Anda di halaman 1dari 4

A.

Perusahaan Baru yang akan membangun smelter

Dalam hal ini, kami mengasumsikan bahwa perusahaan baru ini adalah perusahaan yang tidak memiliki Izin
Usaha Pertambangan Operasi Produksi (IUP OP), namun perusahaan tersebut ingin membangun smelter
karena ingin memiliki usaha di bidang pengolahan dan pemurnian hasil tambang.

Perusahaan ini dapat membangun smelter dengan terlebih dahulu memiliki Izin Usaha Pertambangan Operasi
Produksi Khusus Pengolahan dan Pemurnian (IUP OPK Pengolahan dan Pemurnian). Hal-hal yang
harus dilakukan perusahaan tersebut untuk memperoleh IUP OPK Pengolahan dan Pemurnian adalah :

(i) Melampirkan surat permohonan pengajuan IUP OPK Pengolahan dan Pemurnian;
(ii) Melengkapi keterangan di dalam formulir pengajuan IUP OPK Pengolahan dan Pemurnian; dan
(iii) Melengkapi checklist dokumen permohonan pengajuan IUP OPK Pengolahan dan Pemurnian.

Sedangkan, dokumen yang harus dilampirkan dan izin yang harus dimiliki dalam Permohonan IUP OPK
Pengolahan dan Pemurnian Mineral adalah:

1. Profil Perusahaan dengan mencantumkan :


a. Akta Pendirian dan Perubahan Perusahaan
-

Pertambangan dan Perdagangan (pengolahan komoditas mineral yang dituju)

Susunan Direksi Perusahaan

Pemegang Saham

b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)


c. SIUP
d. Surat Keterangan Domisili
e. Tanda Daftar Perusahaan
f. Pengesahan Akta Pendirian Perusahaan dari yang Berwenang
2. Memorandum of understanding (MoU)/Perjanjian Jual Beli Antara Pemohon IUP Operasi Produksi
Khusus dengan Pemegang IUP Operasi Produksi yang masih berlaku, dengan data:
a. Spesifikasi Bahan Galian

b. Volume (Tonase)
c. Jangka Waktu MOU/Perjanjian
d. Bermaterai Cukup
3. MoU/Perjanjian Jual Beli/Purchase Order Antara Pemohon IUP Operasi Produksi Khusus dengan Pembeli
(End User) yang masih berlaku, dengan data:
a. Spesifikasi Bahan Galian
b. Volume (Tonase)
c. Tujuan Penjualan
d. Jangka Waktu MoU/Perjanjian
4. Legalitas IUP Produksi SK IUP Operasi Produksi yang telah teregistrasi di Direktorat Jenderal Mineral dan
Batubara/Clean and Clear (CNC) Dilampirkan.
5. Data Teknis Pemilik Tambang/IUP Operasi Produksi (Cadangan/Sumber Daya Kapasitas Produksi) Surat
Persetujuan Amdal atau FS/Studi Kelayakan
6. Laporan Finansial Perusahaan Pemegang IUP Operasi Produksi
a. Bukti Pembayaran Iuran tetap 3 (tiga) tahun terakhir
b. Bukti Pembayaran royalti 3 (tiga) tahun terakhir
7. Perizinan Industri/Perizinan berdirinya pabrik
8. Laporan Keuangan Perusahaan 3 Tahun Terakhir
9. Laporan RKAB tahun terakhir (dilegalisir dari Dinas Pertambangan setempat)
10.Persetujuan AMDAL atau UKL dan UPL
11.Persetujuan FS/Studi Kelayakan Pabrik yang dikeluarkan oleh Pejabat setempat
12.Daftar Tenaga Ahli

Ketentuan mengenai anggaran dasar bagi perusahaan yang ingin mendapatkan IUP OPK Pengolahan
dan Pemurnian

Berdasarkan Surat Edaran Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor:
11.E/30/DJB/2011, di dalam Poin D dijelaskan bahwa Badan Usaha yang akan mendapatkan IUP Operasi

Produksi khusus untuk pengolahan dan pemurnian dalam akta pendiriannya harus mencantumkan bergerak di
bidang usaha pertambangan khususnya di bidang pengolahan dan pemurnian mineral dan/atau batubara serta
dapat digabung dengan sektor perindustrian, perdagangan, perhubungan, energi, dan penanaman modal.

B. Perusahaan tambang yang sudah berdiri

Dalam hal ini, kami mengasumsikan bahwa tambang yang sudah berdiri ini adalah perusahaan yang sudah
memiliki Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi (IUP OP) dan perusahaan tersebut ingin
membangun smelter untuk melakukan pengolahan dan pemurnian terhadap hasil produksi tambangnya.

Berbeda dengan perusahaan yang tidak memiliki IUP OP, maka perusahaan yang sudah memiliki IUP OP tidak
perlu mendapatkan IUP OPK Pengolahan dan Pemurnian terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan pengolahan dan
pemurnian adalah kegiatan yang sudah termasuk di dalam cakupan IUP OP. Hal ini didasarkan pada Pasal 34
ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara yang menyatakan:

IUP Operasi Produksi meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,
serta pengangkutan dan penjualan

Hal ini didukung juga oleh Pasal 1 angka 18 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara yang menyatakan:

Konstruksi adalah kegiatan usaha pertambangan untuk melakukan pembangunan seluruh fasilitas
operasi produksi, termasuk pengendalian dampak lingkungan

Oleh karena itu, perusahaan tersebut tidak perlu lagi mengajukan permohonan untuk mendapatkan IUP OPK
pemurnian dan pengolahan. Meskipun demikian, Perusahaan tersebut tetap harus mengurus Perizinan
Industri/Perizinan berdirinya Pabrik yang diatur oleh Kementerian Perindustrian dan juga Pemerintah Daerah
setempat di daerah smelter direncanakan untuk dibangun. Hal ini dikarenakan Smelter dianggap sebagai sebuah
pabrik.

C. Hal-Hal lain yang perlu diperhatikan


Dapat kami sampaikan bahwa pada dasarnya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tidak
memiliki standar yang resmi dalam proyek pembangungan Smelter. Namun, berdasarkan konfirmasi verbal
kami kepada pihak Kementerian ESDM, ada hal-hal tertentu yang menjadi fokus dan kriteria utama dalam
menilai kelayakan suatu rencana pembangunan Smelter. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:
I. Dana

Dana atau nilai investasi adalah fokus utama di dalam pembangunan Smelter. Pembangunan
Smelter adalah proyek yang membutuhkan dana yang sangat besar. Berdasarkan beberapa literatur
yang kami dapatkan, banyak Smelter yang telah ada di Indonesia memiliki nilai investasi lebih dari
Rp1 triliun.
II. Pasokan Listrik/Power Plant
Pasokan listrik ini harus diperhatikan karena Smelter membutuhkan pasokan listrik yang sangat
besar. Oleh karena ini biasanya sebagian besar nilai investasi dari proyek smelter akan
dialokasikan untuk pembangunan Power Plant untuk memasok kebutuhan listrik dari smelter
tersebut. Mengenai penyediaan tenaga listrik ini juga harus memperhatikan ketentuan dari
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik.

III. Ketersediaan Bahan Baku


Hal ini juga menjadi sangat penting karena jangan sampai ketika Smelter sudah dibangun tetapi
bahan baku komoditas yang akan diolah terhenti suplainya sehingga tidak dapat beroperasi dan
merugikan pemilik smelter.

Demikian yang dapat kami sampaikan,


Dasar Hukum:
1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
2. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara
3. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
4. Surat Edaran Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor: 11.E/30/DJB/2011
Tahun 2011 tentang Klasifikasi Badan Usaha di Bidang Pertambangan dalam Akta Pendirian Badan Usaha

Anda mungkin juga menyukai