidin, pasti berbeda dengan corak kepemimpinan pada masa Dinasti Bani
Ummayyah, dan pada masa Dinasti Abbasiyah.
2. Bidang sosial dan ekonomi.
Islam mengajarkan umatnya untuk memiliki etos kerja yang tinggi. Ekonomi
adalah modal dasar untuk membangun umat agar tetap melanjutkan nilai-nilai
perjuangan menegakkan syariat Islam. Rasulullah adalah seorang pedagang yang jujur,
beliau telah mencontohkan kepada kita bagaimana cara mengembangkan wawasan
perekonomian pada waktu di Mekkah dan Madinah.
3. Bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Rasulullah mengajarkan bahwa menuntut ilmu hukumnya wajib bagi lakilaki dan
perempuan, dalam Islam pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Masa
keemasan pada Dinasti Abbasiyah telah menunjukkan betapa Islam telah mampu
memberikan sumbangan berharga untuk kemajuan pengetahuan peradaban manusia.
4. Bidang seni (seni suara, seni musik, seni tari, seni rupa, dan seni arsitektur).
Kebudayaan manusia akan terus berkembang dari waktu ke waktu, bukan dalam
bidang seni membaca Al-Qur’an saja yang masuk dalam kategori seni suara, seni musik
pun berkembang pesat seperti rebana, kasidah, nasid. Seni tari seperti tara ala Sufi, tari
Saman dan seni rupa seperti kaligrafi Al-Qur’an dan seni arsitektur atau seni bangunan.
13
Akulturasi kebudayaan terjadi sebagai akibat interaksi antar perbedaan suku, agama,
ras dan golongan di dalam masyarakat. Perbedaan menyebabkan adanya ketertarikan sehingga
tercipta adaptasi dan menghasilkan sebuah akulturasi kebudayaan. Modifikasi kebudayaan
diakibatkan adanya dua maupun lebih kebudayaan yang mengalami kontak sosial dan
menghasilkan akulturasi kebudayaan. Proses akulturasi kebudayaan terjadi secara dinamis
tanpa menghilangkan kebudayaan lama yang sudah ada. Akulturasi kebudayaan terjadi pada
kelompok dan individu. Pada akulturasi kebudayaan secara kelompok, akulturasi ditunjukan
dengan adanya perubahan pada orientasi nilai dan adopsi nilai-nilai dari kelompok lain. Tanpa
hal tersebut, akulturasi kebudayaan tetap dapat terjadi, karena hal tersebut tercipta dari adanya
nilai dan sikap secara alamiah.
Indonesia banyak memiliki akulturasi kebudayaan Islam yang terjadi di masyarakat.
Hal tersebut terjadi karena sebelum Islam masuk sudah banyak terdapat kebudayaan suku asli,
agama Hindu-Budha, dan lainnya. Beberapa akulturasi kebudayaan Islam yang berkembang
di Indonesia sebagai berikut:
1. Tradisi Bentuk Makam
Pada masa Hindu, masyarakat tidak memiliki tradisi memakamkan mayat.
Masyarakat melakukan tradisi Hindu membakar mayar dan melarung abunya ke laut. Abu
dari orang kaya akan disimpan dalam guci dan abu raja akan disimpan dalam sebuah candi.
2. Bentuk Nisan
Akulturasi budaya juga dapat dilihat dalam bentuk nisan. Bentuk nisan yang
berkembang pada awalnya hanya berbentuk kapal terbalik (lurus) dari Persia. Kemudian,
berkembang bentuk lain seperti teratai, keris, dan gunungan wayang yang dipengaruhi
kebudayaan Jawa.
3. Arsitektur Bangunan Masjid
Banyak terdapat bangunan masjid di Indonesia seperti Masjid Agung Demak, Masjid
Gede Mataram, Masjid Soko Tunggal Kebumen, dan lainnya. Beberapa arsitektur masjid
yang dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Budha dan Barat sebagai berikut: - Bentuk atap
masjid berbentuk kubah Ottoman style dan India style. Tedapat atas bersusun yang
bentuknya semakin kecil ke atas serta bagian atas seperti mahkota. Atapnya berjumlah
ganjil bilangan tiga atau lima.
a. Terdapat bedug sebagai penanda tibanya waktu salat.
b. Beberapa masjid seperti Masjid Agung Kudus memiliki atap tumpeng. Sedangkan,
c. Masjid Agung Banten memiliki Menara berbentuk mercusuar.
d. Letak masjid bersifat strategis, yaitu terletak berdekatan dengan kraton, pasar, dan
alun-alun.
14
4. Kesusasteraaan
Berkembang kesusastraan seperti hikayat dan syair. Di daerah Melayu karya sastra
banyak ditulis menggunakan bahasa Arab. Sedangkan di Jawa menggunakan bahasa Jawa,
walaupun beberapa kesusastraan menggunakan bahasa Arab terutama tentang soal
keagamaan.
5. Seni Wayang
Berkembang seni kebudayaan berupa wayang yang digunakan untuk menyebarkan
agama Islam oleh para Walisongo. Wayang merupakan bentuk samaran gambaran manusia
supaya tidak melanggar aturan dalam Islam.
15
PENUTUP
1. KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
Nurman, A., Hendra, M., & Wally, W. N. KERANGKA DASAR AGAMA DAN
AJARAN ISLAM, HUKUM, HUKM/AHKAM, SYARIAH DAN FIQH Oleh.
http://silviadewiworld.blogspot.com/2016/09/makalah-dinul-islam.html?m=1
http://academia.edu/
17
18