Anda di halaman 1dari 6

TAUHID SEBAGAI PRINSIP KEBUDAYAAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“ILMU TAHUID”

Dosen Pengampu : H. Wajihudin , Alh, M. PD. I

Disusun oleh :

Asri Nanda Andi Setianto (2022010187)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)

UNIVERSITAS SAINS AL – QUR’AN JAWA TENGAH

DI WONOSOBO

1
2020

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………………………… 2

BAB I 3

PENDAHULUAN...............................................……………………………………………………………………………… 3

A. Latar Belakang………………………………………………………………………………………………………………………… 3

B. Macam-macam Tauhid dan Hal-hal yang Membatalkannya……..….………………………………………… 3

BAB II…………………………………………………………………………………………………………………………………………… 4

PEMBAHAASAN…………………………………………………………………………………………………………………………… 4

A. Tantangan Ketauhidan dalam Kebudayaan Islam Klasik, Pertengahan, ...................................... 4

B. Konsep dan pengertian Antropologi tentang Islam sebagai Sistem budaya……………………………… 5

BAB III…………………………………………………………………………………………………………………………………………… 9

PENUTUP……………………………………………………………………………………………………………………………………… 9

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………………………… 9

DAFTAR PUSTAKA………………….…………………………….……………………………………………………………………… 1

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Tauhid sebagai prinsip kebudayaan

Secara etimologis tauhid merupakan masdar dari kata wahadah yang artinya Satu/esa. Sedangkan
secara terminologi tauhid adalah suatu bentuk keyakinan Paling tertinggi kepada Allah SWT sebagai
Tuhan yang tidak lain adalah tempat Makhluk bergantung. Akan tetapi tauhid sebagai ilmu adalah
suatu ilmu yang Membahas Tuhan sebagai zat, sifat dan perbuatannya. Ilmu tauhid dalam Islam
Pastilah tidak akan terlepas dari sebuah dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Quran Dan Hadis.

B. Macam-macam Tauhid dan Hal-hal yang Membatalkannya

syaikh Muhammad Shalih Al-Usai min Rahimahlah menjelaskan definisi Tauhid dalam istilah syariat
secara umum adalah: “Mengesakan Allah Subhanahu dalam perkara yang menjadi kekhususan-Nya,
yaitu Rubbubiyyah, Uluhiyah, dan asma` was sifat. Dari penjelasan Syaikh Muhammad Shalih
Al„Utsaimin ra dan dalam hukum Syariat Islam macam-macam tauhid dapat dibagi menjadi tiga
macam, yaitu:

1. Tauhid Rubbubiyyah “Mengesakan Allah dalam perbuatan-Nya”. Maksudnya adalah


meyakini Hanya Allahlah yang bisa melakukan perbuatan-perbuatan yang menjadi
kekhususan-Nya, seperti menciptakan makhluk, mengaturnya, memberi rezeki, Memberi
manfaat, menimpakan musibah/keburukan, menghidupkan, mematikan, dan lainnya yang
menjadi kekhususan Allah. Allah Ta‟ala berfirman yang artinya: “Segala puji bagi Allah, Rabb
semesta Alam” (Q.S. Al-Fatihah : 1).
2. Tauhid Uluhiyah “Mengesakan Allah dalam beribadah kepada-Nya”. Maksudnya adalah
Meyakini hanya Allahlah yang berhak diibadahi, tidak boleh mempersembahkan peribadatan
kepada selain-Nya dalam bentuk ibadah lahiriah maupun Yang batin, ucapan maupun
perbuatan. Allah Ta‟ala berfirman yang artinya: “Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha
Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang” (Q.S. Al-Baqarah : 163).
3. Tauhid Asma‟ was Shifat“Tauhid Nama dan Sifat adalah mengesakan Allah dalam nama-
namaNya Yang terindah dan sifat-sifat-Nya yang termulia, yang bersumber dari Al-Qur`an
Dan AsSunnah,dan beriman terhadap makna-makna dan hukum-hukumnya”. Maksudnya
adalah meyakini hanya Allahlah yang memiliki nama yang husna (baik) dan sifat yang „ulya
(tinggi). Sedangkan selain Allah tidaklah berhak Dikatakan memiliki nama dan sifat tersebut.
Allah Ta‟ala berfirman yang artinya: “Tidak ada sesuatu pun yang serupa Dengan Dia, dan
Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (Q.S. AsySyuura : 11).

Allah Ta‟ala berfirman yang artinya: “Tidak ada sesuatu pun yang serupa Dengan Dia, dan Dia-lah
Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (Q.S. AsySyuura : 11). Dan Nabi Shallallahu „Alaihi wa
Sallam bersabda, “Allah tabaraka wa Ta‟ala turun ke langit dunia pada setiap malam” (Mutafaqqun
„Alaihi).

3
BAB ll
PEMBAHASAN

A. Tantangan Ketauhidan dalam Kebudayaan Islam Klasik, Pertengahan,

Modern dan Pots-modern Dalam kesempatan ini sekiranya penulis tidak akan mengurai secara
menyeluruh tentang kebudayaan dalam Islam. Dikarenakan keterbatasan waktu yang tidak dapat
dituliskan semuanya. Akan tetapi penulis sedikit banyaknya akan mengurai point-point kebudayaan
dalam sejarahnya Islam yang tidak dapat terlepas dari sebuah keyakinan tentang Allah SWT.

1. Era klasik/Nabi Muhammad SAW

Dalam sejarah perkembangan Islam awal/klasik/Nabi Muhammad, budaya pada zaman itu
adalah budaya jahiliah (kebodohan). Akan tetapi, kebodohan di sini tidak sama dengan orang
yang bodoh tidak pandai dan pintar. Melainkan kebodohan ini dalam keterangan Al-Jabir ialah
orang-orang arab yang tidak stagnan dengan kebudayaannya. Melihat sebuah peradaban
kebudayaan yang dipandang hanya sebatas bentuknya, sehingga membuat mereka terjerembab
pada dunia kegelapan menyembah patung berhala. Dan lebih jauh sistem nilai etik pada budaya
arab saat itu yang tidak mereka perdalam.

2. Era Abad Pertengahan Islam

Pada era pertengahan terjadi di timur tengah sampai Eropa, Islam telah Berjaya dalam hal
budaya baik budaya pemikiran, teknologi, pendidikan, politik Dan ekonomi. Mengapa demikian?
Karena dalam sejarah filsafat Islam, dan juga Diterangkan oleh Abid Al-Jabir bahwa Islam pada
masa kejayaannya telah dapat Membedakan apa itu substansi dan apa itu aksi Densi. Peradaban
kebudayaan Maju karena mereka telah sadar bahwa Islam secara substansi/moral etik telah
Mendukung untuk kemajuan budaya, dalam artian tidak stagnan. Perdebatan Dapat di arahkan
dalam hal moral etik, bukan sekedar hal-hal yang bersifat Bentuk seperti pakaian yang Islam,
pendidikan yang Islam, maupun lain Sebagainya. Karena pada dasarnya pada abad pertengahan,
mereka telah Menanamankan moral etik islami dalam tindakan proses kreativitasnya

3. Era Modern Islam

Setelah ditandai runtuhnya peradaban Islam di timur tengah dan Cordova, Andalusia. Maka
Islam mulai tertinggal secara budaya. Dalam artian, Islam pada Abad kurang lebih abad 15-19 M.
Islam pada masa-masa modern telah terjadi Saling kafir-mengkafirkan, saling klaim tentang
kebenaran tafsir yang telah Dipegangnya, hal ini mengakibatkan kondisi politik yang kacau
karena tidak Dapat bersatunya umat Islam. Menurut Ibnu Khaldun, hancurnya suatu Peradaban
diakibatkan oleh halhal berikut : Penindasan penguasa dan Ketidakadilan; despotisme atau
kezaliman; orientasi kemewahan masyarakat; Egoisme; oportunisme; penarikan pajak secara
berlebihan; Keikutsertaan Penguasa dalam kegiatan ekonomi rakyat; rendahnya komitmen
masyarakat Terhadap agama; penggunaan pena dan pedang secara tidak tepat.

4
4. Era Pots-modern

Setalah Islam mulai berdamai dengan kebudayaan modern, namun ada sebuah permasalahan
dari budaya modern yang tidak dirasakan secara langsung oleh manusia-manusia yang
mendewakan modernisme, yaitu arus Globalisasi. Jika memiliki keadilan prinsip modernisme di
barat, maka ada sebuah ideologi-ideologi modernisme yang telah mempengaruhi umat Islam,
yaitu : MK2PH (Materialisme, Kapitalisme, konsumerisme, positivisme dan hedonisme). Inilah
yang menjadi tantangan ketauhidan umat Islam sekarang.

B.Konsep dan pengertian Antropologi tentang Islam sebagai Sistem budaya

sebagaimana dipaparkan Di atas, dipandang sebagai elemen Penting dalam mengembangkan Konsep
tauhid budaya. Sebab tauhid Budaya diasumsikan sebagai sebuah Pendekatan yang melibatkan dua
Aspek utama sekaligus, yaitu kaca Pandang faktual dan kaca pandang Normatif atau ajaran Islam.
Konsep Ini mungkin sejalan dengan pendekatan Yang ditawarkan oleh Akbar S. Ahmed Sebagai
Antropologi Islam.

Tantangan dari sinergi Islam Dan budaya lokal nusantara yang Menghasilkan kearifan tradisi
Keagamaan dalam konteks kekinian, Cenderung dipengaruhi oleh ideologi Globalisme dengan
kapitalisasi sebagai Motornya. Globalisasi menunjuk pada dua aspek kehidupan, yaitu ekonomi dan
sosial budaya. Dari aspek ekonomi, globalisasi ditandai oleh meningkatnya arus produksi, pemasaran
dan transaksi dari kekuatan transnasional.

Tauhid budaya merupakan Sebuah konsep untuk menunjukkan Tentang kekuasaan Allah yang
Menjadikan ciptaannya, terutama Manusia hidup dan tersebar dalam Beraneka ragam kultur. Kultur
itu Dibentuk dalam banyak hal, karena Lingkungan fisik dan juga karena pola Pikir manusia dalam
mempertahankan Dan mengembangkan kehidupannya. Jadi lokalitas itu adalah keragaman Cara
hidup manusia, akibat kehendak Allah sebagai ciptaan yang ada dalam Keragaman suku dan budaya.
Tingkah Laku, artefak atau hasil karya, dan semua Unsur budaya yang ada sebagai bagian Dari hasil
kontak budaya lokal dan Islam Tersebut merupakan wujud dari sifat Adaptif ajaran Islam terhadap
ragam Ajaran, nilai-nilai, dan cara pandang Lokal.

Globalisasi juga ditandai oleh Perkembangan budaya pop sebagai Bentuk budaya instan, bernilai
rendah Karena tanpa landasan filosofis, etis, Dan estetis yang mapan, cepat popular Tetapi juga
segera dilupakan, dan Bersifat massal. Pun wajah global Ditandai oleh gaya hidup konsumerisme Dan
cenderung mengikuti tren mode (Fashion, music dan lain-lain) yang justru Anti realitas. Komodifikasi,
budaya Konsumerisme, dan budaya pop Didukung oleh teknologi informasi dan Media. Media
mendominasi kehidupan Manusia, sehingga masyarakat Kontemporer dikatakan sebagai
mediasaturated community/ media-saturated Environment/ media-saturated culture. Pesan yang
profan maupun yang Sakral terserap dalam media; konsumsi Dengan spiritualisasi bercampur aduk.

Perkembangan peradaban Islam adalah Berkembangnya Islamophobia, akibat Kekuatan media Barat
yang kerap Menampilkan citra Islam yang keras, Radikal, fundamentalis. Citra Islam Dalam media
kontemporer lebih Didominasi oleh tiga hal. Pertama adalah Dua ideologi dominan yaitu Marxisme
Dan Liberalisme yang sangat memihak Pada gerakan yang menghina agama. Kedua adalah dominasi
Kapitalisme Yang berpandangan “raup keuntungan”, Sehingga media yang cenderung Digerakkan
oleh kaum kapital mendapat Keuntungan yang hebat dari perang Pencitraan di media. Pengaruh
dinamika Hubungan Barat dengan Islam, yang Seringkali juga identik dengan carut Marut
kepentingan Barat atas Timur Tengah.

5
BAB lll PENUTUP

A. Kesimpulan
Dilihat dari penjabaran di atas, maka permasalahan ketauhidan kita sesungguhnya sangat
kompleks. Setidaknya kita sekarang sudah mulai berpikir bahwa untuk melihat budaya, harus
melihat sistem nilai yang melandasinya. Tidak hanya melihat budaya pada tartan praktis. Semisal
pakaian yang Islami maupun yang tidak Islami, kita harus tahu betul sistem nilai apa yang terkandung
di dalam ayat tentang cara berpakaian di dalam Islam. Dan juga kita sudah mulai berpikir tentang
sebuah sistem nilai-nilai yang melandasi akan perilaku kita. Hubungan antara ketauhidan sebagai
sistem nilai –cara pandang – tindakan yang berbudaya. Sikap-sikap sabar, ikhlas, jujur, amanah,
bertanggungjawab, dapat dipercaya dan rendah hati yang akan membawa kita kepada
kesempurnaan ketauhidan kita kepada Allah SWT. Singandayaan setiap bangsa atau masyarakat
terdiri atas unsurunsur besar dan unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari suatu kebutuhan
yang tidak dapat dipisahkan. Unsur-unsur kebudayaan dalam pandangan.

DAFTAR PUSTAKA
Developer, Macam-macam Tauhid dan Hal-hal yang
Membatalkannya(https://www.academia.edu/36057292/Tauhid_Kebudayaan_pdf Diakses
24 November 2022)
Joko Riyanto, Tantangan Ketauhidan dalam Kebudayaan Islam Klasik,
Pertengahan,(https://www.academia.edu/36057292/Tauhid_Kebudayaan_pdf Diakses 24
November 2022)
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: PT Rineke Cipta, 1990.Jakarta:
Djambatan, 1983.Konsep dan pengertian Antropologi tentang Islam sebagai Sistem budaya
(https://jurnal.tarjih.or.id/index.php/tarjih/article/download/13102/2 Diakses 27 November
2022)
Tibi, Bassam, Islam Kebudayaan dan Perubahan Sosial, terj. Misbah Zulfa Elizabeth,
Yogyakarta: Tiara Wacana, 1996.(
https://jurnal.tarjih.or.id/index.php/tarjih/article/download/13102/2 Diakses 27 November
2022)
Eriksen, Thomas H., Globalisation Studies In Anthropology, London: Pluto Press, 2003.
(https://jurnal.tarjih.or.id/index.php/tarjih/article/download /13102/2 Diakses 27 November
2022)
Terj. Hasan Basari dan Bur Rasuanto, Jakarta: Penerbit Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, 1982
Perkembangan peradaban Islam
(https://jurnal.tarjih.or.id/index.php/tarjih/article/download/13102/2 Diakses 27 November
2022 )

Anda mungkin juga menyukai