Anda di halaman 1dari 20

STUDI KELAYAKAN TAMBANG

STUDI KELAYAKAN TAMBANG BATU KAPUR BUKIT


KARANG PUTIH INDARUNG OLEH PT. SEMEN PADANG
“RENCANA PENGOLAHAN & PEMURNIAN”
SESUAI KEPMEN ESDM RI NOMOR 1806 K/30/MEM/2018

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Kelayakan Tambang Pada Jurusan
Teknik Pertambangan dan Geologi Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

Disusun oleh
DEA WINRIANI
03021282025065

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
RINGKASAN EKSEKUTIF
Bab I menjelaskan tentang latar belakang mengapa harus dilakukan studi kelayakan pada
daerah tambang yang memiliki cadangan Batu Kapur, tepatnya di Bukit Karang Putih Indarung,
Sumatera Barat. Selain menjelaskan tentang latar belakang, pada bab ini juga dijelaskan maksud
dan tujuan dilakukannya studi kelayakan tambang, ruang lingkup dan metoda yang digunakan
dalam melakukan studi kelayakan tambang, pelaksanaan studi kelayakan tambang serta jadwal
untuk melakukan studi kelayakan tambang tersebut. Pada Bab II memaparkan tentang lokasi dan
luas wilayah IUP yang dimohon, kesampaian daerah dan sarana perhubungan setempat dan juga
keadaan lingkungan daerah setempat. Pada Bab III akan dibahas pokok permasalahan sesuai sub
bab judul yang telah ditentukan yaitu rencana pengolahan dan pemurnian Batu Kapur. Ada
beberapa hal penting yang akan dipaparkan secara rinci yaitu tata cara pengolahan dan pemurnian,
peralatan pengolahan yang meliputi jenis, jumlah, kapasitas, dan ketersediaan, jenis jumlah kadr
dan recovery hasil pengolahan serta rencana pengangkutan produk pengolahan. Selanjutnya pada
Bab IV akan dipaparkan kesimpulan dari studi kelayakan tambang Batu Kapur Bukit Karang Putih
Indarung oleh PT. Semen Padang.
Tujuan dilakukannya studi kelayakan tambang Batu Kapur Bukit Karang Putih Indarung
adalah untuk meyakinkan bahwa area yang akan ditambang memang layak digunakan sebagai
wilayah pertambangan, studi kelayakan tambang juga dilakukan untuk melihat bagaimana
kelayakan area tersebut dari segi ekonomi atau manfaat ekonomi apa yang bisa diambil dari area
tambang serta untuk melihat peluang kemampuan teknologi yang mendukung operasi
pertambangan tersebut. Hasil dari keseluruhan studi kelayakan tambang ini kemudian dijadikan
dasar untuk mengambil keputusan apakah area tersebut layak dijadikan area pertambangan atau
tidak.

ii
KATA PENGANTAR
Laporan studi kelayakan tambang ini disusun berdasarkan data hasil eksplorasi yang telah
dilakukan di Bukit Karang Putih Indarung, Sumatera Barat oleh PT. Semen Padang. Adapun luas
areal yang dieksplorasi adalah 115 Ha. Tujuan dari pembuatan laporan ini ialah untuk mengetahui
apakah cadangan batu kapur di Bukit Karang Putih Indarung ini layak untuk ditambang baik secara
teknis maupun ekonomis.
Dalam penyusunan laporan ini, PT. Semen Padang menggunakan format yang tertera pada
KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK
INDONESIA NOMOR : 1806 K/30/MEM/2018. Adapun yang menjadi bahasan dalam laporan ini,
meliputi pendahuluan, keadaan umum, rencana pengolahan dan pemurnian dan kesimpulan
laporan.
Untuk itu PT. Semen Padang mengucapkan banyak terima kasih yang takterhingga kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan studi kelayakan ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung.

Palembang, September 2022

(PT. Semen Padang)

iii
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul……………………………………………………………………………………...i
Ringkasan Eksekutif……………………………………………………………………………….ii
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………….iii
Daftar Isi…………………………………………………………………………………………..iv
Daftar Tabel………………………………………………………………………………………..v
Daftar Gambar………………………………………………………………………….………….vi

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………….1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………………1
1.2 Maksud dan Tujuan ……………………………………………………………………………3
1.3 Ruang Lingkup dan Metoda Studi……………………………………………………………...3
1.4 Pelaksanaan Studi………………………………………………………………………………4
1.5 Jadwal Waktu Studi…………………………………………………………………………….4

BAB II KEADAAN UMUM………………………………………………………………………5


2.1 Lokasi dan Luas Wilayah IUP yang dimohon…………………………………………………5
2.2 Kesampaian Daerah dan Sarana Perhubungan Setempat……………………………………....6
2.3 Keadaan Lingkungan Daerah…………………………………………………………………..6

BAB III RENCANA PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN……………………………………..8


3.1 Tatacara Pengolahan dan Pemurniaan…………………………………………………………8
3.2 Peralatan Pengolahan ………………………………………………………………………...10
3.2.1 Jenis ………………………………………………………………………………….10
3.2.2 Jumlah………………………………………………………………………………...11
3.2.3 Kapasitas ……………………………………………………………………………..11
3.2.4 Ketersediaan…………………………………………………………………………..11
3.3 Jenis, Jumlah, Kadar dan Recovery Hasil Pengolahan……………………………………….12
3.4 Rencana Pengangkutan Produk Pengolahan………………………………………………….12

BAB IV KESIMPULAN…………………………………………………………………………13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………….14

iv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1 Jadwal Waktu Studi……………………………………………………………………..4
Tabel 2.1 Kesampaian Menuju Lokasi…………………………………………………………….5
Tabel 3.1 Jenis Peralatan…………………………………………………………………………..8
Tabel 3.2 Jumlah Peralatan………………………………………………………………………...8

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Peta Lokasi IUP Eksplorasi PT. Semen Padang……………………………………...5
Gambar 3.1 Bagan Alir Kegiatan Pengolahan Batuan Kapur……………………………………..8

vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada alinea ke 4 pembukaan Undang Undang Dasar Republik Indonesia, yang berbunyi
“Kemudian dari pada itu, untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan , perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang Undang Dasar Negara Indonesia yang
terbentuk dalam susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasarkan kepada ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” Salah
satu makna dari alinea tersebut adalah tentang adanya fungsi dan tujuan Negara Indonesia. Di
dalam fungsi dan tujuan Negara Indonesia tersebut, salah satu nya adalah untuk memajukan
kesejahteraan umum, salah satu cara memajukan kesejahteraan Umum tersebut adalah dengan cara
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang dimiliki oleh Negara Indonesia. Yang mana
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara yang terletak di wilayah dan lokasi yang
cukup srategis baik dari sisi letak wilayah secara astronomis, maupun dari sisi letak wilayah secara
geografis. Dengan kondisi yang demikian, Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang
cukup banyak dan melimpah untuk dikelola dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat
Indonesia. Sumber daya alam yang yang ada di Indonesia terdiri dari sumber daya alam yang dapat
diperbaharui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Sumber daya alam yang dapat
diperbaharui adalah sumber daya alam yang dapat dikelola, dimanfaatkan serta dipergunakan
secara terus menerus dengan cara melestarikannya atau dengan kata lain, dapat dilestarikan.
Contohnya tumbuhtumbuhan, hewan, air, dan lain lain. Sedangkan, sumber daya alam yang tidak
dapat diperbaharui adalah sumber daya alam yang tidak dapat dikelola, dimanfaatkan, serta
dipergunakan secara terus menerus serta sumber daya alam ini tidak dapat dilestarikan. Contohnya
mineral, batubara, minyak bumi, gas bumi dan lain lain. Indonesia dikaruniai sumber daya alam
dan energi yang melimpah. Potensi sumber daya alam dan cadangan mineral tersebut tersebar di
berbagai daerah di Indonesia, seperti, tembaga dan emas di Papua, nikel di Sulawesi, batubara di
1
Kalimantan dan berbagai mineral lainnya yang tersebar di berbagai tempat Guna memberikan
keuntungan, manfaat dan kemakmuran bagi masyarakat Indonesia, Sumber daya alam itu harus
dikelola dengan baik, karena sumber daya alam baik hayati maupun non-hayati merupakan unsur
lingkungan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Sumber daya mineral
sebagai salah satu kekayaan alam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, apabila dikelola dengan
baik, akan memberikan kontribusi terhadap pembangunan negara. Salah satu sumber daya mineral
tersebut berada di provinsi Sumatera Barat yaitu di Indarung kecamatan Lubuk Kilangan Kota
Padang. Sumber daya mineral tersebut berjenis batu kapur yang dikelola oleh PT Semen Padang
sebagai bahan baku pembuatan semen.
Pengelolaan sumber daya alam tersebut, dalam hal ini sumber daya mineral batu kapur, yang
dikelola oleh PT Semen Padang melalui kegiatan pertambangan. Pengelolaan sumber daya alam,
baik itu mineral ataupun jenis sumber daya alam yang lainnya agar dapat berjalan dengan baik dan
optimal dan dapat memberikan dampak kesejahteraan bagi negara dan rakyat serta memberikan
kontribusi bagi pembangunan negara yang dilakukan oleh Perseroan Terbatas (PT) Semen Padang
salah satunya adalah pengelolaan sumber daya alam khususnya sumber daya mineral yakni batu
kapur yang akan dijadikan bahan baku produksi semen. Melalui kegiatan pertambangan yang
sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku di Indonesia. Menurut Pasal 1 angka 1
Undang Undang No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Pengertian
Pertambangan adalah “sebagian atau seluruh tahapan dalam rangka penelitian, pengelolaan,
pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan
konstruksi, penambangan, pengolahan, dan pemurnian, pengangkutan, dan penjualan serta kegiatan
pascatambang.” Untuk dapat mengeksploitasi tambang, perlu adanya usaha pertambangan,
pengertian usaha pertambangan terdapat dalam Pasal 1 angka 6 Undang Undang Nomor 4 Tahun
2009 yaitu “kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan
kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan,
dan pemurnian, pengangkutan, dan penjualan serta pasca tambang”. Pengelolaan Tambang Batu
Kapur Bukit Karang Putih Indarung yang dilakukan oleh PT Semen Padang, memberikan dampak,
baik itu positif maupun negatif. Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas, untuk mengetahui
apakah tambang tersebut layak untuk dilakukakan ataupun apakah tambang tersebut ekonomis mka
dilakukan laporan studii kelayakan tambang Batu Kapur Bukit Karang Putih Indarung oleh PT.
Semen Padang.

2
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan dokumen kajian ekonomi dan studi kelayakan ini adalah untuk
memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya batu kapur serta ikut berpartisipasi dalam rangka
pemerataan pembangunan daerah khususnya didaerah Indarung kecamatan Lubuk Kilangan Kota
Padang, Sumatera Barat dan sekitarnya, menganalisis aspek-aspek potensi dan cadangan batu
kapur, keekonomian yang mana tambang tersebut ekonomis atau tidak dan lingkungan di sekitar
lokasi yang memiliki potensi bahan galian batu kapur tersebut untuk dijadikan pedoman dalam
melaksanakan usaha penambangan batu kapur. Selain itu studi kelayakan tambang ini nantinya
akan menjadi bahan pertimbangan apakah suatu tambang layak atau tidak untuk ditambang ataupun
ekonomis tidaknya suatu lahan pertambangan.
Tujuan utama kajian ini adalah untuk menilai kelayakan ekonomi dari rencana kegiatan
penambangan batu kapur, baik dipandang dari aspek kualitas dankuantitas, metode penambangan,
peralatan yang digunakan, penimbunan, transportasi, fasilitas pengolahan, lingkungan dan K3,
tenaga kerja, sarana dan prasarana penunjang yang diperlukan maupun biaya investasi. Selain itu,
penyusunan dokumen kajian ekonomi dan studi kelayakan ini ditujukan sebagai acuan dan
pertimbangan untuk menyusun program-program danprioritas kegiatan yang akan dilakukan oleh
pihak perusahaan. Di samping itu, hasil studi ini juga dapat dijadikan sebagai salah satu alat dan
panduan bagi Pemerintah untuk menilai dan mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh PT. Semen
Padang dalam kegiatan pertambangan bahan galian batu kapur seluas 115 hektar di Indarung
kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang, Sumatera Barat.

1.3 Ruang Lingkup dan Metoda Studi


1.3.1 Ruang Lingkup
Ruang lingkup kajian ekonomi dan studi kellayakan ini meliputi:
a. Keadaan umun dari suatu lahan pertambangan.
b. Rencana pengolahan dan pemurniaan.
1.3.2 Metoda Studi
a. Pengamatan dan pengukuran secara langsung di lapangan padalokasi pertambangan.
b. Eksplorasi PT. Semen Padang.
c. Analisis geologi, potensi, dan cadangan batuan kapur.

3
1.4 Pelaksanaan Studi
Studi kelayakan rencana penambangan batu kapur ini telah dilakukan oleh satu tim dari
PT.Semen Padang yang terdiri dari:
1. Koordinator Tim : Ir. Mukiat, M.S.
2. Tenaga Ahli Eksplorasi : Dea Winriani, S.T.,M.T.
3. Perancangan : Gian Oktobillah, S.T.,M.T.
4. Pengolahan : Affif Afirachman, S.T.
5. Menagemen Keuangan : Apriliza Zargy Aulia, S.E.
6. K3 dan Lingkungan : Fadhil Makmur, S.T
7. Juru Gambar : Putri, S.T.
Studi kelayakan yang akan dilakukan meliputi berbagai aspek yang berkaitan dengan usaha
operasi produksi batu kapur pada wilayah penambangan. Adapun studi kelayakan ini terdiri dari
hal-hal sebagaimana diuraikan berikut ini
1.4.1 Penilaian dan Pengkajian Data
Aspek pengolahan dan pemurniaan batu kapur, jumlah dan jenis peralatan yang digunakan,
kapasitas dan ketersediaan, recovery hasil pengangkutan dan rencana pengangkutan produk
pengolahan.
1.4.2 Deskripsi Kegiatan
Rencana pengolahan dan pemurniaan yang bertujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi
pengolahan dan pemurnian batu kapur yang meliputi kapasitas alat pengolahan, jumlah alat alat
yang digunakan dan recovery hasil pengangkutannya.

1.5 Jadwal Waktu Studi


Studi kelayakan PT. Semen Padang dalam rangka eksploitasi batu kapur di Indarung kecamatan
Lubuk Kilangan Kota Padang. Dilaksanakan dalam jangka waktu lima bulan, dengan jadwal
pelaksanaan pekerjaan seperti tertera pada Tabel 1.1 (Rencana Pengolahan dan Pemurnian)
Bulan Ke-

No Kegiatan I II III IV V

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Rencana Pengolahan dan
Pemurnian

4
BAB II
KEADAAN UMUM

2.1 Lokasi dan Luas Wilayah IUP yang Dimohon


Wilayah Eksplorasi batuan kapur PT. Semen Padang seluas 115 hektar secara administratif
terletak di Indarung kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang, Sumatera Barat. Letak geografis
wilayah Eksplorasi batuan kapur PT. Semen Padang dapat dilihat dalam gambar seperti berikut ini:

Gambar 2.1 Peta Lokasi IUP Eksplorasi PT. Semen Padang

2.2Kesampaian Daerah dan Sarana Perhubungan Setempat


Kesampaian menuju lokasi Indarung termasuk kategori mudah, dari Padang ataupun lokasi
setempat melalui jalan darat (Tabel 2.2).
Tabel 2.1 Kesampaian menuju lokasi
No Jalur Jarak/waktu Tempuh Keterangan
1 Bukit Aatas – Indarung 20 km/ 20 Menit Jalan kecamatan, beraspal
2 Lubuk Kilangan – 5 km / Jalan kecamatan, tidak beraspal,
Indarung 9-10 menit kecepatan 30-40 km/jam (ada
perbaikan jalan)
3 Padang – Indarung 35 km / 27-30 menit Jalan lintas provinsi aspal, baik,
kecepatan 50-60 km/jam
4 Solok – Indarung 45 km / 40-50 menit Jalan lintas antar provinsi, aspal baik,
kecepatan 60-80 km/jam
5 Batu Gadang – Indarung 2 km / 5 menit Melalui kecil, berlubang dengan
kecepatan sedang
6 Padang Besi – Indarung 5 km / 9-10 menit Jalan kecamatan, tidak beraspal,
berlubang, kecepatan 30-40 km/jam
(ada perbaikan jalan)

5
2.3Keadaan Lingkungan Daerah
Kecamatan Lubuk Kilangan, Indarung terletak di bagian timur Kota Padang yang berbatasan
dengan Kabupaten Solok. Batas-batas Daerah Kecamatan Lubuk Kilangan adalah:
Sebelah Utara : Kecamatan Pauh
Sebelah Selatan : Kecamatan Bungus Teluk Kabun
Sebelah Timur : Kabupaten Solok
Sebelah Barat : Kecamatan Lubuk Begalung
Secara geografis Kecamatan Lubuk Kilangan terletak antara 0 58´4” LS dan 100 21’ 11”
BTketinggian 25-1.853 m dpl, dengan luas wilayah 85,99 km². Secara Topografi, Kecamatan
Lubuk Kilangan terletak pada daerah dataran tinggi, dengan ketinggian 1.853meter dari permukaan
laut dengan rata-rata curah hujan 384,80 mm/bulan dan temperatur 28,5°C - 31,5°C, dan
merupakan kecamatan terluas keempat di Kota Padang. Secara administrasi Kecamatan Lubuk
Kilangan terbagi atas 7 (tujuh) kelurahan, dengan komposisi RW/RT
Kelurahan Indarung, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang merupakan salah satu akses
Kota Padang menuju Kabupaten Solok. Kawasan ini merupakan Hulu DAS (Daerah Aliran Sungai)
Arau yang harus dilindungi karena rawan bencana alam seperti erosi dan longsor. Bencana banjir
dan longsor merupakan ancaman utama pada daerah ini pada bulan Oktober sampai Desember
(Padang Ekpress, 13 Oktober 2018). Sedangkan rata-rata curah hujan tertinggi (650,08 mm) di
Kelurahan Indarung pada bulan November (Lampiran 7). Dari kedua data tersebut menunjukkan
jika curah hujan menjadi faktor terjadinya bencana. Disamping itu kawasan ini memiliki curah
hujan yang tinggi > 4500 mm/tahun serta memiliki kelerengan agak curam sampai sangat curam
yang mana hal ini menjadi faktor-faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor. Hasil penelitian
Rahmad (2013) memperlihatkan kawasan Hulu DAS Arau memiliki Tingkat Bahaya Erosi (TBE)
dalam kategori sedang dengan nilai sebesar 167,70 ton/ha/tahun. Kelurahan Indarung, Kecamatan
Lubuk Kilangan, Kota Padang memiliki 3 jenis tanah yaitu Ultisols, Oxisols, dan Inceptisols (Peta
Jenis Tanah, 2018). Dari 3 jenis tanah yang ada pada kawasan ini, Ultisols memiliki luasan yang
cukup besar. Ultisols merupakan jenis tanah yang memiliki kandungan liat yang tinggi dengan
kemampuan menyerap air yang tinggi. Namun karena tinggi nya curah hujan di Kawasan ini dapat
membuat tanah menjadi jenuh air sehingga aliran permukaan meningkat dan tanah peka terhadap
erosi (Arsyad, 2012). Kawasan ini juga memiliki kelerengan yang paling luas pada lereng 25 - 45%
(curam) dengan luas sebesar 1489,22 ha. Hasil penelitian Sipayung dkk di Kabupaten Tapanuli

6
Utara (2013) pada kemiringan 9%, 19%, dan 32% memiliki erosi sebesar 0,36; 0,54; dan 0,63
ton/ha/tahun. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin curam kemiringan/kelerengan, maka erosi
yang terjadi semakin besar. Pada kawasan ini juga terdiri dari berbagai ragam penggunaan lahan,
yaitu hutan, kebun, pemukiman, sawah, semak belukar, dan tegalan/ladang (BPS, 2 2010).
Penggunaan lahan juga mempengaruhi kepekaan tanah terhadap erosi. Penggunaan lahan yang
memiliki vegetasi rapat akan mengurangi pukulan butir hujan ke permukaan tanah sehingga
mengurangi laju aliran permukaan dan kepekaan tanah terhadap erosi menjadi berkurang. Pada
penggunaan lahan hutan yang memiliki kelerengan curam seharusnya dilindungi, namun pada
kawasan ini dilakukan pelebaran jalan untuk memudahkan akses transportasi dengan cara
memotong lereng sehingga menjadi salah satu yang dapat menjadi penyebab erosi bahkan longsor.

7
BAB III
RENCANA PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN

3.1 Tatacara Pengolahan dan Pemurnian


3.1.1 Tatacara Pengolahan
Maksud dari kegiatan pengolahan pada penambangan batuan kapur ini adalah untuk
mendapatkan ukuran material (batuan) sesuai dengan keinginan konsumen. Mekanisme kerja atau
tata cara pengolahan batuan kapur yang akan dilaksanakan selengkapnya dapat dilihat dalam
Gambar 3.1

Gambar 3.1 Bagan Alir Kegiatan Pengolahan Batuan Kapur yang Direncanakan

8
Kegiatan pengolahan ini terbagi menjadi 3 tahapan seperti dalam Gambar 3.1 diatas, meliputi:
1. Tahapan Primer (Primary Crushing)
Pada tahap ini batuan dari tambang yang merupakan hasil peledakan dan pemecahan hydraulic
breaker berukuran 0 – 750 mm. Selanjutnya batu diumpankan ke Vibrating Grizzly Feeder
(opening 175 mm), oversize(+175 – 750 mm) menjadi umpan Jaw Crusher (setting 200 mm), dan
undersize (0 – 175 mm) menjadi umpan Vibrating Screen (opening 400 mm). Hasil peremukan
tahap primer adalah:
a. Fraksi berukuran +100-200 mm yang menjadi umpan tahap sekunder
b. Fraksi berukuran +25-100 mm yang menjadi umpan tahap sekunder
c. Fraksi berukuran 0-25 mm yang menjadi produk akhir serta dinilai tidak ekonomis digunakan
sebagai base course
2. Tahap Sekunder (Secondary Crushing)
Pada tahap ini digunakan Cone Crusher tipe 1560-SX sebagai secondary crusher. Setelah
terjadi proses peremukan, produk berukuran 0 – 75 mm dialirkan ke Vibrating Screen dengan 3
dek yang menghasilkan:
a. Fraksi berukuran +40-75 mm yang menjadi umpan tahap tersier
b. Fraksi berukuran +20-45 mm yang langsung menjadi produk akhir
c. Fraksi berukuran +5-20 mm yang menjadi umpan tahap tersier
d. Fraksi berukuran 0-5 mm yang langsung menjadi produk akhir
3. Tahap Tersier
Tahap peremukan yang terakhir ini memproses umpan dari ayakan (Vibrating Screen) tahap
sekunder. Mesin peremuk yang dipergunakan adalah jenis Cone Crusher tipe HP300-SX dengan
setting 19 mm, dan dirangkaikan secara “closed circuit” (hubungan tertutup) dengan 2 (dua) unit
Vibrating Screen. Hasil peremukan tahap tersier adalah:
a. Fraksi berukuran +20 mm yang menjadi umpan Kembali dari peremuk tersier
b. Fraksi berukuran +5-14 mm yang langsung menjadi produk akhir
c. Fraksi berukuran 0-5 mm yang menjadi produk akhir (abu batu)
3.1.2 Tatacara Pemurnian
Batu kapur merupakan mineral alam yang dapat dikalsinasi menjadi kapur tohor/kalsium
oksida (CaO), yang umumnya digunakan pada proses peleburan logam, pengolahan limbah, dan
pembuatan batu bata ringan untuk gedung bertingkat/apartemen. Hingga saat ini, proses kalsinasi

9
batu kapur pada umumnya dilakukan dengan menggunakan tungku tegak, hal ini dikarenakan
modal awal yang relatif murah, namun tungku ini memiliki produktivitas yang relatif kecil bila
dibandingkan dengan tungku lorong (tunnel kiln). Pada penelitian ini akan dilakukan proses
kalsinasi batu kapur asal Padalarang-Bandung dengan menggunakan tungku lorong (tunnel kiln).
Tungku ini terdiri dari dua buah lorong yang terhubung satu sama lain, dengan panjang tungku
13.590 mm. Didalamnya terdapat 21 buah lorri yang berisikan batu kapur berukuran 2-10 cm, yang
digerakkan oleh empat buah pendorong mekanik pada kedua ujung tungku tersebut. Proses
pembakaran batu kapur dilakukan dengan menggunakan pulverized coal burner pada masing-
masing lorong. Pembakaran batu kapur di dalam lorong berlangsung selama beberapa jam dengan
temperatur ruang bakar 1100 oC. Kualitas proses kalsinasi batu kapur dilakukan dengan
menganalisa kandungan CaO pada batu kapur setelah melalui proses pembakaran. Dalam penelitian
ini akan dipelajari pengaruh tinggi tumpukan batu kapur dalam lorri serta lamanya waktu
pembakaran terhadap pembentukan CaO dalam batu kapur tersebut. Dari hasil percobaan diperoleh
bahwa tinggi tumpukan batu kapur memberikan dampak yang signifikan terhadap kualitas proses
kalsinasi, dimana ketinggian tumpukan batu kapur berbanding terbalik dengan kandungan CaO
pada produk (kapur tohor). Perbandingan diantara keduanya dapat dinyatakan dengan persamaan
sebagai berikut: persen CaO = [ - 2,65 x (Tinggi Tumpukan Batu Kapur)] + 76. Sedangkan untuk
lamanya waktu proses kalsinasi di dalam tungku lorong berbanding lurus terhadap kandungan CaO
pada produk (kapur tohor), dan memiliki efisiensi proses yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan tungku tegak sederahana

3.2 Peralatan Pengolahan


3.2.1 Jenis
Jenis, nama alat, tipe, dan kapasitas elemen peralatan unit pengolahanbatuan kapur dapat
dilihat dalam Tabel 3.1 seperti berikut ini:
Tabel 3.1 Jenis Peralatan Unit Pengolahan yang Direncanakan PT. SemenPadang - Indarung
No Nama Alat Jenis Alat
1 Primary Crusher Zenith, termasuk unit conveyor
2 Secondary Crusher Zenith Omnicone Crusher tipe 1560-SX
3 Tertiary Crusher Zenith Omnicone Crusher tipe HP300-SX
4 Screen Zenith, 8 x 20 feet, triple deck dengan vibrating
5 Belt Conveyor Portable

10
3.2.2 Jumlah
Jenis, nama alat, tipe, dan jumlah unit pengolahan batuan kapur dapatdilihat dalam Tabel
3.2 seperti berikut ini:
Tabel 3.2 Jumlah Unit Pengolahan yang Direncanakan PT. Semen Padang– Indarung
No Nama Alat Jenis Alat Jumlah
1 Primary Crusher Zenith, termasuk unit conveyor 1 unit
2 Secondary Crusher Zenith Omnicone Crusher tipe 1560-SX 1 unit
3 Tertiary Crusher Zenith Omnicone Crusher tipe HP300-SX 1 unit
4 Screen Zenith, 8 x 20 feet, triple deck dengan vibrating 3 unit
5 Belt Conveyor Portable 20 unit
3.2.3 Kapasitas
Unit pengolahan diperkirakan menerima umpan sebesar 499.392 ton per tahun atau ± 95%
dari total bahan mentah, maka dengan waktu kerja efektif 12 jam per hari dan kapasitas produksi
unit pengolahan 250ton perjam untuk ukuran -75 mm, maka efisiensi produk unit pengolahan
(effective utilization/E) adalah:
499.392
𝐸=( ) 𝑋 100% = 67%
250 𝑋 12 𝑋 300
3.2.4 Ketersediaan
Ketersediaan alat merupakan salah satu hal yang mempengaruhi produktifitas alat muat
maupun alatangkut. Ketersediaan alat merupakan faktor yang menunjukkan kondisi alat alat
mekanis yang digunakan dalam melakukan kegiatan penambangan. Terdapat beberapa parameter
yang apat digunakan untuk mengetahui ketersediaan alat dan penggunaannya dilapangan, yang
secara umum dapat menjadi:
a. Mechanical Availability (MA)
Parameter ini digunakan untuk mengetahui kondisi mekanis yang sesungguhnya dari alatyang
sedang dipergunakan dengan memperhitungkan kehilangan waktu yang dipergunakan untuk
memperbaiki mesin, perawatan, dan alasan mekanis lainnya.
780
𝑀𝐴 = = 0,86
780 + 120
b. Phisical Availability (PA)
Merupakan catatan mengenai keadaan fisik dari alat yang diperlukan
780 + 180
𝑃𝐴 = 𝑋 100% = 94,1%
780 + 120 + 120

11
c. Use of Availability (UA)
Menyatakan berapa persen waktu yang dipergunakan oleh suatu alat untuk beroperasi padasaat
alat tersebut dapat dipergunakan.
780
𝑈𝐴 = 𝑋 100% = 86,7%
780 + 120

3.3 Jenis, Jumlah, Kadar, dan Recovery Hasil Pengolahan


Setelah dilakukannya tahap sizing, maka output dari proses pengolahan sudah selesai sehingga
menghasilkan beberapa produk,diantaranya adalah base course, split 1, split 2, dan abu batu.

3.4 Rencana Pengangkutan Produk Pengolahan


3.4.1 Pengangkutan Hasil Peledakan
Pengangkutan hasil peledakan menuju feeder primary crusher dengan menggunakan cara
short load dan haul menggunakan 4 (empat) unit dump truck HINO Tronton dengan kapasitas 20
ton.
3.4.2 Pengangkutan Penjualan
Untuk pengangkutan dalam penjualan direncanakan menggunakan dump truck SCANIA
Tronton dengan kapasitas 20 ton (tronton dengan bak cargo 13,3 m3). Adapun tujuan pengangkutan
pemasaran produk dikhususkan mencukupi kebutuhan proyek pembangunan Bendungan Saguling
II. Rute jalan yang akan dipergunakan sudah tersedia yang telah dibuat pada waktu pelaksanaan
proyek pembangunan Bendungan SagulingPerawatan jalan existing (yang telah tersedia)
merupakan tanggung jawab pihak PT. Semen Baturaja, yang mana hal tersebut merupakan bagian
dari kerjasama dengan PT. PLN.Banyaknya dump truck yang akan dipergunakan dalam rencana
pengangkutan hasil produksi penambangan batuan kapur di lokasi Blok IUP PT. Semen Baturaja
ini diperkirakan berjumlah 30 unit atau lebih, yang mana nantinya akan disesuaikan dengan
kebutuhan pengangkutan. Jarak angkut yang akan dilalui oleh dump truck tersebut dalam rencana
pengangkutan diperkirakan antara 10 km sampai dengan 15 km serta akan disesuaikan dengan
perkembangan kemajuan proye bendungan. Dump truck untuk pengangkutan material hasil akhir
pengolahan batu kapur ini rencananya akan dioperasikan dalam satu shift kerja atau disesuaikan
dengan permintaan (supply). Pelaksanaan pekerjaan pengangkutan hasil akhir produk batu pecah
(split/aggregate) dimungkinkan terkonsentrasi ke satu tempat suplai atau dimungkinkanterbagi ke
beberapa tujuan kirim di sekitar proyek pembangunan bendungan.
12
BAB IV
KESIMPULAN

Dari penjelasan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa:


1. Luas wilayah yang dimohon ke tahap eksploitasi yaitu seluas 115 Ha.
2. Pengolahan Batu Kapur hanya dilakukan sebatas mereduksi ukuran menggunakan crusher
sesuai dengan permintaan pasar
3. Pemurnian Batu Kapur dilakukan dengan menggunakan tungku tegak untuk menekan biaya
4. Menurut hasil ketersediaan alat Mechanical Availability (MA), Phisical Availability (PA), Use
of Availability (UA) sudah memenuhi syarat minimal persentase

13
DAFTAR PUSTAKA
Dhadar, J.R. 1983. Eksplorasi Endapan Bahan Galian. Penerbit G.S.B, Palembang.

Fikri, A. 2008. Kajian Teknis Kemampuan Produksi Crusher Plant Dalam Memenuhi
Targer Produksi Batu Kapur PT. Semen Padang. Jurnal Ilmiah. 3(24):23.

Saleng, A., 2002. Pengelolaan Tambang Batu Kapur Bukit Karang Putih Indarung oleh
PT. Semen Padang. (Online). http://scholar.unand.ac.id/34283/2/BAB%20I.pdf
(Diakses pada tanggal 16 September 2002).

Van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology of Indonesia. Vol. IA. Government Printing
Office, The Hague.

Watuprathista Lestari. 1998. Buku Pedoman Eksploitasi Penambangan. Erlangga: Jakarta

Wiranto. 1987. Kompilasi Bahan Galian Golongan C Provinsi Sumatera Selatan. Sub Dit.
Eksplorasi Mineral Industri dan Batuan, Direktorat Sumber Daya Mineral, Sumatera
selatan.

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK


INDONESIA NOMOR : 1806 K/30/MEM/2018

14

Anda mungkin juga menyukai