Anda di halaman 1dari 8

Lex Crimen Vol. XI/No.

2/Jan/2022/EK

ASPEK HUKUM PERJANJIAN TUKAR MENUKAR mengikat pada saat tercapainya kesepakatan
(BARTER) TANAH HAK MILIK1 mengenai barang-barang yang menjadi obyek
Oleh : Rafles Ratu2 perjanjiannya.
Friend H. Anis3 Menurut Pasal 1320 KUHPerdata, yang
Vicky F. Taroreh4 menjadi syarat ketiga untuk sahnya suatu
perjanjian ialah suatu hal tertentu atau obyek
Abstrak tertentu tersebut sebagai salah satu syarat
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalh untuk untuk sahnya suatu perjanjian maka sudah
mengetahui bagaimana Keabsahan Perjanjian barang tentu bahwa setiap perjanjian tukar-
Tukar menukar (Barter) Tanah hak Milik dan menukar haruslah mempunyai sesuatu yang
bagaimana Akibat Hukum Bagi Para Pihak Dalam menjadi obyek perjanjiannya.7 Salah satu
Perjanjian Barter Tanah Hak Milik. Dengan perbuatan hukum pemindahan hak atas tanah
menggunakan metode penelitian yuridis yang dikenal UUPA adalah tukar menukar hak
normatif, disimpulkan: 1. Peralihan hak atas atas tanah. Sebagaimana halnya dengan jual beli
tanah merupakan suatu perbuatan hukum hak atas tanah, tukar menukar hak atas tanah
sehingga keabsahan perjanjian tukar menukar yang dikenal dalam UUPA adalah tukar menukar
(barter) tanah hak milik adalah merupakan hak atas tanah menurut hukum adat.
perjanjian yang bersifat konsensual. 2. Pada Tukar menukar hak atas tanah bisa
dasarnya perjanjian barter tanah hak milik menimbulkan persoalan, karena tidak semua
menimbulkan akibat hukum terhadap para hak atas tanah dapat ditukarkan, oleh karena itu
pihak, karena secara yuridis sertipikat hak atas para pihak harus memperhatikan terlebih
tanah merupakan bukti hak atas tanah. dahulu apakah hak atas tanah yang menjadi
Kata kunci: Aspek Hukum, Perjanjian Tukar objek tukar menukar hak atas tanah dapat
Menukar (Barter),Tanah Hak Milik. ditukarkan atau tidak. Selain itu, objek tukar
menukar hak atas tanah tidak boleh sedang
PENDAHULUAN dalam sengketa.
A. Latar Belakang Selanjutnya Perjanjian dalam KUHPerdata
Ketentuan mengenai tanah dapat kita lihat dapat ditemukan dalam Pasal 1313 KUHPerdata,
dalam Undang-Undang Republik Indonesia yang menyebutkan bahwa “Suatu Perjanjian
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar adalah suatu perbuatan dengan mana satu
Pokok-Pokok Agraria atau yang biasa kita sebut orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
dengan UUPA5. Salah satu tujuan pembentukan satu orang atau lebih”. Perbuatan yang
UUPA adalah meletakkan dasar-dasar untuk disebutkan dalam Pasal 1313 KUHPerdata
memberikan kepastian hukum mengenai hak- hendak menjelaskan bahwa perjanjian hanya
hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya6. mungkin terjadi jika ada suatu perbuatan nyata,
Tukar menukar adalah suatu perjanjian baik dalam bentuk ucapan, maupun tindakan
dengan mana kedua belah pihak mengikatkan secara fisik, dan tidak hanya dalam bentuk
dirinya untuk saling memberikan suatu barang pikiran semata-mata.8
secara bertimbal balik sebagai gantinya suatu Banyaknya konflik di bidang pertanahan yang
barang lain. Sebagaimana dapat dilihat muncul ke permukaan dapat menimbulkan
berdasarkan pada pengertian tukar menukar kesan bahwa tanah yang sering disebut sebagai
tersebut maka perjanjian tukar menukar ini sumber kemakmuran dan kesejahteraan rakyat
adalah juga suatu perjanjian konsensuil dalam seakan-akan telah beralih menjadi sumber
arti bahwa perjanjian tersebut sudah jadi dan pemicu timbulnya konflik dalam masyarakat.9

1 Artikel Skripsi 6 Elfachri Budiman, “Peradilan Agraria (Solusi Alternatif


2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. penuntasan Sengketa Agraria)” Jurnal Hukum USU Vol. 01.
15071101391 No.1, Tahun 2005. Hlm 74.
3 Fakultas Hukum Unsrat, Doktor Ilmu Hukum 7 Lihat, Pasal 1320 KUHPerdata
4 Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum 8 Kartini Muljadi & Gunawan Widjaja, Perikatan yang Lahir
5 Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah Dan dari Perjanjian, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002,
Pendaftarannya (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h. 112. hlm. 7
9 Abdurrahman, “Konflik Pertanahan di Indonesia dan

Alternatif Penyelesaiaannya”, Makalah disampaikan pada

83
Lex Crimen Vol. XI/No. 2/Jan/2022/EK

Jika dilihat dari segi sifatnya, tanah adalah objek tukar -menukar adalah semua barang,
sesuatu yang bersifat tetap atau tidak berubah, baik barang bergerak maupun barang yang tidak
sedangkan kebutuhan dan jumlah penduduk bergerak (pasal 1542 KUHPerdata).
selalu berubah dan cenderung semakin Menurut Salim H.S., perjanjian tukar
meningkat. Dengan sifat yang bertolak belakang menukar merupakan perjanjian yang dibuat
tersebut, seringkali terjadi permasalahan yang antara pihak yang satu dengan pihak yang
timbul yang terkait dengan tanah.10 lainnya, dalam perjanjian tersebut pihak yang
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, satu memiliki kewajiban untuk memberikan
penulis melakukan penulisan karya ilmiah dalam atau menyerahkan barang yang akan ditukar,
bentuk skripsi dengan judul : “ Aspek Hukum dan begitu juga pada pihak lainnya berhak untuk
Perjanjian Tukar Menukar (Barter) Tanah Hak menerima barang yang ditukar. 13 Dalam Pasal
Milik “ 1542 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
(KUHPerdata), menjelaskan tentang yang dapat
B. Perumusan Masalah dijadikan sebagai objek tukar menukar adalah
1. Bagaimanakah Keabsahan Perjanjian semua barang, baik itu adalah barang bergerak
Tukar menukar (Barter) Tanah hak Milik maupun barang tidak bergerak. Seperti misalnya
? adalah tanah, yang dapat menjadi objek tukar
2. Bagaimanakah Akibat Hukum Bagi Para menukar sebagai barang yang tidak bergerak.
Pihak Dalam Perjanjian Barter Tanah Suatu perjanjian akan menimbulkan hak dan
Hak Milik ? kewajiban bagi para pihaknya.14 Perjanjian juga
akan melahirkan suatu prestasi dimana prestasi
C. Metode Penelitian tersebut wajib dipenuhi oleh pihak yang
Penelitian ini dilakukan yakni dengan cara mengadakan perjanjian.15 Pihak Pertama
meneliti bahan pustaka yang dinamakan dengan Pihak Kedua memiliki hubungan timbal
penelitian hukum kepustakaan. 11 Sedangkan balik dimana adanya sama-sama memiliki hak
metode pendekatan yang digunakan dalam untuk menerima dan kewajiban untuk
penelitian ini adalah yuridis normatif, yaitu memberikan sebidang tanah yang menjadi objek
penelitian yang difokuskan untuk mengkaji dari tukar menukar.
penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma Adapun objek peralihan Hak melalui tukar
dalam hukum normatif.12 menukar adalah sebagai berikut:14 a. Hak Milik.
Dasar Hukum terjadinya peralihan Hak
PEMBAHASAN Milik dapat dilihat berdasarkan ketentuan Pasal
A. Keabsahan Perjanjian Tukar menukar 20 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun
(Barter) Tanah hak Milik 1960 tentang UUPA yang menyebutkan bahwa
Perjanjian tukar menukar hak atas tanah Hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada
adalah suatu perjanjian yang dibuat antara pihak pihak lain. Selain itu, ketentuan Pasal 26 ayat (1)
yang satu dengan pihak lainnya, dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
perjanjian itu pihak yang satu berkewajiban UUPA menyebutkan bahwa salah satu cara
menyerahkan hak atas tanah yang ditukar, peralihannya adalah dengan penukaran.
begitu pula pihak lainnya berhak menerima hak b. Hak Guna Usaha.
atas tanah yang ditukar. Subjek hukum dalam Dasar Hukum terjadinya peralihan Hak Guna
perjanjian tukar-menukar adalah pihak pertama Usaha dapat dilihat berdasarkan ketentuan
dan pihak kedua. Sedangkan yang dapat menjadi Pasal 28 ayat (3) Undang-Undang Nomor 5

Acara Seminar yang diselenggarakan Badan Pembinaan 12 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum
Hukum Nasional Kementerian Hukum dan HAM, Bandung, Normatif, Bayu Media, Malang, 2008, hlm.306. 92
2011. 13 Salim, 2003, Hukum Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, h. 57.
10 Dwi Heny Ratnawati, Pelaksanaan Akta Pelepasan Hak 14 Prami Yunita, 2017, “Akibat Hukum Terhadap Pembeli

Sebagai Alas Hak Untuk Mengajukan Permohonan Yang Melakukan Wanprestasi Dalam Perjanjian Sewa Beli
Peralihan Dan Perubahan Hak Guna Bangunan Yang Jangka Sepeda Motor”, Kertha Semaya, Vol. 5, No.
Waktunya Telah Berakhir Di Kabupaten Brebes, Jurnal Akta, 15

2018, Vol.5, No.1.hal. 248 https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/vie


11 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum w/11918/8228, diakses Agustus 2021
Normatif, Rajawali, Jakarta, 1985, hal. 14.

84
Lex Crimen Vol. XI/No. 2/Jan/2022/EK

Tahun 1960 tentang UUPA yang menyebutkan dalam perjanjian; dan yang terpenting adalah
bahwa Hak Guna Usaha dapat beralih dan Pasal 1320 yang mengatur keabsahan
dialihkan kepada pihak lain. Selain itu, perjanjian.
ketentuan Pasal 16 ayat (2) Peraturan Tukar-menukar merupakan sebuah
Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 perjanjian sama halnya seperti jual beli. Untuk
menyebutkan bahwa salah satu cara melakukan sebuah perjanjian tukar menukar
peralihannya adalah dengan tukar-menukar. yang sah, maka harus dipenuhi syarat sahnya
c. Hak Guna Bangunan. perjanjian yang disebutkan dalam ketentuan
Dasar Hukum terjadinya peralihan Hak Guna Pasal 1320 KUHPerdata. Adapun syarat sahnya
Bangunan dapat dilihat berdasarkan ketentuan perjanjian menurut ketentuan pasal tersebut
Pasal 35 ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 adalah sebagai berikut:
Tahun 1960 tentang UUPA yang menyebutkan a. Kesepakatan mereka yang mengikatkan
bahwa Hak Guna Bangunan dapat beralih dan dirinya;
dialihkan kepada pihak lain. Selain itu, b. Kecakapan untuk membuat suatu
ketentuan Pasal 34 ayat (2) Peraturan perikatan;
Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 c. Suatu hal tertentu;
menyebutkan bahwa salah satu cara d. Suatu sebab yang halal.
peralihannya adalah dengan tukar-menukar. Tentang tata cara pendaftaran pemindahan
d. Hak Pakai hak atas tanah melalui tukar-menukar di Kantor
Dasar hukum terjadinya peralihan Hak Pakai Pertanahan Kabupaten atau Kota telah diatur
diatur dalam ketentuan Pasal 43 Undang- dengan jelas dalam Pasal 97 sampai dengan
Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang UUPA. Pasal 106 Peraturan Menteri Negara
Ketentuan tersebut menyebutkan bahwa Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
sepanjang mengenai tanah yang dikuasai Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan
langsung oleh negara maka hak pakai hanya Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24
dapat dialihkan kepada pihak lain dengan izin Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
penjabat yang berwenang. Hak pakai atas tanah Tahapan tersebut meliputi tahap persiapan
milik hanya bisa dialihkan pada pihak lain, jika pembuatan akta, tahap pelaksanaan pembuatan
hal itu dimungkinkan dalam perjanjian yang akta, tahap pendaftaran pemindahan hak dan
bersangkutan. Sementara itu ketentuan Pasal 54 tahap penyerahan sertifikat.
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 Menurut Pasal 37 PP Nomor 24 Tahun 1997
menjelaskan bahwa Hak Pakai yang diberikan peralihan hak atas tanah dan hak milik atas
atas tanah negara untuk jangka waktu tertentu satuan Rumah susun melalui jual beli, tukar
dan Hak Pakai atas tanah Hak Pengelolaan dapat menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan
beralih dan dialihkan pada pihak lain. Selain itu, dan perbuatan hukum dapat didaftarkan jika
Hak Pakai atas tanah Hak Milik hanya dapat dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT,
dialihkan apabila hak tersebut dimungkinkan yang berwenang menurut ketentuan peraturan
dalam perjanjian pemberian Hak Pakai atas perundang - undangan yang berlaku, Dalam
tanah Hak Milik yang bersangkutan. Salah satu ketentuan tersebut tidak dijelaskan apa yang
cara beralihnya Hak Pakai adalah dengan tukar- dimaksud beralih dan diperalihkan, tetapi hanya
menukar. diatur tentang peralihan suatu hak atas tanah
Sebagaimana diketahui bahwa perjanjian atau hak milik atas satuan rumah susun.
tukar menukar tanah sesuai dengan beberapa Peralihan hak atas tanah menurut yuridis
ketentuan di dalam Buku III KUH Perdata. dilakukan secara tertulis dengan akta yang
Beberapa ketentuan umum yang terkait dengan dibuat oleh pejabat yang berwenang dan
perjanjian tersebut antara lain : Pasal 1320 yang didaftarkan pada Badan Pertanahan Nasional
secara implisit berisikan asas konsesualisme (Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota).
menjadi dasar bagi para pihak membuat Peralihan hak atas tanah harus di buktikan
perjanjian; Pasal 1338 menjadi dasar keterikatan dengan akta yang dibuat oleh Penjabat Pembuat
para pihak dalam melaksanakan isi perjanjian; Akta Tanah yang selanjutnya disingkat PPAT.
Pasal 1233 yang menjadi sumber perikatan Dengan demikian ada unsur absolute yang harus
diantara para pihak; Pasal 1234 yang menjadi dipenuhi dalam mengalihkan hak atas tanah,
acuan penentuan jenis prestasi para pihak yakni adanya Akta peralihan hak atas tanah yang

85
Lex Crimen Vol. XI/No. 2/Jan/2022/EK

dibuat oleh PPAT. Alat pembuktian yang sah bagi dari suatu tindakan yang dilakukan guna
kepemilikan hak atas tanah adalah dalam memperoleh suatu akibat dimana yang
bentuk seftifikat hak atas tanah. Sertifikat dikehendaki oleh sang pelaku dan telah diatur
adalah salinan buku tanah dan surat ukur (untuk oleh hukum.17
pendaftaran tanah sistemik) atau gambar situasi Menurut Logemann18 bahwa dalam setiap
(untuk pendaftaran tanah sporadis) yang dijahit hubungan hukum ada dua segi yaitu kekuasaan
menjadi satu dan bentuknya ditetapkan oleh (wewenang) dengan lawannya kewajiban.
menteri. Fungsi sertifikat hak atas tanah adalah Menurutnya dalam hubungan hukum ada pihak
untuk membuktikan adanya hak atas tanah dan yang berhak meminta prestasi dan ada pihak
subyek yang berhak atas tanah tersebut. yang wajib melakukan prestasi. Hak dan
kewajiban merupakan akibat hukum yang lahir
B. Akibat Hukum Bagi Para Pihak Dalam dari segala perbuatan hukum yang dilakukan
Perjanjian Barter Tanah Hak Milik oleh subyek hukum terhadap obyek hukum.
Dalam perjanjian Barter tanah Hak Milik Pelaksanaan kewajiban harus dilakukan sesuai
dapat menimbulkan akibat hukum bagi para dengan tujuan haknya. Itu artinya dilakukan
pihak. Sebagaimana yang termuat dalam Pasal dengan “itikad baik”.
1340 KUHPerdata menjelaskan mengenai Dalam pelaksanaan kewajiban pemegang hak
bahwa perjanjian-perjanjian yang dibuat hanya atas tanah, itikad baik memegang peranan yang
akan berlaku bagi pihak-pihak yang sangat penting guna terwujudnya pengelolaan
membuatnya, dimana hal ini juga berlaku bagi pertanahan yang memberi kesejahteraan pada
peranjian tukar menukar. Subjek hukum dalam masyarakat. Mengenai makna dari itikad baik ini
perjanjian tukar menukar merupakan Pihak mengacu pada asas itikad baik dalam perjanjian.
Pertama dan Pihak Kedua yang memiliki Asas itikad baik termuat dalam Pasal 1338 ayat
hubungan timbal balik, baik perjanjian tersebut (3) BW yang menyatakan “perjanjian harus
dilakukan antara orang dengan orang atau orang dilaksanakan dengan itikad baik”. Memang asas
dengan badan hukum atau badan hukum ini terdapat dalam suatu perjanjian yang dibuat
dengan badan hukum, yang harus dapat di lapangan hukum harta kekayaan yang diatur
dipastikan bahwa para pihak adalah benar dalam buku ke III BW tentang perikatan. Subekti
pemilik dari barang atau obyek lainnya yang dalam bukunya “Hukum Perjanjian”
akan diperjanjikan untuk yang nantinya akan menjelaskan bahwa itikad baik merupakan
diserahkan sebagai objek dari tukar menukar.16 landasan utama untuk melaksanakan perjanjian
Hal ini juga dapat diberlakukan terhadap dengan sebaik-baiknya.19
perjanjian tukar menukar tanah hak milik. J. Satrio menjelaskan bahwa pada dasarnya
Akibat hukum yang timbul adalah bahwa itikad baik adalah terletak pada pelaksanaan
Pihak Pertama dan Pihak Kedua sama-sama perjanjian dengan jujur, sesuai dengan
memiliki kewajiban untuk melaksanakan apa kewajiban hukumnya.20 Dari pendapat dua ahli
yang telah mereka sepakati bersama dengan Hukum Perdata Indonesia ini, maka “itikad baik”
meyerahkan barang yang ditukar, dalam hal ini memegang peranan yang sangat penting dalam
tanah, dan para pihak juga sama-sama memiliki pelaksanaan suatu perjanjian. Tentunya asas
hak untuk menerima barang atau tanah itikad baik tersebut juga dapat diterapkan dalam
tersebut. Melakukan kelalaian terhadap apa hubungan hukum antara pemberi hak atas tanah
yang telah menjadi kewajibannya tersebut dengan penerima hak atas tanah, mengingat
merupakan wujud dari wanprestasi. Pada Hukum Agraria mempunyai dua sisi hukum yang
umumnya, dalam melakukan suatu perjanjian, melekat padanya yaitu Hukum Perdata dan
para pihak yang terikat akan menimbulkan Hukum Administrasi.
akibat hukum bagi para pihak yang Itikad baik merupakan asas yang melekat
membuatnya. Akibat hukum merupakan akibat pada diri pribadi seseorang dan itu bersifat

16 Nuri, 2008, “Perjanjian Tukar Menukar (Barter) Tanah 18 Muchsin, Op. Cit., hal 30
Hak Milik (Studi Kasus : Gugatan Perdata 19 Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta : Intermasa, Jakarta,
Nomor:06/Pdt.G/2006/PN. Tembilahan-Riau), Skripsi 1979), hal. 13
Universitas Sumatera Utara, Medan, h. 33 20 J. Satrio, Hukum Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian,
17 Soeroso, 2014, Pengantar Ilmu Hukum, cet. XIV, Sinar (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2001) hal. 165
Grafika, Jakarta, h. 295.

86
Lex Crimen Vol. XI/No. 2/Jan/2022/EK

universal, artinya berlaku pada setiap hubungan Dasar Hukum terjadinya peralihan Hak Guna
hukum. Oleh karena itu melaksanakan Bangunan dapat dilihat berdasarkan ketentuan
kewajiban dengan itikad baik merupakan Pasal 35 ayat (3) UndangUndang Nomor 5 Tahun
“kewajiban hukumnya” para subyek (pelaku) 1960 tentang UUPA yang menyebutkan bahwa
terhadap obyek haknya (misalnya tanah). Hak Guna Bangunan dapat beralih dan dialihkan
Dengan demikian “itikad baik” merupakan kepada pihak lain. Selain itu, ketentuan Pasal 34
sesuatu yang perlu dicantumkan sebagai satu ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun
kriteria yang dapat dipakai sebagai ukuran 1996 menyebutkan bahwa salah satu cara
dalam melaksanakan tukar menukar (barter) peralihannya adalah dengan tukar-menukar.
tanah hak milik, dengan melihat pada d. Hak Pakai
pelaksanaan kewajiban yang tidak Dasar hukum terjadinya peralihan Hak Pakai
mengindahkan itikad baik. diatur dalam ketentuan Pasal 43 Undang-
Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang UUPA.
seseorang berjanji kepada orang lain atau Ketentuan tersebut menyebutkan bahwa
dimana dua orang itu saling berjanji untuk sepanjang mengenai tanah yang dikuasai
melaksanakan sesuatu hal.21 Perjanjian tukar- langsung oleh negara maka hak pakai hanya
menukar adalah "Suatu persetujuan, dengan dapat dialihkan kepada pihak lain dengan izin
mana kedua belah pihak mengikatkan dirinya penjabat yang berwenang. Hak pakai atas tanah
untuk saling memberikan suatu barang secara milik hanya bisa dialihkan pada pihak lain, jika
bertimbal balik sebagai suatu ganti barang hal itu dimungkinkan dalam perjanjian yang
lainnya." (Pasal 1451 KUH Perdata) dalam hal ini bersangkutan. Sementara itu ketentuan Pasal 54
tidak di atur secara khusus mengenai perjanjian Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996
tukar menukar tanah hanya saja tanah disini menjelaskan bahwa Hak Pakai yang diberikan
sebagai objek dalam perjanjian antara pemberi atas tanah negara untuk jangka waktu tertentu
dan penerima untuk melakukan perjanjian tukar dan Hak Pakai atas tanah Hak Pengelolaan dapat
menukar tanah. beralih dan dialihkan pada pihak lain. Selain itu,
Adapun objek peralihan Hak melalui tukar Hak Pakai atas tanah Hak Milik hanya dapat
menukar (barter) adalah sebagai berikut:14 dialihkan apabila hak tersebut dimungkinkan
a. Hak Milik dalam perjanjian pemberian Hak Pakai atas
Dasar Hukum terjadinya peralihan Hak Milik tanah Hak Milik yang bersangkutan. Salah satu
dapat dilihat berdasarkan ketentuan Pasal 20 cara beralihnya Hak Pakai adalah dengan tukar-
ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 menukar.
tentang UUPA yang menyebutkan bahwa Hak Pada dasarnya tukar-menukar merupakan
milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak sebuah perjanjian sama halnya seperti jual beli.
lain. Selain itu, ketentuan Pasal 26 ayat (1) Untuk melakukan sebuah perjanjian tukar
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang menukar yang sah, maka harus dipenuhi syarat
UUPA menyebutkan bahwa salah satu cara sahnya perjanjian yang disebutkan dalam
peralihannya adalah dengan penukaran. ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata. Adapun
b. Hak Guna Usaha. syarat sahnya perjanjian menurut ketentuan
Dasar Hukum terjadinya peralihan Hak Guna pasal tersebut adalah sebagai berikut:
Usaha dapat dilihat berdasarkan ketentuan a. Kesepakatan mereka yang mengikatkan
Pasal 28 ayat (3) UndangUndang Nomor 5 Tahun dirinya;
1960 tentang UUPA yang menyebutkan bahwa b. Kecakapan untuk membuat suatu
Hak Guna Usaha dapat beralih dan dialihkan perikatan;
kepada pihak lain. Selain itu, ketentuan Pasal 16 c. Suatu hal tertentu;
ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun d. Suatu sebab yang halal.
1996 menyebutkan bahwa salah satu cara Perjanjian tukar menukar adalah perjanjian
peralihannya adalah dengan tukar-menukar. timbal balik (Bilateral
c. Hak Guna Bangunan. enitrael) maksudnya suatu perjanjian yang
memberikan hak dan kewajiban

21R. Subekti, Hukum Perjanjian, PT Intermasa, Jakarta,


2008, hlm. 1.

87
Lex Crimen Vol. XI/No. 2/Jan/2022/EK

kepada kedua belah pihak. Perjanjian tukar telah diterima oleh pemilik tidak dapat di tuntut
menukar diatas dalam pasal 1541 kembali”.
sampai dengan pasal 1546 KUH pendata. Tentang tata cara pendaftaran pemindahan
Perjanjian tukar menukar bersifat hak atas tanah melalui tukar-menukar di Kantor
konsensual yakni perikatan telah terjadi pada Pertanahan Kabupaten atau Kota telah diatur
saat tercapainya kata sepakat dengan jelas dalam Pasal 97 sampai dengan
antara pihak – pihak yang membuat perjanjian Pasal 106 Peraturan Menteri Negara
dengan kata lain perjanjian itu Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
sudah sah dan mempunyai kekuatan hukum Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan
atau akibat hukum sejak saat Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24
tercapainya kata sepakat antara pihak-pihak Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
mengenai pokok perjanjian. Akan Tahapan tersebut meliputi tahap persiapan
tetapi perjanjian yang dibuat pihak-pihak itu pembuatan akta, tahap pelaksanaan pembuatan
baru dalam taraf menimbulkan akta, tahap pendaftaran pemindahan hak dan
hak dan kewajiban saja, belum menindahkan tahap penyerahan sertifikat.
hak milik (Ownership) hak milik Dari ketentuan – ketentuan tersebut dapat
baru berpindah setelah dilakukan penyerahan kita lihat bahwa tanah dapat menjadi obyek
(levering). tukar menukar dengan adanya larangan
Untuk mengetahui dapat tidaknya tanah pemilikan atas tanah bagi warga Negara asing,
sebagai obyek tukar menukar, selain ketentuan maka dalam perjanjian tukar menukar yang
–ketentuan yang telah diuraikan dalam mempergunakan tanah sebagai obyek harus
KUHPErdata kita harus melihat ketentuan – diperhatikan apakah pihak – pihak yang
ketentuan yang terdapat dalam Undang – mengikatkan dirinya itu warga Negara Indonesia
undang Pokok Agraria Nomor 5 tahun 1960 atau warga negara asing, kalau ternyata salah
beserta peraturan – peraturan pelaksananya. satu pihak atau kedua belah pihak adalah warga
Menurut Pasal 21 UU Pokok Agraria hanya Negara asing, berdasarkan ketentuan tersebut,
warga Negara Indonesia dan badan – badan maka tanah tidak dapat menjadi obyek
hukum yang ditetapkan oleh Pemerintah yang perjanjian, dengan kata lain, menimbulkan hak
dapat mempunyai hak milik atas tanah. milik bagi warga negara asing. Hal ini sesuai
Mengenai hak atas tanah tersebut dalam dengan larangan pemilikan tanah dalam UU
Pasal. 26 UU Pokok Agraria ditetapkan sebagai Pokok Agraria.
berikut :
“(1) Jual – beli, penukaran, penghibahan, PENUTUP
pemberian dengan wasiat, pemberian menurut A. Kesimpulan
adat dan perbuatan lain yang dimaksudkan 1. Peralihan hak atas tanah merupakan
untuk memindahkan hak milik serta suatu perbuatan hukum sehingga
pengawasannya diatur dengan peraturan keabsahan perjanjian tukar menukar
Pemerintah.” (barter) tanah hak milik adalah
“(2) Setiap jual – beli, penukaran, merupakan perjanjian yang bersifat
penghibahan, pemberian dengan wasiat dan konsensual, yaitu perjanjian yang sudah
perbuatan – perbuatan lain yang dimaksudkan jadi dan mengikat pada saat tercapainya
untuk langsung atau tidak langsung kata sepakat dari para pihak yang
memindahkan hak milik kepada orang asing, mengikatkan dirinya dalam tukar-
kepada seorang warga negara yang disamping menukar. Peralihan hak atas tanah
kewarganegaraan Indonesia mempunyai dilakukan secara tertulis dengan akta yang
kewarganegaraan asing atau kepada suatu dibuat oleh pejabat yang berwenang dan
badan hukum, kecuali yang ditetapkan oleh didaftarkan pada Badan Pertanahan
Pemerintah termaksud dalam Pasal 21 ayat (2), Nasional. Pemilikan hak atas tanah
adalah batal karena hukum dan tanahnya jatuh dengan cara tukar-menukar ini berlaku
pada Negara, dengan ketentuan bahwa hak – bagi Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna
hak pakai lain yang membebaninya tetap Bangunan dan Hak Pakai.
berlangsung serta semua pembayaran yang 2. Pada dasarnya perjanjian barter tanah hak
milik menimbulkan akibat hukum

88
Lex Crimen Vol. XI/No. 2/Jan/2022/EK

terhadap para pihak, karena secara yuridis (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
sertipikat hak atas tanah merupakan bukti 2000)
hak atas tanah. Kekuatan berlakunya Chomzah Ali Ahmad, Hukum Pertanahan,
sertipikat hak atas tanah tersebut Pemberian Hak Atas Tanah, Sertifikat
merupakan alat pembuktian yang kuat dan Permasalahannya, Jakarta:
walaupun bukan merupakan tanda bukti Pustaka Nasional, 2003
yang mutlak. Tanah dalam kehidupan Cyintia P Dewantoro, Kasus Hukum & Solusi
manusia mempunyai arti sangat penting Pengalihan Hak Tanah & Properti, PT
oleh karena sebagian besar dari Gramedia, Jakarta, 2009.
kehidupan manusia salah satunya Gunawan Widjaja dan Kartini Muljadi,Perikatan
bergantung pada keberadaan dan yang Lahir dari
kepemilikan atas tanah. UndangUndang,(Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2003)
B. Saran -------------.,, Ahmad Yani, Jaminan Fidusia,
1. Mengingat bahwa masalah pertanahan (Jakarta: Raja Grafindo Persada
merupakan masalah yang prinsipil yang Hadikusuma Hilman., Hukum Perjanjian Adat,
harus selalu dilindungi oleh Pemerintah Alumni, Bandung, 1982
akan kegunaannya dan fungsi dan H.S Salim., Hukum Kontrak Teori dan Teknik
kepemilikan haknya, maka diharapkan Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar
Kantor Pertanahan selaku instansi yang Grafika, 2010),
menerbitkan sertifikat hak atas tanah harus
benar-benar melaksanakan menurut Harsono Boedi. Hukum Agraria Indonesia Jilid 1
ketentuan hukum yang berlaku, sehingga (Hukum Tanah Nasional), Jakarta:
tidak merugikan para pihak yang terkait Jembatan, 1999
dengan tukar menukar hak milik atas tanah, Ibrahim Johnny, Teori dan Metodologi Penelitian
dalam arti bahwa setiap pemegang hak atas Hukum Normatif, Bayu Media,
tanah selalu harus mendapatkan Malang, 2008
perlindungan dan kepastian hukum. J. Satrio, Hukum Perikatan Yang Lahir dari
2. Diharapkan kepada masyarakat luas untuk Perjanjian, (Bandung : Citra Aditya
tidak melakukan transaksi pengoperan atau Bakti, 2001)
tukar menukar hak milik atas tanah sebelum Kartini Muljadi & Gunawan Widjaja, Perikatan
jelas dan diteliti kebenara alas hak atas yang Lahir dari Perjanjian, PT Raja
tanah yang menjadi objek peralihan, Grafindo Persada, Jakarta, 2002
kemudian harus memenuhi persyaratan M Yahya Harahap, Segi-segi hukum perjanjian,
formil dalam melakukan perbuatan hukum (Bandung: Alumni, 1982)
peralihan hak atas tanah, aktanya harus M. Nur Rianto Al-Arif, Teori Makroekonomi
dibuat dihadapan PPAT, agar akta tersebut Islam, (Bandung: Alfabeta, 2012)
dapat dijadikan dasar untuk perubahan data Mhd. Yamin Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah,
pendaftaran tanah. Mandar Maju, Bandung, 2010
Murad Rusmadi, “Penyelesaian Sengketa Hukum
DAFTAR PUSTAKA Atas Tanah” Bandung : Alumni, 1999.
Abdurrahman, “Konflik Pertanahan di Indonesia Mustafa Edwin Nasutiaon, dkk, Pengenalan
dan Alternatif Penyelesaiaannya”, Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta:
Makalah disampaikan pada Acara Kencana, 2010)
Seminar yang diselenggarakan Badan Nuri, 2008, “Perjanjian Tukar Menukar (Barter)
Pembinaan Hukum Nasional Tanah Hak Milik (Studi Kasus :
Kementerian Hukum dan HAM, Gugatan Perdata
Bandung, 2011. Nomor:06/Pdt.G/2006/PN.
AP Parlindungan , Pendaftaran tanah di Tembilahan-Riau), Skripsi Universitas
Indonesia, Bandung: Mandar Maju, Sumatera Utara, Medan
1990 Peter Marzuki Mahmud, 2005, Penelitian
Bintang Sanusi dan Dahlan, Pokok-Pokok Hukum – Cetakan ke-1, Jakarta:
Hukum Ekonomi dan Bisnis, Kencana

89
Lex Crimen Vol. XI/No. 2/Jan/2022/EK

Prodjodikoro Wirjono., Asas-Asas Hukum Peraturan Perundang-undangan :


Perjanjian, (Bandung: PT. Sumur, - UUD Negara RI Tahun 1945
1981) - UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Prami Yunita, 2017, “Akibat Hukum Terhadap Peraturan Dasar Pokok Agraria (UU
Pembeli Yang Melakukan Wanprestasi Pokok Agraria)
Dalam Perjanjian Sewa Beli Sepeda - Kitab Undang Undang Hukum Perdata
Motor”, Kertha Semaya, Vol. 5 (KUHPdt)
Satria Braja Harlandja, 2018, Perlindungan - PP No. 24 Tahun 1997 tentang
Hukum Pemegang Hak ATas Tanah Pendaftaran Tanah
Terhadap Objek Yang Sama (Studi
Putusan Pengadilan) Jurnal :
Setiawan Oka., 2018, Hukum Perikatan, cet. III, - Jurnal Hukum Kaidah Media
Sinar Grafika, Jakarta Timur Komunikasi dan Informasi Hukum dan
Subekti R., Hukum Perjanjian, (Jakarta: PT. Masyarakat, Fakultas Hukum UNPRI
Intermasa, 1987) Medan
--------------., Pokok-pokok Hukum Perdata, - Elfachri Budiman, “Peradilan Agraria
(Kabupaten : Intermasa, cet. 32, 2005 (Solusi Alternatif penuntasan Sengketa
----------------------.,
Agraria)” Jurnal Hukum USU Vol. 01.
, Hukum Perjanjian, PT Intermasa, No.1, Tahun 2005
Jakarta, 2008 - Trisadidni Usanti, Lahirnya Hak
Sumardjono Maria S.W, 2011, Reorientasi Kebendaan, Artikel, 15 Januari 2017
Kebijakan Pertanahan, Penerbit
- Dwi Heny Ratnawati, Pelaksanaan Akta
Kompas, yang dikutip oleh Benhard
Pelepasan Hak Sebagai Alas Hak Untuk
Limbong, Konflik Pertanahan,
Mengajukan Permohonan Peralihan
Margaretha Pustaka, Jakarta
-----------------------.
Dan Perubahan Hak Guna Bangunan
, Kepastian Hukum Dalam
Yang Jangka Waktunya Telah Berakhir Di
Pendaftaran Tanah dan Manfaatnya
Kabupaten Brebes, Jurnal Akta, 2018,
Bagi Bisnis Perbankan dan Properti,
Vol.5, No.1.hal. 248
(makalah disampaikan dalam Seminar
Kebijaksanaan Naru Di Bidang
Internet:
Pertanahan, Dampak dan Peluang
-
Bagi Bisnis Properti dan Perbankan,
http://eprints.undip.ac.id/17417
Kabupaten 6 Agustus 1997)
/1/Fitha_I Nacrosshita
--------------., Puspita Serangkum Aneka Masalah
_Maharani. Pdf,
Hukum Agraria, (Yogyakarta; Andi
- https://ojs.unud.ac.id/index.php/
Offset. 1982
kerthasemaya/article/view/1191
Suriyaman Mustari Pide I, Hukum Adat Dulu,
8/8228
Kini, dan Akan Datang, Pelita Pustaka,
Jakarta, 2009 - http://repository.uma.ac.id/bitst
Irawan Soerodjo, Kepastian Hukum Pendaftaran ream/123456789/447/6/108400
Tanah, (Yogyakarta : Arloka, 2003 103_file6.pdf
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian
Hukum Normatif, Rajawali, Jakarta,
1985
Soeroso, 2014, Pengantar Ilmu Hukum, cet. XIV,
Sinar Grafika, Jakarta
Sutedi Adrian , Peralihan Hak Atas Tanah Dan
Pendaftarannya (Jakarta: Sinar
Grafika, 2007)
Sadono Sukirno Sadono., Makroekonomi Suatu
Pengantar, (Jakarta: Rajawali, 2010)

90

Anda mungkin juga menyukai