Pasal 8 Pasal 8A
Ayat (2) Kewenangan pemerintah Ayat (3) Rencana pengelolaan Mineral dan
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud Batubara nasional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan dalam Pasal 8A ditetapkan untuk jangka
ketentuan peraturan perundang-undangan. waktu 5 (lima) tahun dan dapat ditinjau
kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
PASAL 9 PASAL 9
Ayat (1) WP sebagai bagian dari tata Ayat (1) WP sebagai bagian dari Wilayah
ruang nasional merupakan landasan bagi Hukum Pertambangan merupakan
penetapan kegiatan pertambangan. landasan bagi penetapan kegiatan Usaha
Pertambangan.
Ayat (2) WP sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan oleh Pemerintah Ayat (2) WP sebagaimana dimaksud pada
setelah berkoordinasi dengan pemerintah ayat (1) ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
daerah dan berkonsultasi dengan Dewan setelah ditentukan oleh Pemerintah Daerah
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia provinsi sesuai dengan kewenangannya
dan berkonsultasi dengan Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
Pasal 10 PASAL 10
Pasal 11 Pasal 11
Pasal 13 Pasal 13
Pasal 14 Pasal 14
Pasal 14A
Ayat (1) Penetapan WUP dilakukan oleh Wilayah dalam WP yang dapat ditentukan
Pemerintah setelah berkoordinasi dengan sebagai WUP harus memenuhi kriteria:
pemerintah daerah dan disampaikan secara
tertulis kepada Dewan Perwakilan Rakyat a. memiliki sebaran formasi batuan
Republik Indonesia. pembawa, data indikasi, data sumber
daya, danf atau data cadangan Mineral
Ayat (2) Koordinasi sebagaimana dimaksud dan/atau Batubara;
pada ayat (1) dilakukan dengan pemerintah b. memiliki 1 (satu) atau lebih jenis
daerah yang bersangkutan berdasarkan Mineral termasuk Mineral ikutannya
data dan informasi yang dimiliki dan I atau Batubara;
Pemerintah dan pemerintah daerah. c. tidak tumpang tindih dengan WPR,
WPN, dan/atau WUPK;
d. merupakan wilayah yang dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan
Pertambangan secara berkelanjutan
e. merupakan eks wilayah IUP yang telah
berakhir atau dicabut; dan/atau
f. merupakan wilayah hasil penciutan
atau pengembalian wilayah IUP.
Pasal 17 Pasal 17
Luas dan batas WIUP mineral logam dan AYAT (1) Luas dan batas WIUP Mineral
batubara ditetapkan oleh Pemerintah logam dan WIUP Batubara ditetapkan oleh
berkoordinasi dengan pemerintah daerah Menteri setelah ditentukan oleh gubernur.
berdasarkan kriteria yang dimiliki oleh
Pemerintah. AYAT (2) Luas dan batas WIUP Mineral
logam dan WIUP Batubara yang berada
pada wilayah laut ditetapkan oleh Menteri
setelah berkoordinasi dengan instansi
terkait.
Pasal 17A
Pasal 17B
Pasal 36 Pasal 36
Ayat (1) IUP terdiri atas dua tahap: Ayat (1) IUP terdiri atas dua tahap kegiatan:
a. IUP Eksplorasi meliputi kegiatan a. Eksplorasi yang meliputi kegiatan
penyelidikan umum, eksplorasi, dan Penyelidikan Umum, Eksplorasi, dan
studi kelayakan; Studi Kelayakan; dan
b. IUP Operasi Produksi meliputi kegiatan b. Operasi Produksi yang meliputi
konstruksi, penambangan, pengolahan kegiatan Konstruksi, Penambangan,
dan pemurnian, serta pengangkutan Pengolahan dan/atau Pemurnian atau
dan penjualan. Pengembangan dan/atau
Pemanfaatan, serta Pengangkutan dan
Penjualan.
Ayat (2) Pemegang IUP Eksplorasi dan Ayat (2) Pemegang IUP dapat melakukan
pemegang IUP Operasi Produksi dapat sebagian atau seluruh kegiatan Usaha
melakukan sebagian atau seluruh kegiatan Pertambangan sebagaimana dimaksud
sebagaimana dimaksud pada ayat (1). pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 36A
Pasal 37 Pasal 37
Pasal 38 Pasal 38
Pasal 39 Pasal 39
Ayat (1) IUP Eksplorasi sebagaimana IUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf a ayat (1) paling sedikit memuat:
wajib memuat ketentuan sekurang- a. profil perusahaan;
kurangnya: b. lokasi dan luas wilayah;
a. nama perusahaan; c. jenis komoditas yang diusahakan;
b. lokasi dan luas wilayah; d. kewajiban menempatkan jaminan
c. rencana umum tata ruang; kesungguhan Eksplorasi;
d. jaminan kesungguhan; e. modal kerja;
e. modal investasi; f. jangka waktu berlakunya IUP;
f. perpanjangan waktu tahap g. hak dan kewajiban pemegang IUP;
kegiatan; h. perpanjangan IUP;
g. hak dan kewajiban pemegang IUP; i. kewajiban penyelesaian hak atas
h. jangka waktu berlakunya tahap tanah;
kegiatan; j. kewajiban membayar pendapatan
i. jenis usaha yang diberikan; negara dan pendapatan daerah,
j. rencana pengembangan dan termasuk kewajiban iuran tetap dan
pemberdayaan masyarakat di iuran produksi;
sekitar wilayah pertambangan; k. kewajiban melaksanakan Reklamasi
k. perpajakan; dan Pascatambang;
l. penyelesaian perselisihan; l. kewajiban menyrusun dokumen
m. iuran tetap dan iuran eksplorasi; lingkungan; dan
dan m. kewajiban melaksanakan
n. amdal. pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat di sekitar WIUP.
Ayat (2) IUP Operasi Produksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf b
wajib memuat ketentuan sekurang-
kurangnya:
a. nama perusahaan;
b. luas wilayah;
c. lokasi penambangan;
d. lokasi pengolahan dan pemurnian;
e. pengangkutan dan penjualan;
f. modal investasi;
g. jangka waktu berlakunya IUP;
h. jangka waktu tahap kegiatan;
i. penyelesaian masalah pertanahan;
j. lingkungan hidup termasuk
reklamasi dan pascatambang;
k. dana jaminan reklamasi dan
pascatambang;
l. perpanjangan IUP;
m. hak dan kewajiban pemegang IUP;
n. rencana pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat di
sekitar wilayah pertambangan;
o. perpajakan;
p. penerimaan negara bukan pajak
yang terdiri atas iuran tetap dan
iuran produksi;
q. penyelesaian perselisihan;
r. keselamatan dan kesehatan kerja;
s. konservasi mineral atau batubara;
t. pemanfaatan barang, jasa, dan
teknologi dalam negeri;
u. penerapan kaidah keekonomian dan
keteknikan pertambangan yang
baik;
v. pengembangan tenaga kerja
Indonesia;
w. pengelolaan data mineral atau
batubara; dan
x. penguasaan, pengembangan, dan
penerapan teknologi pertambangan
mineral atau batubara.
Pasal 40 Pasal 40
Ayat (1) IUP sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) IUP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 36 ayat (1) diberikan untuk 1 (satu) Pasal 36 ayat (1) diberikan untuk 1
jenis mineral atau batubara. (satu)jenis Mineral atau Batubara.
Ayat (2) Pemegang IUP sebagaimana Ayat (2) Pemegang IUP sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang menemukan dimaksud pada ayat (1) dapat memiliki
mineral lain di dalam WIUP yang dikelola lebih dari 1 (satu) IUP dan/atau IUPK.
diberikan prioritas untuk
mengusahakannya. Ayat (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) hanya berlaku bagi:
Ayat (3) Pemegang IUP yang bermaksud
mengusahakan mineral lain sebagaimana a. IUP dan/atau IUPK yang dimiliki oleh
dimaksud pada ayat (2), wajib mengajukan BUMN; atau
permohonan IUP baru kepada Menteri, b. IUP untuk komoditas Mineral bukan
gubernur, dan bupati/walikota sesuai logam dan/atau batuan.
dengan kewenangannya.
Ayat (4) Pemegang IUP yang menemukan
Ayat (4) Pemegang IUP sebagaimana komoditas tambang lain di dalam WIUP
dimaksud pada ayat (2) dapat menyatakan yang dikelola diberikan prioritas untuk
tidak berminat untuk mengusahakan mengusahakannya.
mineral lain yang ditemukan tersebut.
Ayat (5) Pemegang IUP yang bermaksud
Ayat (5) Pemegang IUP yang tidak berminat mengusahakan komoditas tambang lain
untuk mengusahakan mineral lain yang sebagaimana dimaksud pada ayat (4), harus
ditemukan sebagaimana dimaksud pada mengajukan permohonan IUP baru kepada
ayat (4), wajib menjaga mineral lain Menteri.
tersebut agar tidak dimanfaatkan pihak
lain. Ayat (6) Pemegang IUP sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dapat menyatakan
Ayat (6) IUP untuk mineral lain tidak berminat untuk mengusahakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan komoditas tambang lain yang ditemukan
ayat (5) dapat diberikan kepada pihak lain tersebut.
oleh Menteri, gubernur, dan
bupati/walikota sesuai dengan Ayat (7) IUP untuk komoditas tambang lain
kewenangannya. sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat
diberikan kepada pihak lain oleh Menteri.
Ayat (8) Ketentuan lebih lanjut mengenai
kriteria kepemilikan lebih dari 1 (satu) IUP
dan pemberian prioritas pengusahaan
komoditas tambang lain diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Pasal 42 Pasal 42
Pasal 44
Pasal 45
Pasal 46 Pasal 46
Ayat (1) Setiap pemegang IUP Eksplorasi Ayat (1) Pemegang IUP yang telah
dijamin untuk memperoleh IUP Operasi menyelesaikan kegiatan Eksplorasi dijamin
Produksi sebagai kelanjutan kegiatan usaha untuk dapat melakukan kegiatan Operasi
pertambangannya. Produksi sebagai kelanjutan kegiatan usaha
pertambangannya.
Ayat (2) IUP Operasi Produksi dapat
diberikan kepada badan usaha, koperasi, Ayat (2) Pemegang IUP sebelum melakukan
atau perseorangan atas hasil pelelangan kegiatan Operasi Produksi sebagaimana
WIUP mineral logam atau batubara yang dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi
telah mempunyai data hasil kajian studi persyaratan administratif, teknis,
kelayakan. lingkungan, dan finansial.
Pasal 47 Pasal 47
Ayat (1) IUP Operasi Produksi untuk Jangka waktu kegiatan Operasi Produksi
pertambangan mineral logam dapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat
diberikan dalam jangka waktu paling lama (1) huruf b diberikan dengan ketentuan:
20 (dua puluh) tahun dan dapat a. untuk Pertambangan Mineral logam
diperpanjang 2 (dua) kali masingmasing 10 paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
(sepuluh) tahun. dijamin memperoleh perpanjangan 2
(dua) kali masing-masing 10 (sepuluh)
Ayat (2) IUP Operasi Produksi untuk tahun setelah memenuhi persyaratan
pertambangan mineral bukan logam dapat sesuai dengan ketentuan peraturan
diberikan dalam jangka waktu paling lama perundang-undangan.
10 (sepuluh) tahun dan dapat diperpanjang b. untuk Pertambangan Mineral bukan
2 (dua) kali masing-masing 5 (lima) tahun. logam paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan dijamin memperoleh
Ayat (3) IUP Operasi Produksi untuk perpanjangan 2 (dua) kali masing-
pertambangan mineral bukan logam jenis masing 5 (lima) tahun setelah
tertentu dapat diberikan dalam jangka memenuhi persyaratan sesuai dengan
waktu paling lama 20 (dua puluh) tahun ketentuan peraturan perundang-
dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing- undangan.
masing 10 (sepuluh) tahun. c. untuk Pertambangan Mineral bukan
logam jenis tertentu paling lama 20
Ayat (4) IUP Operasi Produksi untuk (dua puluh) tahun dan dijamin
pertambangan batuan dapat diberikan memperoleh perpanjangan 2 (dua) kali
dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) masing-masing 10 (sepuluh) tahun
tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali setelah memenuhi persyaratan sesuai
masing-masing 5 (lima) tahun. dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Ayat (5) IUP Operasi Produksi untuk d. untuk Pertambangan batuan paling
Pertambangan batubara dapat diberikan lama 5 (lima) tahun dan dijamin
dalam jangka waktu paling lama 20 (dua memperoleh perpanjangan 2 (dua) kali
puluh) tahun dan dapat diperpanjang 2 masing-masing 5 (lima) tahun setelah
(dua) kali masingmasing 10 (sepuluh) memenuhi persyaratan sesuai dengan
tahun. ketentuan peraturan perundang-
undangan.
e. untuk Pertambangan Batubara paling
lama 20 (dua puluh) tahun dan
dijamin memperoleh perpanjangan 2
(dua) kali masing-masing 10 (sepuluh)
tahun setelah memenuhi persyaratan
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
f. untuk Pertambangan Mineral logam
yang terintegrasi dengan fasilitas
pengolahan dan/atau pemurnian
selama 30 (tiga puluh) tahun dan
dijamin memperoleh perpanjangan
selama 10 (sepuluh) tahun setiap kali
perpanjangan setelah memenuhi
persyaratan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
g. untuk Pertambangan Batubara yang
terintegrasi dengan kegiatan
Pengembangan dan / atau
Pemanfaatan selama 30 (tiga puluh)
tahun dan dijamin memperoleh
perpanjangan selama 10 (sepuluh)
tahun setiap kali perpanjangan setelah
memenuhi persyaratan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 48 Pasal 48
Pasal 51 Pasal 51
WIUP mineral logam diberikan kepada Ayat (1) WIUP Mineral logam diberikan
badan usaha, koperasi, dan perseorangan kepada Badan Usaha, koperasi, atau
dengan cara lelang. perusahaan perseorangan dengan cara
lelang.
Pasal 52 Pasal 52
Ayat (1) Pemegang IUP Eksplorasi mineral Ayat (1) Pemegang IUP pada tahap
logam diberi WIUP dengan luas paling kegiatan Eksplorasi Mineral iogam diberi
sedikit 5.000 (lima ribu) hektare dan paling WIUP paling luas 100.000 (seratus ribu)
banyak 100.000 (seratus ribu) hektare. hektare.
Ayat (2) Pada wilayah yang telah diberikan Ayat (2) Pada wilayah yang telah diberikan
IUP Eksplorasi mineral logam dapat IUP Mineral logam dapat diberikan IUP
diberikan IUP kepada pihak lain untuk kepada pihak lain untuk mengusahakan
mengusahakan mineral lain yang komoditas tambang lain yang
keterdapatannya berbeda. keterdapatannya berbeda;
Ayat (3) Pemberian IUP sebagaimana Ayat (3) Pemberian IUP sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan setelah dimaksud pada ayat (2) dilakukan setelah
mempertimbangkan pendapat dari mendapatkan persetujuan dari pemegang
pemegang IUP pertama. IUP pertama.
Pasal 54 Pasal 54
WIUP mineral bukan logam diberikan WIUP Mineral bukan logam diberikan
kepada badan usaha, koperasi, dan kepada Badan Usaha, koperasi, atau
perseorangan dengan cara permohonan perusahaan perseorangan dengan cara
wilayah kepada pemberi izin sebagaimana permohonan wilayah kepada Menteri.
dimaksud dalam Pasal 37.
Pasal 55 Pasal 55
Ayat (1) Pemegang IUP Eksplorasi mineral Ayat (1) Pemegang IUP pada tahap
bukan logam diberi WIUP dengan luas kegiatan Eksplorasi Mineral bukan logam
paling sedikit 500 (lima ratus) hektare dan diberi WIUP paling luas 25.000 (dua puluh
paling banyak 25.000 (dua puluh lima ribu) lima ribu) hektare.
hektare. Ayat (2) Pada wilayah yang telah diberikan
IUP Mineral bukan logam dapat diberikan
Ayat (2) Pada wilayah yang telah diberikan IUP kepada pihak lain untuk mengusahakan
IUP Eksplorasi mineral bukan logam dapat komoditas Mineral bukan logam lain atau
diberikan IUP kepada pihak lain untuk batuan yang keterdapatannya berbeda.
mengusahakan mineral lain yang
keterdapatannya berbeda. Ayat (3) Pemberian IUP sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan setelah
Ayat (3) Pemberian IUP sebagaimana mendapatkan persetujuan dari pemegang
dimaksud pada ayat (2) dilakukan setelah IUP pertama.
mempertimbangkan pendapat dari
pemegang IUP pertama. Ayat (4) Dalam hal tidak terdapat pihak lain
untuk mengusahakan Mineral bukan logam
lain atau batuan yang keterdapatannya
berbeda sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), pemegang IUP sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib memiliki IUP untuk
mengusahakan Mineral bukan logam lain
atau batuan yang keterdapatannya berbeda
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
Pasal 57 Pasal 57
WIUP batuan diberikan kepada badan WIUP batuan diberikan kepada Badan
usaha, koperasi, dan perseorangan dengan Usaha, koperasi, atau perusahaan
cara permohonan wilayah kepada pemberi perseorangan dengan cara permohonan
izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37; wilayah kepada Menteri.
Pasal 58 Pasal 58
Ayat (1) Pemegang IUP Eksplorasi batuan Ayat (1) Pemegang IUP pada tahap
diberi WIUP dengan luas paling sedikit 5 kegiatan Eksplorasi batuan diberi WIUP
(lima) hektare dan paling banyak 5.000 paling luas 5.OO0 (lima ribu) hektare.
(lima ribu) hektare.
Ayat (2) Pada wilayah yang telah diberikan
Ayat (2) Pada wilayah yang telah diberikan IUP batuan dapat diberikan IUP kepada
IUP Eksplorasi batuan dapat diberikan IUP pihak lain untuk mengusahakan komoditas
kepada pihak lain untuk mengusahakan tambang Mineral bukan logam atau
mineral lain yang keterdapatannya batuan lain yang keterdapatannya berbeda.
berbeda.
Ayat (3) Pemberian IUP sebagaimana
Ayat (3) Pemberian IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan setelah
dimaksud pada ayat (2) dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari pemegang
mempertimbangkan pendapat dari IUP pertama.
pemegang IUP pertama.
Ayat (4) Dalam hal tidak terdapat pihak lain
untuk mengusahakan Mineral bukan logam
atau batuan lain yang keterdapatannya
berbeda sebagaimana dimaksud pada ayat
(21, pemegang IUP sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib memiliki IUP untuk
mengusahakan Mineral bukan logam atau
batuan lain yang keterdapatannya
berbeda sebagaimana dimaksud pada ayat
(2).
Pasal 60 Pasal 60
WIUP batubara diberikan kepada badan Ayat (1) WIUP Batubara diberikan kepada
usaha, koperasi, dan perseorangan dengan Badan Usaha, koperasi, atau perusahaan
cara lelang. perseorangan dengan cara lelang.
Ayat (1) Pemegang IUP Eksplorasi Batubara Ayat (1) Pemegang IUP pada tahap
diberi WIUP dengan luas paling sedikit kegiatan Eksplorasi Batubara diberi WIUP
5.000 (lima ribu) hektare dan paling banyak paling iuas 5O.OO0 (lima puluh ribu)
50.000 (lima puluh ribu) hektare. hektare.
Ayat (2) Pada wilayah yang telah diberikan Ayat (2) Pada wilayah yang telah diberikan
IUP Eksplorasi batubara dapat diberikan IUP Batubara dapat diberikan IUP kepada
IUP kepada pihak lain untuk mengusahakan pihak lain untuk mengusahakan komoditas
mineral lain yang keterdapatannya tambang lain yang keterdapatannya
berbeda. Ayat (3) Pemberian IUP berbeda.
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan setelah mempertimbangkan Ayat (3) Pemberian IUP sebagaimana
pendapat dari pemegang IUP pertama. dimaksud pada ayat (21 diiakukan setelah
mendapatkan persetujuan dari pemegang
IUP pertama.
Pasal 151
Pasal 151
AYAT (1) Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan AYAT (1) Menteri berhak memberikan
kewenangannya berhak memberikan sanksi sanksi administratif kepada pemegang IUP,
administratif kepada pemegang IUP, IPR IUPK, IPR, SIPB, atau IUP untuk Penjualan
atau IUPK atas pelanggaran ketentuan atas pelanggaran ketentuan sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat dimaksud dalam Pasal 36A, Pasal 41, Pasal
(3), Pasal 40 ayat (5), Pasal 41, Pasal 43, 52 ayat (4ll, Pasal 55 ayat (4)., Pasal 58 ayat
Pasal 70, Pasal 71 ayat (1), Pasal 74 ayat (4), (4ll, Pasal 61 ayat (4), Pasal 70, Pasal 7OA,
Pasal 74 ayat (6), Pasal 81 ayat (1), Pasal 93 Pasal 7l ayat (1), Pasal 74 ayat (4), Pasal 74
ayat (3), Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97, Pasal ayat (61, Pasal 86F, Pasal 86G huruf b, Pasal
98, Pasal 99, Pasal 100, Pasal 102, Pasal 91 ayat (1), Pasal 93A, Pasal 93C, Pasal 95,
103, Pasal 105 ayat (3), Pasal 105 ayat (4), Pasal 96, Pasal 97,Pasal 98, Pasal 99 ayat
Pasal 107, Pasal 108 ayat (1), Pasal 110, (1), ayat (3), dan ayat (4), Pasal 100 ayat
Pasal 111 ayat (1), Pasal 112 ayat (1), Pasal (1), Pasal 101A, Pasal LO2 ayat (1), Pasal
114 ayat (2), Pasal 115 ayat (2), Pasal 125 103 ayat (1), Pasal 1O5 ayat (1) dan ayat
ayat (3), Pasal 126 ayat (1), Pasal 128 ayat (4), Pasal 106, Pasal lO7, Pasal 108 ayat (1)
(1), Pasal 129 ayat (1), atau Pasal 130 ayat dan ayat (2), Pasal 110, Pasal ii1 ayat (1),
(2). Pasal ll2 ayat (1), Pasal ll2f. ayat (1), Pasal
ll4 ayat (2)', Pasal 115 ayat (2), Pasal 123,
AYAT (2) Sanksi administratif sebagaimana Pasal 123A ayat (1) dan ayat (2), Pasal 124
dimaksud pada ayat (1) berupa: ayat (1), Pasal 125 ayat (3), Pasal 126 ayat
(1), Pasai 128 ayat (1), Pasal 729 ayat (1),
a. peringatan tertulis; Pasal 130 ayat (2), atau Pasal 136 ayat (1).
Pasal 152
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis,
pelaksanaan sanksi administratif besaran denda, tata cara, dan mekanisme
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 pengenaan sanksi administratif
dan Pasal 152 diatur dengan peraturan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151
pemerintah. diatur dengan Peraturan Pemerintah.
PASAL 157
Pemegang IUP, IPR, atau IUPK yang Pemegang IUP, IUPK, IPR, atau SIPB yang
dengan sengaja menyampaikan laporan dengan sengaja menyampaikan laporan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70
(1), Pasal 70 huruf e, Pasal 81 ayat (1), Pasal huruf e, Pasal 105 ayat (4), Pasal 110, atau
105 ayat (4), Pasal 110, atau Pasal 111 ayat Pasal 111 ayat (1) dengan tidak benar atau
(1) dengan tidak benar atau menyampaikan menyampaikan keterangan palsu dipidana
keterangan palsu dipidana dengan pidana dengan pidana penjara paling lama 5
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan (lima) tahun dan denda paling banyak Rp
denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
(sepuluh miliar rupiah).
Setiap orang atau pemegang IUP Operasi Setiap orang yang menampung,
Produksi atau IUPK Operasi Produksi yang memanfaatkan, melakukan Pengolahan
menampung, memanfaatkan, melakukan danf atau Pemurnian, Pengembangan
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan, dan/atau Pemanfaatan, Pengangkutan,
penjualan mineral dan batubara yang Penjualan Mineral dan/atau Batubara yang
bukan dari pemegang IUP, IUPK, atau izin tidak berasal dari pemegang IUP, IUPK, IPR,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, SIPB atau izin sebagaimana dimaksud
Pasal 40 ayat (3), Pasal 43 ayat (2), Pasal 48, dalam Pasal 35 ayat (3) huruf c dan huruf g,
Pasal 67 ayat (1), Pasal 74 ayat (1), Pasal 81 Pasal 104, atau Pasal 105 dipidana dengan
ayat (2), Pasal 103 ayat (2), Pasal 104 ayat pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
(3), atau Pasal 105 ayat (1) dipidana dengan dan denda paling banyak
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) Rp 100.000.00O.00O,00 (seratus miliar
tahun dan denda paling banyak rupiah).
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah).
Di antara Pasal 161 dan Pasal 162
disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal 161A
dan Pasal 1618 sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 161A
PASAL 161B
Setiap orang yang merintangi atau Setiap orang yang merintangi atau
mengganggu kegiatan usaha pertambangan mengganggu kegiatan Usaha
dari pemegang IUP atau IUPK yang telah Pertambangan dari pemegang IUP, IUPK,
memenuhi syarat-syarat sebagaimana IPR, atau SIPB yang telah memenuhi
dimaksud dalam Pasal 136 ayat (2) dipidana syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam
dengan pidana kurungan paling lama Pasal 136 ayat (2) dipidana dengan pidana
1 (satu) tahun atau denda paling banyak kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). denda paling banyak Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah).
Pasal 165
Pada saat Undang-Undang ini mulai AYAT (1) KK dan PKP2B sebagaimana
berlaku: dimaksud dalam Pasal 169 diberikan
a. Kontrak karya dan perjanjian karya jaminan perpanjangan menjadi IUPK
pengusahaan pertambangan batubara sebagai Kelanjutan Operasi Kontrak
yang telah ada sebelum berlakunya /Perjanjian setelah memenuhi persyaratan
Undang-Undang ini tetap diberlakukan dengan ketentuan:
sampai jangka waktu berakhirnya a. kontrak/perjanjian yang belum
kontrak/perjanjian. memperoleh perpanjangan dijamin
b. Ketentuan yang tercantum dalam mendapatkan 2 (dua) kali
pasal kontrak karya dan perjanjian perpanjangan dalam bentuk IUPK
karya pengusahaan pertambangan sebagai Kelanjutan Operasi
batubara sebagaimana dimaksud pada Kontrak/Perjanjian masing-masing
huruf a disesuaikan selambat- untuk jangka waktu paling lama 10
lambatnya 1 (satu) tahun sejak (sepuluh) tahun sebagai kelanjutan
Undang-Undang ini diundangkan operasi setelah berakhirnya KK atau
kecuali mengenai penerimaan negara. PKP2B dengan mempertimbangkan
c. Pengecualian terhadap penerimaan upaya peningkatan penerimaan
negara sebagaimana dimaksud pada negara.
huruf b adalah upaya peningkatan b. kontrak/perjanjian yang telah
penerimaan negara. memperoleh perpanjangan pertama
dijamin untuk diberikan
perpanjangan kedua dalam bentuk
IUPK sebagai Kelanjutan Operasi
Kontrak/Perjanjian untuk jangka
waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun
sebagai kelanjutan operasi setelah
berakhirnya perpanjangan pertama KK
atau PKP2B dengan
mempertimbangkan upaya
peningkatan penerimaan negara.
Pasal 169B
Pasal 169C
Pemegang kontrak karya sebagaimana AYAT (1) Pemegang KK, IUP Operasi
dimaksud dalam Pasal 169 yang sudah Produksi, atau IUPK Operasi Produksi
berproduksi wajib melakukan pemurnian Mineral logam yang:
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 a. telah melakukan kegiatan
ayat (1) selambatlambatnya 5 (lima) tahun Pengolahan dan Pemurnian;
sejak Undang-Undang ini diundangkan b. dalam proses pembangunan fasilitas
Pengolahan dan/atau Pemurnian;
danf atau
c. telah melakukan kerjasama
Pengolahan danf atau Pemurnian
dengan pemegang IUP Operasi
Produksi, IUPK Operasi Produksi
lainnya, atau IUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan dan
Pemurnian atau pihak lain yang
melakukan kegiatan Pengolahan
danf atau Pemurnian,
dapat melakukan Penjualan produk Mineral
logam tertentu yang belum dimurnikan
dalam jumlah tertentu ke luar negeri dalam
jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun
sejak Undang-Undang ini mulai berlaku.
AYAT (1) Pemegang kontrak karya dan Wilayah eks KK atau PKP2B dapat
perjanjian karya pengusahaan ditetapkan menjadi WUPK atau WPN sesuai
pertambangan batubara sebagaimana hasil evaluasi Menteri.
dimaksud dalam Pasal 169 yang telah
melakukan tahapan kegiatan eksplorasi,
studi kelayakan, konstruksi, atau operasi
produksi paling lambat 1 (satu) tahun sejak
berlakunya Undang-Undang ini harus
menyampaikan rencana kegiatan pada
seluruh wilayah kontrak/perjanjian sampai
dengan jangka waktu berakhirnya
kontrak/perjanjian untuk mendapatkan
persetujuan pemerintah.
Pasal 172
Pasal 172A
Permohonan kontrak karya dan perjanjian
karya pengusahaan pertambangan Ketentuan terkait hak, kewajiban, dan
batubara yang telah diajukan kepada larangan bagi pemegang IUPK pada tahap
Menteri paling lambat 1 (satu) tahun kegiatan Operasi Produksi sebagaimana
sebelum berlakunya UndangUndang ini dan diatur dalam Undang-Undang ini berlaku
sudah mendapatkan surat persetujuan secara mutatis mutandis terhadap IUPK
prinsip atau surat izin penyelidikan sebagai Kelanjutan Operasi
pendahuluan tetap dihormati dan dapat Kontrak/Perjanjian kecuali yang ditentukan
diproses perizinannya tanpa melalui lelang lain dalam Undang-Undang ini.
berdasarkan Undang-Undang ini.
Pasal 172B
Pasal 172C
PASAL I72D
Pasal 172E
AYAT (1) Pada saat Undang-Undang ini Ketentuan dalam Undang-Undang ini
mulai berlaku, UndangUndang Nomor 11 berlaku juga bagi Provinsi Daerah Istimewa
Tahun 1967 tentang KetentuanKetentuan Yograkarta, Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Jakarta, Provinsi Aceh, Provinsi Papua
Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 22, Barat, dan Provinsi Papua sepanjang tidak
Tambahan Lembaran Negara Republik diatur secara khusus dalam Undang-
Indonesia Nomor 2831) dicabut dan Undang yang mengatur keistimewaan dan
dinyatakan tidak berlaku. kekhususan Daerah tersebut.
Pasal 173C