1. Sejarah
Para pakar hukum Internasional menaruh perhatian pada aliran penting
dalam filsafat. Ada 3 (tiga) aliran atau paham filsafat yang pokok, yaitu :
a. Filsafat Naturalisme (hukum alam)
b. Positivisme
c. Instrumentalis (marxisme dan policy oriented)
1
Apabila yang menjadi permasalahan pokok adalah eksistensi hukum
internasional sebagai suatu sistem hukum yang teratur, maka pengkajiannya
akan sampai pada sumber hukum internasional. Yaitu :
1) sumber hukum materiil kajiannya ada;ah hakikat berlakunya
hukum, merupakan persoalan filsafat (hukum) daripada menjadi
persoalan ilmu hukum.
Friedman : menggunakan pendekatan doktriner dengan melihat pada
tiga (3) ajaran:
o legal idealism
o pendekatan analistis;
o pendekatan sosiologis.
2
Hukum yg berdasarkan kegiatan akal manusia adalah hukum
alam.
2.2. Ius Gentium
Hukum yang berdasarkan hukum internasional adalah ius
gentium.
Thomas Aquinas mengatakan bahwa ius gentium adalah hukum
alam sekunder yg berlaku karena dituntut oleh kebutuhan
konkret oleh manusia.
Konsep milik pribadi sebagai suatu aturan yg bersifat nasional
dapat diterapkan pulapada konsep negara yang berkenaan dengan
hak – hak atas wilayah ( diluar negara).
Ada suatu anggapan bahwa hukum alam sama dengan ajaran
ketuhanan memberi arti bahwa hukum alam mempunyai derajat
lebih tinggi daripada hukum positif yang dibuat oleh manusia,
bahkan diartikan pada waktu itu bahwa hukum positif yg
bertentangan dengan hukum alam tidak akan mempunyai
kekuatan mengikat.
Ajaran hukum alam dari kebudayaan Yunani telah disebarkan seccara meluas
melalui kebudayaan Rimawi, maka kedudukan hukum Romawi di Eropa
dalam abad ke 16 mempunyai arti penting bagi permulaan berkembangnya
hukum internasional.
Asas- asas hukum Romawi dihargai sangat tinggi dan dimintai bantuannya
untuk memasukan ketentuan – ketentuan dalam hukum di negara – negara
Eropa apabila mereka tidak menolaknya hukum Romawi dipandang sebagai
ratio scripta (akal yang tertulis) dan dijunjung tinggi karena erat kaitannya
dengan hukum kanonik dari gereja, mengikat diri manusia dan masyarakat,
3
disisi lain adanya suatu sistem hukum yg berlaku di seluruh dunia dan
dihormati dimana – man, telah mendorong orang untuk meletakkan dasar
hukum internasional pada hukum alam.
Perjanjian Perdamaian West Phalia pada tahun 1648, sebagai titik lahirnya
negara- negara nasional modern, yang mengakhiri 30 tahun perang di Eropa
sebagai titik puncak suatu proses pembentukan masyarakat negara yg sudah
dimulai pada abad pertengahan, yaitu gerakan reformasi dan sekularitas
kehidupan manusia, khususnya perebutan kekuasaan duniawi antara Gereja
dan Negara. Selama abad pertengahan dunia barat dikuasai oleh satu sistem
feodal yg berpuncak pada kaisar, sedangkan kehidupan Gereja berpuncak
pada Paus sebagai kepala Gereja Katholik Roma. Masyarakat Eropa waktu itu
merupakan satu masyarakat Kristen yang terdiri dari beberapa negara yg
berdaulat dan Tachta Suci. Masyarakat Eropa inilah yg menjadi pewaris
kebudayaan Romawi dan Yunani.
Tokoh – Tokohnya:
1) Francisco Victoria (1480 – 1546)
Ia seorang guru besar dari universitas Salamanca dari golongan
Dominikan di Spanyol, selama dalam perkuliahan ada 2 (dua) hal
penting yg dapat dinilai dari dari segi sejarah hukum bangsa – bangsa,
yaitu : tahun 1532
a. Perihal orang – orang Indian dan yang baru dijumpai
b. Perihal Hukum Perang orang – orang Spanyol terhadap orang – orang
Barbar.
Yang dipermasalahkan oleh Victoria untuk kedua kasus tersebut
adalah apakah peperangan tersebut benar dan adil atau tidak ? ia
meneliti dengan mengacu pada garis – garis perikemanusiaan, ia
mengecam keras tindakan kejahatan penakluk, sebaliknya ia
menunjukkan kemanusiaan yg luhur terhadap orang – orang Indian.
Ia mendesak orang Spanyol membatasi diri kepada pembelaan diri
saja pentingnya sumbangan Victoria dalam sejarahhukum terletak
pada nilai – nilai verbal yg menggantikan istilah interhomines (antar
manusia) dengan intergenies (antar rakyat) merupakan bagian
dari Corpus Iuris Civilis (Kitab Institutes (buku pedoman singkat
tentang pelajaranhukum), yang disusun atas perintah Kaisar
Yustianus mengatur tentang siapa – siapa yang terikat oleh ius
gentium.
4
Ia adalah seorang guru besar teologi Spanyol, ia mengemukakan tentang
ius naturae dan ius gentium.
Ia memberikan arti kembar yg terkandung dalam istilah ius gentium.
Artinya :
a. Sebagai hukum yg harus ditaati oleh semua rakyat dan bangsa dalam
hubungan mereka satu sama lain;
b. Sebagai hukum yg harus ditaati oleh persekutuan kerajaan di dalam
wilayahnya sendiri, yang karena adanya persamaan dan kegunaan
praktis dinamakan ius gentium sebagai hukum yg universal.
Bukunya : hukum dan Tuhan sebagai Pembentuk Hukum (on Law and
God as Legislation) isinya : meskipun umat manusia terbagi atas
berbagai rakyat (populus) dan kerjaan (regna), masih terdapat di
dalamnya suatu kesatuan, tidak saja dalam arti species, tetapi juga
dalam arti politik dan moral sebagaimana terbukti dari norma cinta
kasih atau persahabatan antara yg satu dengan yg lainnya.
Oleh karenanya, meskipun setiap persekutuan persemakmuran
(civitasi), negara (republica), atau kerajaan (regnum) pada dirinya
merupakan persekutuan hidup yg sempurna, karena tergabung dengan
umat manusia, ia menjadi anggota dari masyarakat universal.
5
a. Tahun 1585 Kedutaan (De Legationibus)
Ia menentang keras jika ada anggapan bahwa tugas duta adalah
mata – mata / spy, ia lebih setuju jika dikatakan asas kekebalan
duta dengan pembatasan, yaitu ia kebal dari yuridiksi pidana negara
penerima hanya dalam perkara makar yg tidak jadi dilaksanakan
oleh suatu sebab.
Meskipun Alberico Gentili adalah orang yang bertaqwa kepada Tuhan tetapi ia
mengkonsepsikan hukum internasional lepas dari pikirankeagamaan atau
pengaruh gereja. Ia mendasarkan pikirannya atas pikiran keduniawian. Ia
mengalihkan titik berat alam pikiran moral kepada pemikiran yuridis,
termasuk ke dalam hubungan – ubungan internasional.
6
Grotius mengikuti jejak Aristoteles pada akhirnya, tanpa
menghubungkan dengan ajaran teologi, ia mendasarkan hukum alam
pada suatu aksioma psikologis, yaitu suka bergaul pada diri manusia.
Oleh karenanya, hukum alam menurut sistem Grotius merupakan
paham yg mengutamakan rasio, makanya secara murni, hukum
ketuhanan hampir tidak mendapat tempat.
7
Isyarat adanya hukum alam dapat ditemukan dalam filsafat yunani
kuno. Hukum alam turun ke bumi seperti cahaya matahari yg
menerangi kabut pikiran para cendekiawan.
Filsafat Yunani kuno mengatakan, kedilan dan moralitas terikat erat,
hampir tidak dibedakan antara hukum dan moralitas.
2) Keadilan konvensional.
o Ialah apa yg mengikat sebagai hasil darikeputusan atau
kesepakatan penguasa tertentu.
o Merupakan produkdari apa yg oleh masyarakat tertentu (untuk
sementara waktu) dianggap cocok dan dapat dilakukan.
o Dapat berubah sesuai dengan waktu dan tempat.
8
Hukum alam memberikan penjelasan bahwa persetujuan diberikan oleh
hukum alam atau kekuatan akal yg telah menopang aturan-aturan kebiasaan.