Anda di halaman 1dari 5

TUGAS UTS

MATA KULIAH FILSAFAT HUKUM

Disusun oleh :

Andre Febriansyah
NIM 2110622012
Kelas A1

Program Studi Magister Ilmu Hukum


Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
2021
1 Bagaimana kedudukan agama di
hadapan konstitusi berkaca pada
filsafat hukum abad pertengahan?
Dalam hal bagaimana agama dapat atau
tidak dapat dijadikan landasan hukum?
Tokohnya antara lain adalah Aurelius
Augustinus Hipponensis. Kedudukan
konstitusi atau negara sebagai Civitas Dei
atau Negara Tuhan, merujuk pada pemikiran
Augustinus, adalah sebagai wakil antitesis
dari Civitas Terrena (Diabolis) atau Negara
Abad pertengahan atau sering disebut “abad Setan. Dalam hal ini, Civitas Dei merupakan
kegelapan” adalah periode dimulai dari abad cita-cita ideal dari suatu peradaban manusia
ke-5 M (ditandai berakhirnya Kekaisaran yang dibimbing oleh Gereja dalam membuat
Romawi Barat) sampai abad ke-16 M hukum dan aturan untuk kehidupan manusia.
(periode Renaissance). Filsafat abad
pertengahan. Pada Abad Pertengahan, Pada periode Skolastik (aliran atau yang
teologi (terutama Kristen) di benua Eropa berkaitan dengan sekolah), memadukan
begitu dominan, dengan konstitusi yang faktor Religius dan faktor Ilmu Pengetahuan.
bersifat memaksa dalam pengelolaan dunia Tujuannya adalah untuk tidak kehilangan
ini, dengan tujuan ketetertiban di dunia dan iman namun juga tidak dengan tanpa
keselamatan di akhirat. Pada abad pemikiran memercayai Tuhan. Tokohnya
pertengahan juga ditandai dengan munculnya antara lain adalah Thomas Aquinas.
agama Islam di jazirah Arab, yang tersebar Konstitusi negara sebagai suatu bentuk
luas di Timur Tengah, Asia tengah, Afrika persekutuan hidup, menempati jenjang yang
utara sampai dengan Eropa Selatan. paling atas justru karena ia memiliki tujuan
yang paling tinggi, paling mulia dan paling
Ciri khas Pemikiran umum dari Aliran Masa luhur. Aquinas pun berpendapat bahwa
Pertengahan adalah 1 : negara ada dan terbentuk bukan untuk negara
a. Ketaatan manusia terhadap hukum itu sendiri, melainkan untuk manusia yang
positif bukan lagi karena ia sesuai menjadi warganya.
dengan hukum alam, tetapi karena Pandangan Islam di abad pertengahan pun
sesuai dengan kehendak ilahi tidak berbeda jauh mengenai konsep negara
(Tuhan). dalam mewujudkan aturan Tuhan di dunia,
b. Adanya hukum yang abadi yang namun berbeda jauh dengan keadaan Kristen
berasal dari rasio Tuhan, yang disebut Eropa, dalam dunia Islam ilmu pengetahuan
Lex Aeterna. Melalui Lex Aeterna dan filsafat mengalami perkembangan yang
inilah Tuhan membuat rencana-Nya pesat, juga pembentukan hukum agama
terhadap alam semesta. menjadikan pemikiran rasional (ar
c. Hukum abadi dari Tuhan itu ra’yu/ijtihad) sebagai satu sumber hukum.
mengejawantah pula dalam diri
manusia, sehingga manusia dapat Dengan mendasarkan pada hukum-hukum
merasakan, misalnya apa yang yang terdapat dalam agama, hukum dibagi
disebut “Keadilan” itu. Inilah yang menjadi tiga ; yaitu pokok-pokok keimanan,
disebut dengan hukum alam (Lex norma moral/akhlak, dan aturan yang
Naturalis). menyangkut aktivitas manusia 2. Agama
dapat dijadikan landasan hukum hanya pada
Abad Pertengahan dibagi menjadi periode hal-hal yang bersifat lahiriyah, yaitu
Patristik (berasal dari kata Latin pater atau mengenai moral dan kegiatan beraktivitas
bapak, yang artinya para pemimpin gereja) dan perbuatan antar manusia. Sedangkan
merupakan sebuah zaman yang berlangsung mengenai pokok-pokok keimanan, maka
setelah zaman Perjanjian Baru sampai abad agama tidak dapat dijadikan landasan hukum
ke-8, atau sampai zaman Thomas Aquinas. oleh konstitusi, karena menyangkut

1 2
Darusman , Yoyon M. dan Wiyono, Bambang, Teori dan Marzuki, Tinjauan Umum tentang Hukum Islam,
Sejarah Perkembangan Hukum, Cetakan I, (Tangerang (Yogyakarta : UNY 2017), hal 29
Selatan : Unpam Press, 2019), hal 57
hubungan antara manusia dengan Tuhan menghadirkan kesejahteraan bagi rakyat
yang bersifat privasi spiritual. secara umum, yang dijamin oleh negara.
Aquinas juga menyebutkan bahwa hukum
Namun di abad Pertengahan, hal ini juga kodrat berakar pada kodrat manusia,
menjadi campur tangan negara, sehingga bergerak pada hakikat manusia demi
praktek-praktek inkuisisi sering terjadi kesejahteraan dan kebahagiaan manusia itu
dengan penghakiman pada pemikiran dan sendiri 5.
keyakinan seseorang.
Kajian ontologi memandang bahwa

2
pemanfaatan sumber daya alam memberi
Berikan contoh pengaruh filsafat konstribusi terhadap perekonomian nasional,
hukum di Nusantara? Uraikan latar yang harusnya selaras sesuai Pasal 33 ayat
belakang, ontology, epistemology dan (3) UUD 1945, dengan memberikan manfaat
aksiologi terbesar pada rakyat, yaitu kemakmuran dan
kelestarian lingkungan.
Pengaruh filsafat hukum di Indonesia salah
satu contohnya adalah masalah pengelolaan Kajian epistimologi dalam memandang
sumber daya alam, sebagaimana termaktub pengelolaan sumber daya alam tersebut
dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 : Bumi adalah dengan menggunakan prinsip
dan air dan kekayaan alam yang terkandung pembangunan berkelanjutan dan
di dalamnya dikuasai oleh negara dan keseimbangan antara ekonomi, lingkungan
dipergunakan untuk sebesar-besar dan sosial kemasyarakatan demi peningkatan
kemakmuran rakyat .3 kesejahteraan rakyat.
Pengelolaan sumber daya alam tersebut Sedangkan dalam kajian aksiologi -sebagai
sebagai hak asasi manusia, hak atas sumber teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan
daya alam yang ada boleh dimanfaatkan, dari pengetahuan yang diperoleh-
tetapi tidak dimiliki oleh siapapun, bahkan pemanfaatan atau pengelolaan sumber daya
oleh negara sekalipun. Negara hanya alam tersebut dipandang sebagai upaya
menguasai sumber daya alam tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan
dimanfaatkan demi kepentingan rakyat. menelaah dampak-dampak yang timbul
Manusia dan sumber daya alam yang telah dalam proses pencapaian kesejahteraan
ada bahkan sejak sebelum adanya manusia rakyat tersebut, baik positif ataupun negatif.
atau negara, memiliki hubungan yang

3
universal dan abadi, yang hanya ditemukan
dalam Aliran Hukum Alam. Komentarilah tulisan Prof Ahmad
Syafii Maarif mengenai “Kesaktian
Tujuan dari pengelolaan sumber daya alam Pancasila dan Kecelakaan Sejarah”,
tersebut sesuai dengan etika Aristoteles yang (Kompas, 1 Oktober 2021) dengan
mengungkapkan tujuan hukum adalah guna mengkaitkan pada Teori Hukum Kodrat
mencapai sebuah keadilan, artinya yang menyatakan bahwa hakikatnya
memberikan kepada setiap orang atas apa hukum adalah moralitas itu sendiri!
yang sudah menjadi haknya, yang Bagaimana anda merefleksikan
mengedepankan aspek kebahagiaan sebagai pemahaman tersebut dengan Pancasila?
tujuan hidup manusia 4. Apa peran Pancasila terhadap bangun
Dalam aliran hukum kodrat, menurut hukum dan penegakan hukum nasional?
Thomas Aquinas, tujuan hukum tidak lain

3
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 5
Rosadi, Otong, Hukum Kodrat, Pancasila dan Asas
1945 Pasal 33 ayat (3) Hukum dalam Pembentukan Hukum di Indonesia,
4
Muhammad Darwis Al Mundzir, Skripsi : Makna (Purwokerto, Jurnal Dinamika Hukum, 2010), hal 283
Kebahagiaan Menurut Aristoteles, (Tulungagung,
IAIN, 2015, skripsi), hal 24.
Hukum kodrat sebagaimana dimaksudkan 3. Memberikan beban yang
oleh Thomas Aquinas, berakar pada kodrat dikompensasikan dengan
manusia, yang bergerak pada hakikat kepentingan bersama 8.
manusia demi kesejahteraan dan
kebahagiaan manusia itu sendiri. Sedangkan Merujuk pada “kecelakaan sejarah” yang
Gunawan Setiardja menyebutkan bahwa disebutkan oleh Prof. Maarif, proses
Hukum kodrat adalah ibarat jembatan antara penetapan tanggal 1 Oktober sebagai Hari
hukum dan moral, karena hukum kodrat Kesaktian Pancasila, yang baru ditetapkan
adalah segi etis dari hukum positif 6. dua tahun setelah peristiwa G30S, diduga
tanpa sepengetahuan Presiden Soekarno,
Lon Fuller membagi moralitas hukum menyelisihi syarat Diperintahkan oleh
menjadi moralitas hukum internal dan legislator sesuai dengan kewenangannya.
moralitas hukum eksternal. Jika moralitas Dimana Presiden Soekarno yang saat itu
internal merupakan persyaratan formal atau masih menjabat sebagai Presiden, juga
aturan-aturan teknis agar layak disebut merupakan salah satu penggali Pancasila itu
sebagai aturan hukum, moralitas eksternal sendiri. Sehingga terasa bahwa semangat
terkait dengan substansi hukum itu sendiri kesadaran akan pentingnya Pancasila dalam
agar berfungsi dengan mewujudkan menjaga keutuhan berbangsa dan bernegara
kebaikan. tersebut bukanlah spontanitas yang
merefleksikan moralitas bangsa pada saat itu,
Hal yang menarik disebutkan oleh Prof. melainkan sebuah keputusan yang
Ahmad Syafii Maarif tentang Kesaktian dipaksakan dan direkayasa untuk sebuah
Pancasila dan Kecelakaan Sejarah 7, bahwa tujuan politis.
secara hukum positif, Pancasila sebagai dasar
pedoman, pandangan hidup, serta ideologi Namun “kecelakaan sejarah” tersebut masih
bangsa Indonesia telah menempati posisi dikategorikan sebagai kecelakaan kecil,
sangat kuat. Sesuai Undang-undang nomor karena merupakan masa lalu yang sudah
10 tahun 2004, Pancasila merupakan sumber semakin pudar tergerus oleh waktu. Potensi
hukum dari segala sumber hukum negara. kecelakaan yang jauh lebih dahsyat akan
Pancasila merupakan cita hukum yang terjadi apabila dalam masa-masa yang penuh
berfungsi sebagai pedoman dan tolok ukur dengan tantangan kedepan, Indonesia gagal
dalam mencapai tujuan sebagaimana yang menghadirkan Pancasila dalam kehidupan
dirumuskan dalam konstitusi pembentukan berbangsa dan bernegara. Proses penyusunan
negara Indonesia. Peran Pancasila sebagai hukum seringkali tidak berdasarkan hikmah
cita hukum selain berfungsi sebagai penguji musyawarah, serta penerapannya malah
berlakunya hukum positif di Indonesia, juga sering dimanfaatkan sebagai alat kelompok
berfungsi sebagai pemandu hukum positif tertentu sehingga menimbulkan kontroversi
menuju keadilan di masyarakat. dan gangguan bagi persatuan. Moralitas para
aparat dan penegak hukum semakin jauh dari
Namun, peran hukum positif yang adil berketuhanan, yang menimbulkan
menurut Thomas Aquinas akan berkualitas kesenjangan dengan perlakuan kemanusian
jika memenuhi syarat sebagai berikut : yang adil dan beradab. Sehingga keseluruhan
1. Diundangkan demi kemaslahatan proses hukum tersebut seringkali tidak
bersama berhasil mewujudkan keadilan sosial.
2. Diperintahkan oleh legislator sesuai Pancasila digali dari moralitas bangsa
dengan kewenangannya, dan Indonesia sebagai hukum kodrat, 76 tahun
yang lalu, dan menjadi acuan dan panduan

6
ibid 8
Rosadi, op cit, hal 284
7
Maarif, Ahmad Syafii, Kesaktian Pancasila dan
Kecelakaan Sejarah, (Kompas, 1 Oktober 2021), hal
6.
agar bangsa Indonesia tetap mempunyai Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman
moral yang sama dalam menghadapi Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
tantangan zaman. Sehingga dalam (BP7).
pembangunan hukum dan penegakan hukum
nasional seyogyanya dilandasi oleh substansi Pancasila terlalu luas untuk bisa di-klaim
nilai-nilai Pancasila. salah satu pihak, dan terlalu merasuk dalam
moralitas bangsa untuk di-konfrontasikan
Sebagaimana belajar dari sejarah orde baru, dengan sesama anak bangsa. Kemampuan
Pancasila Pancasila dikerdilkan sebagai alat Pancasila dalam mengkompromikan
untuk mewujudkan hegomoni negara dengan kebhinekaan bangsa juga diuji untuk
penafsiran tunggal oleh rezim yang berkuasa, melakukan rekonsiliasi nasional yang mulai
dengan memberi label pada pengkritik dan terjadi polarisasi setelah dua kali pemilihan
pihak yang tidak sejalan dengan pemerintah presiden terakhir. Bangsa dan negara
sebagai anti Pancasila. Indonesia harus aktif melawan upaya-upaya
pemecahan persatuan bangsa dengan
Ketika reformasi telah berjalan 23 tahun, semangat nilai-nilai Pancasila itu sendiri.
justru timbul kembali fenomena yang serupa.
Pancasila kembali dijadikan alat untuk Tantangan bangsa dan negara untuk dapat
melakukan politik belah bambu, dengan segera mewujudkan nilai-nilai Pancasila
melakukan pelabelan kepada kelompok untuk membangun dan menegakkan hukum
tertentu sebagai yang paling Pancasilais dan yang membina masyarakat keseluruhan, serta
kelompok lain sebagai anti Pancasila, dengan menjaga moralitas bangsa agar tetap terjaga
mulai membangun penafsiran tunggal seperti yang dirumuskan dan dicita-citakan
Pancasila melalui kelembagaan resmi oleh para pendiri bangsa Indonesia, sehingga
melalui Badan Pembinaan Ideologi Pancasila tercapai keadilan sosial yang dapat dirasakan
(BPIP). Jika penyelenggaran badan tersebut dengan nyata oleh seluruh rakyat Indonesia.
berikut penafsiran Pancasila dilakukan tanpa Jika tidak, maka Pancasila beserta perangkat
pelibatan berbagai pihak, termasuk pihak hukum yang ada akan semakin jauh dari
yang berseberangan, akan mengingatkan moralitas yang ada dalam masyarakat,
kembali kenangan buruk mengenai badan sehingga menjadi berhala yang tidak
serupa di masa orde baru, yaitu Badan mempunyai makna.

Anda mungkin juga menyukai