Disusun oleh :
Andre Febriansyah
2110622012
Kelas A1
Dalam rancangan Peraturan Presiden tentang Pelibatan TNI dalam Mengatasi Aksi Terorisme,
aturan-aturannya berpotensi menimbulkan konflik dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun
2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme dan UU Nomor 34 Tahun 2004
tentang TNI. Berikut kami rangkum rancangan pasal-pasal yang berpotensi menimbulkan
konflik/masalah:
b. Rancangan Pasal 2 ayat (2) terkait tugas TNI dalam aksi terorisme ;
- Definisi 'aksi terorisme' dinilai belum menunjukkan perbedaan aksi terorisme dengan
tindak pidana terorisme atau terorisme sehingga belum mampu menjelaskan keadaan
dan situasi peran TNI. sebagaimana diatur dalam Pasal 43I UU Nomor 5 Tahun 2018.
- 'Aksi terorisme' seharusnya dipahami sebagai tindakan nyata yang menimbulkan
suasana teror yang meluas dan melampaui kemampuan Kepolisian.
e. Rancangan Pasal 5 :
- Pengaturan kegiatan dan/atau operasi penangkalan yang dimaksud tidak sesuai
dengan Pasal 7 ayat (3) dan Pasal 17 ayat (2) UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang
TNI; yang seharusnya mendapat perintah dari Presiden dan mendapat persetujuan
dari DPR.
f. Rancangan Pasal 6 :
- Operasi khusus dalam hal ini merupakan operasi yang bersifat temporer; sehingga
pengaturannya harus mendapat penegasan bahwa operasi tersebut hanya bersifat
sementara dan tidak membutuhkan peningkatan menjadi kegiatan rutin dan
sejenisnya atau adanya batasan waktu.
i. Rancangan Pasal 14 :
- Anggaran untuk mengatasi aksi terorisme yang dilakukan oleh TNI sesuai dengan
UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, hanya bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN).
2. Dengan pengaturan domain TNI yang berlebihan, apakah dapat berpotensi terjadinya
gesekan antara POLRI, TNI dan BNPT. Jelaskan pendapat saudara?
Pada prinsipnya pelibatan TNI tanda kutip boleh-boleh saja, hanya bagaimana secara
konteks dikaitkan UU nomor 5 tahun 2018 akan banyak sekali akan kemungkinan ada
overlap misalnya dalam tupoksi dan anggaran. Penanganan terorisme selama ini
merupakan ranah Kepolisian Republik Indonesia dan Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme.
Juga dalam UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, pelibatan TNI atau pengerahan
kekuatan militer dilakukan oleh Presiden dan harus mendapat persetujuan DPR RI, yakni
merupakan kebijakan dan politik negara.
Pelibatan TNI dalam mengatasi terorisme dapat dilakukan melalui mekanisme operasi
militer selain perang (OMSP) sebagaimana amanat Pasal 7 UU No.34 Tahun 2004. Jadi,
tidak tepat jika diturunkan dalam bentuk Perpres,
Sebenarnya permasalahan ini telah diredam dengan keluarnya Peraturan Presiden Nomor
7 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan
Ekstremisme (RAN PE) Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme Tahun 2020
—2024.