Anda di halaman 1dari 35

No 4 tahun 2009 No 3 tahun 2020

RENCANA PENGELOLAAN MINERAL DAN RENCANA PENGELOLAAN MINERAL DAN


BATUBARA BATUBARA

Di antara Pasal8 dan Pasal9 disisipkan 2


(dua) pasal, yakni Pasal 8A dan Pasal 88
sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 8 Pasal 8A

Ayat (1) Kewenangan pemerintah Ayat (1) Menteri menetapkan rencana


kabupaten/kota dalam pengelolaan pengelolaan Mineral dan Batubara
pertambangan mineral dan batubara, nasional secara sistematis, terpadu,
antara lain, adalah: terarah, menyeluruh, transparan, dan
a. pembuatan peraturan perundang- akuntabel.
undangan daerah;
b. pemberian IUP dan IPR, pembinaan, Ayat (2) Rencana pengelolaan Mineral dan
penyelesaian konflik masyarakat, dan Batubara nasional sebagaimana dimaksud
pengawasan usaha pertambangan di pada ayat (1) disusun dengan
wilayah kabupaten/kota dan/atau mempertimbangkan:
wilayah laut sampai dengan 4 (empat) a. daya dukung sumber daya alam dan
mil; lingkungan menurut data dan informasi
c. pemberian IUP dan IPR, pembinaan, geospasial dasar dan tematik;
penyelesaian konflik masyarakat dan b. pelestarian lingkungan hidup;
pengawasan usaha pertambangan c. rencana tata ruang wilayah dan/atau
operasi produksi yang kegiatannya rencana zonasi;
berada di wilayah kabupaten/kota d. perkembangan ilmu pengetahuan dan
dan/atau wilayah laut sampai dengan teknologi;
4 (empat) mil; e. tingkat pertumbuhan ekonomi;
d. penginventarisasian, penyelidikan dan f. prioritas pemberian komoditas
penelitian, serta eksplorasi dalam tambang;
rangka memperoleh data dan g. jumlah dan luas WP;
informasi mineral dan batubara; h. ketersediaan lahan Pertambangan;
e. pengelolaan informasi geologi, i. jumlah sumber daya dan/atau
informasi potensi mineral dan cadangan Mineral atau Batubara; dan
batubara, serta informasi j. ketersediaan sarana dan prasarana.
pertambangan pada wilayah
kabupaten/kota; Ayat (3) Rencana pengelolaan Mineral dan
f. penyusunan neraca sumber daya Batubara nasional sebagaimana dimaksud
mineral dan batubara pada wilayah pada ayat (1) harus disesuaikan dengan:
kabupaten/kota; a. rencana pembangunan nasional; dan
g. pengembangan dan pemberdayaan b. rencana pembangunan daerah.
masyarakat setempat dalam usaha
pertambangan dengan Ayat (4) Rencana pengelolaan Mineral dan
memperhatikan kelestarian Batubara nasional sebagaimana dimaksud
lingkungan; pada ayat (1) digunakan sebagai pedoman
h. pengembangan dan peningkatan nilai dalam penyelenggaraan pengelolaan
tambah dan manfaat kegiatan usaha Mineral dan Batubara.
pertambangan secara optimal;
i. penyampaian informasi hasil Pasal 8B
inventarisasi, penyelidikan umum, dan
penelitian, serta eksplorasi dan Ayat (1) Rencana pengelolaan Mineral dan
eksploitasi kepada Menteri dan Batubara nasional sebagaimana dimaksud
gubernur; dalam Pasal 8A paling sedikit memuat
j. penyampaian informasi hasil produksi, strategi dan kebijakan di bidang
penjualan dalam negeri, serta ekspor Pertambangan Mineral dan Batubara.
kepada Menteri dan gubernur;
k. pembinaan dan pengawasan terhadap Ayat (2) Rencana pengelolaan Mineral dan
reklamasi lahan pascatambang; dan Batubara nasional sebagaimana dimaksud
l. peningkatan kemampuan aparatur dalam Pasal 8A wajib diintegrasikan
pemerintah kabupaten/kota dalam dengan rencana pembangunan jangka
penyelenggaraan pengelolaan usaha panjang dan rencana pembangunan jangka
pertambangan. menengah nasional.

Ayat (2) Kewenangan pemerintah Ayat (3) Rencana pengelolaan Mineral dan
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud Batubara nasional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan dalam Pasal 8A ditetapkan untuk jangka
ketentuan peraturan perundang-undangan. waktu 5 (lima) tahun dan dapat ditinjau
kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

WILAYAH PERTAMBANGAN WILAYAH PERTAMBANGAN

Ketentuan Pasal 9 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

PASAL 9 PASAL 9

Ayat (1) WP sebagai bagian dari tata Ayat (1) WP sebagai bagian dari Wilayah
ruang nasional merupakan landasan bagi Hukum Pertambangan merupakan
penetapan kegiatan pertambangan. landasan bagi penetapan kegiatan Usaha
Pertambangan.
Ayat (2) WP sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan oleh Pemerintah Ayat (2) WP sebagaimana dimaksud pada
setelah berkoordinasi dengan pemerintah ayat (1) ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
daerah dan berkonsultasi dengan Dewan setelah ditentukan oleh Pemerintah Daerah
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia provinsi sesuai dengan kewenangannya
dan berkonsultasi dengan Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
Pasal 10 PASAL 10

Ketentuan Pasal 10 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Penetapan WP sebagaimana dimaksud Ayat (1) Penetapan WP sebagaimana


dalam Pasal 9 ayat (2) dilaksanakan: dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) terdiri
a. secara transparan, partisipatif, dan atas:
bertanggung jawab; a. WUP;
b. secara terpadu dengan b. WPR;
memperhatikan pendapat dari instansi c. WPN; dan
pemerintah terkait, masyarakat, dan d. WUPK.
dengan mempertimbangkan aspek
ekologi, ekonomi, dan sosial budaya, Ayat (2) Penetapan WP sebagaimana
serta berwawasan lingkungan; dan dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2)
c. dengan memperhatikan aspirasi dilaksanakan:
daerah. a. secara transparan, partisipatif, dan
bertanggung jawab;
b. secara terpadu dengan mengacu pada
pendapat dari instansi pemerintah
terkait, masyarakat terdampak, dan
dengan mempertimbangkan aspek
ekologi, ekonomi, hak asasi manusia,
dan sosial budaya, serta berwawasan
lingkungan; dan
c. dengan memperhatikan aspirasi
daerah.

Pasal 11 Pasal 11

Ketentuan Pasal 11 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Pemerintah dan pemerintah daerah wajib Menteri melakukan Penyelidikan dan


melakukan penyelidikan dan penelitian Penelitian dalam rangka penyiapan WP.
pertambangan dalam rangka penyiapan
WP.

Pasal 13 Pasal 13

WP terdiri atas: dihapuskan


a. WUP;
b. WPR;
c. WPN.
WILAYAH USAHA PENAMBANGAN WILAYAH USAHA PENAMBANGAN

Pasal 14 Pasal 14

Ketentuan Pasal 14 dihapus. Di antara


Pasal 14 dan Pasal 15 disisipkan 1 (satu)
pasal, yakni Pasal 14A sehingga berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 14A

Ayat (1) Penetapan WUP dilakukan oleh Wilayah dalam WP yang dapat ditentukan
Pemerintah setelah berkoordinasi dengan sebagai WUP harus memenuhi kriteria:
pemerintah daerah dan disampaikan secara
tertulis kepada Dewan Perwakilan Rakyat a. memiliki sebaran formasi batuan
Republik Indonesia. pembawa, data indikasi, data sumber
daya, danf atau data cadangan Mineral
Ayat (2) Koordinasi sebagaimana dimaksud dan/atau Batubara;
pada ayat (1) dilakukan dengan pemerintah b. memiliki 1 (satu) atau lebih jenis
daerah yang bersangkutan berdasarkan Mineral termasuk Mineral ikutannya
data dan informasi yang dimiliki dan I atau Batubara;
Pemerintah dan pemerintah daerah. c. tidak tumpang tindih dengan WPR,
WPN, dan/atau WUPK;
d. merupakan wilayah yang dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan
Pertambangan secara berkelanjutan
e. merupakan eks wilayah IUP yang telah
berakhir atau dicabut; dan/atau
f. merupakan wilayah hasil penciutan
atau pengembalian wilayah IUP.

Pasal 17 Pasal 17

Di antara Pasal 17 dan Pasal 18 disisipkan 2


(dua) pasal, Pasal 17A dan Pasal 17B

Luas dan batas WIUP mineral logam dan AYAT (1) Luas dan batas WIUP Mineral
batubara ditetapkan oleh Pemerintah logam dan WIUP Batubara ditetapkan oleh
berkoordinasi dengan pemerintah daerah Menteri setelah ditentukan oleh gubernur.
berdasarkan kriteria yang dimiliki oleh
Pemerintah. AYAT (2) Luas dan batas WIUP Mineral
logam dan WIUP Batubara yang berada
pada wilayah laut ditetapkan oleh Menteri
setelah berkoordinasi dengan instansi
terkait.

AYAT (3) Penetapan luas dan batas WIUP


Mineral logam dan WIUP Batubara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2), harus memenuhi kriteria:
a. terdapat data sumber daya Mineral
logam atau Batubara; dan/atau
b. terdapat data cadangan Mineral
logam atau Batubara.

AYAT (4) Selain kriteria sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) Menteri
menetapkan WIUP Mineral logam dan
WIUP Batubara berdasarkan pertimbangan:
a. ketahanan cadangan;
b. kemampuan produksi nasional;
danlatau
c. pemenuhan kebutuhan dalam
negeri.

Ayat (5) Dalam hal WIUP Mineral logam


dan WIUP Batubara telah ditetapkan oleh
Menteri, pemanfaatan potensi sumber
daya alam yang terdapat di dalamnya
diprioritaskan untuk kegiatan Usaha
Pertambangan.

Pasal 17A dan Pasal 17B sehingga berbunyi


sebagai berikut:

Pasal 17A

Ayat (1) Penetapan WIUP Mineral logam


dan WIUP Batubara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 dilakukan setelah
memenuhi kriteria pemanfaatan ruang dan
kawasan untuk kegiatan Usaha
Pertambangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Ayat (2) Pemerintah Pusat dan Pemerintah


Daerah menjamin tidak ada perubahan
pemanfaatan ruang dan kawasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada
WIUP Mineral logam dan WIUP Batubara
yang telah ditetapkan.

Ayat (3) Pemerintah Pusat dan Pemerintah


Daerah menjamin penerbitan perizinan lain
yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan
kegiatan Usaha Pertambangan pada WIUP
Mineral logam dan WIUP Batubara yang
telah ditetapkan sepanjang telah
memenuhi persyaratan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 17B

Ayat (1) Menteri dapat memberikan


penugasan kepada lembaga riset negara,
BUMN, badan usaha milik daerah, atau
Badan Usaha untuk melakukan
Penyelidikan dan Penelitian dalam rangka
penyiapan WIUP Mineral logam dan WIUP
Batubara.

Ayat (2) Luas dan batas wilayah penugasan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Menteri.

Ayat (3) BUMN, badan usaha milik daerah,


atau Badan Usaha yang mendapatkan
penugasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan wilayah penugasannya
ditetapkan sebagai WIUP Mineral logam
dan WIUP Batubara, mendapatkan hak
menyamai penawaran dalam lelang WIUP
Mineral logam dan WIUP Batubara.

Ayat (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai


pemberian penugasan oleh Menteri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.
IZIN USAHA PERTAMBANGAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN

Bagian Kesatu Umum

Pasal 36 Pasal 36

Ketentuan Pasal 36 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Ayat (1) IUP terdiri atas dua tahap: Ayat (1) IUP terdiri atas dua tahap kegiatan:
a. IUP Eksplorasi meliputi kegiatan a. Eksplorasi yang meliputi kegiatan
penyelidikan umum, eksplorasi, dan Penyelidikan Umum, Eksplorasi, dan
studi kelayakan; Studi Kelayakan; dan
b. IUP Operasi Produksi meliputi kegiatan b. Operasi Produksi yang meliputi
konstruksi, penambangan, pengolahan kegiatan Konstruksi, Penambangan,
dan pemurnian, serta pengangkutan Pengolahan dan/atau Pemurnian atau
dan penjualan. Pengembangan dan/atau
Pemanfaatan, serta Pengangkutan dan
Penjualan.

Ayat (2) Pemegang IUP Eksplorasi dan Ayat (2) Pemegang IUP dapat melakukan
pemegang IUP Operasi Produksi dapat sebagian atau seluruh kegiatan Usaha
melakukan sebagian atau seluruh kegiatan Pertambangan sebagaimana dimaksud
sebagaimana dimaksud pada ayat (1). pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Di antara Pasal 36 dan Pasal 37 disisipkan 1


(satu) pasal, yakni Pasal 36A sehingga
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 36A

Dalam rangka konservasi Mineral dan


Batubara, pemegang IUP atau IUPK tahap
kegiatan Operasi Produksi wajib melakukan
kegiatan Eksplorasi lanjutan setiap tahun
dan menyediakan anggaran.

Pasal 37 Pasal 37

IUP diberikan oleh:


a. bupati/walikota apabila WIUP berada
di dalam satu wilayah kabupaten/kota;
b. gubernur apabila WIUP berada pada
lintas wilayah kabupaten/kota dalam 1
(satu) provinsi setelah mendapatkan
rekomendasi dari bupati/walikota
setempat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan; dan Ketentuan Pasal 37 dihapus
c. Menteri apabila WIUP berada pada
lintas wilayah provinsi setelah
mendapatkan rekomendasi dari
gubernur dan bupati/walikota
setempat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 38 Pasal 38

Ketentuan huruf c Pasal 38 diubah sehingga


Pasal 38 berbunyi sebagai berikut:

IUP diberikan kepada: IUP diberikan kepada:


a. badan usaha; a. Badan Usaha;
b. koperasi; dan b. koperasi; atau
c. perseorangan. c. perusahaan perseorangan.

Pasal 39 Pasal 39

Ketentuan Pasal 39 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Ayat (1) IUP Eksplorasi sebagaimana IUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf a ayat (1) paling sedikit memuat:
wajib memuat ketentuan sekurang- a. profil perusahaan;
kurangnya: b. lokasi dan luas wilayah;
a. nama perusahaan; c. jenis komoditas yang diusahakan;
b. lokasi dan luas wilayah; d. kewajiban menempatkan jaminan
c. rencana umum tata ruang; kesungguhan Eksplorasi;
d. jaminan kesungguhan; e. modal kerja;
e. modal investasi; f. jangka waktu berlakunya IUP;
f. perpanjangan waktu tahap g. hak dan kewajiban pemegang IUP;
kegiatan; h. perpanjangan IUP;
g. hak dan kewajiban pemegang IUP; i. kewajiban penyelesaian hak atas
h. jangka waktu berlakunya tahap tanah;
kegiatan; j. kewajiban membayar pendapatan
i. jenis usaha yang diberikan; negara dan pendapatan daerah,
j. rencana pengembangan dan termasuk kewajiban iuran tetap dan
pemberdayaan masyarakat di iuran produksi;
sekitar wilayah pertambangan; k. kewajiban melaksanakan Reklamasi
k. perpajakan; dan Pascatambang;
l. penyelesaian perselisihan; l. kewajiban menyrusun dokumen
m. iuran tetap dan iuran eksplorasi; lingkungan; dan
dan m. kewajiban melaksanakan
n. amdal. pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat di sekitar WIUP.
Ayat (2) IUP Operasi Produksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf b
wajib memuat ketentuan sekurang-
kurangnya:
a. nama perusahaan;
b. luas wilayah;
c. lokasi penambangan;
d. lokasi pengolahan dan pemurnian;
e. pengangkutan dan penjualan;
f. modal investasi;
g. jangka waktu berlakunya IUP;
h. jangka waktu tahap kegiatan;
i. penyelesaian masalah pertanahan;
j. lingkungan hidup termasuk
reklamasi dan pascatambang;
k. dana jaminan reklamasi dan
pascatambang;
l. perpanjangan IUP;
m. hak dan kewajiban pemegang IUP;
n. rencana pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat di
sekitar wilayah pertambangan;
o. perpajakan;
p. penerimaan negara bukan pajak
yang terdiri atas iuran tetap dan
iuran produksi;
q. penyelesaian perselisihan;
r. keselamatan dan kesehatan kerja;
s. konservasi mineral atau batubara;
t. pemanfaatan barang, jasa, dan
teknologi dalam negeri;
u. penerapan kaidah keekonomian dan
keteknikan pertambangan yang
baik;
v. pengembangan tenaga kerja
Indonesia;
w. pengelolaan data mineral atau
batubara; dan
x. penguasaan, pengembangan, dan
penerapan teknologi pertambangan
mineral atau batubara.

Pasal 40 Pasal 40

Ketentuan Pasal 40 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Ayat (1) IUP sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) IUP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 36 ayat (1) diberikan untuk 1 (satu) Pasal 36 ayat (1) diberikan untuk 1
jenis mineral atau batubara. (satu)jenis Mineral atau Batubara.

Ayat (2) Pemegang IUP sebagaimana Ayat (2) Pemegang IUP sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang menemukan dimaksud pada ayat (1) dapat memiliki
mineral lain di dalam WIUP yang dikelola lebih dari 1 (satu) IUP dan/atau IUPK.
diberikan prioritas untuk
mengusahakannya. Ayat (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) hanya berlaku bagi:
Ayat (3) Pemegang IUP yang bermaksud
mengusahakan mineral lain sebagaimana a. IUP dan/atau IUPK yang dimiliki oleh
dimaksud pada ayat (2), wajib mengajukan BUMN; atau
permohonan IUP baru kepada Menteri, b. IUP untuk komoditas Mineral bukan
gubernur, dan bupati/walikota sesuai logam dan/atau batuan.
dengan kewenangannya.
Ayat (4) Pemegang IUP yang menemukan
Ayat (4) Pemegang IUP sebagaimana komoditas tambang lain di dalam WIUP
dimaksud pada ayat (2) dapat menyatakan yang dikelola diberikan prioritas untuk
tidak berminat untuk mengusahakan mengusahakannya.
mineral lain yang ditemukan tersebut.
Ayat (5) Pemegang IUP yang bermaksud
Ayat (5) Pemegang IUP yang tidak berminat mengusahakan komoditas tambang lain
untuk mengusahakan mineral lain yang sebagaimana dimaksud pada ayat (4), harus
ditemukan sebagaimana dimaksud pada mengajukan permohonan IUP baru kepada
ayat (4), wajib menjaga mineral lain Menteri.
tersebut agar tidak dimanfaatkan pihak
lain. Ayat (6) Pemegang IUP sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dapat menyatakan
Ayat (6) IUP untuk mineral lain tidak berminat untuk mengusahakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan komoditas tambang lain yang ditemukan
ayat (5) dapat diberikan kepada pihak lain tersebut.
oleh Menteri, gubernur, dan
bupati/walikota sesuai dengan Ayat (7) IUP untuk komoditas tambang lain
kewenangannya. sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat
diberikan kepada pihak lain oleh Menteri.
Ayat (8) Ketentuan lebih lanjut mengenai
kriteria kepemilikan lebih dari 1 (satu) IUP
dan pemberian prioritas pengusahaan
komoditas tambang lain diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah.

IUP Eksplorasi IUP Eksplorasi

Pasal 42 Pasal 42

Ketentuan Pasal 42 diubah sehingga Pasal


42 berbunyi sebagai berikut:

Ayat (1) IUP Eksplorasi untuk Jangka waktu kegiatan Eksplorasi


pertambangan mineral logam dapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat
diberikan dalam jangka waktu paling lama 8 (1) huruf a diberikan selama:
(delapan) tahun. a. 8 (delapan) tahun untuk Pertambangan
Mineral logam;
Ayat (2) IUP Eksplorasi untuk b. 3 (tiga) tahun untuk Pertambangan
pertambangan mineral bukan logam dapat Mineral bukan logam;
diberikan paling lama dalam jangka waktu 3 c. 7 (tujuh) tahun untuk Pertambangan
(tiga) tahun dan mineral bukan logam jenis Mineral bukan logam jenis tertentu;
tertentu dapat diberikan dalam jangka d. 3 (tiga) tahun untuk Pertambangan
waktu paling lama 7 (tujuh) tahun. batuan; atau
e. 7 (tujuh) tahun untuk Pertambangan
Ayat (3) IUP Eksplorasi untuk Batubara.
pertambangan batuan dapat diberikan
dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) Di antara Pasal 42 dan Pasal 43 disisipkan
tahun. 1 (satu) pasal, yakni Pasal 42A sehingga
berbunyi sebagai berikut:
Ayat (4) IUP Eksplorasi untuk
pertambangan batubara dapat diberikan Pasal 42A
dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh)
tahun. Ayat (1) Jangka waktu kegiatan Eksplorasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42
huruf a dan huruf e dapat diberikan
perpanjangan selama 1 (satu) tahun setiap
kali perpanjangan setelah memenuhi
persyaratan.

Ayat (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai


pemberian perpanjangan jangka waktu
kegiatan Eksplorasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Pasal 43

Ayat (1) Dalam hal kegiatan eksplorasi dan


kegiatan studi kelayakan, pemegang IUP
Eksplorasi yang mendapatkan mineral atau
batubara yang tergali wajib melaporkan
kepada pemberi IUP. Ketentuan pasal 43 dihapuskan

Ayat (2) Pemegang IUP Eksplorasi yang


ingin menjual mineral atau batubara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
mengajukan izin sementara untuk
melakukan pengangkutan dan penjualan.

Pasal 44

Izin sementara sebagaimana dimaksud Ketentuan pasal 44 dihapuskan


dalam Pasal 43 ayat (2) diberikan oleh
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 45

Mineral atau batubara yang tergali Ketentuan pasal 45 dihapuskan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43
dikenai iuran produksi.

IUP Operasi Produksi IUP Operasi Produksi

Ketentuan Pasal 46 diubah sehingga Pasal


46 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 46 Pasal 46

Ayat (1) Setiap pemegang IUP Eksplorasi Ayat (1) Pemegang IUP yang telah
dijamin untuk memperoleh IUP Operasi menyelesaikan kegiatan Eksplorasi dijamin
Produksi sebagai kelanjutan kegiatan usaha untuk dapat melakukan kegiatan Operasi
pertambangannya. Produksi sebagai kelanjutan kegiatan usaha
pertambangannya.
Ayat (2) IUP Operasi Produksi dapat
diberikan kepada badan usaha, koperasi, Ayat (2) Pemegang IUP sebelum melakukan
atau perseorangan atas hasil pelelangan kegiatan Operasi Produksi sebagaimana
WIUP mineral logam atau batubara yang dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi
telah mempunyai data hasil kajian studi persyaratan administratif, teknis,
kelayakan. lingkungan, dan finansial.

Ayat (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai


persyaratan untuk melakukan kegiatan
Operasi Produksi diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.

Pasal 47 Pasal 47

Ketentuan Pasal 47 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Ayat (1) IUP Operasi Produksi untuk Jangka waktu kegiatan Operasi Produksi
pertambangan mineral logam dapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat
diberikan dalam jangka waktu paling lama (1) huruf b diberikan dengan ketentuan:
20 (dua puluh) tahun dan dapat a. untuk Pertambangan Mineral logam
diperpanjang 2 (dua) kali masingmasing 10 paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
(sepuluh) tahun. dijamin memperoleh perpanjangan 2
(dua) kali masing-masing 10 (sepuluh)
Ayat (2) IUP Operasi Produksi untuk tahun setelah memenuhi persyaratan
pertambangan mineral bukan logam dapat sesuai dengan ketentuan peraturan
diberikan dalam jangka waktu paling lama perundang-undangan.
10 (sepuluh) tahun dan dapat diperpanjang b. untuk Pertambangan Mineral bukan
2 (dua) kali masing-masing 5 (lima) tahun. logam paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan dijamin memperoleh
Ayat (3) IUP Operasi Produksi untuk perpanjangan 2 (dua) kali masing-
pertambangan mineral bukan logam jenis masing 5 (lima) tahun setelah
tertentu dapat diberikan dalam jangka memenuhi persyaratan sesuai dengan
waktu paling lama 20 (dua puluh) tahun ketentuan peraturan perundang-
dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing- undangan.
masing 10 (sepuluh) tahun. c. untuk Pertambangan Mineral bukan
logam jenis tertentu paling lama 20
Ayat (4) IUP Operasi Produksi untuk (dua puluh) tahun dan dijamin
pertambangan batuan dapat diberikan memperoleh perpanjangan 2 (dua) kali
dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) masing-masing 10 (sepuluh) tahun
tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali setelah memenuhi persyaratan sesuai
masing-masing 5 (lima) tahun. dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Ayat (5) IUP Operasi Produksi untuk d. untuk Pertambangan batuan paling
Pertambangan batubara dapat diberikan lama 5 (lima) tahun dan dijamin
dalam jangka waktu paling lama 20 (dua memperoleh perpanjangan 2 (dua) kali
puluh) tahun dan dapat diperpanjang 2 masing-masing 5 (lima) tahun setelah
(dua) kali masingmasing 10 (sepuluh) memenuhi persyaratan sesuai dengan
tahun. ketentuan peraturan perundang-
undangan.
e. untuk Pertambangan Batubara paling
lama 20 (dua puluh) tahun dan
dijamin memperoleh perpanjangan 2
(dua) kali masing-masing 10 (sepuluh)
tahun setelah memenuhi persyaratan
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
f. untuk Pertambangan Mineral logam
yang terintegrasi dengan fasilitas
pengolahan dan/atau pemurnian
selama 30 (tiga puluh) tahun dan
dijamin memperoleh perpanjangan
selama 10 (sepuluh) tahun setiap kali
perpanjangan setelah memenuhi
persyaratan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
g. untuk Pertambangan Batubara yang
terintegrasi dengan kegiatan
Pengembangan dan / atau
Pemanfaatan selama 30 (tiga puluh)
tahun dan dijamin memperoleh
perpanjangan selama 10 (sepuluh)
tahun setiap kali perpanjangan setelah
memenuhi persyaratan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 48 Pasal 48

IUP Operasi Produksi diberikan oleh:


a. bupati/walikota apabila lokasi
penambangan, lokasi pengolahan dan
pemurnian, serta pelabuhan berada di
dalam satu wilayah kabupaten/kota;
b. gubernur apabila lokasi penambangan,
lokasi pengolahan dan pemurnian,
serta pelabuhan berada di dalam
wilayah kabupaten/kota yang berbeda
setelah mendapatkan rekomendasi Ketentuan pasal 48 dihapuskan
dari bupati/walikota setempat sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundangundangan; dan
c. Menteri apabila lokasi penambangan,
lokasi pengolahan dan pemurnian,
serta pelabuhan berada di dalam
wilayah provinsi yang berbeda setelah
mendapatkan rekomendasi dari
gubernur dan bupati/walikota
setempat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pertambangan Mineral Logam Pertambangan Mineral Logam

Ketentuan Pasal 51 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 51 Pasal 51

WIUP mineral logam diberikan kepada Ayat (1) WIUP Mineral logam diberikan
badan usaha, koperasi, dan perseorangan kepada Badan Usaha, koperasi, atau
dengan cara lelang. perusahaan perseorangan dengan cara
lelang.

Ayat (2) Lelang WIUP Mineral logam


sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dengan mempertimbangkan:
a. Luas WIUP Mineral logam yang akan
dilelang;
b. Kemampuan
administratif/manajemen;
c. kemampuan teknis dan pengelolaan
lingkungan; dan
d. kemampuan finansial.

Ayat (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai


lelang WIUP Mineral logam diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

Pasal 52 Pasal 52

Ketentuan Pasal 52 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Ayat (1) Pemegang IUP Eksplorasi mineral Ayat (1) Pemegang IUP pada tahap
logam diberi WIUP dengan luas paling kegiatan Eksplorasi Mineral iogam diberi
sedikit 5.000 (lima ribu) hektare dan paling WIUP paling luas 100.000 (seratus ribu)
banyak 100.000 (seratus ribu) hektare. hektare.
Ayat (2) Pada wilayah yang telah diberikan Ayat (2) Pada wilayah yang telah diberikan
IUP Eksplorasi mineral logam dapat IUP Mineral logam dapat diberikan IUP
diberikan IUP kepada pihak lain untuk kepada pihak lain untuk mengusahakan
mengusahakan mineral lain yang komoditas tambang lain yang
keterdapatannya berbeda. keterdapatannya berbeda;

Ayat (3) Pemberian IUP sebagaimana Ayat (3) Pemberian IUP sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan setelah dimaksud pada ayat (2) dilakukan setelah
mempertimbangkan pendapat dari mendapatkan persetujuan dari pemegang
pemegang IUP pertama. IUP pertama.

Ayat (4) Dalam hal tidak terdapat pihak lain


untuk mengusahakan komoditas tambang
lain yang keterdapatannya berbeda
sebagaimana dimaksud pada ayat(2),
pemegang IUP sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib memiliki IUP untuk
mengusahakan komoditas tambang lain
yang keterdapatannya berbeda
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Pertambangan Mineral Bukan Logam Pertambangan Mineral Bukan Logam

Pasal 54 Pasal 54

Ketentuan Pasal 54 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

WIUP mineral bukan logam diberikan WIUP Mineral bukan logam diberikan
kepada badan usaha, koperasi, dan kepada Badan Usaha, koperasi, atau
perseorangan dengan cara permohonan perusahaan perseorangan dengan cara
wilayah kepada pemberi izin sebagaimana permohonan wilayah kepada Menteri.
dimaksud dalam Pasal 37.

Pasal 55 Pasal 55

Ketentuan Pasal 55 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Ayat (1) Pemegang IUP Eksplorasi mineral Ayat (1) Pemegang IUP pada tahap
bukan logam diberi WIUP dengan luas kegiatan Eksplorasi Mineral bukan logam
paling sedikit 500 (lima ratus) hektare dan diberi WIUP paling luas 25.000 (dua puluh
paling banyak 25.000 (dua puluh lima ribu) lima ribu) hektare.
hektare. Ayat (2) Pada wilayah yang telah diberikan
IUP Mineral bukan logam dapat diberikan
Ayat (2) Pada wilayah yang telah diberikan IUP kepada pihak lain untuk mengusahakan
IUP Eksplorasi mineral bukan logam dapat komoditas Mineral bukan logam lain atau
diberikan IUP kepada pihak lain untuk batuan yang keterdapatannya berbeda.
mengusahakan mineral lain yang
keterdapatannya berbeda. Ayat (3) Pemberian IUP sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan setelah
Ayat (3) Pemberian IUP sebagaimana mendapatkan persetujuan dari pemegang
dimaksud pada ayat (2) dilakukan setelah IUP pertama.
mempertimbangkan pendapat dari
pemegang IUP pertama. Ayat (4) Dalam hal tidak terdapat pihak lain
untuk mengusahakan Mineral bukan logam
lain atau batuan yang keterdapatannya
berbeda sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), pemegang IUP sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib memiliki IUP untuk
mengusahakan Mineral bukan logam lain
atau batuan yang keterdapatannya berbeda
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Pertambangan Batuan Pertambangan Batuan

Pasal 57 Pasal 57

Ketentuan Pasal 57 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

WIUP batuan diberikan kepada badan WIUP batuan diberikan kepada Badan
usaha, koperasi, dan perseorangan dengan Usaha, koperasi, atau perusahaan
cara permohonan wilayah kepada pemberi perseorangan dengan cara permohonan
izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37; wilayah kepada Menteri.

Pasal 58 Pasal 58

Ketentuan Pasal 58 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Ayat (1) Pemegang IUP Eksplorasi batuan Ayat (1) Pemegang IUP pada tahap
diberi WIUP dengan luas paling sedikit 5 kegiatan Eksplorasi batuan diberi WIUP
(lima) hektare dan paling banyak 5.000 paling luas 5.OO0 (lima ribu) hektare.
(lima ribu) hektare.
Ayat (2) Pada wilayah yang telah diberikan
Ayat (2) Pada wilayah yang telah diberikan IUP batuan dapat diberikan IUP kepada
IUP Eksplorasi batuan dapat diberikan IUP pihak lain untuk mengusahakan komoditas
kepada pihak lain untuk mengusahakan tambang Mineral bukan logam atau
mineral lain yang keterdapatannya batuan lain yang keterdapatannya berbeda.
berbeda.
Ayat (3) Pemberian IUP sebagaimana
Ayat (3) Pemberian IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan setelah
dimaksud pada ayat (2) dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari pemegang
mempertimbangkan pendapat dari IUP pertama.
pemegang IUP pertama.
Ayat (4) Dalam hal tidak terdapat pihak lain
untuk mengusahakan Mineral bukan logam
atau batuan lain yang keterdapatannya
berbeda sebagaimana dimaksud pada ayat
(21, pemegang IUP sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib memiliki IUP untuk
mengusahakan Mineral bukan logam atau
batuan lain yang keterdapatannya
berbeda sebagaimana dimaksud pada ayat
(2).

Pertambangan Batubara Pertambangan Batubara

Pasal 60 Pasal 60

Ketentuan Pasal 60 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

WIUP batubara diberikan kepada badan Ayat (1) WIUP Batubara diberikan kepada
usaha, koperasi, dan perseorangan dengan Badan Usaha, koperasi, atau perusahaan
cara lelang. perseorangan dengan cara lelang.

Ayat (2) Lelang WIUP Batubara


sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dengan mempertimbangkan:
a. luas WIUP Batubara yang akan
dilelang;
b. kemampuan
administratif/manajemen;
c. kemampuan teknis dan pengelolaan
lingkungan; dan
d. kemampuan finansial.

Ayat (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai


lelang WIUP Batubara diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Pasal 61 Pasal 61

Ketentuan Pasal 61 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Ayat (1) Pemegang IUP Eksplorasi Batubara Ayat (1) Pemegang IUP pada tahap
diberi WIUP dengan luas paling sedikit kegiatan Eksplorasi Batubara diberi WIUP
5.000 (lima ribu) hektare dan paling banyak paling iuas 5O.OO0 (lima puluh ribu)
50.000 (lima puluh ribu) hektare. hektare.

Ayat (2) Pada wilayah yang telah diberikan Ayat (2) Pada wilayah yang telah diberikan
IUP Eksplorasi batubara dapat diberikan IUP Batubara dapat diberikan IUP kepada
IUP kepada pihak lain untuk mengusahakan pihak lain untuk mengusahakan komoditas
mineral lain yang keterdapatannya tambang lain yang keterdapatannya
berbeda. Ayat (3) Pemberian IUP berbeda.
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan setelah mempertimbangkan Ayat (3) Pemberian IUP sebagaimana
pendapat dari pemegang IUP pertama. dimaksud pada ayat (21 diiakukan setelah
mendapatkan persetujuan dari pemegang
IUP pertama.

Ayat (4) Dalam hal tidak terdapat pihak lain


untuk mengusahakan komoditas tambang
lain yang keterdapatannya berbeda
sebagaimana dimaksud pada ayat(2),
pemegang IUP sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib memiliki IUP untuk
mengusahakan komoditas tambang lain
yang keterdapatannya berbeda
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Di antara Pasal 62 dan Pasal 63 disisipkan


Pasal 62 1 (satu) pasal, yakni Pasal 62A

Pemegang IUP Operasi Produksi batubara sehingga berbunyi sebagai berikut:


diberi WIUP dengan luas paling banyak
15.000 (lima belas ribu) hektare. Pasal 62A

Pasal 63 Ayat (1) Dalam rangka konservasi Mineral


dan Batubara, Pemegang IUP untuk tahap
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara kegiatan Operasi Produksi Mineral logam
memperoleh WIUP sebagaimana dimaksud atau Batubara dapat mengajukan
dalam Pasal 51, Pasal 54, Pasal 57, dan permohonan persetujuan perluasan WIUP
Pasal 60 diatur dengan peraturan kepada Menteri.
pemerintah.
Ayat (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai
perluasan WIUP sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah.

SANKSI ADMINISTRATIF SANKSI ADMINISTRATIF

Ketentuan Pasal 151 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 151
Pasal 151
AYAT (1)  Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan AYAT (1) Menteri berhak memberikan
kewenangannya berhak memberikan sanksi sanksi administratif kepada pemegang IUP,
administratif kepada pemegang IUP, IPR IUPK, IPR, SIPB, atau IUP untuk Penjualan
atau IUPK atas pelanggaran ketentuan atas pelanggaran ketentuan sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat dimaksud dalam Pasal 36A, Pasal 41, Pasal
(3), Pasal 40 ayat (5), Pasal 41, Pasal 43, 52 ayat (4ll, Pasal 55 ayat (4)., Pasal 58 ayat
Pasal 70, Pasal 71 ayat (1), Pasal 74 ayat (4), (4ll, Pasal 61 ayat (4), Pasal 70, Pasal 7OA,
Pasal 74 ayat (6), Pasal 81 ayat (1), Pasal 93 Pasal 7l ayat (1), Pasal 74 ayat (4), Pasal 74
ayat (3), Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97, Pasal ayat (61, Pasal 86F, Pasal 86G huruf b, Pasal
98, Pasal 99, Pasal 100, Pasal 102, Pasal 91 ayat (1), Pasal 93A, Pasal 93C, Pasal 95,
103, Pasal 105 ayat (3), Pasal 105 ayat (4), Pasal 96, Pasal 97,Pasal 98, Pasal 99 ayat
Pasal 107, Pasal 108 ayat (1), Pasal 110, (1), ayat (3), dan ayat (4), Pasal 100 ayat
Pasal 111 ayat (1), Pasal 112 ayat (1), Pasal (1), Pasal 101A, Pasal LO2 ayat (1), Pasal
114 ayat (2), Pasal 115 ayat (2), Pasal 125 103 ayat (1), Pasal 1O5 ayat (1) dan ayat
ayat (3), Pasal 126 ayat (1), Pasal 128 ayat (4), Pasal 106, Pasal lO7, Pasal 108 ayat (1)
(1), Pasal 129 ayat (1), atau Pasal 130 ayat dan ayat (2), Pasal 110, Pasal ii1 ayat (1),
(2). Pasal ll2 ayat (1), Pasal ll2f. ayat (1), Pasal
ll4 ayat (2)', Pasal 115 ayat (2), Pasal 123,
AYAT (2)  Sanksi administratif sebagaimana Pasal 123A ayat (1) dan ayat (2), Pasal 124
dimaksud pada ayat (1) berupa: ayat (1), Pasal 125 ayat (3), Pasal 126 ayat
(1), Pasai 128 ayat (1), Pasal 729 ayat (1),
a. peringatan tertulis; Pasal 130 ayat (2), atau Pasal 136 ayat (1).

b. penghentian sementara sebagian atau AYAT (2) Sanksi administratif sebagaimana


seluruh kegiatan eksplorasi atau operasi dimaksud pada ayat (1) berupa:
produksi; dan/atau
a. peringatan tertulis;
c. pencabutan IUP, IPR, atau IUPK.
b. denda;

c. penghentian sementara sebagian


atau seluruh kegiatan Eksplorasi
atau Operasi Produksi; dan/atau

d. pencabutan IUP, IUPK, IPR, SIPB,


atau IUP untuk Penjualan.

Pasal 152

Dalam hal pemerintah daerah tidak


melaksanakan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 151 dan hasil
evaluasi yang dilakukan oleh Menteri KETENTUAN PASAL 152 DIHAPUS
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(1) huruf j, Menteri dapat menghentikan
sementara dan/atau mencabut IUP atau IPR
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

PASAL 156 PASAL 156

Ketentuan Pasal 156 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis,
pelaksanaan sanksi administratif besaran denda, tata cara, dan mekanisme
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 pengenaan sanksi administratif
dan Pasal 152 diatur dengan peraturan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151
pemerintah. diatur dengan Peraturan Pemerintah.

PASAL 157

Pemerintah daerah yang tidak memenuhi


ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (4) dikenai sanksi administratif KETENTUAN PASAL 157 DIHAPUS
berupa penarikan sementara kewenangan
atas hak pengelolaan usaha pertambangan
mineral dan batubara.
KETENTUAN PIDANA KETENTUAN PIDANA

Ketentuan Pasal 158 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 158 Pasal 158

Setiap orang yang melakukan usaha Setiap orang yang melakukan


penambangan tanpa IUP, IPR atau IUPK Penambangan tanpa izin sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, dimaksud dalam Pasal 35 dipidana dengan
Pasal 40 ayat (3), Pasal 48, Pasal 67 ayat (1), pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
Pasal 74 ayat (1) atau ayat (5) dipidana dan denda paling banyak
dengan pidana penjara paling lama 10 Rp100.OOO.000.000,00 (seratus miliar
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak rupiah).
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah).

PASAL 159 PASAL 159

Ketentuan Pasal 159 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Pemegang IUP, IPR, atau IUPK yang Pemegang IUP, IUPK, IPR, atau SIPB yang
dengan sengaja menyampaikan laporan dengan sengaja menyampaikan laporan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70
(1), Pasal 70 huruf e, Pasal 81 ayat (1), Pasal huruf e, Pasal 105 ayat (4), Pasal 110, atau
105 ayat (4), Pasal 110, atau Pasal 111 ayat Pasal 111 ayat (1) dengan tidak benar atau
(1) dengan tidak benar atau menyampaikan menyampaikan keterangan palsu dipidana
keterangan palsu dipidana dengan pidana dengan pidana penjara paling lama 5
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan (lima) tahun dan denda paling banyak Rp
denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
(sepuluh miliar rupiah).

Pasal 160 PASAL 160

Ketentuan ayat (1) Pasal 160 dihapus


sehingga Pasal 160 berbunyi sebagai
berikut:

AYAT (1) Setiap orang yang melakukan AYAT (1) Dihapus.


eksplorasi tanpa memiliki IUP atau IUPK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 atau AYAT (2) Setiap orang yang mempunyai IUP
Pasal 74 ayat (1) dipidana dengan pidana atau IUPK pada tahap kegiatan Eksplorasi
kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau tetapi melakukan kegiatan Operasi
denda paling banyak Rp200.000.000,00 Produksi dipidana dengan pidana penjara
(dua ratus juta rupiah). paling lama 5 (lima) tahun dan denda paiing
banyak Rp 1 00.00O.000.O00,O0 (seratus
AYAT (2) Setiap orang yang mempunyai IUP miliar rupiah).
Eksplorasi tetapi melakukan kegiatan
operasi produksi dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
denda paling banyak Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah).

PASAL 161 PASAL 161

Ketentuan Pasal 161 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Setiap orang atau pemegang IUP Operasi Setiap orang yang menampung,
Produksi atau IUPK Operasi Produksi yang memanfaatkan, melakukan Pengolahan
menampung, memanfaatkan, melakukan danf atau Pemurnian, Pengembangan
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan, dan/atau Pemanfaatan, Pengangkutan,
penjualan mineral dan batubara yang Penjualan Mineral dan/atau Batubara yang
bukan dari pemegang IUP, IUPK, atau izin tidak berasal dari pemegang IUP, IUPK, IPR,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, SIPB atau izin sebagaimana dimaksud
Pasal 40 ayat (3), Pasal 43 ayat (2), Pasal 48, dalam Pasal 35 ayat (3) huruf c dan huruf g,
Pasal 67 ayat (1), Pasal 74 ayat (1), Pasal 81 Pasal 104, atau Pasal 105 dipidana dengan
ayat (2), Pasal 103 ayat (2), Pasal 104 ayat pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
(3), atau Pasal 105 ayat (1) dipidana dengan dan denda paling banyak
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) Rp 100.000.00O.00O,00 (seratus miliar
tahun dan denda paling banyak rupiah).
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah).
Di antara Pasal 161 dan Pasal 162
disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal 161A
dan Pasal 1618 sehingga berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 161A

Setiap pemegang IUP, IUPK, IPR, atau SIPB


yang memindahtangankan IUP, IUPK, IPR,
atau SIPB sebagaimana dimaksud Pasal
70A, Pasal 86G huruf a, dan Pasal 93 ayat
(1) dipidana dengan pindana penjara
paling lama 2 (dua) tahun dan denda
paling banyak Rp5.000.0O0.00O,00 (lima
miliar rupiah).

PASAL 161B

AYAT (1) Setiap orang yang IUP atau IUPK


dicabut atau berakhir dan tidak
melaksanakan:
a. Reklamasi dan/atau Pascatambang;
dan/atau
b. b. penempatan dana jaminan
Reklamasi dan/atau dana jaminan
Pascatambang,
dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rpi00.000.000.0O0,0O (seratus
miliar rupiah).

AYAT (2) Selain sanksi pidana sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), eks pemegang IUP
atau IUPK dapat dijatuhi pidana tambahan
berupa pembayaran dana dalam rangka
pelaksanaan kewajiban Reklamasi dan/atau
Pascatambang yang menjadi kewajibannya.

Pasal 162 PASAL 162

Ketentuan Pasal 162 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Setiap orang yang merintangi atau Setiap orang yang merintangi atau
mengganggu kegiatan usaha pertambangan mengganggu kegiatan Usaha
dari pemegang IUP atau IUPK yang telah Pertambangan dari pemegang IUP, IUPK,
memenuhi syarat-syarat sebagaimana IPR, atau SIPB yang telah memenuhi
dimaksud dalam Pasal 136 ayat (2) dipidana syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam
dengan pidana kurungan paling lama Pasal 136 ayat (2) dipidana dengan pidana
1 (satu) tahun atau denda paling banyak kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). denda paling banyak Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah).

Pasal 164 PASAL 164


Ketentuan Pasal 164 diubah sehingga
berbunyi sebagai berikut:

Selain ketentuan sebagaimana dimaksud Selain ketentuan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 158, Pasal 159, Pasal 160, Pasal dalam Pasal 158, Pasal 159, Pasal 160, Pasal
161, dan Pasal 162 kepada pelaku tindak 161, Pasal 161A, Pasal 1618, dan Pasal 162
pidana dapat dikenai pidana tambahan kepada pelaku tindak pidana dapat dikenai
berupa: pidana tambahan berupa:
a. perampasan barang yang digunakan a. perampasan barang yang digunakan
dalam melakukan tindak pidana; dalam melakukan tindak pidana;
b. perampasan keuntungan yang b. perampasan keuntungan yang
diperoleh dari tindak pidana; diperoleh dari tindak pidana; dan/atau
dan/atau c. kewajiban membayar biaya yang
c. kewajiban membayar biaya yang timbul akibat tindak pidana
timbul akibat tindak pidana.

Pasal 165

Setiap orang yang mengeluarkan IUP, IPR,


atau IUPK yang bertentangan dengan
Undang-Undang ini dan menyalahgunakan KETENTUAN PASAL 165 DIHAPUSKAN
kewenangannya diberi sanksi pidana paling
lama 2 (dua) tahun penjara dan denda
paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah).

KETENTUAN LAIN-LAIN KETENTUAN LAIN-LAIN

PASAL 168 PASAL 168

Ketentuan Pasal 168 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Untuk meningkatkan investasi di bidang Untuk meningkatkan investasi di bidang


pertambangan, Pemerintah dapat Pertambangan, Pemerintah Pusat dapat
memberikan keringanan dan fasilitas memberikan keringanan dan fasilitas
perpajakan sesuai dengan ketentuan perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan kecuali peraturan perundang-undangan.
ditentukan lain dalam IUP atau IUPK.

KETENTUAN PERALIHAN KETENTUAN PERALIHAN

Di antara Pasal 169 dan Pasal 170


disisipkan 3 (tiga) pasal, yakni Pasal 169A,
Pasal 169B, dan Pasal 169C sehingga
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 169 Pasal 169A

Pada saat Undang-Undang ini mulai AYAT (1) KK dan PKP2B sebagaimana
berlaku: dimaksud dalam Pasal 169 diberikan
a. Kontrak karya dan perjanjian karya jaminan perpanjangan menjadi IUPK
pengusahaan pertambangan batubara sebagai Kelanjutan Operasi Kontrak
yang telah ada sebelum berlakunya /Perjanjian setelah memenuhi persyaratan
Undang-Undang ini tetap diberlakukan dengan ketentuan:
sampai jangka waktu berakhirnya a. kontrak/perjanjian yang belum
kontrak/perjanjian. memperoleh perpanjangan dijamin
b. Ketentuan yang tercantum dalam mendapatkan 2 (dua) kali
pasal kontrak karya dan perjanjian perpanjangan dalam bentuk IUPK
karya pengusahaan pertambangan sebagai Kelanjutan Operasi
batubara sebagaimana dimaksud pada Kontrak/Perjanjian masing-masing
huruf a disesuaikan selambat- untuk jangka waktu paling lama 10
lambatnya 1 (satu) tahun sejak (sepuluh) tahun sebagai kelanjutan
Undang-Undang ini diundangkan operasi setelah berakhirnya KK atau
kecuali mengenai penerimaan negara. PKP2B dengan mempertimbangkan
c. Pengecualian terhadap penerimaan upaya peningkatan penerimaan
negara sebagaimana dimaksud pada negara.
huruf b adalah upaya peningkatan b. kontrak/perjanjian yang telah
penerimaan negara. memperoleh perpanjangan pertama
dijamin untuk diberikan
perpanjangan kedua dalam bentuk
IUPK sebagai Kelanjutan Operasi
Kontrak/Perjanjian untuk jangka
waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun
sebagai kelanjutan operasi setelah
berakhirnya perpanjangan pertama KK
atau PKP2B dengan
mempertimbangkan upaya
peningkatan penerimaan negara.

AYAT (2) Upaya peningkatan penerimaan


negara sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a dan huruf b dilakukan melalui:
a. pengaturan kembali pengenaan
penerimaan pajak dan penerimaan
negara bukan pajak; danf atau;
b. luas wilayah IUPK sebagai Kelanjutan
Operasi Kontrak/ Perjanjian sesuai
rencana pengembangan seluruh
wiiayah kontrak atau perjanjian
yang disetujui Menteri.

AYAT (3) Dalam pelaksanaan perpanjangan


IUPK sebagai Kelanjutan Operasi
Kontrak/Perjanjian, seluruh barang yang
diperoleh selama masa pelaksanaan
PKP2B yang ditetapkan menjadi barang
milik negara tetap dapat dimanfaatkan
dalam kegiatan pengusahaan
Pertambangan Batubara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

AYAT (4) Pemegang IUPK sebagai


Kelanjutan Operasi Kontrak/Perjanjian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
komoditas tambang Batubara wajib
melaksanakan kegiatan Pengembangan
dan/atau Pemanfaatan Batubara di dalam
negeri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

AYAT (5) Pemegang IUPK sebagai


Kelanjutan Operasi Kontrak/Perjanjian
untuk komoditas tambang Batubara yang
telah melaksanakan kewajiban
Pengembangan dan/atau Pemanfaatan
Batubara secara terintegrasi di dalam
negeri sesuai rencana pengembangan
seluruh wilayah perjanjian yang disetujui
Menteri diberikan perpanjangan selama
10 (sepuluh) tahun setiap kali
perpanjangan setelah memenuhi
persyaratan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan

Pasal 169B

AYAT (1) Pada saat IUPK sebagai Kelanjutan


Operasi Kontrak/Perjanjian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 169A diberikan,
wilayah rencana pengembangan seluruh
wilayah yang disetujui Menteri menjadi
WIUPK untuk tahap kegiatan Operasi
Produksi.
AYAT (2) Untuk memperoleh IUPK sebagai
Kelanjutan Operasi Kontrak/Perjanjian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pemegang KK dan PKP2B harus
mengajukan permohonan kepada Menteri
paling cepat dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun dan paling lambat dalam jangka
waktu 1 (satu) tahun sebelum KK dan
PKP2B berakhir.

AYAT (3) Menteri dalam memberikan IUPK


sebagai Kelanjutan Operasi
Kontrak/Perjanjian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dengan mempertimbangkan
keberlanjutan operasi, optimalisasi
potensi cadangan Mineral atau Batubara
dalam rangka konservasi Mineral atau
Batubara dari WIUPK untuk tahap
kegiatan Operasi Produksi, serta
kepentingan nasional.

AYAT (4) Menteri dapat menolak


permohonan IUPK sebagai Kelanjutan
Operasi Kontrak/Perjanjian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), jika berdasarkan
hasil evaluasi, pemegang KK dan PKP2B
tidak menunjukkan kinerja pengusahaan
Pertambangan yang baik.

AYAT (5) Pemegang KK dan PKP2B dalam


mengajukan permohonan IUPK sebagai
Kelanjutan Operasi Kontrak/Perjanjian
dapat mengajukan permohonan wilayah di
luar WIUPK untuk tahap kegiatan Operasi
Produksi kepada Menteri untuk menunjang
kegiatan Usaha Pertambangannya.

Pasal 169C

Pada saat Undang-Undang ini mulai


berlaku:
a. IUP, IUPK, IPR, IUP Operasi Produksi
khusus untuk pengangkutan dan
penjualan, IUP Operasi Produksi untuk
penjualan, dan IUJP yang telah ada
sebelum berlakunya Undang-Undang
ini dinyatakan tetap berlaku sampai
berakhirnya izin
b. IUP, IUPK, IPR, IUP Operasi Produksi
khusus untuk pengangkutan dan
penjualan, IUP Operasi Produksi untuk
penjualan, dan IUJP yang telah ada
sebelum berlakunya Undang-Undang
ini wajib memenuhi ketentuan terkait
Perizinan Berusaha sesuai dengan
ketentuan dalam Undang-Undang ini
dalam jangka waktu 2 (dua) tahun
sejak Undang-Undang ini berlaku.
c. gubernur wajib menyerahkan
dokumen IUP Eksplorasi, IUP Operasi
Produksi, IPR, IUP Operasi Produksi
khusus untuk pengangkutan dan
penjualan, IUP Operasi Produksi untuk
penjualan, dan IUJP yang menjadi
kewenangannya sebelum berlakunya
Undang-Undang ini kepada Menteri
dalam jangka waktu paling lambat 2
(dua) tahun sejak Undang-Undang ini
berlaku untuk diperbarui oleh
Menteri.
d. ketentuan yang tercantum dalam IUP
dan IUPK sebagaimana dimaksud pada
huruf a harus disesuaikan dengan
ketentuan Undang-Undang ini dalam
jangka waktu paling lambat 2 (dua)
tahun sejak Undang-Undang ini
berlaku.
e. IUP Operasi Produksi khusus untuk
pengolahan dan pemurnian yang
diterbitkan sebelum berlakunya
Undang-Undang ini disesuaikan
menjadi pertzinan usaha industri yang
diterbitkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan di bidang
perindustrian dalam jangka waktu
paling lambat 1 (satu) tahun sejak
Undang-Undang ini berlaku.
f. Dalam hal belum terdapat pejabat
pengawas Pertambangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
141 ayat (4), pengawasan atas
kegiatan Usaha Pertambangan yang
dilakukan oleh pemegang IUP, IUPK,
IUPK sebagai Kelanjutan Operasi
Kontrak/Perjanjian, IPR, atau SIPB
dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk
oleh Menteri.
g. seluruh kewenangan Pemerintah
Daerah dalam Undang-Undang Nomor
4 Tahun 2OO9 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2OO9 Nomor 4, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
4959) dan Undang-Undang lain yang
mengatur tentang kewenangan
Pemerintah Daerah di bidang
Pertambangan Mineral dan Batubara
wajib dimaknai sebagai kewenangan
Pemerintah Pusat kecuali ditentukan
lain dalam Undang-Undang ini.

Di antara Pasal l70 dan Pasal l7l


disisipkan l (satu) pasal, yakni Pasal I70A
sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 170 Pasal 170A

Pemegang kontrak karya sebagaimana AYAT (1) Pemegang KK, IUP Operasi
dimaksud dalam Pasal 169 yang sudah Produksi, atau IUPK Operasi Produksi
berproduksi wajib melakukan pemurnian Mineral logam yang:
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 a. telah melakukan kegiatan
ayat (1) selambatlambatnya 5 (lima) tahun Pengolahan dan Pemurnian;
sejak Undang-Undang ini diundangkan b. dalam proses pembangunan fasilitas
Pengolahan dan/atau Pemurnian;
danf atau
c. telah melakukan kerjasama
Pengolahan danf atau Pemurnian
dengan pemegang IUP Operasi
Produksi, IUPK Operasi Produksi
lainnya, atau IUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan dan
Pemurnian atau pihak lain yang
melakukan kegiatan Pengolahan
danf atau Pemurnian,
dapat melakukan Penjualan produk Mineral
logam tertentu yang belum dimurnikan
dalam jumlah tertentu ke luar negeri dalam
jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun
sejak Undang-Undang ini mulai berlaku.

AYAT (2) Pemegang KK, IUP Operasi


Produksi, atau IUPK Operasi Produksi
Mineral logam yang melakukan Penjualan
produk Mineral logam tertentu ke luar
negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib membayar bea keluar sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
AYAT (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
Penjualan produk Mineral logam tertentu
yang belum dimurnikan dalam jumlah
tertentu ke luar negeri sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Menteri.

Di antara Pasal 171 dan Pasal 172


disisipkan l(satu) pasal, yakni Pasal 171A
sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 171 Pasal 171A

AYAT (1) Pemegang kontrak karya dan Wilayah eks KK atau PKP2B dapat
perjanjian karya pengusahaan ditetapkan menjadi WUPK atau WPN sesuai
pertambangan batubara sebagaimana hasil evaluasi Menteri.
dimaksud dalam Pasal 169 yang telah
melakukan tahapan kegiatan eksplorasi,
studi kelayakan, konstruksi, atau operasi
produksi paling lambat 1 (satu) tahun sejak
berlakunya Undang-Undang ini harus
menyampaikan rencana kegiatan pada
seluruh wilayah kontrak/perjanjian sampai
dengan jangka waktu berakhirnya
kontrak/perjanjian untuk mendapatkan
persetujuan pemerintah.

AYAT (2) Dalam hal ketentuan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi,
luas wilayah pertambangan yang telah
diberikan kepada pemegang kontrak karya
dan perjanjian karya pengusahaan
pertambangan batubara disesuaikan
dengan Undang-Undang ini.
Di antara Pasal 172 dan Pasal 173
disisipkan 5 (lima) pasal, yakni Pasal 172A,
Pasal 1728, Pasal 172C, Pasal 172D, dan
Pasal l72E sehingga berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 172
Pasal 172A
Permohonan kontrak karya dan perjanjian
karya pengusahaan pertambangan Ketentuan terkait hak, kewajiban, dan
batubara yang telah diajukan kepada larangan bagi pemegang IUPK pada tahap
Menteri paling lambat 1 (satu) tahun kegiatan Operasi Produksi sebagaimana
sebelum berlakunya UndangUndang ini dan diatur dalam Undang-Undang ini berlaku
sudah mendapatkan surat persetujuan secara mutatis mutandis terhadap IUPK
prinsip atau surat izin penyelidikan sebagai Kelanjutan Operasi
pendahuluan tetap dihormati dan dapat Kontrak/Perjanjian kecuali yang ditentukan
diproses perizinannya tanpa melalui lelang lain dalam Undang-Undang ini.
berdasarkan Undang-Undang ini.

Pasal 172B

AYAT (1) WIUP, WIUPK, atau WPR yang


telah diberikan izinnya dalam bentuk IUP,
IUPK, atau IPR wajib didelineasi sesuai
dengan pemanfaatan ruang dan kawasan
untuk kegiatan Usaha Pertambangan sesuai
dengan ketentuan peraturan perurndang-
undangan.

AYAT (2) Pemerintah Pusat dan Pemerintah


Daerah menjamin tidak ada perubahan
pemanfaatan ruang dan kawasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada
WIUP, WIUPK, atau WPR yang telah
diberikan izinnya.

Pasal 172C

Luas wilayah IUP Operasi Produksi hasil


penyesuaian kuasa pertambangan yang
diberikan kepada BUMN, berlaku sampai
dengan berakhirnya jangka waktu IUP
Operasi Produksi.

PASAL I72D

Pemegang IUP atau IUPK yang melakukan


peningkatan nilai tambah Mineral logam
atau Batubara secara terintegrasi sebelum
berlakunya Undang-Undang ini diberikan
jangka waktu dan luas wilayah IUP atau
IUPK sesuai dengan ketentuan Undang-
Undang ini.

Pasal 172E

Rencana pengelolaan Mineral dan Batubara


nasional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8A wajib ditetapkan oleh Menteri
dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua)
tahun sejak Undang-Undang ini mulai
berlaku.

KETENTUAN PENUTUP KETENTUAN PENUTUP

Di antara Pasal 173 dan Pasal 174


disisipkan 3 (tiga) pasal, yakni Pasal 173A,
Pasal L738, dan Pasal 173C sehingga
berbunyi sebagai berikut:

PASAL 173 PASAL 173A

AYAT (1) Pada saat Undang-Undang ini Ketentuan dalam Undang-Undang ini
mulai berlaku, UndangUndang Nomor 11 berlaku juga bagi Provinsi Daerah Istimewa
Tahun 1967 tentang KetentuanKetentuan Yograkarta, Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Jakarta, Provinsi Aceh, Provinsi Papua
Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 22, Barat, dan Provinsi Papua sepanjang tidak
Tambahan Lembaran Negara Republik diatur secara khusus dalam Undang-
Indonesia Nomor 2831) dicabut dan Undang yang mengatur keistimewaan dan
dinyatakan tidak berlaku. kekhususan Daerah tersebut.

AYAT (2) Pada saat Undang-Undang ini


mulai berlaku, semua Peraturan Pasal 173B
Perundang-undangan yang merupakan
peraturan pelaksanaan dari Undang- Pada saat Undang-Undang ini mulai
Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang berlaku, ketentuan mengenai pembagian
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan urusan pemerintahan konkuren antara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan provinsi dan Pemerintah Daerah
Lembaran Negara Republik Indonesia kabupaten/kota pada Angka I Matriks
Nomor 2831) dinyatakan masih tetap Pembagian Urusan Pemerintahan Konkuren
berlaku sepanjang tidak bertentangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah
dengan ketentuan dalam Undang-Undang provinsi dan Daerah Kabupaten lKota huruf
ini. CC Pembagian Urusan Pemerintahan
Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 2 Sub Urusan Mineral dan Batubara
yang tertuang dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2Ol4
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol4
Nomor 244, Tarnbahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2OI4
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2OLS
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 56791, dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 173C

AYAT (1) Pelaksanaan kewenangan


pengelolaan Pertambangan Mineral dan
Batubara oleh Pemerintah Daerah provinsi
yang telah dilaksanakan berdasarkan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2OO9
tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2OO9 Nomor 4, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 49591 dan Undang-Undang lain
yang mengatur tentang kewenangan
Pemerintah Daerah di bidang
Pertambangan Mineral dan Batubara tetap
berlaku untuk jangka waktu paling lama 6
(enam) bulan terhitung sejak Undang-
Undang ini mulai berlaku atau sampai
dengan diterbitkannya peraturan
pelaksanaan Undang-Undang ini.

AYAT (2) Dalam jangka waktu pelaksanaan


kewenangan pengelolaan Pertambangan
Mineral dan Batubara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) Menteri atau
gubernur tidak dapat menerbitkanperizinan
yang baru sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2OO9
tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2OO9 Nomor 4, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4959) dan Undang-Undang lain
yang mengatur tentang kewenangan
Pemerintah Daerah di bidang
Pertambangan Mineral dan Batubara.

PASAL 147 PASAL 147

Ketentuan Pasal 174 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini Peraturan pelaksanaan Undang-Undang


harus telah ditetapkan dalam waktu 1 ditetapkan dalam waktu 1 (satu) Undang-
(satu) tahun sejak Undang-Undang ini Undang ini mulai berlaku. ini harus telah
diundangkan tahun sejak

Anda mungkin juga menyukai