Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TEORI DAN PERBANDINGAN KONSTITUSI

Oleh :
RIZKA
NPM

PROGRAM PASCASARJANA
MEGISTER ILMU HUKUM UNIVERSITAS BALIKPAPAN
BALIKPAPAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kerajaan belanda atau Koninkrijk der Nederlanden dalam bahasa belanda, dipimpin oleh seorang raja
bernama Willem Alexander yang menggantikan ibunya ratu Beatrix. Raja / ratu belanda mendapatkan
kedudukan sebagai kepala negara secara turun temurun yang dilengkapi kekuasaan terbatas. Belanda
merupakan negara yang menganut sistem pemerintahan monarki konstitusional. Bentuk negaranya
adalah negara kesatuan yaitu negara yang berdiri tunggal dan tidak bersekutu dengan negara lain secara
politik.

Dalam konteks ketatanegaraan, konstitusi dimaksudkan dengan pembentukan suatu Negara atau
menyusun dan menyatakan sebuah Negara. Dalam bahasa Belanda, istilah konstitusi dikenal dengan
istilah Grondwet, yang berarti Undang-undang Dasar. Di Jerman istilah konstitusi juga dikenal degan
istilah Grundgesetz, yang juga berarti Undang-Undang Dasar (Grund =Dasar dan Gesetz =undang-
undang).

Istilah Konstitusi menurut Chairul Anwar adalah fundamental laws, tentang pemerintahan suatu Negara
dan nilai-nilai fundamentalnya. Sementara menurut Sri Soemantri, konstitusi berarti suatu naskah yang
memuat suatu bangunan Negara dan sendisendi system pemerintahan Negara.s

Belanda telah menjadi monarki konstitusional sejak tahun 1815, dan demokrasi parlementer sejak tahun
1848. Belanda digambarkan sebagai negara konsosiasional. Politik, dan pemerintahan Belanda disifatkan
oleh suatu usaha untuk mencapai kemufakatan yang luas mengenai urusan-urusan yang penting, dalam
komunitas politik maupun masyarakat secara keseluruhan

NEGARA AMERIKA SERIKAT


Sistem Ketatanegaraan :
Konstitusi Amerika Serikat dan pelaksanaan Konstitusi
Konstitusi Amerika Serikat disusun dan diterima beberapa tahun setelah Pernyataan
Kemerdekaan Amerika Serikat ditanda tangani padatahun 1776. Pada tanggal 25 Mei 1787
dibuka dengan resmi Sidang Konstituante yang terdiri dari 55 orang utusan dari 13 negara-
negara yangada di Amerika pada waktu itu. Perbincangan 55 orang utusan berlangsung sampai
17 September 1787 dan menghasilkan rancangan naskah konstitusi. Rancangan Naskah tersebut
diterima sebagai naskah resmiuntuk dimintakan persetujuan dari pemerintah-pemerintah 13
Negara untuk dapat berlaku efektif sebagai Konstitusi Amerika Serikat. Pada akhir tahun 1787, 9
negara memberikan persetujuan dan secara formal sudahdapat berlaku sah, karena sudah
mencapai mayoritas 2/3.Konstitusi Amerika Serikat mewujudkan prinsip-prinsip yangdinyatakan
dalam suatu
Declaration of Independence
(1776). Deklarasitersebut diangkat dari filosofi Prancis dan aliran pencerahan Inggris.Tujuan
utama konstitusi Amerika Serikat adalah menjamin hak-hak
Negara bagian. Negara Amerika Serikat memiliki motto (1776) “Pluribus Unum” artinya “dari
banyak, menjadi satu”, dan pada tahun 1956 dengan motto “In God We Trust” artinya” kepada
Tuhan kami Percaya” ini memiliki sistem pemerintahan demokrasi presidensiil. Konstitusi
tersebut menjelaskan kekuasan yang dapat diselenggarakan organ pemerintahan bersama, yaitu
pemerintahan federal. Sedangkan kekuasaan yang tidak disebutkan dalam konstitusi menjadi
milik pemerintah Negara bagian

Sistem Pemerintahan : Amerika Serikat merupakan sebuah negara serikat/federal


berbentuk republik beribukota di Washington D.C. yang mempunyai 50 negara bagian.
Sedangkan  sistem pemerintahan yang dianut adalah Sistem Pemerintahan Presidensial. Presiden
Amerika adalah kepala negara juga sekaligus sebagai kepala pemerintahan.Terdapat pemisahan
kekuasaan yang jelas antara legislatif, eksekutif, dan yudikatif yang dinamakan  “Separation of
Power Teory” yang berasal dari ajaran Trias Politika (Montesquieu) yang membedakan
kekuasaan dalam suatu negara dipisahkan menjadi 3 cabang kekuasaan :

a.Eksekutif    : kekuasaan yang melaksanakan Undang-Undang


Kekuasaan eksekutif dipengang oleh Presiden yg dipilih oleh masyrakyat. Presiden menduduki
jabatan sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara. Presiden dan wapres dipilih melalui
pemilihan umum, jadi tidak memberikan pertanggungjawaban kepada Kongres namun jika
presiden dinyatakan melakukan pelanggran berat(high crimmines and misdemeasnors) &
kejahatan yaitu kegiatan melawan negara atau hukum seperti : membunuh, korupsi besar,
penghianatan, dll maka presiden dapat dipecat/dimakzulkan (impeachment).

b.Legislatif    : kekuasaan yang menyusun/membuat Undang-Undang


Kekuasaan legislatif berada pada parlemen atau disebut Konggres (congress). Konggres terdiri
atas dua kamar, yakni Senat & House of Representatif. Anggota Senat (perwakilan dari negara
bagian) perwakilan tiap tiap negara bagian masing-masing dua orang  jadi jumlahnya ada 100
senator. Sedangkan House of Representatif (Dewan Perwakilan Rakyat) ditentukan berdasarkan
jumlah penduduk.

c.Yudikatif    : kekuasaan yang mengawasi pelaksanaan UU dan memberikan sanksi bagi


pelanggar UU
, Ini ini  dimaksudkan agar terwujudnya check and balance sehingga tidak ada kekuasaan yang
terlalu dominan. Kekuasaan yudikatif ada di tangan Mahkamah Agung (Supreme of Court) yang
bebas dan merdeka dan tidak dapat dipengaruhi oleh kekuasaan yang lainnya.

Sistem Kepartaian
Amerika Serikat menerapkan sistem kepartaian dwipartai. Hanya terdapat dua partai yang
dominan di Amerika Serikat, yakni Partai Republik dan Demokrat.
Sistem Pemilu
Pemilu di Amerika menggunakan sistem distrik.
Perbedaan Pemilu Sistem Proporsional dan Sistem Distrik

1. Sistem distrik
Sistem ini berdasarkan lokasi daerah pemilihan, bukan berdasarkan jumlah penduduk. Dari
semua calon, hanya akan ada satu pemenang. Dengan begitu, daerah yang sedikit penduduknya
memiliki wakil yang sama dengan daerah yang banyak penduduknya, dan tentu saja banyak
suara terbuang. Karena wakil yang akan dipilih adalah orangnya langsung, maka pemilih bisa
akrab dengan wakilnya.

Kelebihan Pemilu sistem Distrik

 Sistem ini merangsang terjadinya integrasi diantara partai, disebabkan kursi kekuasaan
yang diperebutkan hanya satu.
 Perpecahan partai dan pembentukan partai baru bisa dihambat, bahkan bisa mendorong
penyederhanaan partai secara natural.
 Distrik ialah daerah kecil, karena itu wakil terpilih kemungkinan akan dikenali dengan
baik oleh komunitasnya, dan hubungan dengan pemilihnya menjadi lebih dekat
 Untuk partai besar, lebih gampang untuk memperoleh kedudukan mayoritas di parlemen.
 Jumlah partai yang terbatas menyebabkan stabilitas politik mudah tercapai.

Kelemahan Pemilu Sistem Distrik

 Partai besar lebih berkuasa karena terdapat kesenjangan persentase suara yang diperoleh
dengan jumlah kursi di partai politik
 Partai kecil dan minoritas merugi sebab sistem ini menyebabkan banyak suara terbuang.
 Sistem ini kurang mewakili kepentingan masyarakat heterogen & pluralis.
 Anggota Parlemen terpilih cenderung mengutamakan kepentingan daerahnya dibanding
kepentingan nasional.

2. Sistem Proporsional
Sistem yang melihat pada jumlah penduduk yang merupakan peserta pemilih. Berbeda dengan
sistem distrik, wakil dengan pemilih kurang dekat karena wakil dipilih melalui tanda gambar
kertas suara saja. Sistem proporsional banyak dianut oleh negara multipartai, seperti Italia,
Indonesia, Swedia, dan Belanda.
Kelebihan Pemilu Sistem Proporsional

 Dinilai lebih mewakili suara rakyat sebab perolehan suara partai sama dengan persentase
kursinya di parlemen.
 Setiap suara dihitung dan tidak ada yg terbuang jadi partai kecil & minoritas memiliki
kesempatan memperoleh suara dan menempatkan wakilnya di parlemen. Sistem ini
dianggp lebih memihak masyarakat pluralis dan heterogen.

Kekurangan Sistem Proporsional

 Sistem proporsional ini kurang mendukung adanya integrasi partai politik. Jumlah partai
yang semakin banyak menghambat integrasi partai.
 Wakil rakyat kurang dekat dengan pemilihnya, tapi lebih dekat dengan partainya. Hal ini
memberikan kedudukan yang kuat pada dewan pimpinan partai untuk menentukan
wakilnya di parlemen.
 Banyaknya partai yang bersaing menyebabkan kesulitan bagi suatu partai untuk menjadi
mayoritas. Hal ini menyebabkan sulitnya mencapai stabilitas politik dalam parlemen,
karena partai harus menyandarkan diri pada koalisi.

Electoral College
Dalam sistem pemilu di USA, pilihan rakyat tak mutlak menentukan kemenangan seorang calon
presiden/kandidat sebab dalam pelaksanana pemilihan calon presiden & wakil presiden, Amerika
Serikat memakai sistem “Electoral College”. Electoral College adalah dewan pemilih yang akan
memilih presiden. Anggotanya dipilih oleh rakyat pada hari pemilu. Para utusan itu sudah
berjanji di awal untuk memilih kandidat tertentu. Jumlah utusan pada dewan pemilih yaitu dua
orang ditambah jumlah anggota DPR dari negara bagian tersebut. Jadi, beberapa negara bagian
memiliki jumlah utusan terbanyak, seperti contohnya, California, dan menjadi begitu
menentukan dalam pemenangan pemilu. Dengan demikian, pemilihan presiden dan wakil
presiden sebenarnya merupakan pemilu dengan cara tidak langsung tetapi diwakilkan pada
dewan pemilih sebab pemenangnya ditentukan oleh suara para pemilih dalam Electoral College
saat hari pencoblosan.

Tata cara pelaksanaan pemilu presiden dan wakil presiden di Amerika:


Dalam rangka pelaksanaan pemilihan umum presiden & wakil presiden di Amerika
Serikat ,masyarakat menggunakan hak pilihnya sebanyak dua  dua kali,yaitu :
·       Pertama, untuk memilih calon presiden yang populer.
·       Kedua, untuk memilih utusan berjumlah 538 yang mewakili 50 negara bagian.Utusan inilah
yang berhak memilih presiden. Jadi, pilihan rakyat  hanya berguna untuk menentukan popularitas
kandidat.

Sistem Peradilan : Sistem hukum Amerika Serikat menjadi sebuah federasi yang 
tersusun dari negara-negara bagian yang sistem hukumnya berdiri sendiri-sendiri dengan segala
otoritasnya yang oleh Konstitusi Federal tidak diserahkan kepada organ-organ Federal. Dalam
hal terdapat beberapa bidang yang memiliki yuridiksi yang sama antara pemerintahan negara
bagian dengan pemerintah federal, maka hukum federal lah yang dianggap lebih penting dari
hukum negara bagian.
Sistem hukum negara-negara bagian sepenuhnya dibangun di atas tradisi hukum common law
yang saling berhubungan dengan sangat erat, kecuali negara bagian Louisiana yang masih
memperlihatkan jejak hukum peninggalan hukum Prancis seperti Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata tahun 1808. Negara-negara bagian masing-masing mempertahankan dan
mengembangkan aturan hukum dibidang-bidang seperti:  hukum kontrak, hukum korporasi,
hukum pidana, hukum keluarga, hukum waris, hukum properti, tort, dan konflik hukum (hukum
perdata internasional). Sedangkan, hukum laut, kepailitan dan hukum patent diatur dengan
aturan-aturan federal.

Meski banyak perbedaan-perbedaan hukum diantara negara-negara bagian, hukum negara federal
berlaku  di semua negara bagian dan teritori, persamaan-persamaan itulah yang memungkinkan
adanya “hukum Amerika”. Oleh para Lawyer/Pengacara yang cerdas perbedaan-perbedaan bisa
dimanfaatkan untuk mencari pengadilan-pengadilan yang dapat menerima kasus-kasus yang
ditangani atau memilih negara-negara bagian yang legislasinya lebih menguntungkan kliennya.
Misalnya, dalam hal hukum korporasi, maka negara bagian Delaware banyak dipilih untuk
mencatatkan perusahaan-perusahaan oleh pengusaha, atau negara bagian Nevada banyak dipilih
oleh pasangan-pasangan yang ingin bercerai dengan cepat. Perbedaan-perbedaan yang signifikan
diantara hukum-hukum di berbagai negara bagian, menjadikan aturan tentang konflik hukum
menjadi sangat penting. Umumnya pengadilan Amerika menggunakan aturan yang sama untuk
memutuskan konfik hukum internasional dan konflik hukum antar negara bagian, tetapi tentu
saja aturan-aturan ini diterapkan dengan selalu mempertimbangkan pilihan hukum antar negara
bagian.

Keseragaman hukum

Ada beberapa modus penyeragaman hukum dalam sistem hukum Amerika, antara lain: a.   
Tindak pidana yang terjadi di dan berdasarkan hukum negara bagian merupakan kejahatan, tetapi
jika hasil kejahatan dibawa ke negara bagian lainnya, maka pelaku dapat dihukum karena
melakukan kejahatan federal, yaitu karena pengangkutan barang curian melintasi perbatasan
negara bagian. Untuk itu pelaku dapat dituntut dan dijatuhi hukuman di pengadilan federal dan
dihukum di penjara federal.

b.    Keseragaman  dalam hukum Amerika terjadi karaena kontribusi negara-negara bagian dan
pengadilan-pengadilannya. Pengonsepan legislasi negara bagian biasanya dilakukan dengan
mempertimbangkan hukum-hukum di negara bagian lain. Dan biasanya negara bagian tidak
mengadopsi aturan-aturan yang sangat bertentangan dengan aturan-aturan yang  berlaku di
kebanyakan negara bagian lain.

c.    Pengesahan sukarela “model codes” oleh lembaga legislatif tiap-tiap negara bagian
merupakan cara lain untuk mencapai keseragaman hukum Amerika. Sebuah lembaga khusus
bernama “National Conference of Commissioners on Uniform State Law” sejak akhir abad
kesembilan belas menghasilkan sekitar seratus model “codes” seragam yang diadopsi oleh
negara-negara bagian dengan tingkat bervariasi. Aturan atau hukum seragam yang penting dan
paling berhasil adalah “Unform Commercial Code (UCC) of 1951dengan erubahan-
perubahannya, diadopsi oleh 50 negara bagian, yang mencakup bagian luas dari hukum bisnis,
termasuk kontrak-kontrak untuk penjualan barang, surat obligasi (bond), surat wesel (bill of
exchange), cek, macam-macam ak sekuritas dan konosemen (bill of lading).

Konstitusi Amerika sebagai dokumen yang hidup “Konstitusi Amerika adalah apa kata apara
hakim mengenainya”, begitulah untuk menggambarkan betapa dinamis dan berkembangnya
konstitusi Amerika, baik konstitusi federal maupun konstitusi negara bagian. Konstitusi Amerika
Serikat berasal dari tahun 1787, terdiri dari tujuh Article yang relatif luas dan 27 Amandemen.
Di dalam praktek, Konstitusi tersebut nampak seperti hukum yang terkodifikasi. Hal ini terlihat
dari ketentuan-ketentuan yang melindungi hak-hak sipil individu dalam sepuluh Amandemen
sejak 1791 yang disebut Bill of Right. Konstitusi, melalui penafsiran-penafsiran  pengadilan,
tertama dari Mahkamah Agung Amerika Serikat melahirkan putusan-putusan yang mengikat
semua pengadilan negara bagian dan federal juga otoritas lainnya. Maka dapat disimpulkan
pengadilan itulah yang menetapkan aturan konstitusional yang sesungguhnya.

Konstitusi Amerika Serikat adalah inti utama sistem hukum Amerika Serikat tidak hanya secara
formal tapi juga  dalam kenyataan. Konstitusi Amerika Serikat bukanlah deklarasi politik yang
tak memiliki daya terap (aplikable), tetapi justru terdiri dari aturan-aturan raktis yang kerapkali
diterapkan oleh pengadilan-pengadilan. Karenanya  setiap Undang-Undang negara bagian atau
federal atau peraturan kota yang bertentangan dengan Konstitusi boleh ditentang dan ditolak
penerapannya. Biasanya pelanggaran-pelanggaran terhadap Konstitusi biasanya menyangkut hal-
hal: pelanggaran hak-hak sipil, tidak sesuai dengan pembagian kekuasaan antara otoritas
legislatif, eksekutif dan yudikatif, atau pembagian kekusaan antara organ-organ federal dengan
negara bagian. Perubahan mengenai hak sipil seperti Amandemen Pertama yang menjamin
kebebasan berbicara dan beragama dan Amandemen keempat Belas mengenai erlindungan yang
sama dan proses hukum yang sepantasnya.

Judicial Review

Judicial review terhadap konstitusionalitas legislasi tidak secara eksplisit disebutkan dalam
Konstitusi Amerika Serikat, tetapi secara tegas ditetapkan dalam kasus Mahkamah agung
Amerika Serikat, Marbury vs Madison tahun 1803.  Judicial review tidak hanya dapat dilakukan
oleh Mahkamah Agung saja, tetapi semua pengadilan negara bagian dan federal juga punya
kewenangan untuk melakukannya melalui gugatan-gugaratn hukum aktual, bukan dalam bentuk
abstrak. Dalam kasus-kasus tertentu, undang-undang dapat langsung diputus tidak konstitusional,
tetapi biasanya keputusannya terbatas pada penolakan untuk menerapkan undang-undang
tersebut dalam suatu kasus.

Salah satu karakteristik litigasi konstitusional di Amerika Serikat ialah kecenderungan lembaga
yudikatif mengembangkan dan mengubah aturann dalam Konstitusi guna disesuaikan dengan
perkembangan dalam masyarakat, karena itu konstitusi Amerika Serikat ini dicirikan sebagai
“dokumen yang hidup”. Kasus “Brown Vs Board of Education of Topeka”  merupakan bukti
bahwa penafsiran dan penerapan Konstitusi diterapkan dengan cara yang jelas-jelas belum
pernah diramalkan sebelumnya, melalui putusan Mahkamah Agung Amerika Serikat pada tahun
1954 ini diumumlkan bahwa sistem sekolah terpisah antara anak-anak kulit hitam dan anak-anak
kulit putih melanggar Konstitusi.
Lembaga Yudikatif Amerika Serikat

Di amerika Serikat, ada pengadilan federal dan ada pengadilan negara bagian. Sistem pengadilan
negara bagian bervariasi dari satu negara bagian dengan negara bagian lainnya. Biasanya terdiri
dari pengadilan-pengadilan tingkat pertama (trial court, atau umum disebut municipal court atau
county court) yang memutuskan perkara, pengadilan menengah untuk banding (Appellate
Courts), dan sebuah Mahkamah Agung (Supreme Court) sebagai pengadilan tingkat tertinggi (di
New York disebut “Court of Appeals”).

Kebanyakan perkara-perkara perdata maupun pidana  (lebih dari 90%) ditangani  di pengadilan
negara bagian. Keputusan Mahkamah Agung negara bagian bisa dimintakan banding ke
Mahkamah Agung Amerika Serikat, tetapi jika ada sangkut paut dengan persoalan federal. Hal
ini bisa terjadi ketika pengadilan yang berwenang ic Mahkamah Agung AS (appellant)
menyatakan Undang-undang negara bagian yang menjadi dasar keputusan melanggar Konstitusi
AS, atau apabila MA negara bagian menolak menerapkan undang-undang federal yang diketahui
akan berbenturan dengan konstitusi federal.

Pengadilan-pengadilan  federal terdiri dari 94 pengadilan distrik (U.S. District Courts) dan dua
pengadilan yuridiksi khusus mengadili perkara dengan hakim tunggal, 13 pengadilan banding
(U.S. Courts of Appeals) mengadili perkara dengan tiga orang hakim dan Mahkamah Agung
Amerika Serikat (Supreme Court of the United States). Kongres  menentukan jumlah hakim pada
sistem pengadilan federal. Akan tetapi Kongres tidak dapat meniadakan Mahkamah Agung.

Dari 13 pengadilan banding federal, sebelas diantaranya mencakup kawasan geografis tertentu
yang disebut circuit, misalnya Circuit ke 5 meliputi negara bagian Mississippi, Louisiana, dan
Texas. U.S Court of Appeals untuk Circuit ke 12 memeriksa banding dari Pengadilan Distrik
Amerika Serikat untuk Distrik Columbia.  Court of Appeals federal yang ke 13, U.S. Court of
Appeals for Federal Circuit (didirikan 1982) untuk memeriksa banding yang ditujukan terhadap
keputusan-keputusan  yang dikeluarkan beberapa pengadilan khusus federal atau badan-badan
semi yudisial, seperti U.S. Claims Court (menangani tuntutan terhadap pemerintah Amerika
Serikat), Patent and Trademark Office (menangani kasus patent dan merek dagang), serta Court
of International Trade (menangani kasus-kasus bea cukai).

MA & MK sebagai Kekuasaan Kehakiman Tertinggi

Meski ada dua Mahkamah Agung (MA) sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman  di Amerika
Serikat (AS) yaitu MA Amerika Serikat (Supreme Court of the United States) dan MA Negara
Bagian (Supreme Court)  sebagai kekuasaan kehakiman tertinggi, namun secara tegas ada
pembagian tugas yang jelas, yaitu MA Negara Bagian hanya menagani kasus-kasus yang
diajukan peradilan dibawahnya yaitu perkara banding melalui pengadilan tinggi negara bagian
(Appellate Courts)  dan pengadailan negara bagian (trial court). Sedangkan MA Amerika Serikat
mememeriksa perkara-perkara yang diajukan peradilan dibawahnya yaitu pengadilan tinggi
federal (US Court of Appeals) dan US District Court.  Supreme Court of US dapat membatalkan
putusan Supreme Court Negara Bagian jika menerapkan aturan perundangan yang menjadi dasar
putusan yang bertentangan dengan Konstitusi.  Peran pengadilan di AS tidak hanya mengadili
sengketa, tetapi juga menjadi penjaga konstitusi, artinya setiap tingkatan pengadilan selain
memutus sengketa juga menyatakan suatu peraturan perundang-undangan tidak mempunyai
kekuatan hukum karena bertentangan dengan Konstitusi (Judicial Review)..

Mahkamah Agung AS, terdiri dari seorang Chief Justice dan delapan orang Associate Justice, 
yang diangkat seumur hidup oleh Presiden dengan persetujuan majelis tinggi Kongres Amerika
Serikat, Senat (Majelis rendahnya House of Refresentatives). Inilah gambaran mekanisme –
checks and balances—antara legislatif, eksekutif dan yudikatif. Mahkamah Agung dalam
melaksanakan tugasnya lebih memusatkan diri pada persoalan hukum (question of fact) bukan
pada persoalan fakta (question of fact), jika ada fakta-fakta tambahan yang harus diperiksa, maka
kasusnya akan dikirim kembali ke pengadilan tingkat pertama (trial court) untuk diproses lebih
lanjut sesuai dengan pernyataan opini Mahkamah Agung tentang hukum tersebut. Mempunyai
yuridiksi eksklusif atas sengketa dua negara bagian, dan yuridiksi noneksklusif dalam kasus yang
diajukan oleh duta besar negara asing. Dalam keadaan normal, MA Amerika Serikat memeriksa
perkara banding yang jumlahnya lebih dari 5.000 kasus pertahun, untuk membatasi beban
kerjanya, MA dapat menolak perkara (writ of certiorari) seperti kasus-kasus yang tidak penting
secara prinsip.

Selain hakim-hakim MA yang diangkat untuk masa jabatan seumur hidup oleh Presiden dengan
persetujuan Kongres & Senat, hakim-hakim pengadilan Distrik dan pengadilan tinggi (Courts of
Appeals) juga ditunjuk oleh Presiden untuk masa jabatan seumur hidup dengan persetujuan dari
Senat.

Yuridiksi

Yuridiksi pengadilan federal dan pengadilan negara bagian dalam perkara perdata mungkin
saling tuumpang tindih. Pengadilan federal mempunyai yuridiksi dalam hal perkara-perkara sipil
jika terjadi “diversity jurisdiction”. Dalam kasus-kasus kepailitan, paten, antitrust, dan kelautan,
pengadilan federal mempunyai yuridiksi esklusif, sedang dalam kasus-kasus tertentu lainnya
pengugat bisa memilih antara forum federal atau forum negara bagian. Dalam hal suatu kasus
tunduk pada yuisdiksi yang sama antara federal dan negara bagian, maka tergugat berhak minta
agar kasus diadili oleh pengadilan federal. Mengenai tuntutan kriminal, pengadilan federal
mempunyai yurisdiksi eksklusif menyangkut kejahatan-kejahatan federal, yaitu tuntutan atas
pelanggaran legislasi federal.

Dalam pengadilan-pengadilan negara bagian tingkat pertama (state trial courts) maupun
pengadilan-pengadilan federal (federal trial courts), penggunaan juri merupakan hal yang biasa,
dimana tugas juri menentukan persoalan-persoalan fakta (question of fact), namun bukan sesuatu
yang bersifat keharusan. Jika kedua belah pihak tidak meminta pemeriksaan oleh juri, maka
hakim tidak hanya akan memutuskan persoalan hukum (question of law) tetapi juga memutus
persoalan faktanya (question of fact).

NEGARA INDONESIA
Sejarah Ketatanegaraan : Pemikiran mengenai pentingnya suatu mahkamah konstitusi telah
muncul dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia sebelum merdeka. Pada saat pembahasan
rancangan UUD di Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI), anggota BPUPKI Prof. Muhammad Yamin telah mengemukakan pendapat bahwa
Mahkamah Agung (MA) perlu diberi kewenangan untuk membanding undang-undang. Namun
ide ini ditolok oleh Prof. Soepomo berdasarkan dua alasan, pertama, UUD yang sedang disusun
pada saat itu (yang kemudian menjadi UUD 1945) tidak menganut paham trias politika. Kedua,
pada saat itu jumlah sarjana hukum kita belum banyak dan belum memiliki pengalaman
mengenai hal ini
Sistem Pemerintahan : Sistem pemerintahan yang di terapkan di Indonesia adalah sistem
presidensil. Dengan demikian presiden sebagai kepala pemerintahan mempunyai kekuasaan yang
sangat besar di dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Presiden sebagai kepa;la pemerintahan
sekaligus sebagai kepala Negara. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya,presiden selain dibantu
oleh seorang wakil juga oleh sejumlah menteri yang diangkat dan langsung bertangungjawab
kepadanya. Meskipun menteri pembantu dan tergantung kepada presiden,akan tetapi para
menteri mempunyai kedudukan dan kekuatan besar dalam menjalankan kekuasaan pemeintah
secara operasional.
Untuk kelancaran tugasnya presiden di samping sebagai kepala eksekutif juga di lengkapi
dengan sejumlah kekuasaan legislatif dan yudikatif. Kekuasaan legislatif yang dimaksud adalah
di dalam perumusan undang- undang .Undang-undang dibuat oleh presiden dengan DPR.
Disamping undang-undang ,presiden juga menetapkan peraturan pemerintah . sementara
kekuasaan yudikatif tercermin dari haknya untuk memberi grasi,abolisi,amnesty,dan rehabilitasi.
Dengan demikian ,sistem pemerintahan Indonesia tidaklah mengikuti asas trias politika secara
murni.
Pendistribusian kekuasaan di Indonesia yaitu dengan cara adanya pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Pemerintah daerah yaitu pemerintah provinsi,kabupaten,dan
kota.pengelolaan pengelolaan pemerintahan dikenal dengan adanya otonomi
daerah,desentralisasi,dan dekonsentrasi,serta tugas pembantuan. Daerah mempunyai wewenang
namun tidak sebesar Negara federal dan otonomi daerah berbeda dengan federal.Ada lima
bidang yang merupakan tugas pemerintah pusat dan tidak di serahkan kepada pemerintahan
daerah yaitu : agama,yustisi,keamanan,moneter,dan fiskal. Bentuk Negara kesatuan Indonesia
adalah Republik dan Kedaulatan sepenuhnya ada di tangan rakyat.
Sistem Peradilan :
A. MAHKAMAH AGUNG
UU No. 14 Tahun 1985 jo UU No. 5 Tahun 2005
I. PERADILAN UMUM
a. Pengadilan Anak (UU No. 3 Tahun 1997)
b. Pengadilan Niaga (Perpu No. 1 Tahun 1989)
c. Pengadilan HAM (UU No. 26 Tahun 2000)
d. Pengadilan TPK (UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 tahun 2002)
e. Pengadilan Hubungan Industrial (UU No. 2 Tahun 2004)
f. Mahkamah Syariah NAD (UU No. 18 Tahun 2001)
g. Pengadilan Lalu Lintas (UU No. 14 Tahun 1992)
II. PERADILAN AGAMA
Mahkamah Syariah di Nangro Aceh Darussalam apabila menyangkut peradilan Agama.
III. PERADILAN MILITER
– Pengadilan Militer untuk mengadili anggota TNI yang berpangkat prajurit.
– Pengadilan Militer Tinggi, untuk mengadili anggota TNI yang berpangkat perwira s.d
kolonel
– Pengadilan Militer Utama, untuk mengadili anggota TNI yang berpangkat Jenderal.
– Pengadilan Militer Pertempuran, untuk mengadili anggota TNI ketika terjadi perang.
IV. PERADILAN TATA USAHA NEGARA
– Pengadilan Pajak (UU No. 14 Tahun 2002)
V. PERADILAN LAIN-LAIN
a. Mahkamah Pelayaran
b. Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU)
B. MAHKAMAH KONSTITUSI
(UU No. 24 Tahun 2003)
Rekrutmen Hukum MK : Rekrutmen hakim konstitusi yang dilakukan oleh tiga
lembaga negara, yaitu DPR, Presiden dan MA. Setalah melalui tahapan seleksi sesuai
mekanisme yang berlaku pada masing-masing lembaga tersebut, masing-masing lembaga
mengajukan tiga calon hakim konstitusi kepada Presiden untuk ditetapkan sebagai hakim
konstitusi.
Jumlah Hakim : 9 Hakim
Masa Jabatan : Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh Hakim
Konstitusi untuk masa jabatan 3 tahun. Masa jabatan Ketua MK selama 3 tahun yang diatur
dalam UU 24/2003. Tetapi masa jabatan Hakim Konstitusi sendiri adalah 5 tahun, sehingga
berarti untuk masa jabatan kedua Ketua MK dalam satu masa jabatan Hakim Konstitusi berakhir
sebelum waktunya (hanya 2 tahun).
Kewenangan : kewenangan Mahkamah Konstitusi adalah menguji undang-
undang terhadap UUD 1945; memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh UUD 1945; memutus pembubaran partai politik; dan memutus
perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Selain itu, berdasarkan Pasal 7 ayat (1) sampai
dengan (5) dan Pasal 24C ayat (2) UUD 1945 yang ditegaskan lagi oleh Pasal 10 ayat (2) UU
24/2003, kewajiban Mahkamah Konstitusi adalah memberikan keputusan atas pendapat DPR
bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum, atau perbuatan
tercela, atau tidak memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana
dimaksud dalam UUD 1945.
Usia Pensiun : 67 Tahun

Anda mungkin juga menyukai