Anda di halaman 1dari 20

HUKUM PERTAMBANGAN

INTAN KARTIKA GATAA H1A120158


ARSHILAH KHAIRUNNISA H1A120280
LD MUH AFDAL SUFAL H1A121339
AJIS H1A120258
MUHAMMAD AL DONI H1A120371
DADANG HAWARI H1A120134
LATAR
1 303.
3 5
BELAKANG LEGAL STANDING ASAS DAN TUJUAN

04
4
.2
2
DAMPAK .
PASCA TAMBANG DAN
PERUSAHAAN
LATAR BELAKANG
Pertambangan adalah suatu kegiatan pengambilan
endapan bahan galian berharga dan bernilai ekonomis dari
dalam kulit bumi, baik secara mekanis maupun manual, pada
permukaan bumi, di bawah permukaan bumi dan di bawah
permukaan air. Survei Tahunan Perusahaan Pertambangan
Besar diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi
Sulawesi Tenggara.
Secara umum pertambangan dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu minyak dan gas bumi, non minyak dan gas bumi, dan
penggalian. Untuk Provinsi Sulawesi Tenggara hanya
melakukan survei non minyak dan gas bumi, dan penggalian.
Gambar 1. Pertambangan Menurut Jenisnya

PERTAMBANGAN

MINYAK DAN NON MINYAK DAN


PENGGALIAN
GAS BUMI GAS BUMI

- Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai


hidrokarbon, sebagian besar seri alkana, tetapi bervariasi dalam
penampilan, komposisi, dan kemurniannya.
- Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau
gas rawa, adalah bahan bakar fosil berbentuk gas yang
terutama terdiri dari metana (CH4). Ia dapat ditemukan
di ladang minyak, ladang gas bumi, dan juga tambang
batu bara.
- Pengilangan Minyak dan Gas Bumi mencakup usaha
pemurnian dan pengilangan minyak dan gas bumi yang
menghasilkan avigas, avtur, gasoline, minyak tanah,
minyak solar, minyak diesel, minyak bakar, residu, LNG,
LPG, naptha, pelumas, wax, petroleum coke, dan aspal.
- Non Minyak dan Gas Bumi (Non Migas) mencakup
usaha pencarian kandungan mineral, pemisahan serta
penampungan barang tambang. Hasil pertambangan
Non Migas antara lain: batu bara, tembaga, emas,
perak, timah, bauxite, nikel, dan aspal.
- Penggalian adalah suatu kegiatan yang meliputi
pengambilan segala jenis barang galian. Barang
galian adalah unsur kimia, mineral dan segala macam
batuan yang merupakan endapan alam (tidak
termasuk logam, batubara, minyak dan gas bumi, dan
bahan radioaktif).
PERUSAHAAN
PT. BUMI BINTANG SELATAN MINERAL merupakan
perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan nikel yang
mana mengaku mempunyai Izin Usaha Pertambangan (IUP)
Operasi Produksi Nikel di lokasi Desa Marombo, Kec. Lasolo,
Kaabupaten Konawe Utara yang dipimpin oleh Abdul Hakim
alias Andi Uci bin Andi Salam bertindak selaku Direktur Utama
berdasarkan izin usaha pertambangan operasi Produksi 199
Tahun 2011 yang dikeluarkan dan ditanda tangani oleh Bupati
Konawe Utara Drs.H. Aswad Sulaiman P,M.Si.
Dan Akta Pendirian Perusahaan PT. BUMI BINTANG
SELATAN MINERAL Nomor 4 Tahun 2008 yang
dikeluarkan oleh Pejabat Notaris Purnawati S.H.,M.Kn.
Tanggal 29 Agustus 2008.
Namun pada tanggal 07 Maret 2017 Pihak kepolisian
Ditreskrimsus Polda Sultra dan pihak Dinas ESDM
Provinsi Sulawesi Tenggara melakukan pengecekan dan
pengambilan titik koordinat di lokasi penambangan
perusahaan PT.BUMI BINTANG SELATAN MINERAL
dengan hasil titik Koordinat setelah di overlay ploting ke
dalam Peta Pengusahaan bahan galian, lokasi tersebut
berada di IUP PT.ANTAM sesuai SK Bupati Konawe
Nomor 158 Tahun 2010.
Dari fakta diatas ternyata PT tersebut melakukan
kegiatan penambangan diatas IUP PT.ANTAM sehingga
kegiatan penambangan yang dilakukan tanpa izin.
Lantas bagaimana hukuman apabila terjadi kegiatan
usaha tanpa izin?
LEGAL STANDING
Sesuai dengan peraturan Pemerintah Pasal 6 Nomor 23 Tahun 2010
Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara, penerima kewenangan izin usaha pertambangan akan
diberikan kepada:
1. Badan Usaha yang dapat berupa, Badan usaha Milik Negara
(BUMN), Badan usaha Milik Swasta, Badan usaha milik Daerah.
2. Koperasi;
3. Perusahaan Firma dan Perusahaan Komanditer; dan
4. Perorangan yang merupakan WNI.
Terdapat sanksi hukum jika tidak memiliki izin usaha
pertambangan yang diatur dalam UU NO. 4 Tahun 2009
Tentang Mineral Batubara Adapun sanksi yang mengatur
terkait jika tidak memiliki izin usaha pertambangan diatur
Pasal 158.
Kegiatan penambangan pelakunya tidak memiliki izin,
maka perbuatannya merupakan kegiatan penambangan
yang illegal. Dan dapat dipidana penjara paling lama
(lima) tahun dan denda paling banyak Rp.100.000.000,-
(Seratus Milyar Rupiah).
Sehingga secara yuridis, Pasal 159 UU Minerba
menyatakan bahwa Pemegang IUP, IUPK, IPR atau SIPB
yang dengan sengaja menyampaikan laporan atau
keterangan palsu dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
Rp.100.000.000.000,- (Seratus Milyar Rupiah).
Sedangkan aktivitas penambangan jelas merupakan
aktivitas yang merusak lingkungan. Oleh karena itu,
perusahaan pertambangan wajib melakukan penambahan
yang bertanggungjawab melalui kegiatan reklamasi dan
pascatambang, pun berikut dengan menyediakan dana
jaminanya.
Sanksi berat yang menanti apabila pengusaha
pertambangan mangkir dari kewajiban. Pasal
161B Ayat (1) Undang-Undang Mineral dan
Batubara menyatakan bahwa Para Pemegang
izin pertambangan yang mangkir dari
kewajiban ini dapat dipidana dengan pidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan denda paling banyak
Rp.100.000.000.000,- (Seratus Milyar Rupiah).
Tak hanya pidana penjara maupun denda, ayat (2)
dari pasal yang sama memberikan hukuman tambahan
berupa Upaya paksa pembayaran dana dalam rangka
pelaksanaan kewajiban Reklamasi dan/atau Pascatambang
yang menjadi kewajibannya.
Perusahaan tambang bertanggung jawab terhadap
lahan bekas tambang dengan terencana sejak dibuatnya
ketetapan izin pertambangan. Perencanaan tersebut dibuat
agar perusahaan tambang bertanggung jawab penuh
terhadap lahan bekas tambang yang telah tercemar dari
hasil eksplorasi, baik pencemaran melalui air, tanah
maupun udara.
Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 54 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH)
yang menyatakan bahwa:“Setiap orang yang
melakukan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup wajib melakukan pemulihan fungsi
lingkungan hidup.” Berdasarkan Pasal tersebut, yang
dimaksud dengan setiap orang pada ketentuan Pasal 1
Ayat 32 Undang-Undang tentang (PPLH) yaitu orang
perseorangan atau badan usaha, baik yang berbadan
hukum maupun yang tidak berbadan hukum.
Kemudian upaya pemulihan yang menjadi tanggung
jawab perusahaan pertambangan adalah lahan bekas
tambang yang telah selesai ditambang untuk segera
dilakukan upaya reklamasi, revegetasi atau restorasi.
Terkait dengan penghijauan Kembali atas lahan/tanah
yang digunakan oleh perusahaan PT. BUMI BINTANG
SELATAN MINERAL tidak pernah terjadi karena saat ini
lokasi tambang tersebut sudah tidak beroperasi. Terhadap
Perusahaan yang melakukan kegiatan pertambangan
memiliki tanggung jawab secara sosial maupun lingkungan
diwilayah masyarakat hukum adat.
Tanggung jawab perusahaan ini antara lain diatur
dalam Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perusahaan Terbatas mengatur pula tentang
perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan
harus mengalokasikan dana khusus untuk pengelolaan
dana khusus untuk pengolahan limbah. Hal ini
ditegaskan, mengingat efek pengolahan tambang yang
dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan
merugikan masyarakat sekitar, termaksud masyarakat
adat yang tinggal diwilayah pertambangan.
ASAS DAN TUJUAN
Berdasarkan Pasal 2 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009
Tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara mendalilkan
bahwa Pertambangan mineral dan/atau batubara dikelola
berasaskan:
a) manfaat, keadilan, dan keseimbangan;
b) keberpihakan kepada kepentingan bangsa;
c) partisipatif, transparansi, dan akuntabilitas;
d) berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai