Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Polisi merupakan badan yang bertugas memelihara keamanan
dan ketertiban umum ( menangkap orang yang melanggar undang -
undang dan sebagainya). ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2019 ).
Kepolisian Negara Indonesia sendiri secara umum terbagi
menjadi dua, yaitu Kepolisian Tugas Umum dan Brimob (Brigade
Mobile) .Untuk Kepolisian Tugas Umum seperti Polantas, Reserse,
Samapta dan sebagainya. Sedangkan untuk Brimob sendiri merupakan
satuan elite Kepolisian yang secara struktur organisasi Kepolisian
Republik Indonesia ( Polri ), Brimob berada langsung di bawah Kapolri.
Brimob dalam menghadapi perkembangan situasi keamanan
akhir-akhir ini, baik dibidang politik, ekonomi dan sosial
kemasyarakatan yang selalu bergerak cepat dan dinamis menjadi
tantangan bagi Polri dalam mengemban tugas menjaga keamanan dan
ketertiban dalam negeri. Terutama yang berkaitan dengan tugas
kepolisian dalam menangani kejahatan berintensitas tinggi seperti
terorisme, kejahatan menggunakan bahan peledak dan kelompok
bersenjata.Polri sebagai penjaga Kamtibmas dituntut tampil terdepan
dalam mengantisipasi dan menanggulangi segala gangguan
keamanan.  Terkait dengan hal itu, berdasarkan Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2017 guna meningkatkan
eksistensi dan peran aktif Polri dalam mendukung keamanan dan
ketertiban masyarakat diperlukan penyempurnaan dengan melakukan
restrukturisasi organisasi di lingkungan Polri. Perubahan SOTK
(Struktur Organisasi Tata Kerja) juga perubahan nomenklatur jabatan
dan penambahan satuan kerja baru sebanyak sembilan perubahan
yang salah satunya adalah perubahan Nomenklatur jabatan Kepala
Korps Brigade Mobile (Kakorbrimob) dikukuhkan menjadi Komandan

1
2

Korps Brimob (Dankorbrimob) Korps Brimob Polri sebagai satuan


pamungkas Polri yang khusus menangani kejahatan berintensitas tinggi
dalam perubahan nomenklatur dan titelatur yang tercantum
dalam Perpres Nomor 5 tahun 2017 diatur pada pasal 22 mengalami
penambahan  1 ayat menjadi ayat 5 sehingga secara lengkap Pasal 22
isinya  sebagai berikut:

a. Korps Brigade Mobil disingkat Korbrimob merupakan unsur


pelaksana tugas pokok dibidang Brigade Mobil yang berada di
bawah Kapolri.
b. Korbrimob sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas
membina dan mengerahkan kekuatan guna menanggulangi
gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat yang berintensitas
tinggi serta tugas lain dalam lingkup tugas pokok Polri dalam
rangka pemeliharaan keamanan dalam negeri.
c. Korbrimob dipimpin oleh Komandan Korbrimob disingkat
Dankorbrimob yang bertanggung jawab kepada Kapolri.
d. Dankorbrimob dibantu oleh Wakil Dankorbrimob disingkat
Wadankorbrimob.
e. Korbrimob terdiri atas paling banyak 2 (dua) Pasukan.

Adanya perubahan Nomenklatur dan Titelatur berdampak pada


perubahan organisasi Korps Brimob itu sendiri.Seperti yang dikatakan
Dankorbrimob pada saat pelantikan Komandan Pasukan Gegana dan
Pelopor, bahwa Korps Brimob Polri merupakan satuan para militer yang
pengorganisasiannya mirip dan serupa dengan militer.Dimulai dari ikatan
satuan terkecil regu, peleton, kompi, batalyon, sampai resimen.Lebih
lanjut disampaikan Dankor, perubahan-perubahan tersebut perlu dibarengi
dengan penyempurnaan struktur organisasi berupa restrukturisasi
organisasi di lingkungan Korps Brimob dengan penambahan Pasukan
Gegana dan Pasukan Pelopor Korbrimob Polri.
Dalam perubahan Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK) di lingkungan
Korps Brimob Polri terdapat penambahan jabatan dengan pangkat bintang
satu yaitu Pasukan Pelopor dan Pasukan Gegana sebagai upaya untuk
menjaga dan meningkatkan stabilitas keamanan dan ketertiban
masyarakat terutama dalam menghadapi potensi gangguan keamanan
yang berimplikasi kontijensi. 

Susunan Organisasi dan Tata Kerja Korps Brimob Polri yang dikeluarkan
berdasarkan Keppres No. 5 Tahun 2017 tentang Perubahan Susunan
Organisasi Dan Tata Kerja (SOTK) dilingkungan Polri terjadi pembentukan
dua pasukan di lingkungan Korps Brimob yaitu Pasukan Pelopor (Pas
Pelopor) dan Pasukan Gegana (Pas Gegana). Perubahan SOTK juga
berdampak pada Hubungan Tata Cara Kerja (HTCK) antara Korps Brimob
Polri dengan Satbrimob Polda pada tingkat tipe A khusus, tipe A dan tipe
B.

Dalam melaksanakan tugasnya, personel Korps Brigade Mobile dibekali


dengan tujuh kemampaun Brimob meliputi penanggulangan Huru-Hara
(PHH), Search and Rescue (SAR), Gerilya anti Gerilya (GAG), Penjinakan
Bom (Jibom), penanganan Kimia Biologi Radioaktif (KBR), penanganan
Terorisme, dan Penanganan kejahatan berintensitas tinggi.

Sedangkan PHH merupakan penugasan Satuan Korps Brimob Polri yang


paling sering di tugaskan. Sayangnya tidak semua unjuk rasa yang
dilakukan oleh masyarakat berjalan damai. Banyak unjuk rasa yang
kemudian berubah menjadi Huru Hara atau unjuk rasa anarkis. Tidak
sedikit kerugian yang ditimbulkan yang diakibatkan oleh unjuk rasa
anarkis tersebut. Hal ini tentu sangat merugikan bagi masyarakat lainnya
serta pemerintahan di daerah tersebut.

Pada dasarnya unjuk rasa merupakan salah satu cara yang paling
efektif dalam menyampaikan protes ataupun aspiranya, baik terhadap

3
4

kebijakan-kebijakan pemerintahan maupun terhadap kebijakan


perusahaan swasta. Secara umum masalah unjuk rasa telah diatur dalam
UUD 1945 amandemen Ke-empat, Bab X tentang Warga Negara dan
Penduduk pasal 28 yang berbunyi : “Kemerdekaan berkumpul dan
berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan
dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”. Selain itu terdapat
dalam UUD 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia pasal 28e ayat (3)
yang berbunyi : “ Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat,
berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”. Pengaturan unjuk rasa atau
demonstrasi secara khusus diatur dalam UU No. 9 Tahun 1998 Tentang
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di muka umum, disini diatur
bentuk, tata cara menyampaikan pendapat, hak dan kewajiban peserta
serta sanksi bagi pengunjuk rasa.

Cuman terekadang, adanya pelaung untuk melaksanakan unjuk


rasa terkadang melampaui kebijkan yang di sesuai peraturan. Menurut
pasal 28J ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa “Dalam menjalankan
hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan
yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan
orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum
dalam suatu masyarakat demokratis”. Sehingga pada waktu terntentu
apabila tuntunan demonstran tidak di indahkan, maka tidak jalan jalan
yang mereka tempuh yaitu unjuk rasa anarkis.

Brimob yang Berkemampuan PHH tentu siap menghadapi


persoalan teresebut. Namun dalam mengemban tugasnya, Satuan Brimob
sendiri harus sesuai mengacu dengan Prosedur yang telah di tetapkan.
Namun terkadang, bagi kalangan masyarakat sipil, terkadang kehadiran
Brimob merupakan hal yang wajib apabila terjadi unjuk rasa. Padahal
sesuai SOP yang berlaku kehadiran Brimob baru akan dibutuhkan apabila
Satuan Sabhara Polisi Kewilayahan tidak sanggup menangani unjuk rasa
tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji
dalam bentuk skripsi dengan judul: “Tinjauan Yuridis Penanganan
Unjuk Rasa Anarkis Sebagai Tupoksi Satuan Brimob di Kota
Parepare)”.

Organisasi Kepolisian sendiri disusun secara berjenjang dari


tingkat pusat sampai ke kewilayahan. Organisasi Polri tingkat pusat
disebut Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Mabes
Polri); sedang organisasi Polri tingkat kewilayahan disebut Kepolisian
Negara Republik Indonesia Daerah (Polda) di tingkat provinsi,
Kepolisian Negara Republik Indonesia Resort (Polres) di tingkat
kabupaten/kota, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia Sektor
(Polsek) di wilayah kecamatan.

Kedudukan kepolisian dalam sebuah Negara selalu menjadi kepentingan


banyak pihak untuk duduk dan berada dibawah kekuasan.Pada masa
pemerintahan Orde Baru Kepolisian RI dibenamkan dalam sebuah satuan
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang bergerak dalam
pengaruh budaya militer.Militeristik begitu mengikat karena masa lebih

5
6

dari 30 tahun kepolisian di balut dengan budaya militer tersebut.Tahun


1998 tuntutan masyarakat bgitu kuat dalam upaya membangun sebuah
pemerintahan yang bersih dan mempunyai keberpihakan terhadap
kepentingan masyarakat.

Maka selanjutnya Tap MPR No.VI/2000 dikeluarkan dan menyatakan


bahwa salah satu tuntutan Reformasi dan tantangan masa depan adalah
dilakukannya demokratisasi, maka diperlukan reposisi dan restrukturisasi
ABRI. Bahwa akibat dari penggabungan terjadi kerancuan dan tumpang
tindih peran dan fungsi TNI sebagai kekuatan pertahanan dan Polri
sebagai kekuatan Kamtibmas.Maka Polri adalah alat Negara yang
berperan dalam memelihara keamanan. Oleh karena itu Polri kembali
dibawah Presiden setelah 32 tahun dibawah Menhankam/Panglima ABRI,
Berdasarkan Undang-Undang No 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia menyebutkan bahwa (1) Polri merupakan alat Negara
yang berperan dalam pemeliharaan kamtibmas, gakkum, serta
memberikan perlindungan,pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka terpeliharanya Kamdagri. Karena dalam Bab II
Tap MPR No. VII/2000 menyebutkan bahwa: (1) Polri merupakan alat
Negara yang berperan dalam memelihara Kamtibmas,, menegakkan
hukum, memberikan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. (2)
Dalam menjalankan perannya, Polri wajib memiliki keahlian dan
ketrampilan secara professional. Artinya Polri bukan suatu lembaga /
badan non departemen tapi di bawah Presiden dan Presiden sebagai
Kepala Negara bukan Kepala Pemerintahan.

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Kepolisian, perlu ditata dahulu


rumusan tugas pokok, wewenang Kepolisian RI dalam Undang-undang
No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Peran
dan Fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia
1. Fungsi Kepolisian
Pasal 2 :” Fungsi Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan
Negara di bidang pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
penegak hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat”.
Sedangkan Pasal 3: “(1) Pengemban fungsi Kepolisian adalah Kepolisian
Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh : a. kepolisian khusus, b.
pegawai negri sipil dan/atau c. bentuk-bentuk pengamanan swakarsa. (2)
Pengemban fungsi Kepolisian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf a,b, dan c, melaksanakan fungsi Kepolisian sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum masing-
masing.

2. Tugas pokok Kepolisian


Pasal 13: Tugas Pokok Kepolisian Negara Rrepublik Indonesia dalam UU
No.2 tahun 20002 adalah sebagai berikut:
a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat
b. Menegakkan hukum
c. Memberikan perlindungan,pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat. “, penjabaran tugas Kepolisian di jelaskan lagi apada Pasal
14 UU Kepolisian RI.

3. . Kewenangan Kepolisian
Pada Pasal 15 dan 16 UU Kepolisian RI adalah perincian mengenai tugas
dan wewenang Kepolisian RI, sedangkan Pasal 18 berisi tentang diskresi
Kepolisian yang didasarkan kepada Kode Etik Kepolisian.

Keamanaun yang asal katanya aman adalah suatu kondisi yang bebas
dari segala macam bentuk gangguan dan hambatan.Sedangkan
pengertian ketertiban adalah suatu keadaan dimana segala kegiatan
dapat berfungsi dan berperan sesuai ketentuan yang ada.

Pengertian Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas)

7
8

menurut Pasal 1 Undang-undang Kepolisian Negara Republik


Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 disebutkan bahwa pengertian
Kamtibmas adalah Keamanan dan Ketertiban masyarakat adalah suatu
kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat
terselenggaranya proses pembagunan nasional dalam rangka
tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan,
ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketemtraman yang
mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi
dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan
menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk
gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.
Perkataan aman dalam pemahaman tersebut mengadung 4
(empat) pengertian dasar, yaitu :
1. Security yaitu perasaan bebas dari gangguan fisik dan psikis;
2. Surety yaitu perasaan bebas dari kekhawatiran;
3. Safety yaitu perasaan terlindungi dari segala bahaya; dan
4. Peace yaitu perasaan damai
Sedangkan makna kata tertib dan ketertiban dalam Undang-
undang trersebut adalah suatu kondisi dimana unit social termasuk di
dalamnya adalah warga masyarakat dengan segala fungsi dan
posisinya dapat berperan sebagaimana ketentuan yang ada.
Beragam kondisi instabilitassosial yang terjadi di tengah-tengah
masyarakat, khususnya yang bermukim di wilayah perekotaan tak
terkecuali Kota Parepare, tentunya akan berdampak pada
meningkatkanya rasa kekhawatiran masyarakat dalam beraktivitas,
yang pada akhirnyaakan bermuara pada menurunnya produktivias
masyarakat itu sendiri guna meningkatkan kualitas hidupnya.
Kasus-kasus kriminalitas yang biasa terjadi di kota Parepare
sendiri yaitu penganiayaan biasa, kekerasan secara bersamam-sama,
pencurian biasa, pencurian pemberatan, pencurian dengan kekerasan,
Curanmor, penipuan, penggelapan, penipuan dan penggelapan serta
pencabulan.

Aksi unjuk rasa seharusnya bukan saja dipandang sebagai


ekspresi masyarakat yang wajar melainkan juga sebagai indikator
penerapan “prinsip demokrasi” dalam kehidupan masyarakat yang
pluralistik. Dalam konteks demonstrasi dan unjuk rasa di Indonesia
sudah menjadi konsumsi publik sehari-hari, hal ini terlihat di layar
televisi maupun di surat kabar dimana demonstrasi dilakukan untuk
menolakk inerjapemerintahyangtidak memihak terhadap kepentingan
masyarakat dan penguasa yang memiliki trisikap amoral yaitu korupsi,
kolusi dan nepotisme.Demonstrasi atau unjuk rasa, merupakan cara
yang efektif untuk menyampaikan aspirasi kaum tertindas yang
termarjinalkan hak-haknya sebagai warga yang memiliki identitas diri
sama seperti yang lainnya, ketika rakyat bersuara, jangan sampai para
pemimpin tidak mendengarkannya, bukan sekedar sebuah aspirasi dari
rakyat untuk didengar namun tuntutan itu selakyaknya direalisasikan
oleh pemerintah/penguasa sebagai bentuk tanggung jawab moral
seorang pemimpin yang dikukuhkan untuk melayani rakyat, dalam
semangatnegarademokrasi.Aksiataudemonstrasitidakjarangmerugikan
dan menciptakan suasana kurang kondusif terlebih di Kota Makassar.
Tindakananarkismedalamaksidemonstrasimahasiswayangseringterjadi
memicu sikap masyarakat yang tidak simpatik lagi dengan terlihat
banyaknya spanduk-spanduk maupun baliho-baliho masyarakat kota
Makassar yang mengecam dan penolakan mahasiswa yang melakukan
aksi unjuk rasaanarkis.
Secara umum masalah unjuk rasa telah diatur dalam UUD 1945
amandemen Ke-empat, Bab X tentang Warga Negara dan Penduduk
pasal 28 yang berbunyi : “Kemerdekaan berkumpul dan berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”. Selain itu terdapat
dalam UUD 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia pasal 28e ayat

9
10

(3) yang berbunyi : “ Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat,


berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”. Pengaturan unjuk rasa atau
demonstrasi secara khusus diatur dalam UU No. 9 Tahun 1998
Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di muka umum, disini
diatur bentuk, tata cara menyampaikan pendapat, hak dan kewajiban
peserta serta sanksi bagi pengunjuk rasa.
Mahasiswa diidentikkan sebagai kelompok penekan atau
perpanjangan tangan dari rakyat untuk menyampikan aspirasi kepada
pemerintah atas kondisi masyarakat yang jauh dari konsep keadilan
dalam hukum dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia, tanpa
memandang siapa dia dan dari kalangan mana, pergerakan
demonstrasi yang dimotori oleh aktivis Mahasiswa, LSM,
Ormas,Organisasi,
khususnyaMahasiswayaitusebagaikaumintelektual,agent
3

ofchangeatau
berwawasanluas,danagentofcontrolyangbertanggungjawabmengontrol
pemerintah, mengimbangi kebijakannya atas nama rakyat yang
berdaulat. Pada awalnya demonstran mendapatkan tempat di hati
masyarakat sebagai pahlawan atas sikap kepedulian yang revolusioner
dan kemampuan memperjuangkan kepentingan kaumtertindas.
Pergerakan demontrasi dan unjuk rasa dengan mengerahkan
massa oleh mahasiswa akhir-akhir ini mendapat sorotan yang tajam
secara publik di akui “issue” yang di angkat menjadi aspirasi dan
tuntutan legitimasi demokrasi sangat di harapkan oleh rakyat untuk
diaplikasikan sebagai bentuk keresahan yang dirasakan akibat dari
kebijakan pemeritah yang mengecewakan dilapangan. namun
praktisnya massa yang berunjuk rasa bertindak tidak sesuai dengan
pesan-pesan moral yang di sampaikan kepada pemerintah dari
harapkan rakyat, realitas ini mengarah pada perbuatan para
demonstran dan unjuk rasa tempo ini sering menimbulkan bahaya atau
ancaman bahaya bagi nyawa orang lain. Intinya terjadi instabilitas
keamanan-demonstrasi tidak lagi menjadi media yang di percaya untuk
membawakan aspirasi rakyat tertindas dan termarjinalkan karena
demonstrasi juga telah memarjilankan hak-hak warga dan secara
hukum telah melakukan tindakan pidana.Demonstrasi dapat bernilai
positif, dapat juga bernilai negatif.
Salah satu Korps Kepolisian yang memiliki peranan dalam
penanggulangan tindak pidana unjuk rasa adalah Korps Brigade Mobile
(Brimob).Surat Keputusan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Skep
Kapolri) No. Pol. KEP/53/X/2002 mengenai Brimob, dinyatakan bahwa
Korps Brimob ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan
penanggulangan terhadap gangguan keamananan berintensitas tinggi
antara lain terorisme, huru-hara atau kerusuhan massa, kejahatan
terorganisir bersenjata api atau bahan peledak, penanganan senjata
kimia, biologi dan radioaktif (KBR) serta pelaksanaan kegiatan SAR.
4

Dalam penanganan didalam suatu unjuk rasa pihak kepolisian


tidak dapat semena-mena dalam menghadapi aksi unjuk rasa karena
harus sesuai dengan ketentuan perundang undangan yang berlaku
serta penindakan yang dilakukan dengan tepat, tegas dan tetap
mengedepankan prinsip-prinsip Hak AsasiManusia (HAM).
Dengan demikian kegiatan unjuk rasa sebenarnya merupakan
salah satu bentuk hak asasi yang dilindungi oleh hukum, dalam
mewujudkan kehendak warga Negara dalam menyampaikan pendapat
secara bebas harus tetap dipelihara, agar seluruh tatanan sosial
kelembagaan tetap terjaga dari penyimpangan atau pelanggaran
hukum serta dapat menjamin rasa aman dalam kehidupan masyarakat.
Kondisi yang sering terjadi, unjuk rasa yang semula berjalan
secara baik menjadi kerusuhan atau anarkis, bentrokan pun tidak dapat
dihindari antara pengunjuk rasa dan aparat keamanan (polisi).Apabila
dalam suatu unjuk rasa yang terjadi telah mengarah pada hal-hal yang
anarkis dan telah mengganggu kepentingan umum maka polisi
penanganannya lebih mengacu pada aspek keamanan. Berkaitan
dengan kondisi lapangan yang tidak kondusif maka adakalanya
dilapangan, polisi menggunakan konsep penanganan yang sedikit
berbeda dengan apa yang ada diperaturan.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji
dalam bentuk skripsi dengan judul: “Analisa Yuridis Peran Brigade
Mobile (Brimob) Terhadap Penegakan Hukum Dalam Unjuk Rasa
Mahasiswa Yang AnarkisDi Kota Makassar(Studi Kasus Tahun
2017-2019)”.

B. RumusanMasalah

1. Bagaimanakah peran Brigade Mobile (Brimob) dalam penegakan


hukum terhadap aksi unjuk rasa mahasiswa yang anarkis di Kota
Makassar?
5

2. Faktor-faktorapakahmenjadipenghambatpelaksanaanpenangananan
unjuk rasa mahasiswa yang berujung anarkis oleh Brigade Mobile?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, tujuan penelitian ini
adalah:
a. Untuk mengetahui peran Brigade Mobile (Brimob) dalam
penegakan hukum terhadap pelaku aksi unjuk rasa anarkis di
KotaMakassar.
b. Untuk mengetahui dan menganalisa faktor-faktor yang menjadi
penghambatpelaksanaanpenangananunjukrasayangdilakukan
Mahasiswa yang berujung anarki olehBrigade Mobile ( Brimob).
2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai sebagai berikut:

a. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumbangan
pemikiran bagi aparat penegak hukum dan Korps Brimob Polri
dalam hal menyelesaikan kasus unjuk rasa yanganarkis.
b. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memperkaya
kajian ilmu hukum pidana, khususnya yang berkaitan dengan
peran Korps Brimob Polri dalam upaya menyelesaikan
pelanggaran unjuk rasa di KotaMakassar.
6
BAB II

TINJAUANPUSTAKA

A. Teori Tentang Peran


Menurut kamus Bahasa Indonesia (2002:348) peran diartikan
sebagai:
“seperangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan di masyarakat”
Kedudukan dalam hal ini diharapkan sebagai posisi tertentu di
dalam masyarakat yang mungkin tinggi, sedang-sedang saja atau
rendah.Kedudukan adalah suatu wadah yang isinya adalah hak dan
kewajiban tertentu, sedangkan hak dan kewajiban tersebut dapat
dikatakan sebagai peran.Oleh karena itu, maka seseorang yang
mempunyai kedudukan tertentu dapat dikatakan sebagai pemegang
peran (role accupant).Suatu hak sebenarnya merupakan wewenang
untuk berbuat atau tidak berbuat, sedangkan kewajiban adalah beban
atau tugas.
Secara sosiologis peran adalah aspek dinamis yang berupa
tindakan atau perilaku yang dilaksanakan oleh seseorang yang
menempati atau memangku suatu posisi dan melaksanakan hak-hak
dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya. Jika seseorang
menjalankan peran tersebut dengan baik, dengan sendirinya akan
berharap bahwa apa yang dijalankan sesuai dengan keinginan dari
8

lingkungannya. Maka oleh Soekanto (1983:242) dikatakan bahwa:


“Peran secara umum adalah kehadiran di didalam menentukan
suatu proses keberlangsungan”
Peran merupakan dinamisasi dari statis ataupun penggunaan
dari pihak dan kewajiban atau disebut subyektif.Peran dimaknai
sebagai tugas atau pemberian tugas kepada seseorang atau
sekumpulan orang.
Menurut Soekanto (1983:242) Peran memiliki aspek-aspek
sebagai berikut:
1. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi
atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti
ini merupakan rangkaian peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan masyarakat.
2. Peran adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan
oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peran juga dapat diartikan sebagai perilaku individu yang
penting bagi struktur sosial masyarakat.

Menurut Soekanto (1983:243) Jenis-jenis peran adalah sebagai


berikut:
1. Peran normatif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang
atau lembaga yang didasarkan pada seperangkat norma atau
hukum yang berlaku dalam kehidupan masyarakat
2. Peran ideal adalah peran yang dilakukan oleh seseorang atau
lembaga yang didasarkan pada nilai-nilai ideal atau yang
seharusnya dilakukan sesuai dengan kedudukannya di dalam
suatu sistem.
3. Peran faktual adalah peran yang dilakukan oleh seseorang
atau lembaga yang didasarkan pada kenyataan secara
kongkrit di lapangan atau kehidupan sosial yang terjadi secara
nyata.
9

Berdasarkan uraian di atas maka yang dimaksud dengan peran


adalah aspek dinamis yang berupa tindakan atau perilaku yang
dilaksanakan oleh seseorang yang menempati atau memangku suatu
posisi dan melaksanakan hak-hak dan kewajiban sesuai dengan
kedudukannya di dalam masyarakat.

B. Pengertian Kepolisian dan Korps Brimob


1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia
Menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian
bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi
terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan
tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketenteraman
masyarakat dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.
2. Fungsi dan Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia
Menurut Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia, fungsi kepolisian adalah
salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan
keamanan dan ketertiban, penegakan hukum, perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Menurut Pasal 3
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia disebutkan bahwa pengemban fungsi kepolisian
adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh:

a. Kepolisian khusus;
Kepolisian khusus adalah instansi dan/atau badan Pemerintah
yang oleh atau atas kuasa undang-undang (peraturan perundang-
undangan) diberi wewenang untuk melaksanakan fungsi
kepolisian dibidang teknisnya masing-masing.Wewenang bersifat
10

khusus dan terbatas dalam "lingkungan kuasa soal-soal" (zaken


gebied) yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan
yang menjadi dasar hukumnya.Contoh "kepolisian khusus" yaitu
Balai Pengawasan Obat dan Makanan (Ditjen POM Depkes),
Polsus Kehutanan, Polsus di lingkungan Imigrasi dan lain-lain.
b. Penyidik Pegawai Negeri Sipil;
Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah pejabat pegawai negeri sipil
tertentu yang berdasarkan peraturan perundang-undangan
ditunjuk selaku penyidik dan mempunyai wewenang untuk
melakukan penyidikan tindak pidana dalam lingkup undang-
undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing.
c. Bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.
Bentuk-bentuk pengamanan swakarsa adalah suatu bentuk
pengamanan yang diadakan atas kemauan, kesadaran, dan
kepentingan masyarakat sendiri yang kemudian memperoleh
pengukuhan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia, seperti
satuan pengamanan lingkungan dan badan usaha di bidang jasa
pengamanan.
Bentuk-bentuk pengamanan swakarsa memiliki kewenangan
kepolisian terbatas dalam "lingkungan kuasa tempat" (teritoir
gebied/ruimte gebied) meliputi lingkungan pemukiman, lingkungan
kerja, lingkungan pendidikan.Contohnya adalah satuan
pengamanan lingkungan di pemukiman, satuan pengamanan
pada kawasan perkantoran atau satuan pengamanan pada
pertokoan.Pengaturan mengenai pengamanan swakarsa
merupakan kewenangan Kapolri.Pengemban fungsi kepolisian
tersebut melaksanakan fungsi kepolisian sesuai peraturan
perundang-undangan yang menjadi dasar hukumnya masing-
masing.
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia menyebutkan bahwa
11

kepolisian merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara


keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta
memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.
Pasal 6 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 menyebutkan
bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah Kepolisian
Nasional yang merupakan satu kesatuan dalam melaksanakan
peran:
a. Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi
dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat
terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka
tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya
keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya
ketenteraman, yang mengandung kemampuan membina serta
mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam
menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk
pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang
dapat meresahkan masyarakat.

b. Keamanan dalam negeri adalah suatu keadaan yang ditandai


dengan terjaminnya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib
dan tegaknya hukum, serta terselenggaranya perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Kepentingan
umum adalah kepentingan masyarakat dan/atau kepentingan
bangsa dan negara demi terjaminnya keamanan dalam negeri.
3. Tugas dan Wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia
Menurut Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002
tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, tugas pokok
Kepolisian adalah:
a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
b. Menegakkan hukum; dan
12

c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada


masyarakat.
Menurut Pasal 15 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002
tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, wewenang
Kepolisian adalah:
a. Menerima laporan dan/atau pengaduan;
b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang
dapat mengganggu ketertiban umum;
c. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;
antara lain pengemisan dan pergelandangan, pelacuran,
perjudian, penyalahgunaan obat dan narkotika, pemabukan,
perdagangan manusia, penghisapan/praktik lintah darat, dan
pungutan liar.
d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa; Aliran yang
dimaksud adalah semua atau paham yang dapat menimbulkan
perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa
antara lain aliran kepercayaan yang bertentangan dengan falsafah
dasar Negara Republik Indonesia.
e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan
administrative kepolisian;
f. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan
kepolisian dalam rangka pencegahan;
g. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;
h. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret
seseorang;
i. Mencari keterangan dan barang bukti;
j. Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;
k. Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang
diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat;
l. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan
13

pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta


kegiatan masyarakat;
m. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara
waktu.
Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan
peraturan perundangundangan lainnya berwenang:
a. Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan
kegiatan masyarakat lainnya;
b. Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor;
c. Memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor;
d. Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik;
e. Memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan
peledak, dan senjata tajam;
f. Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan
terhadap badan usaha di bidang jasa pengamanan;
g. Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian
khusus dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis
kepolisian;
h. Melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam
menyidik dan memberantas kejahatan internasional;
i. Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang
asing yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi
instansi terkait;
j. Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi
kepolisian internasional;
k. Melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup
tugas kepolisian.
Penyelenggarakan tugas sebagaimana telah disebutkan di
atas, dalam di bidang proses pidana diatur dalam Pasal 16, di mana
Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang untuk:
a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan
14

penyitaan;
b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat
kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan;
c. Membawa dan menghadapkan orang pada penyidik dalam rangka
penyidikan;
d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta
memeriksa tanda pengenal diri;
e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi;
g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara;
h. Mengadakan penghentian penyidikan;
i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;
j. Mengajukan permintaan secara langsung pada pejabat imigrasi
yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan
mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal
orang yang disangka melakukan tindak pidana;
k. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik
Pegawai Negeri Sipil serta menerima hasil penyidikan dari
penyidik Pegawai Negeri Sipil untuk diserahkan kepada penuntut
umum;
l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung
jawab. Tindakan lain tersebut adalah tindakan penyelidikan dan
penyidikan yang dilaksanakan jika memenuhi syarat sebagai
berikut:
1) Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;
2) Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan
tindakan tersebut dilakukan;
3) Harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan
jabatannya;
15

4) Pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang


memaksa; dan
5) Menghormati Hak Asasi Manusia.
Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia menjalankan
tugas dan wewenangnya di seluruh wilayah negara Republik
Indonesia, khususnya di daerah hukum pejabat yang bersangkutan
ditugaskan sesuai dengan peraturan perundangundangan.Untuk
kepentingan umum pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat bertindak
menurut penilaiannya sendiri.Pelaksanaan ketentuan tersebut hanya
dapat dilakukan dalam keadaan yang sangat perlu dengan
memperhatikan peraturan perundang-undangan dan Kode Etik
Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.Kepolisian Negara
Republik Indonesia dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab
kepada Presiden baik dibidang fungsi kepolisian preventif maupun
represif yustisial.Namun demikian pertanggungjawaban tersebut
harus senantiasa berdasar kepada ketentuan peraturan perundang-
undangan.
4. Pengertian Korps Brimob
Menurut Pasal 2 Surat Keputusan Kepala Kepolisian Republik
Indonesia (Skep Kapolri) No. Pol. KEP/53/X/2002 mengenai Brimob,
dinyatakan bahwa Korps Brimob ditugaskan untuk melaksanakan
kegiatan penanggulangan terhadap gangguan keamananan
berintensitas tinggi antara lain terorisme, huru-hara atau kerusuhan
massa, kejahatan terorganisir bersenjata api atau bahan peledak,
penanganan senjata kimia, biologi dan radioaktif (KBR) serta
pelaksanaan kegiatan SAR.
Tugas dan fungsi utama dijelaskan lebih lanjut pada Pasal 18
Ayat (2) yang berkaitan dengan Unsur Pelaksana Utama, dan lebih
spesifik yakni pada satuan Gegana dan Pelopor. Gegana,
berdasarkan perintah dari Komandan Brimob, dapat bertindak dalam
16

menghadapi pelanggaran keamanan berat, terutama kejahatan


terorganisir yang menggunakan senjata api dan bahan peledak
ataupun yang melakukan serangan teror berskala nasional ataupun
internasional. Pasal 19 Ayat (2) mengenai pelopor yang berdasarkan
perintah dari Komandan Brimob, bertanggung jawab untuk
pengendalian ketertiban publik dan perlawanan insurgensi, dalam
mendukung keamanan dalam negeri.Brimob menjadi kekuatan polisi
yang utama dalam operasi-operasi melawan gerakan separatisme
bersenjata, kekerasan etnik dan agama, dan situasi konflik lainnya.
Surat Keputusan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Skep
Kapolri) No. Pol. KEP/53/X/2002 mengenai Brimob mengatur bahwa
seluruh tugas pokok dan fungsi yang di bebankan pada Gegana itu
di klasifikasikan berdasarkan kadar atau spesifikasi golongan
kejahatan yang dilakukan. Klasifikasi itu terdiri dari lima Detasemen:
a. Detasemen A/ Resintelmob
Salah satu unsur pelaksana utama di jajaran Satuan Gegana
Korps Brimob Polri yang memiliki tugas berdasarkan perintah
Kasat Satuan 1 Gegana, membina dan mengerahkan kekuatan
kesatuan untuk menindak gangguan kamtibmas berkadar tinggi
khususnya fungsi reserse intelijen Mobile sesuai dengan
ketentuan dan prosedur yang telah ditetapkan.
b. Detasemen B/Jilbom
Salah satu unsur pelaksana utama di jajaran Satuan Gegana
Korps Brimob Polri yang memiliki tugas berdasarkan perintah
Kasat 1 Gegana, membina dan mengerahkan kekuatan kesatuan
untuk menindak gangguan kamtibmas berkadar tinggi khususnya
dalam pengamanan dan penjinakan yang terkait dengan bahan
peledak dan bom sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang
telah ditetapkan.
c. Detasemen C/ Lawan Teror Salah satu unsur pelaksana utama di
jajaran Satuan Gegana Korps Brimob Polri yang memiliki tugas
17

berdasarkan perintah Kasat 1 Gegana, membina dan


mengerahkan kekuatan kesatuan untuk menindak gangguan
kamtibmas berkadar tinggi khususnya dalam penanganan,
penindakan dan penagkapan para penghembus teror atau pelaku
tindakan terorisme sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang
telah ditetapkan.
d. Detasemen D/ Anti Anarkis
Salah satu unsur pelaksana utama di jajaran Satuan Gegana
Korps Brimob Polri yang bertugas membina dan mengerahkan
kekuatan kesatuan untuk menindak gangguan kamtibmas
berkadar tinggi khususnya dalam penanganan, penindakan dan
penangkapan pelaku tindakan anarkis pada suatu kegiatan
tertentu misalkan demo atau unjuk rasa yang berbuntut pada
kekacauan massa sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang
sudah ditetapkan.
e. Detasemen E/ Kimia, Biologi, RA
Salah satu unsur pelaksana utama di jajaran Satuan Gegana
Korps Brimob Polri yang memiliki tugas berdasarkan perintah
Kasat 1 Gegana, membina dan mengerahkan kekuatan kesatuan
untuk menindak gangguan kamtibmas berkadar tinggi khususnya
dalam penanganan, penindakan dan penangkapan para pelaku
tindakan kejahatan dengan mempergunakan bahan kimia, biologi
serta radioaktif yang berbahaya bagi kehidupan masyarakat
sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang sudah ditetapkan.

C. Pengertian Penegakan Hukum


Pengertian Penegakan Hukum Oleh Dellyana (1988:32)
dikatakan bahwa:
Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya tegaknya
atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai
pedoman pelaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan
18

hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.


Penegakan hukum merupakan usaha untuk mewujudkan ide-ide
dan konsepkonsep hukum yang diharapakan rakyat menjadi
kenyataan. Penegakan hukum merupakan suatu proses yang
melibatkan banyak hal.

Ditinjau dari sudut subjeknya, penegakan hukum itu dapat


dilakukan oleh subjek yang luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya
penegakan hukum oleh subjek dalam arti yang terbatas atau
sempit.Dalam arti luas,
prosespenegakanhukumitumelibatkansemuasubjekhukumdalamsetiap
hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau
melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan
mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia
menjalankan atau menegakkan aturan hukum. Dalam arti sempit, dari
segi subjeknya itu, penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai
upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan
memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan sebagaimana
seharusnya.Dalam memastikan tegaknya hukum itu, apabila
diperlukan, aparatur penegak hukum itu diperkenankan untuk
menggunakan dayapaksa.
Pengertian penegakan hukum itu dapat pula ditinjau dari sudut
objeknya, yaitu dari segi hukumnya.Dalam hal ini, pengertiannya juga
mencakupmaknayangluasdansempit.Dalamartiluas,penegakanhukum
itu mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya
bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang hidup dalam
masyarakat.Tetapi, dalam arti sempit, penegakan hukum itu hanya
menyangkut penegakan peraturan yang formal dan tertulis saja. Karena
itu, penerjemahan perkataan ‘law enforcement’ ke dalam bahasa
Indonesia dalam menggunakan perkataan ‘penegakan hukum’ dalam
arti luas dan dapat pula digunakan istilah ‘penegakan peraturan’ dalam
19

arti sempit. Pembedaan antara formalitas aturan hukum yang tertulis


dengan cakupan nilai keadilan yang dikandungnya ini bahkan juga
timbul dalam bahasa
Inggerissendiridengandikembangkannyaistilah‘theruleoflaw’versus‘the
rule of just law’ atau dalam istilah ‘the rule of law and not of man’
versus istilah ‘the rule by law’ yang berarti ‘the rule of man by law’.
Dalam istilah ‘the rule of law’ terkandung makna pemerintahan oleh
hukum, tetapi bukan dalam artinya yang formal, melainkan mencakup
pula nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya.Karena itu,
digunakan istilah ‘the rule of just law’.Dalam istilah ‘the rule of law and
not of man’ dimaksudkan untuk menegaskan bahwa pada hakikatnya
pemerintahan suatu negara hukum modern itu dilakukan oleh hukum,
bukan oleh orang.Istilah sebaliknya adalah ‘the rule by law’ yang
dimaksudkan kekuasaanbelaka.
Menurut Husen (1990:58) dikemukakan bahwa Penegakan
hukum pidana merupakan:
“Satu kesatuan proses diawali dengan penyidikan, penangkapan,
penahanan, peradilan terdakwa dan diakhiri dengan
pemasyarakatan terpidana.”
Menurut Husen (1983:35) dikemukakan bahwa Penegakan
hukum adalah:
kegiatan menyerasikan hubungan nila-nilai yang terjabarkan
dalam kaidah-kaidah mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian
penjabaran nilai tahap akhir. untuk menciptakan, memelihara
dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.

Hakikatnya penegakan hukum mewujudkan nilai-nilai atau


kaedah-kaedah yang memuat keadilan dan kebenaran, penegakan
hukum bukan hanya menjadi tugas dari para penegak hukum yang
sudah di kenal secara konvensional , tetapi menjadi tugas dari setiap
20

orang. Meskipun demikian, dalam kaitannya dengan hukum publik


pemerintahlah yang bertanggung jawab.

D. Pengertian Unjuk Rasa/Demontrasi


Di dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang
Kebebasan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum, tepatnya Pasal 1
ayat (3) dikatakan bahwa, “Unjuk rasa atau Demonstrasi adalah
kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau lebih untuk mengeluarkan
pikiran”.
Unjuk rasa atau demonstrasi ("demo") adalah sebuah gerakan
protes yang dilakukan sekumpulan orang di depan umum. Unjuk rasa
biasanya dilakukan untuk menyatakan pendapat kelompok tersebut
atau menentang
kebijakanyangdilaksanakansuatupihakataudapatpuladilakukansebagai
sebuah upaya penekanan secara politik oleh kepentingankelompok.
Unjuk rasa umumnya dilakukan oleh kelompok mahasiswa yang
menentangkebijakanpemerintah,atauparaburuhyangtidakpuasdengan
perlakuan majikannya. Namun unjuk rasa juga dilakukan oleh
kelompok- kelompok lainnya dengan tujuan lain. Unjuk rasa kadang
dapat menyebabkan pengerusakan terhadap benda-benda.Hal ini
dapat terjadi akibat keinginan menunjukkan pendapat para pengunjuk
rasa yang berlebihan.
SesuaidenganpengertiandaridemonstrasisepertiterdapatdalamPa
sal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum bahwa
demonstrasijugamerupakan unjuk rasa. Unjuk rasa merupakan bentuk
ekspresi berpendapat.Unjuk rasa melalui demonstrasi adalah hak
warga negara.Tetapi, inilah hak yang bisa mengerikan, karena
umumnya demonstrasi yang melibatkan ribuan orang yang berlangsung
dengan tanpa arah yang dapat berujung anarki sehingga menimbulkan
tindak pidana. Demonstrasi adalah hak demokrasi yang dapat
21

dilaksanakan dengan tertib,damai, dan intelek. Sebuah contoh yang


sangat bagus, yang mestinya juga ditiru oleh mereka yang gemar unjuk
rasa, yang senang turun ke jalan.
Unjuk rasa atau Demonstrasi bisa bernilai positif, dapat juga
bernilai negatif.Ini artinya bahwa ketika demonstrasi itu menjunjung
tinggi
demokrasi,makadipandangsebagaihalpositifdanmempunyainilaidimata
masyarakat.Namun ketika demonstrasi mengabaikan demokrasi maka
dipandang masyarakat sebagai hal yang tercela atau negatif.Demokrasi
adalahsalahsatusaranademonstrasi.Artinya,demonstrasiharusberhenti
ketika pendapat mereka harus sudahdisampaikan.
Demonstrasi adalah salah satu diantara sekian banyak cara
menyampaikan pikiran atau pendapat. Sebagai cara, kegiatan itu perlu
selalu dijaga dan diperiksa agar hal ini tidak berubah menjadi tujuan.
Menjadi tugas dan kewajiban kita untuk mengingatkan bahwa
demonstrasi akan diakhiri ketika kita akan mudah tergelincir dalam
domain politik pratis yang kurang baik.

E. Pengertian Anarkis
Kata “anarki” berasal dari bahasa Yunani, awalan an (atau a),
berarti
“tidak”,“inginakan”,“ketiadaan”,atau“kekurangan”,ditambaharchosyang
berarti “suatu peraturan”, “pemimpin”, “kepala”, “penguasa”, atau
“kekuasaan”. Atau, seperti yang dikatakan Peter Kropotkin, anarki
berasal dari kata Yunani yang berarti “melawanpenguasa”.
Meskikata-
kataYunanianarchosdananarchiaseringkalidiartikan“tidak memiliki
pemerintah” atau “ada tanpa pemerintah”, sepertiyangdapat dilihat, arti
orisinil anarkisme yang tepat bukanlah sekedar“tidakada pemerintah”.
“Anarki” berarti “tanpa suatu peraturan” atau lebihumumlagi,“tanpa
kekuasaan”, dan dalam pemahaman inilah kaumanarkisterus
22

menggunakankataini.Anarkiberarti“bukannyatidakmemerlukantatanan,
sepertiyangdipikirkanpadaumumnya,namunsuatuketiadaanperaturan”.

Anarkisme adalah suatu ajaran (paham)


yangmenentangsetiapkekuatannegara,ataudapatdiartikansuatuteoripolit
ikyangtidak menyukaiadanyapemerintahandanUndang-
Undang.Sebagaisuatupahamataupendirianfilosofismaupunpolitikyangpe
rcayabahwamanusiasebagai anggota masyarakat akan membawa pada
manfaatyangterbaikbagisemuajikatanpadiperintahmaupunotoritas,boleh
jadimerupakansuatukeniscayaan. Pandangan dan pemikiran anarkis
yang
demikianitupadadasarnyamenyuarakansuatukeyakinanbahwamanusiap
adahakekatnyaadalahmakhlukyangsecaraalamiahmampuhidupsecarah
armonisdanbebastanpaintervensikekuasaanjugatidaklahsesuatukeyakin
an yang salah.
Anarkismeataudiejaanarkhismeyaitusuatupahamyangmemperca
yai
bahwasegalabentuknegara,pemerintahan,dengankekuasaannyaadalah
lembaga-lembaga yang menumbuh suburkan penindasan terhadap
kehidupan, oleh karena itu negara, pemerintahan, beserta
perangkatnya harus dihilangkan/dihancurkan.
Anarki terjadi ketika sekelompok orang berkumpul bersama
untuk melakukan tindak kekerasan, biasanya sebagai tindakan
pembalasan terhadap perlakuan yang dianggap tidak adil ataupun
sebagai upaya penentangan terhadap sesuatu.Alasan yang sering
menjadi penyebab anarki misalnya kesejahteraan masyarakat yang
tidak terpenuhi, kebijakan pemerintah yang merugikan masyarakat, dan
lain sebagainya.
Anarki berkaitan erat dengan istilah kekerasan. Istilah kekerasan
digunakan untuk menggambarkan perilaku, baik yang secara terbuka
(overt) atau tertutup (covert), dan baik yang bersifat menyerah
(offensive) atau bertahan (diffensive), yang disertai penggunaan
23

kekuatan kepada orang lain.


Anarki adalah kekacauan (chaos) fisik yang menimpa
masyarakat sipil berupa bentrokan antar manusia, perkelahian massal,
sampai pembunuhan, penjarahan, dan perusakan sarana dan
prasarana umum, maupun fasilitas pribadi ataupun tindak pidana
lainnya.Karena itu, anarki
tidakmenghasilkansuatuperubahanpositifdalamtatananmasyarakatdan
hanya menimbulkan kerusakan fisik dan trauma sosial (ketakutan yang
mencekammasyarakat).
Jadi, Demonstrasi Anarkis adalah suatu gerakan protes yang
merupakan wujud nyata kekecewaan masyarakat yang diwarnai
dengan aksi kekerasan. Sejak era reformasi kebebasan mengeluarkan
pendapat adalah hal besar bagi masyarakat, karena selama 30 tahun
lebih pemerintahan masa Orde Baru, akhirnya sekarang tiada hari
tanpa demonstrasi. Akan tetapi demonstrasi sekarang tidak lagi
berjalan tertib.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan normatif
dan empiris.Pendekatan normatif adalah pendekatan yang dilakukan
dengan cara mempelajari perundang-undangan, teori-teori, dan
konsep-konsep yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.
Sedangkan pendekatan empiris adalah pendekatan yang dilakukan
dengan cara melakukan penelitian dilapangan, guna mendapatkan
data-data atau dokumen-dokumen serta keterangan yang konkret
mengenai permasalahan yang diteliti.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penulis akan melakukan penelitian di Mako Brimob Batalyon B
Pelopor Satbrimob Polda Sulsel dan waktu penelitian dilaksanakan
selama 2 (dua) bulan.
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh
melalui cara sebagai berikut :
1. Studi pustaka (library research) Dilakukan dengan serangkaian
kegiatan seperti membaca, menelaah danmengutip dari literatur
29

serta melakukan pengkajian terhadap ketentuan peraturan


perundang-undangan yang berkaitan dengan pokok bahasan.
2. Studi lapangan (field research) Dilakukan dengan kegiatan
wawancara (interview) kepada responden sebagai usaha
mengumpulkan data terkait berkaitan dengan permasalahan
dalam penelitian.
3. Populasi dan sampel penelitian ini adalah pelaku unjuk rasa baik
dari kelompok mahasiswa, aktifis, LSM, buruh dan kelompok
lainnya
4. Wawancara Teknik pengumpulan data dengan cara melakukan
wawancara dengan pihak-pihak yang berkompeten dengan objek
penelitian, serta meminta data-data kepada pihak yang terkait.
5. Observasi Observasi yakni metode ini menitik beratkan pada
pengamatan langsung ke lokasi penelitian guna melihat dan
mengetahui secara pasti mengenai peran Brigade Mobile (Brimob)
dalam penegakan hukum terhadap pelaku aksi unjuk rasa anarkis
di KotaMakassar
6. Dokumentasi Dilakukan dengan pengumpulan data sekunder
dengan cara membaca dan mempelajari artikel-artikel pada berita
online, surat kabar dan buku-buku bacaan lainnya dan peraturan
perundang-undangan atau referensi lainnya yang erat kaitannya
dengan permasalahan yang dibahas.

D. Analisis Data
Dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dengan cara
melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang berkompeten dengan
objek penelitian, serta meminta data-data kepada pihak yang terkait
dengan penelitian ini. Data yang diperoleh penulis kelak akan
dituangkan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Dengan menggunakan deskriptif kualitatif dimaksudkan untuk
menggambarkan serta menguraikan secara keseluruhan data yang
30

diperoleh dari hasil studi kepustakaan yang berkaitan dengan judul


penulisan hukum secara jelas dan rinci yang kemudian dianalisis guna
menjawab permasalahan atau rumusan masalah yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA

Buku

DellyanaShant,1988. Konsep Penegakan Hukum, Liberty, Yogyakarta.

Harun M.Husen, 1990. Kejahatan dan Penegakan Hukum Di Indonesia,


Rineka Cipta, Jakarta.

Moeljatno, 1993.Asas-asas Hukum Pidana. Surabaya: Putra Harsa.

Momo Kelana, 1972. Hukum Kepolisian ( Perkembangan di Indonesia ),


Suatu Studi Histories Komparatif, PTIK, Jakarta.

------------------,1984.Hukum Kepolisian, edisi ke-tiga, PTIK, Jakarta.

Philipus M. Hadjon,1992.Lembaga Tertinggi dan Lembaga-Lembaga


Tinggi NegaraMenurut Undang-Undang Dasar 1945 Suatu
Analisa Hukum Dan Kenegaraan, PT. Bina Ilmu, Surabaya.

Shachran Basah, 1986. Tiga Tulisan Tentang Hukum, Armico, Bandung.

Soebroto Brotodiredjo, 1985. HukumKepolisian di Indonesia (Suatu Bunga


Rampai), Tarsito, Bandung.

Soerjono Soekanto, 1983. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan


Hukum.Jakarta: UI Press.

Sugiono, 2012.Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung

Purwodarminto, 1986.Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,


Jakarta.

Peraturan Perundang-Undangan
28

Undang-Undang Negara Republik Indonesia No. 9 tahun 1998 tentang


Kebebasan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.

Undang-undang Negara Republik Indonesia No. 2 tahun 2002 tentang


Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun


2012 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Pelayanan,
Pengamanan, Dan Penanganan Perkara Penyampaian Pendapat
Di Muka Umum.

Anda mungkin juga menyukai